Inspirasi didefenisikan sebagai pengaruh supranatural dari Roh Allah dalam pikiran
para penulis sehingga menjadikan tulisan sebagai catatan progresif dan otoritas dari kehendak
Allah. Wahyu memang tidak diberikan secara langsung, tetapi karena Allah tidak mengulang-
ulang pengungkapan wahyu, maka Ia menunutun orang pilihan tersebut. Tekanan yang harus
diperhatikan adalah bahwa inspirasi mencakup tulisannya bukan penulis. Ini diperkuat
melalui II Timotius 3:16, “Segala tulisan adalah diilhamkan Allah”, bahwa Allah adalah
Pengarang tunggal Alkitab, dan Alkitab adalah produk dari hembusan allah yang kreatif.
Manusia tidak dapat menelusuri cara-cara tersembunyi dari Allah yang bekerja melalaui
manusia. Pikiran yang paing tepat adalah bila kita melihat inspirasi sebagai aktivitas Allah
dalam persiapan dan pembuatan Alkitab.
Daud mengaku bahwa yang dikatakannya adalah firman Tuhan (2 Sam. 23:2, Mrk
12:36), Yeremia (1:9) bahwa Ia telah menaruh perkataan-Nya ke dalam mulut Yeremia. Tuhan
Yesus sendiri juga pernah memberi kesan apa yang dikatakan Alkitab sesungguhnya adalah
difirmankan Allah. Mis, Matius 19:5, Ia mengatribusikan kejadian 2:24 sebagai Allah yang
berfirman dibalik perkataan yang ditulis Musa. Hal ini berarti apa yang dikatakan Alkitab
adalah firman Allah sendiri, karena Allahlah pengarang tunggal Alkitab itu sendiri. Kristus
sendiri menegaskan sifat permanen Alkitab bahwa ”….selama belum lenyap langit dan bumi
ini, satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Mat.
5:18).
Alkitab tidak pernah memberikan dogma dengan yang dirumuskan secara jelas tetapi
lewat kesaksian yang dinafaskan Allah dalam komponen untuk mengkonstruksikan dogma
tersebut. Hal inilah yang berulang kali disangkal dalam melawan pengakuan iman dan
meyakinkan kita bahwa penyimpangannya dari ajaran gereja dituntut oleh Alkitab. Pada
umumnya kaum modernis menyetujui Yesus dan para rasul menerima perjanjian lama sebagai
Firman Allah. Dalam konteks ini Alkitab mengajarkan kita bahwa dunia tidak berdiri sendiri,
namun sebaliknya bahwa Roh Allah imanen dalam segala sesuatu yang diciptakan. Imanen
Allah yang dimaksud adalah dasar dari semua Inspirasi termasuk Inspirasi ilahi (Maz
114:30).
Eksistensi dan kehidupan diberikan kepada setiap ciptaan dari waktu kewaktu melalui
Inspirasi Roh dan Roh itu adalah prinsip dari semua intelejensi dan hikmat (Ayub 32: 8) yang
berasal dari Dia. Dalam penyusunan Alkitab aktivitas Roh Kudus bukan sebuah peristiwa
yang terisolasi, tetapi terkait dengan kegiatan imanennya didalam dunia gereja yang
merupakan puncak dari segalanya. Inspirasi mengansumsikan suatu karya dari sang Bapa
yang diberikan tugas dan dipanggil secara khusus. Inspirasi mereka bukan karya providensi
umum Allah, bukan akibat dari Roh Allah seperti dalam taraf kehidupan para pahlawan dan
seniman, tetapi sebenarnya Inspirasi itu mengansumsikan karya anteseden dari sang Anak.
Karunia Inspirasi ilahi hanya diberikan dalam lingkaran penyataan. Disini penyataan dan
Inspirasi harus dibedakan.
Meski Alkitab benar dalam segala sesuatu tetapi kebenaran ini tidak homogen dalam
semua komponennya. Inspirasi ilahi membuat semua gender sastra tunduk dalam segala
tujuannya. Dan sudah terbukti kebenaran dalam semua komponen Alkitab memiliki karakter
yang berbeda masing-masing dalam setiap kasusnya.