Anda di halaman 1dari 26

Pekabaran Injil di Indonesia dari Tahun 1500 sampai Tahun

1800
Bibliografi << |

Artikel ini diambil dari :


Berkhof, Dr. H. dan Enklaar, Dr. I. H. 2001. Sejarah Gereja. PT BPK
Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 239 - 241.

3. Pekerjaan beberapa pendeta.

Untuk mendapat kesan tentang usaha pendeta-pendeta di pelbagai lapangan pekerjaan, marilah kita
meninjau sepintas lalu beberapa di antara mereka, yang menjadi terkemuka karena jasanya.

Sebastian Danckaerts bekerja di Ambon (1618-1622) dan Jakarta (1624-1634). Di Ambon ia


berkhotbah dalam bahasa Belanda dan Melayu. Terutama ia mementingkan persekolahan; atas
usulnya, tiap-tiap hari pemerintah memberi beras kepada anak-anak sekolah, sehingga banyak anak
tertarik. Pun dibukanya sebuah sekolah guru untuk melatih penolong-penolong yang cakap bagi
pekerjaan di jemaat dan di sekolah. Dengan karangannya tentang keadaan agama Kristen di Ambon,
Danckaerts menghidupkan perhatian Gereja Belanda terhadap Pekabaran Injil. Tambahan pula, ia
berusaha mendapat tatagereja yang teratur bagi jemaat-jemaat di Indonesia, tatkala ia berlibur di
Belanda.

Permulaan pekerjaan Gereja di Jakarta kita kenal dari laporan-laporan tahunan yang panjang, oleh
Adriaan Hulsebos (1616-1622). Atas ikhtiarnya, Gubernur-Jenderal Jan Pieterzoon Coen mengizinkan
terbentuknya majelis-gereja dan perayaan Perjamuan Kudus (1621). Penatua-penatua dilantik dengan
surat keputusan pemerintah di Jakarta. Sebelum pulang ke Belanda, Hulsebos diutus ke Maluku untuk
mempelajari keadaan Gereja di sana. Di Banda diaturnya jemaat dan persekolahan dengan rapi, tetapi
sayang kapalnya tenggelam dengan semua penumpangnya waktu masuk teluk Ambon.

Justus Heurnius adalah seorang pendeta yang sudah menunjukkan perhatian besar terhadap
pertobatan kaum kafir, selagi ia di Belanda. Sebenarnya ia telah tamat pelajaran ketabiban ketika ia
merasa dirinya terpanggil untuk mengabarkan Injil di Indonesia. Ia masuk sekolah tinggi lagi untuk
menuntut ilmu theologia dan ia mengeluarkan sebuah karangan yang di dalamnya ia membangunkan
perhatian jemaat-jemaat Belanda untuk mengusahakan tugas Pekabaran Injil. Pada tahun 1624
Heurnius tiba di Jakarta; dengan segera ia dapat membereskan suatu pertengkaran antara Gubernur-
Jenderal dengan majelis-gereja. Sebuah tatagereja direncanakan dan ditetapkan, yang antara lain
menentukan bahwa perpindahan pendeta-pendeta diurus oleh pemerintah, tetapi sesudah mendengar
pendapat Gereja. Beberapa tahun lamanya Heurnius dapat bekerja dengan leluasa; teristimewa ia
memperhatikan Pekabaran Injil di antara golongan Tionghoa. Kemudian timbullah rupa-rupa pokok
perselisihan dengan pemerintah V.O.C. Surat-surat Gereja harus melalui kantor pemerintah, dan
Gubernur-Jenderal Specx (1629) mulai campur tangan dalam perkara-perkara disiplin Gereja.
Heurnius melawan tindakan Specx itu dengan menjelaskan hak Gereja atas disiplin dari mimbar.
Akibatnya ialah bahwa Heurnius dihentikan untuk sementara waktu, dipenjarakan satu bulan,
kemudian dipindahkan ke salah satu kantor perdagangan V.O.C. yang kecil di pantai Coromandel
(India-Tenggara). Meskipun Heurnius harus segera dipanggil pulang ke Jakarta, tetapi sejak itu
perlawanan Gereja terhadap penguasaan perkara-perkara Gereja oleh pemerintah telah patah.
Persidangan majelis-gereja harus dihadiri oleh dua "komisaris-politik", yakni wakil-wakil pemerintah.
(Kemudian, pada tahun 1643), Gubernur-Jenderal Van Diemen menyusun suatu tata-gereja pula,
yang menetapkan, bahwa perlu ada izin pemerintah untuk segala perbuatan badan-badan Gereja).
Oleh karena pengalamannya yang pahit di Jakarta, Heurnius senang menerima kepindahan ke
Saparua pada tahun 1633. Dengan kegembiraan besar ia menyerahkan dirinya kepada pimpinan
jemaat-jemaat, pelajaran bahasa daerah, latihan guru-guru, persekolahan dan terjemahan beberapa
bagian Alkitab. Orang Islam meracun dia, tetapi sesudah sembuh, ia dengan setia bekerja terus di
pulau-pulau Lease dan Ambon, sampai ia kembali ke Belanda pada tahun 1638.
Terjemahan Alkitab, Pengakuan Rasuli, Kesepuluh Hukum, kitab katekismus dan khotbah-khotbah
dalam bahasa Melayu, sudah mulai dikerjakan oleh beberapa orang semenjak permulaan masuknya
agama Protestan ke Indonesia. Pada akhir abad ke-XVII terasalah kebutuhan akan terjemahan sebuah
Alkitab oleh ahli theologia yang pandai. Dua pendeta bersaingan dalam hal itu, Melchior Leidekker,
pendeta di Jakarta (1678-1701) mengerjakan terjemahannya dengan memakai bahasa Melayu tinggi;
sesampai kepada Efesus 6:6, ia meninggal. Pada waktu itu juga Francois Valentijn memimpin jemaat
Ambon (dari 1686-1694 dan 1705-1713). Masyhurlah kitab sejarah Indonesia yang diterbitkannya
pada tahun 1725 dalam delapan jilid besar. Valentijn telah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa
Melayu-Maluku dan ia berdaya-upaya, sementara liburannya di Belanda, supaya Tuan-tuan XVII
mencetaknya. Akan tetapi terjemahan Leidekkerlah yang dipilih dan diterbitkan untuk pertama kali
pada tahun 1733. Sebagaimana dimaklumi di kemudian hari justru terjemahan Leidekker inilah yang
amat dicintai suku bangsa Ambon.
ASAL USUL SEJARAH INJIL (KITAB SUCI AGAMA
KRISTEN)
Sejarah Agama & Kepercayaan

Kitab ini diturunkan pada Nabi Isa a.s dalam bahasa Yahudi Kuno (Ibrani).

Kitab pertama yang asli telah dimusnahkan oleh Paulus dari pihak Gereja Pauline pada 325 M. Semua
naskah Injil yang bertentangan dengan Injil resmi kerajaan Romawi saat itu dibakar. Siapa saja yang
memiliki salinan naskah asli dihukum mati. Kitab Injil tertua saat ini ada dalam bahasa Yunani Kuno,
bukan Yahudi kuno (Ibrani).

Terdiri dari :
Kitab Perjanjian Lama (Old Testament) yang berisi Taurat dan Zabur
Kitab Perjanjian Baru (New Testament) yang berisi Injil Markus, Matius, Lukas dan Yahya, perkataan
Nabi Isa dan surat pendakwah (Paulus)

Siapakah Yang Menulis Injil.Di dalam kitab Injil terdapat 2 bagian yaitu Kitab Perjanjian Lama dan Kitab
Perjanjian Baru. Namun begitu Umat Kristian melarang penganutan terhadap Kitab Perjanjian Lama.
Sebelum diadakan usaha-usaha membentuk kitab Perjanjian Baru, kitab Injil terdiri daripada 75 bab /
surah. Surah ini dikarang oleh perseorangan atau kumpulan pendeta. Inilah yang menyebabkan kitab
tersebut mengandung banyak pertentangan dan perbedaan yang serius dan nyata. Pengumpul-pengumpul
kitab tersebut juga tidak hidup semasa zaman Nabi Isa atau tatkala Nabi Isa masih hidup. Kebanyakan
mereka lahir selepas 20-40 tahun setelah peristiwa penyaliban.Kitab Perjanjian Baru ini baru ada semasa
persidangan Nicea pada tahun 325 M di mana semua ketua gereja berkumpul untuk menentukan kembali
isi kitab Injil. Sejumlah 27 risalah saja dari sekian banyak risalah ditentukan sebagai yang betul, setelah
itu 27 risalah ini dijilidkan menjadi kitab Perjanjian Baru.
Kitab perjanjian ini terdiri dari sejarah dan pelajaran. Bagian sejarah terkandung dalam Injil Matius,
Markus, Lukas dan Yahya. Sementara bagian pelajaran terdiri dari 21 risalah yaitu : 14 risalah Paulus, 3
risalah Yahya, 2 risalah Petrus, 1 Yakub dan Yahuda.

Injil Matius

Nama Injil Matius diambil dari nama pendeta Matius dari gereja Alexandria Mesir dalam bahasa Hebrew.
Beliau dipercayai sebagai orang pertama yang menghasilkan risalah kandungan sejarah. Hasil karangan
Matius ini dikarang 20 � 27 tahun setelah Nabi Isa tiada. Bahkan kitab asli karangan Matius sendiri telah
hilang, ini diakui sendiri oleh umat Kristian. Setelah itu injil dalam Bahasa Yunani dijumpai, dan
dikatakan sebagai Injil karangan Matius. Banyak tokoh Kristian menolak pendapat bahwa Injil ini
merupakan karangan Matius, tetapi sebaliknya merupakan karangan gurunya, Petrus.

Injil Lukas

Injil Lukas diambil dari nama pendeta Lukas dari tahun 25 � 30 M. Beliau juga tidak pernah bertemu
Nabi Isa. Banyak tokoh Kristian sendiri mengakui bahwa Injil karangan Lukas merupakan fakta palsu
yang bukan merupakan ajaran Nabi Isa. Sebenarnya beliau mengarang injil ini disebabkan tekanan gereja
waktu itu. Begitu juga dengan Markus dan Yahya. Kesemuanya tidak pernah hidup sezaman dengan Nabi
Isa.

Injil Yahya

Kitab Injil Yahya diambil dari nama pendeta Yahya atau lebih dikenal sebagai Yohanes. Beliau
merupakan putera saudara perempuan Maryam yaitu ibu Nabi Isa. Yahya mengarang injilnya dalam
bahasa Yunani antara tahun 45 � 65 M. Banyak pendeta meragukan kandungan Injil Yohanes ini.
Bahkan Encyclopedia Britanica menegaskan bahwa Injil yahya tidak syak lagi di karang oleh seorang
mahasiswa Institusi Iskandariah dan bukannya karangan Yahya.

Persoalan mengapa di dalamnya berisi Taurat juga tidak dapat di jawab dengan pasti dan tepat. Ini
mungkin juga merupakan bukti bahwa orang Yahudi selalu ingin memalsukan fakta Injil asli, karena bagi
mereka, Yahudi, mereka senang bila dapat menyesatkan kaum Kristian dari ajaran asli Nabi Isa, dan
mereka berhasil.

Persidangan Nicea

Menurut perkiraan para ahli sejarah, kitab Injil yang masih asli belum diikuti campur tangan para pendeta,
masih ada hingga 325 M. Setelah tahun 325 M, kitab ini mulai dinodai oleh Raja Konstantin Roma pada
Persidangan Nicea. Karena semasa persidangan ini terdapat perdebatan dan pertentangan pendapat
mengenai ketuhanan dan kenabian Isa, perdebatan dalam ajaran pokok, akidahnya. Satu pendapat
(Golongan Arius) mengatakan bahwa Nabi Isa hanyalah seorang manusia dan Nabi yang membawa
ajaran agama dari Tuhan. Satu pihak lagi mengatakan bahwa Nabi Isa ialah �anak Tuhan�.

Pendapat tentang Isa �anak tuhan� ini didukung oleh pihak gereja dari Alexandria yang diketuai oleh
penolong Bishop Iskandariah bernama Athanasius.

Raja Konstantin mempunyai niat tersirat untuk campur tangan dalam hal agama, demi menjaga hak
politiknya agar tidak jatuh ke tangan orang lain. Semasa persidangan tersebut, sebanyak 2048 orang
Uskup telah hadir untuk membincangkan perselisihan pendapat mengenai Nabi Isa.

Sebanyak 1730 orang telah setuju bahwa Nabi Isa adalah seorang manusia biasa yang diutus Allah, 318
orang mengatakan bahwa Isa ialah Anak Tuhan. Walau bagaimanapun majoritas pendapat ini ditolak
mentah-mentah Raja Konstantin dan mengambil pendapat minoritas, yaitu Nabi Isa adalah seorang anak
Tuhan.

Arius ketua pendukung bahwa Nabi Isa bukan anak Tuhan.

Arius (250-336 M) adalah salah seorang murid utama Lucian berbangsa Libya yang juga bersama-sama
dengan gurunya menegakkan ajaran Tauhid kepada Allah, Arius merupakan seorang presbyter (ketua
majelis agama /gereja) digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting di kota itu
pada tahun 318 M.

Sejak mangkatnya Lucian pada tahun 312 M ditangan orang-orang gereja Paulus, perlawanan Arius
terhadap doktrin Trinity semakin memuncak, dan dalam perjuangannya ini, Arius mendapatkan dukungan
dua orang saudara Kaisar Constantin yang bernama Constantina dan Licunes.
Arius dianggap sebagai seorang pemberontak Trinity dengan mendasarkan

teori:
�Jika Jesus itu benar-benar anak Tuhan atau Tuhan itu sendiri, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh
karena itu harus ada �masa� sebelum adanya anak. Artinya anak adalah makhluk. Maka anak itu pun
tidak selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya haruslah abadi, berarti Jesus
tidaklah sama dengan Tuhan.�

Atas pandangan Arius tersebut, sebanyak 100 orang pendeta Mesir dan Libya berkumpul untuk
mendengar pandangan Arius. Pada waktu inilah juga Arius mengemukakan kembali pendangannya :
�Ada masa sebelum adanya Jesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Jesus ada kemudian, dan
Jesus hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak
mungkin binasa.�

Arius memperkuat pendapatnya dengan sejumlah ayat-ayat Bible seperti Yohanes 14:8, �Bapa lebih
besar daripada Jesus�; Seandainya kita mengakui bahwa Jesus adalah sama dengan Tuhan, maka kita
harus menolak kebenaran ayat Yohanes tersebut.

Pendapat Arius ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : �Jika Jesus memang �anak
Tuhan�, maka akan segera disertai pengertian bahwa �Bapak Tuhan� haruslah ada terlebih dahulu
sebelum adanya sang �Anak�.

Oleh sebab itu tentulah akan terdapat jurang waktu ketika �Anak� belum ada. Oleh karena, �Anak�
adalah makhluk yang tersusun dari sebuah �esensi� atau makhluk yang tidak selalu ada. Dan Tuhan
merupakan suatu zat yang bersifat mutlak, kekal, tidak terlihat dan berkuasa, maka Jesus tidak mungkin
bisa menjadi sifat yang sama sebagaimana sifat Tuhan.

Argumen Arius ini tidak dapat dilawan lagi, maka mulai tahun 321 M Arius dikenal sebagai seorang
presbyter pembangkang. Ia mendapat banyak dukungan dari Uskup-uskup daerah Timur. Hal ini
membuat Alexandria (yang pernah menghukum mati Origen tahun 250 M) menjadi semakin marah.

Arius pula orangnya yang sangat menentang keras keputusan Nicea pada tahun 325 M, sehingga
senantiasa mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus. Pada tahun 336 Arius dibunuh di
Constantinopel dalam satu muslihat yang licik.

Setelah pembunuhan ini segala usaha menentang trinitas dilawan habis-habisan. Naskah Injil
diseragamkan. Naskah yang tidak sama dengan pihak Gereja Pauline dimusnahkan, dihapuskan di bumi
Kerajaan Romawi. Inilah sejarah awal tersesatnya ajaran Kristian.

Mengenai Bible (2)

Dalam persidangan Nicea, beberapa Doktrin diperkenalkan, diantaranya Doktrin Trinitas dan Doktrin
Penebusan Dosa. Konsep Trinitas sebenarnya telah direka oleh Athanasius, seorang pegawai Gereja Mesir
dari Iskandariah, diterima oleh Majelis Nicaea pada 325 M.

Konsep Trinity [KeEsaan Tiga] ini serupa filsafat Plato, kepercayaan Yunani, �Neo � Platonisme�
yang mempercayai �Tiga Kekuatan�. Kemungkinan doktrin trinitas tertulari kepercayaan Yunani kuno
ini. Trinity yang di pelopori oleh Paulus merupakan ajaran agama Yunani- Romawi, yaitu kerajaan yang
berkuasa di Rom pada masa itu. Jadi paham trinitas dari Katolik Roma atau pun aliran kristen yang lain
jelas merupakan hasil proses masuknya ajaran lain dalam ajaran Isa, dan bukannya ajaran asli Nabi Isa
sendiri !.

Begitu juga dengan Dokrin Penghapusan Dosa yang dipelopori Gereja Alexandria di mana mereka
mengatakan bahwa Nabi Isa telah disalib demi tujuan menyelamatkan seluruh umat manusia. Ajaran ini
juga jelas hasil proses masuknya ajaran agama romawi Kuno. Hari Minggu yang dianggap hari Suci bagi
agama Kristian merupakan hasil pengaruh daripada Kepercayaan ini dan tanggal 25 Desember yang
diperingati sebagai Natal, Sebenarnya merupakan tanggal kelahiran tuhan Matahari mereka yaitu
�Mithra� dan jelas bukan tanggal lahir Nabi Isa.

Mulai tahun 1582 di Rheims, Bible diterjemahkan dari bahasa Latin berdasarkan Bible Versi Tyndale.
(Yang digunakan Gereja Katolik Rom) juga dikenali sebagai Roman Katolik Version. Ini merupakan
versi bible yang tertua yang dikenal.

Sejak itu sebanyak 4 kali terjemahan telah dibuat. Pada tahun 1611 King James I telah memerintahkan
supaya dilakukan penulisan ulang karena terdapatnya pertentangan yang meragukan. Versi penulisan
ulang ini kini dinamakan King James Version (KJV) yaitu dengan tidak memasukkan 7 buku kecil (bab).
Versi ini selanjutnya dirilis ulang pada tahun 1881 dan diperbaharui pada tahun 1952 dan 1971. kedua
Versi terakhir ini dinamakan Revised Standard Version (RSV).

Collin yaitu percetakan yang mengeluarkan Revised Standard Version ( RSV ) melaporkan bahwa :
�Meskipun begitu, Versi Raja James memiliki cacatan-cacat yang serius, dan cacat ini ada terlalu
banyak dan terlalu serius sehingga satu penulisan ulang masih benar-benar diperlukan.�

Pada masa kini terdapat lebih kurang 1.500 naskah Bible pelbagai bahasa, telah diterjemahkan ke dalam
bahasa ibu suatu negara dan ethniknya. Bagaimana pula jauhnya penyimpangan mengingat keterbatasan
kosakata setiap bahasa? Dan manakah yang bisa dijadikan standar pengajaran?

Umat Kristian sendiri ada yang secara jujur dan arif mengakui bahwa Injil telah dinodai oleh tangan
mereka sendiri. Bagaimanakah umat Kristian di Indonesia, apakah berani sejujur ini ? :

1. The Bible Society Of Singapore, Malaysia & Brunei 1987 Perjanjian Baharu Berita Baik Untuk
Manusia Moden Pendahuluan
���.Walaupun kandungan kitab-kitab ini berlainan, tetapi diseluruh kitab ini pokok fikirannya satu.
Kesatuannya ialah bahwa kasih Allah telah dinyatakan kepada manusia dengan perantaraan Yesus
Kristus.

�Tiap-tiap kitab didahului oleh pendahuluan, yang menerangkan pokokfikiran dan garis besar kitab itu.
Ayat yang ditandai dengan [ ]bererti ayat tersebut tidak terdapat pada naskah perjanjian Baharu yang
tertua dan terbaik.

Contoh ayat yang memiliki tanda [ ] dalam Perjanjian Baru :

1. Matius 6 : 13
� [ Engkaulah raja engkaulah,dan engkaulah yang mempunyai kuasa dan kemuliaan selama-lamanya ]

2. Matius 23 : 14
[ alangkah dasyatnya bagi kamu guru-guru Taurat dan orang Farisi : kamu munafik! , kamu
memperdayakan janda-janda dan merampas rumah-rumah mereka, lalu berpura-pura berdoa panjang-
panjang, sebab itu, hukuman kamu akan menjadi lebih berat.! ]

3. Markus 7 : 15
[ Sebab itu, jika kamu bertelinga, dengarkanlah! ]

4. Markus 10 : 44 & 46
[ Di sana ulatnya tidak mati-mati dan apinya tidak padam-padam ] 44 [ Di sana ulatnya tidak mati-mati
dan apinya tidak padam-padam ] 46

5. Lukas 17 : 36
[ Dua orang laki-laki yang sedang berada di ladang : seorang akan , seorang lagi ditinggalkan ]

6. Lukas 22 : 19 � 20
� inilah tubuhku [ yang diberikan untuk kamu. Buatlah sedemikian untuk memperingati aku." ���.
"cawan ini ialah perjanjian Allah yang Baharu, yang dimenteraikan dengan darahku, darah yang
ditumpahkan untuk kamu ]

7. Lukas 22 : 43 � 44
[ Seorang malaikat tampak kepadanya dan menguatkannya karena penderitaan nya lebih tekun lagi dia
berdoa, sehingga peluhnya menitik ke tanah seperti darah. ]

8. Lukas 23 : 17
[ Pada tiap perayaan paskah, Pilatus melepaskan seorang tahanan bagi rakyat ]

Bukti di atas merupakan sebagian saja yang telah ditambah dan berapakah jumlah ayat yang telah
ditambah / dikurangkan sebenarnya? Tidak diketahui jumlahnya !. Sejarah telah jujur dan nyata
membuktikan bahwa Injil telah mengalami banyak perubahan selama berabad-abad. The Revised
Standard Version 1952 & 1971, The New American Standart Bible dan The New World Transalation Of
The Holly scriptures telah menghapuskan beberapa ayat dalam The King James Version. Reader�s
Digest telah mengurangi isi kandungan Kitab Perjanjian Lama sebanyak 50 % dan Kitab Perjanjian Baru
sebanyak 25 %.

Persoalan yang timbul di sini ialah :


- Dari mana datangnya ayat di atas ?
- Siapa yang mengarang ayat tersebut ?
- Sebenarnya ayat mana saja yang masih perlu diuji kesahihannya?

�Di antara mereka itu ada satu golongan yang memutar belitkan lidahnya dengan (membaca) Kitab
supaya kamu kira bahwa kitab itu dari Allah padahal ianya bukanlah dari sisi Allah dan sedang mereka
berdusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui�.� (Surah 3:78)

Contoh peristiwa besar yang bertentangan dengan akal atau ayat yang saling bertentangan :

1. Nabi Daud berzina dengan istri orang lain


II Samuel 11 : 4-5
�Dan Nabi Daud mengantar para utusan, dan mengambilnya (isteri Uriah); lalu ia datangi dan tidur
bersama maka setelah perempuan itu membersihkan dirinya, lalu kembali ke rumahnya. Dan wanita itu
telah hamil, lalu mengirim dan memberitahu Daud dan katanya saya bersama bayi�.

Mungkinkah ini ayat dari Allah? Atau ditulis oleh rasul suci ? pikirkanlah !

2. Nabi Nuh Mabuk dan Bugil


Kejadian 9 : 23 � 24
� Dan Shem dan Japhet mengambil sehelai pakaian, dan meletakan di atas bahu mereka, dan berjalan
undur ke belakang dan menutup tubuh bapanya yang telanjang dan muka mereka membelakangi bapa
mereka agar tidak melihat tubuh bapa mereka yang bugil itu. Dan Nuh tersadar dari araknya, dia tahu apa
yang telah dilakukan oleh kedua anaknya�.

Apakah Allah mengutus Nabi Nuh yang digambarkan berperilaku seperti itu ? pikirkanlah ! Mungkinkah
ini penyelewengan yang dilakukan Yahudi untuk menyesatkan kaum kristian?

3. Kematian Yudas Pengkhianat, bandingkan !


Matius 27 : 3 � 5
�� Bila Yudas melihat Yesus telah dijatuhkan hukuman mati, dia menyesal lalu dia mengembalikan 30
uang perak upahnya kepada imam Yahudi; dan berkata : Aku telah berdosa mengkhianati orang yang
tidak berdosa sehingga dihukum mati. Yudas melempar uang itu ke dalam bilik sembahyang , lalu dia
menggantungkan diri.

Kisah Para Rasul 1 : 18 � 19


Apa yang terjadi yaitu dengan uang yang diterima Yudas dari perbuatannya yang jahat itu, dia membeli
sebidang tanah. Di situ dia tersungkur mati. Badannya terbelah dan perutnya terburai. Semua orang yang
tinggal di Yerusalem mendengar kejadian ini.�

4. Misteri Malkisedik
Ibrani 7 : 1 � 3 :
�Adapun Malkisedik itu, yaitu raja di Salem dan Imam Allah Taala, yang sudah berjumpa dengan
Ibrahim tatkala Ibrahim kembali daripada menewaskan raja-raja lalu diberkatinya Ibrahim.�

�Kepadanya juga Ibrahim sudah memberi bagian sepuluh esa. Makna Malkisedik itu kalau
diterjemahkan, pertama-tama artinya raja keadilan, kemudian pula raja di Salem, yaitu raja damai.�
Yang tiada berbapak dan tiada beribu, dan tiada bersilsilah dan tiada berawal atau berkesudahan
hidupnya, melainkan ia disamakan dengan Anak Allah, maka kekallah ia imam selama-lamanya.�

Jelas sekarang, bahwa Malkisedik seorang raja di Salem tanpa bapa dan ibu, malah tiada silsilahnya.
Apakah cerita yang disebutkan dalam Kitab Injil ini benar ayat dari Allah atau cuma dongeng purba atau
dongeng sebelum bobo buat adik bayi kita supaya tertidur ?

Kalau umat Kristian memuja kehebatan Yesus, memujanya anak tuhan, bahkan Tuhan itu sendiri, yang
tidak berawal serta berakhir, maka kenapa Malkisedik yang sakti mandraguna ini tidak diangkat sebagai
salah satu cabang Tuhan juga ? mungkin bisa menjadi tokoh ke-4 memainkan peranan Tuhan.

Yesus ternyata tewas dibanding Malkisedik, Yesus masih dilahirkan oleh Mariam atas kekuasaan Tuhan
Bapa, sementara Malkisedik tidak memiliki Bapa dan tidak memiliki ibu sama sekali, silsilahnya pun
tidak ada.

Jika memang Malkisedik ini kekal. Dimana beliau sekarang berada dan apa yang tengah ia lakukan? Jadi
masih mungkinkah kitab ini dipercaya, atau yang mempercayainya masih serupa mereka yang
mempercayai keris, tanpa ilmu pengetahuan, hanya kebutaan ?
Mengenai Bible (3)

Kitab Suci / Holy Bible dalam agama kristen itu terbagi dalam dua bagian, yaitu : Old Testament
(Perjanjian Lama) dan New Testament(Perjanjian Baru). Literatur kristen dalam bahasa Indonesia
memanggil salinan kitab suci itu dengan �Alkitab�.

Biblia, yang merupakan Kitab Suci dalam agama Yahudi, dipanggil oleh pihak kristen dengan Perjanjian
Lama dan merupakan bagian dari kitab suci agama kristen. Biblia itu terbagi atas tiga bagian : Torah dan
Nebiim dan Kethubiim.

Kitab suci agama Yahudi itu disebut juga �Perjanjian�. Inti isinya termaktub dalam Sepuluh Perintah
(Ten Commadments) seperti termuat dalam Keluaran (20: 1-12) dan dalam Ulangan (5:1-21), yang
merupakan perjanjian Yahuwa dengan bani Israil.

Sepuluh Perintah itu termuat dalam dua buah Luh, yang dibawa turun oleh Nabi Musa dari puncak sebuah
bukit batu di semenanjung Sinai, yang pada puncak yang terpandang suci itu Nabi Musa menerimakan
perjanjian dari Allah Maha Kuasa (Yahuwa)

Di dalam hubungan perjanjian Yahuwa dengan bani Israil itu, Kitab Suci Al-Qur�an dari agama Islam
menyebut �Perjanjian� tersebut dalam berbagai Surah dengan al-Mitsaq , (Baqarah, 27; Ra�ad, 27;
Nisak, 153; Maidah, 15; Baqarah, 63, 84,93; dan berbagai Surah lainnya), yang bermakna: Perjanjian.

Karena pihak kristen berpendirian bahwa ketetapan yang diberikan Allah Maha Kuasa kepada Jesus (Isa
Al-Masih) itu pun merupakan perjanjian, maka lahir dua istilah dalam dunia kristen, yaitu : Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru / New Testament

Perjanjian Baru merupakan kitab suci yang paling azasi dalam agama kristen sekalipun dunia kristen itu
mengakui kitab suci agama Yahudi merupakan bagian dari kitab sucinya juga.

Perjanjian Baru itu terbagi atas empat bagian :


1. Gospels (himpunan Injil) terdiri atas empat Injil :
a. Injil Matius, karya Matius.
b. Injil Markus, karya Markus.
c. Injil Lukas, karya Lukas.
d. Injil Yahya, karya Yahya.

2. Acts of Apostles (Kisah Rasul-Rasul) terdiri atas sebuah kitab saja, yang merupakan karya Lukas.

3. Epistles (himpunan Surat) terdiri dari 14 buah Surat Paulus (Rum, Korintus Pertama, Korintus Kedua,
Galatia, Epesus, Pilipi, Kolose, Tesalonika Pertama. Tesalonika Kedua, Timotius Pertama, Timosius
Kedua, Titus, Pilemon, Ibrani, 1 buah Surat Yakub (James), 2 buah Surat Peterus, 3 buah Surat Yahya, 1
buah Surat Yahuda.

4. Apocalypse (Wahyu) terdiri� atas sebuah kitab saja, yang merupakan karya Yahya.

Perbandingan luas isi dari keempat-empat bagian itu, dengan meminjam Kitab Perjanjian Baru cetakan
1955 yang diterbitkan Gedung Alkitab di Jakarta, tercatat sebagai berikut :
Injil Matius ���� : 93 halaman
Injil Markus ���� : 60 halaman
Injil Lukas ����- : 97 halaman
Injil Yahya ����- : 74 halaman
Kisah Rasul-Rasul � : 90 halaman
Surat Paulus ��� : 216 halaman
Surat-surat lain �� : 43 halaman
Kitab Wahyu ��� : 45 halaman
jumlah ====== : 718 halaman

Melihat perbandingan luas isi di atas dapat disimpulkan suatu fakta bahwa himpunan Surat-Surat Paulus
itu merupakan bagian yang sangat dominan di dalam Perjanjian Baru itu.

Synoptic Gospels

Keempat Injil di atas itu adalah tulisan empat tokoh mengenai peristiwa-peristiwa dalam kehidupan
Jesus, semenjak lahir sampai menjalankan missinya dalam wilayah Galelia (Palestina Utara) dan terakhir
dalam wilayah Judea (Palestina Selatan).

Tiga Injil yang pertama (Matius, Markus, Lukas) itu disebut dengan Synoptic Gospels, yakni Injil-Injil
yang hampir bersamaan isinya.
Sekalipun dijumpai perbedaan-perbedaan kecil di sana sini mengenai urutan Silsilah, urutan Kejadian,
ragam Peristiwa, akan tetapi dalam rangka keseluruhannya hampir bersamaan.

Kalangan Sarjana-sarjana-Bible (Biblical Scholars), yang melakukan penelitian secara intensif terhadap
satu persatu Injil itu, menyimpulkan bahwa masing-masing penulis Injil sama-sama memungut dari suatu
Sumber Asal, akan tetapi Sumber-Asal (Q) itu sudah tidak dijumpai kini dan tidak dikenal sama sekali.

Sebaliknya Injil Yahya mempunyai cara sendiri di dalam mengisahkan kehidupan beserta missi dari
Jesus itu. Baikpun urutan Kejadian maupun ragam peristiwa agak jauh berbeda dengan 3 Injil yang
disebut Synoptic Gospels itu.

Perbedaan lainnya bahwa 3 lnjil yang pertama itu bercerita dalam bentuk yang sederhana dan mudah
dipahami, akan tetapi Injil Yahya telah dipenuhi oleh ungkapan-ungkapan filosofis.

Perbedaan lainnya yang sangat tajam sekali ialah mengenai lama missi yang dijalankan Jesus dalam
wilayah Galelia dan wilayah Judea itu. 3 Injil pertama bercerita bahwa Jesus Kristus itu menjalankan
missinya dalam masa satu kali Perayaan Paskah, lalu tertangkap pada masa perayaan Paskah itu di
Jerusalem. Jadi, Jesus menjalankan missinya dalam tempo lebih kurang satu tahun saja.

Tetapi Injil Yahya bercerita bahwa Jesus Kristus itu menjalankan missinya dalam masa tiga kali
Perayaan Paskah, dan terakhir ditangkap dalam Perayaan Paskah di Jerusalem. Jadi menurut Yahya,
Jesus Kristus menjalankan missinya dalam tempo 3 tahun, bukan satu tahun seperti keterangan ketiga
Injil yang tergolong Synoptic Gospels itu.

Keempat Injil itu disusun penulisnya di dalam bahasa Greek kuno (Yunani). Sedangkan Jesus Kristus
lahir dan hidup dalam lingkungan masyarakat Yahudi di Palestina, yang dewasa itu berada di bawah
kekuasaan imperium Roma, dan menjalankan missinya dalam lingkungan masyarakat Yahudi itu, yang
dewasa itu cuma mengenal dan mempergunakan bahasa Arainik yaitu suatu dialek dari bahasa Ibrani
(Yahudi).

Nazarenes dan Christians

Pengikut Jesus yang pertama sekali terdiri atas kelompok-kelompok Yahudi dalam wilayah Galelia
maupun Judea, yang oleh kalangan Sarjana-sarjana Bible (Biblical Sholan) disebut dengan Early
Christians, yakni Orang kristen yang pertama sekali.

Pada masa hidup Jesus sendiri maupun masa berikutnya belum dikenal sebutan orang kristen
(Christianis). Mereka itu cuma disebut oleh kalangan lainnya, terutama oleh pihak-pihak yang
menantang Jesus, dengan sebutan Nazarenes. Yakni para pengikut Nazareth. Hal itu disebabkan Jesus
sekalipun dilahirkan di Bethlehem, akan tetapi keluarganya menetap di kota-kecil Nazareth dalam
wilayah Galelia.

Oleh sebab itulah para mukmin pertama itu disebut pihak lawannya dengan pengikut orang Nazareth
atau Nazarenes. Dari sebutan Nazarenes itulah lahir sebutan Nashara dalam bahasa Arab dan sebutan
Nasrani dalam bahasa Indonesia.

Sedangkan sebutan Christians (Kristen) baru muncul pada masa belakangan, jauh sepeninggal Jesus.
Sebutan itu bermula lahir di kota besar Antiokia di Syria Utara, sewaktu Barnabas dan Paulus
menjalankan missinya di kota besar itu, yang mempunyai kedudukan sebagai ibukota imperium Roma
untuk wilayah belahan Timur.

Disebabkan Barnabas dan Paulus di dalam missinya tidak henti-hentinya menyatakan dan menegaskan
bahwa Jesus itu adalah Christos (AI-masih) maka orang sekitarnya memanggilkan mereka itu dengan
para pengikut Kristus (Christians). Dari situlah lahir sebutan Orang kristen di dalam bahasa Indonesia.

Jesus wafat, menurut A. Powell Davies di dalam The First Christian cetakan 1957 halaman 13, sekitar
tahun 29 Masehi. Pendapat itu dikukuhkan oleh Hugh J. Schonfield dalam The Authentic New
Testament cetakan 1958 halaman XIV.

Sedangkan peristiwa pada kota-besar Antiokia itu terjadi, menurut Hugh J. Schonfield, sekitar tahun 46-
48 masehi. Jadi Iebih kurang dua puluh tahun sepeninggal Jesus barulah muncuI sebutan Christians
(orang Kristen).

Early Christians (Kristen Pertama) dan Gentile Christians (Orang Kristen Asing / Berikutnya)

Pada akhirnya pecah sengketa sengit antara Barnabas dengan Paulus pada kota-kota besar Antiokia itu
(Kisah Rasul-Rasul, 15 :39), dan juga Peteros dengan Paulus pada kota-besar Antiokia itu ia, 2: 11-21 ).
Inti pokok yang menyebabkan sengketa itu tidak pernah dijelaskan di dalam Kisah Rasul-Rasul, akan
tetapi hal itu akan dicoba dijelaskan dalam uraian berikut.

Karena sengketa sengit itu Paulus bersama Silas meninggalkan kota-besar Antiokia untuk selama-
lamanya (Kisah Rasul-Rasul, 15:40-41) menuju Asia Kecil dan Makedonia dan semenanjung Achaia
(Grik) guna mengembangkan ajarannya dalam lingkungan orang Grik dan mereka itulah yang disebut
dengan Gentile Christians (Orang kristen Asing).

Sebutan itu lahir dalam dunia kristen untuk membedakan kelompok Pengikut yang Baru itu dengan
Kristen Petama, Early Christians, yakni para pengikut Jesus Kristus yang mula-mula dalam lingkungan
masyarakat Yahudi di Palestina, yang disebut dengan Nazarenes itu.

Para pengikut yang pertama diyakini telah musnah sebagian besarnya pada masa pemberontakan total
bangsa Yahudi di Palestina terhadap penindasan imperium Roma, yang berlangsung sepuluh tahun
lamanya, yaitu antara tahun 65 sampai 75 masehi. Legiun X dari pihak Roma melakukan pembunuhan-
pembunuhan massal (massacre) pada perkampungan-perkampungan Yahudi di seluruh Palestina, kecuali
yang sempat melarikan diri ke lembah Mesopotamia dan Arabia Selatan dan berbagai wilayah lainnya.

Sewaktu Panglima Titus pada tahun 70 masehi berhasil merebut dan menguasai benteng pertahanan
terakhir dari pihak Yahudi, yaitu Kota Suci Jerusalem, maka berlangsung pembunuhan massal lagi.
Panglima Titus bertindak menghancurkan Bait Allah di atas bukit Zion, yakni Bait Allah yang terkenal
megah dan agung itu, yang pada masa dulu bermula dibangun oleh Nabi Sulaiman dan dikenal dengan
Kuil Sulaiman (Solomon�s Temple).

Panglima Titus mengumumkan wilayah Jerusalem dan sekitarnya dikuasai kini oleh pihak imperium
Roma dan wilayah tersebut diberi nama dengan : Aeliae Capitolae. Semenjak tahun 70 masehi itu setiap
orang Yahudi tidak di izinkan memasuki wilayah Aelice Capitolae itu.

Semenjak pemberontakan total yang gagal itulah dikenal dalam sejarah bangsa Yahudi dengan Great
Diaspora, yakni masa memencar tanpa tanah air. Pada masa yang sangat tragis itu diyakini kelompok-
kelompok pengikut Jesus yang pertama-tama (Early Christians) ikut musnah. Kecuali kelompok kecil
yang sempat meliputkan dirinya ke kota Pella di seberang sungai Jordan, yang pada masa belakangan
dikenal dengan sekte Ebionites yang mempunyai Injil sendiri yang dikenal dalam sejarah dengan
Ebionite Gospel (Injil Ebionites), yang isinya jauh berbeda dengan Injil-Injil yang menjadi pegangan
dunia kristen pada masa berikutnya dan kini.

Karena kelompok yang pertama-tama dapat dikatakan telah musnah pada masa pemberontakan itu maka
berkembanglah kelompok pengikut yang baru, dibawah ajaran Paulus, yaitu Gentile Christians (Orang
Kristen Asing).
Artikel-artikel yang berisikan data sejarah versi Alkitab dalam bahasa Indonesia/Melayu di Indonesia.

 Agama Kristen Orang-orang Barat

Data tentang agama Kristen orang-orang Barat yang datang ke Indonesia pada abad ke-16 dan

ke-17, yaitu orang-orang Portugis dan orang-orang Belanda.

 Alkitab yang Bungkam Dalam Bahasa Nusantara (Indonesia, abad ke-17 dan ke-18)

Kisah tentang penerjemahan Alkitab dalam Bahasa Nusantara. Terdapat juga kutipan Doa Bapa

Kami dalam 3 terjemahan, yaitu: terjemahan Ruyl, terjemahan Daniel Bruwerius, terjemahan

Bahasa Melayu Dr. Melchior Leydekker.

 Alkitab di Tanah Hindia Belanda


Sejarah penerjemahan Alkitab di Tanah Hindia Belanda,oleh Rev. R. Kilgour,D.D.
 Seri Alkitab

 Alkitab: Di Bumi Indonesia

Penerjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia di bumi Indonesia.

 Alkitab: Pada Masa Lampau

Penerjemahan Alkitab ke dalam berbagai-bagai bahasa daerah di Indonesia selama abad

ke-19.

 Alkitab: Untuk Masa Kini

Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Indonesia selama abad ke-20.

 Alkitab: Sepanjang Masa Depan

Mengapa perlu ada terjemahan baru? Mengapa tidak cukup kalau kita masih tetap

membaca Alkitab versi lama?

 Bintang Pelajar Sekota (Indonesia, 1939-1995)

Kisah penerjemahan Alkitab dalam Bahasa Indonesia, yaitu Alkitab Kabar Baik (Alkitab Bahasa
Indonesia Sehari-hari).

 Dicari: Penerjemah Alkitab (Indonesia, abad ke-17 s.d. abad ke-20)

Cerita penerjemahan Alkitab dalam Bahasa Melayu.

 Jemaat Kristen

Artikel tentang pekerjaan pekabaran Injil di Ambon.

 Organisasi, Ajaran, dan Kehidupan Gereja Pada Zaman VOC

Artikel tentang keadaan gereja pada zaman VOC.

 49 Tahun Mengukir Karya

Artikel tentang 49 tahun LAI berkarya dalam proyek penerjemahan Alkitab di Indonesia.
 Seri Lembaga Alkitab
 Lembaga-lembaga Alkitab Yang Berbahasa Melayu/Indonesia

Data tentang lembaga-lembaga Alkitab yang berbahasa Melayu/Indonesia.

 Lembaga-lembaga Pekabaran Injil Belanda dan Para Utusannya

Data tentang Lembaga-lembaga Pekabaran Injil Belanda.

 Matius 5:3-12 dan 28:18-20 Dalam Duabelas Terjemahan

Data tentang Matius 5:3-12 dan 28:18-20 dalam duabelas bahasa daerah.

 Mengenal Kitab Suci Anda

Terdiri dari 5 bagian. Serba-serbi penerjemahan Alkitab dan Amanat Agung menurut sudut

pandang LAI.

 Para Pekerja Gereja

Artikel tentang para pekerja gereja di Indonesia.

 Pekabaran Injil di Indonesia dari Tahun 1500 Sampai Tahun 1800

Pekerjaan beberapa pendeta tentang Pekabaran Injil di Indonesia dari tahun 1500 sampai tahun

1800.

 Penerjemahan Alkitab di Indonesia; Tinjauan Historis

Tinjauan historis tentang Penerjemahan Alkitab di Indonesia.

 Pengadaan Alkitab di dalam Gereja Sepanjang Masa

Upaya Gereja Kristen pada abad-abad pertama untuk mengadakan Alkitab sebagai Kitab Suci.
 Pengantar Alkitab

 Info BIS: Kata Pengantar

Info Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) tentang proyek penerjemahan Alkitab dalam Bahasa

Indonesia Sehari-hari.

 Pendahuluan Today's Malay Version

Pendahuluan Alkitab Today's Malay Version.

 Pengantar Firman Allah Yang Hidup

Pengantar Alkitab Firman Allah Yang Hidup.

 Prakata Kitab Suci Injil

Kata pengantar dari versi Alkitab Kitab Suci Injil

 Prakata Kitab Suci Komunitas Kristiani

Prakata Kitab Suci Komunitas Kristiani.

 Persebaran Firman di Sepanjang Zaman

Untuk dapat mengenal keadaan sekarang, perlu sekali diadakan tinjauan masa lampau untuk

melihat bagaimana Alkitab digunakan sejak Injil Matius diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu

tahun 1629 hingga terjemahan lengkap Alkitab dalam bahasa Indonesia sekarang.
 Sejarah Gereja di Indonesia Pada Zaman VOC (1596-1799)

Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu dengan cepat mendapat perhatian, tetapi

pekerjaan itu baru selesai sesudah satu abad lebih.

 Sejarah Penerjemahan Alkitab dalam Bahasa Melayu/Indonesia

Terdiri dari 15 bagian. Data tentang sejarah penerjemahan Alkitab dalam Bahasa

Melayu/Indonesia.

 Terbitan-terbitan Alkitab di Indonesia

Alkitab yang dapat dibaca umat Indonesia adalah hasil terjemahan. Ada dua terjemahan yang

sampai sekarang populer di Indonesia, yaitu Alkitab Terjemahan Baru (TB) dan Alkitab dalam

Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS).

 Terjemahan Kitab Suci di Indonesia

Artikel terjemahan Alkitab yang ada di bumi Indonesia.

 Terjemahan Kitab Suci

Berbagai macam terjemahan Kitab Suci dalam bahasa Indonesia

 Terjemahan Kitab Suci Dalam Brosur "Pendalaman Kitab Suci"

Artikel tentang terjemahan Kitab Suci dalam brosur dwi bulanan "Pendalaman Kitab Suci" yang

sejak bulan Januari tahun 1992 diterbitkan oleh Lembaga Biblika Indonesia
Dalam tahun 1860-an orang Kristen Protestan di Indonesia berjumlah sekitar 120.000 (§ 27). Pada

tahun 1938 orang yang sudah dibaptis berjumlah 1.665.771, atau sekitar 2,5% seluruh penduduk

Indonesia. Di antaranya 700.000 termasuk GPI, 415.000 termasuk HKBP. Kelompok besar lainnya

terdapat di Nias (125.000) dan di Sangir-Talaud (120.000). Di pulau Jawa pada tahun itu ada 98.000

orang Kristen, di antaranya 27.000 anggota GPI. Kita menarik kesimpulan bahwa lebih dari separo

orang Kristen Indonesia tinggal di atau berasal dari daerah yang sudah dikristenkan pada masa VOC,

dan bahwa pada waktu itu sepertiga dari orang Kristen di Indonesia termasuk gereja yang lahir dari

usaha zending Jerman (RMG). Badan-badan zending Belanda dan gereja-gereja mandiri yang lahir

darinya (yang biasanya terdapat di daerah-daerah yang berpenduduk jarang atau yang beragama

Islam) mencakup sekitar 235.000 jiwa atau 15% (tidak termasuk 120.000 yang di Sangir-Talaud).

Orang Kristen Indonesia warga badan gereja yang berasal dari Amerika (Metodis, CAMA) berjumlah

15.000 orang. Anggota gereja Adventis (1938:±5.000) dan Pentakosta tidak terhisab dalam angka-

angka ini.

Penyebaran lebih merata

Boleh dikatakan bahwa pada tahun 1860 belum ada kekristenan pribumi di Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi (di luar Minahasa dan Sangir-Talaud), dan Irian, sebab di masing-masing daerah

itu orang Kristen berjumlah paling banyak beberapa ratus orang. Agama Kristen masih terbatas pada

daerah-daerah bekas jajahan Kompeni (dan daerah Portugis di NTT. Pada tahun 1938, agama Kristen

sudah tersebar ke seluruh wilayah Nusantara, walaupun belum secara merata. Pada tahun itu

persentase orang Kristen Protestan tetap paling tinggi di Maluku Selatan, di Sulawesi Utara, dan di

Nusa Tenggara Timur, di samping di Sumatera Utara. Namun, di Sumatera, di Sulawesi (tidak

terhitung Minahasa dan Sangir-Talaud), dan di Irian, persentase orang Kristen berada pula di atas

persentase nasional. Di Kalimantan dan di Jawa, persentase orang Kristen jauh di bawah persentase

nasional.

Alasan masuk Kristen

Pokok ini sudah dibicarakan juga dalam § 14 dan 27. Dalam masa yang kita bicarakan di sini, faktor-

faktor yang sudah disebut di sana tetaplah berperan. Dilihat dari sudut pandangan rakyat, zending

tetap bersekutu dengan penguasa kolonial; alasan psikologis (§ 14) bahkan lebih kuat lagi kini

daripada sebelum abad ke-19, disebabkan pengaruh peradaban Barat semakin terasa sampai ke

pelosok. Di pihak lain, kita tidak perlu beranggapan seakan-akan orang Indonesia, khususnya mereka
yang tinggal di pedalaman dan yang masih menganut agama dan kebudayaan nenek-moyang,

memandang para pekabar Injil dari Barat dengan takjub dan dengan senang hati mengikuti saran

mereka agar masuk ke agama yang "lebih tinggi" itu. Dari laporan para zendeling kita tahu bahwa

kebalikannya yang benar. Orang Irian, Poso, dan lain-lain cenderung untuk memandang enteng orang

kulit putih yang belum fasih berbicara, yang tidak memiliki kepandaian-kepandaian yang perlu untuk

menyambung hidup di tengah rimba raya. Mereka baru terkesan oleh pribadi seorang pekabar Injil

kalau ia ini berhasil menyamai mereka dalam salah satu kepandaian itu, seperti mengadakan

perjalanan jauh melalui hutan rimba (A.C. Kruyt di Poso) atau berburu rusa (Gouweloos di Kendari),

atau ikut berbicara dalam perkara-perkara adat yang berbelit-belit (A.C. Kruyt, Nommensen). Atau

mereka tertarik karena ia bersama mereka menghadapi bahaya musuh yang menyerang kampung

atau bahaya ombak di laut (Geissler di Irian). Pun adanya rasa hormat bagi pribadi pekabar injil itu

belum berarti mereka rela untuk menerima agama yang dibawanya. Berkali-kali kita melihat bahwa

tokoh-tokoh "kunci" di salah satu lingkungan menerima agama Kristen karena menjadi yakin bahwa

agama itu menawarkan jalan keluar dari keadaan yang macet. Berkenaan dengan kehidupan pribadi:

jalan keluar dari cengkeraman roh-roh, karena agama Kristen menawarkan perlindungan oleh Allah

(Yesus Kristus) yang lebih kuat daripada roh-roh itu. Berkenan dengan kehidupan suku: karena

agama Kristen dengan perintah kasihnya menawarkan jalan keluar dari lingkaran setan berupa perang

antar-kampung dengan balas-membalas yang tak henti-hentinya (demikianlah alasan Raja Pontas

Lumbantobing, § 42). Di beberapa daerah, zending sendiri tidak berhasil memutuskan lingkaran setan

itu, namun pekabaran Injil membangkitkan kesadaran yang begitu kuat, sehingga orang masuk

Kristen secara massal begitu pemerintah kolonial masuk memaksakan perdamaian. Tentu ada juga

alasan-alasan lain yang menyebabkan orang masuk Kristen. Didaerah-daerah dengan unsur feodal

yang kuat,rakyat dengan sendirinya mengikuti kepalanya kalau ia ini sudah masuk. Ada yang masuk

berdasarkan pertimbangan ekonomis , yakni karena agama Kristen, yang tidak mengenal kurban

hewan dan sebaginya, merupakan agama yang murah dibandingkan dengan agama nenek moyang.

Ada pula yang menjadi Kristen lewat jalur "alamiah": selagi masih bocah mereka masuk sekolah

zending, dipungut seorang zendeling menjadi anak asuh, mereka menempuh pendidikan menjadi guru

zending dan dengan jalan itu pun mereka dibimbing ke baptisan. Akhirnya, kita perlu memperhatikan

orang-orang perseorangan, yang terutama terdapat di pulau Jawa, yang sudah lama mencari

kebenaran agama, "air jernih", dan yang menemukannya di dalam Injil. Dalam kisah mengenai

petualangan rohani tokoh-tokoh itu biasanya mimpi-mimpi memainkan peranan besar.

Yang penting kita pegang dalam membicarakan persoalan alasan-alasan untuk masuk Kristen ialah

paham ini: orang masuk Kristen bukan karena terpukau oleh pribadi dan pesan zendeling Barat itu,
melainkan karena pertimbangan-pertimbangan mereka sendiri, yang berakar dalam lingkungan

agama, kebudayaan, dan politis mereka sendiri. Dengan perkataan lain: mereka menerima amanat

(Injil) sang zendeling, namun mereka menampungnya di dalam kerangka acuan lingkungan mereka

sendiri. Hal ini penting untuk diperhatikan karena menyadarkan kita bahwa setelah masuk Kristen

pun, orang-orang yang bersangkutan tidak semata-mata tergantung secara rohani dari sang

zendeling, tetapi menghayati iman mereka yang baru dengan cara sendir. Mungkin sekali cara ini

berlainan dengan cara pekabar Injil dari Barat menghayati iman Kristen, dan yang diduganya atau

diharapkannya menjadi cara orang Kristen Indonesia menghayatinya pula.

Persiapan untuk baptisan

Pada masa yang kita bahas dalam pasal ini, masa persiapan untuk baptisan tetap berbeda-beda.

Dalam lingkungan GPI, sering beberapa hari dianggap sudah mencukupi. Badan-badan zending

biasanya syarat lebih berat: orang harus mengikuti pelajaran agama sampai menghafalkan pokok-

pokok utama dari Alkitab dan dari ajaran keselamatan. Lamanya pelajaran itu setengah tahun hingga

dua tahun. Yang menonjol ialah praktik CAMA di Kaltim dalam hal ini (§ 50). Yang memberikan

pengajaran katekisasi biasanya seorang guru Indonesia; hanya pada tahap permulaan atau di tempat

tinggal seorang zendeling, zendeling itu sendiri yang mengajari calon-calon baptisan. Bahan yang

dipakai sering merupakan terjemahan buku katekisasi yang dipakai dalam gereja Belanda; adakalanya

seorang zendeling menyusun buku katekisasi yang baru. Bahasa yang digunakan bisa bahasa Melayu,

bisa bahasa daerah (bnd. § 26). Upacara pembaptisan tetap didahului oleh ujian. Di kalangan

lembaga-lembaga zending, ujian ini biasanya bersifat penyelidikan mendalam mengenai pengetahuan

dan keadaan rohani si calon. Pembaptisan berlangsung dengan cara pemercikan; hanya badan-badan

yang berakar dalam kebangunan rohani di Amerika menggunakan baptisan selam.

Tanggapan oleh masyarakat bukan Kristen

Masyarakat bukan Kristen tidak suka melihat kalau anggota-anggota masyarakat itu masuk Kristen.

Maka tidak jarang orang Kristen menghadapi pertentangan dari pihak masyarakat, apakah itu

masyarakat yang menganut agama suku, Hindu, atau Islam. Dalam lingkungan agama suku,

pertentangan itu dicetuskan terutama oleh kekhawatiran kalau-kalau penolakan orang Kristen untuk

turut menyelenggarakan upacara untuk nenek moyang dan untuk memelihara adat seutuhnya akan

membuat marah nenek moyang dan dengan demikian akan mendatangkan malapetaka. Agaknya

pada masa 1860-1942 tidak pernah terjadi pembunuhan (paling tidak, secara terbuka) atas diri

seorang Kristen, pun di daerah/pada masa pemerintah kolonial tidak berkuasa. Sebaliknya, yang
sering berlangsung ialah pemboikotan secara ekonomis. Desa merupakan persekutuan kerja; orang

secara bersama membangun rumah, membuat perahu, menggarap sawah. Kalau seseorang dikucilkan

dari persekutuan itu, maka keadaannya menjadi serba sulit. Di Jawa Barat, mula-mula juga di

Tapanuli, kenyataan ini memaksa para zendeling untuk mengumpulkan orang-orang Kristen dalam

kampung-kampung tersendiri (Cideres, Hutadame). Tetapi adakalanya masyarakat menanggapi

masuknya agama Kristen dengan cara yang lebih rasional: orang membandingkan hasil sawah-ladang

orang Kristen, yang ditanami tidak dengan menjalankan upacara tradisional, dengan hasil sawah-

ladang lainnya: kalau ternyata sama saja maka tiada alasan untuk menentang agama yang baru itu.

Dalam keadaan hampa kuasa yang di beberapa daerah terjadi dalam bulan Maret 1942 dan dalam

tahun 1945, orang Kristen banyak menderita, khususnya di daerah Jabar, Jateng, dan Sulsel.

Pemberontakan DI/TII merupakan zaman yang paling buruk, sebab sejumlah orang Kristen,

khususnya pemimpin jemaat, dibunuh oleh anggota gerombolan.

Gerakan kebangunan dalam agama suku

Tidak jarang juga masuknya agama Kristen (dan/atau pemerintah kolonial) mencetuskan gerakan

kebangunan dalam lingkungan agama suku. Orang merasa tidak puas karena adat mereka dirongrong

oleh ketentuan-ketentuan pemerintah dan oleh pengaruh pekabaran Injil. Lalu mencullah seorang nabi

yang menganjurkan supaya orang kembali melaksanakan adat dan menghormati dewa-dewa.

Demikianlah misalnya di Tana Toraja pada tahun 1919, 1921, dan 1923, atau di Tapanuli (§ 42).

Biasanya gerakan seperti itu akhirnya ditindas oleh pemerintah kolonial, seperti di Tapanuli pada

tahun 1916.

Gerakan-gerakan sinkretistis

Berhadapan dengan masuknya agama Kristen, agama suku tidak bersifat pasif saja atau menentang

semata-mata. Adakalanya para penganutnya secara kreatif menampung unsur-unsur agama Kristen.

Demikianlah kita dengar bahwa di Sumba seorang pemuka agama suku memasukkan tokoh Adam dan

Hawa ke dalam mitos tentang penciptaan dunia. Pada tahun 1929 di Tana Toraja, dalam upacara

persembahan kurban kepada dewata, nama Adam dan Yesus dipanggil bersama nama-nama dewata.

Di Poso, sekitar tahun 1920, sebagian penduduk (yang tetap menganut agama nenek moyang) tidak

bekerja lagi pada hari Minggu, agar tidak menimbulkan murka Allahnya orang Kristen. "Pue Ala" di

situ sudah ditampung lingkungan para dewata. Di beberapa daerah muncullah tokoh-tokoh "nabi",

yang pemberitaannya menggabungkan unsur-unsur Kristen dan bukan Kristen. Begitu di Poso; di sana

seorang wanita mengaku telah mendapat perintah dari Pue Ala (nama Allah yang dipakai oleh para
pekabar Injil) dan dari Pue mPalaburu (Tuhan Pencipta) untuk mengajak orang agar berkelakuan baik

dan mengikuti ibadah gereja dengan setia. Tetapi di samping itu, katanya, ia ditugaskan untuk

menyembuhkan orang sakit dan untuk menyuburkan tumbuhnya padi. Kedua kegiatan ini

dilakukannya seluruhnya menurut cara yang lazim dalam lingkungan agama nenek moyang. Maka

berduyun-berduyunlah orang menghadiri baik kebaktian Kristen maupun upacara-upacara tradisional.

Di Sumba seorang anak muda, yang telah mendapat ilham dalam mimpi, menganjurkan orang agar

mendengarkan dan menaati pemberitaan zendeling (1925).

Mesianisme

Kadang-kadang gejala sinkretisme itu menjelma dalam gerakan mesianis (gerakan yang berpusat

pada seorang tokoh yang mengaku diutus oleh Allah untuk membawa zaman kesejahteraan). Pada

tahun 1912, di kampung Letwurung (Babar, Maluku Selatan) muncul seorang tokoh yang mengaku

dirinya adalah Yesus Kristus yang telah kembali dari sorga ke bumi untuk menyembuhkan segala

penyakit dan membangkitkan orang mati. Dalam lingkungan Sadrach (§ 24,46) terdapat keyakinan

yang serupa berkenaan dengan tokoh Sadrach. Rupanya di sini kita menghadapi gerakan-gerakan

yang berlatar belakang agama tradisional, namun mengambl alih ciri-ciri tertentu (misalnya nama

tokoh Mesias) dari agama Kristen. Gerakan yang serupa paling sering muncul di Irian, yaitu gerakan

Koreri (§ 36). Rupanya sudah ada gerakan-gerakan Koreri sebelum Zending masuk. Tetapi setelah

agama Kristen menjadi agama yang dominan, unsur-unsur Kristen ditampung dalam gerakan Koreri.

Begitu misalnya dalam gerakan yang besar pada tahun 1938-1943, yang ditokohi seorang wanita

bernama Angganita Menufaur. Angganita mengambil nama Maria, tempat tinggalnya disebut

Betlehem, dan tokoh Manseren Manggundi (tokoh Mesias dalam mitos asli) disamakan dengan Yesus.

Pengikut gerakan itu malah melancarkan tuduhan bahwa para zendeling dan guru telah mengeluarkan

satu lembar dari Alkitab, yaitu yang mengandung pernyataan bahwa Yesus adalah Manggundi.

Meskipun demikian, mereka tetap mau dipandang sebagai orang Kristen. Dibandingkan dengan Afrika,

di mana muncul ribuan gereja sempalan yang berdasarkan sinkretisme dan mesianisme, di Indonesia

gerakan seperti itu jarang terjadi (§ 44).

Sama seperti pada masa sebelumnya, ibadah menikuti pola Barat. Dalam hubungan ini perlu dicatat

bahwa sesungguhnya pola "Barat" itu adalah pola yang sudah berlaku dalam gereja segala zaman,

namun dalam gereja Belanda atau (di Medan kerja RMG) Jerman telah diberi warna tertentu. Maka

"mengikuti pola barat" berarti bahwa,

1. gedung gereja bersifat sederhana. Biasanya gedung gereja itu memakai gaya bangunan ala

Barat. Adakalanya seorang zendeling membangun gereja menurut gaya setempat di pusat
resortnya (begitu di Malang, dengan memakai gaya pendopo, atau di Sangalla', Tator, mirip
rumah Toraja). Tetapi biasanya jemaat-jemaat lain tidak mau mengikuti contoh itu.

2. peranan jemaat terbatas pada menyanyi saja;

3. tata kebaktian bersifat sederhana, dengan tempat besar bagi pemberitaan firman dalam
khotbah;

4. perayaan Perjamuan Kudus jarang dilakukan.


Bahasa Ibadah

Di wilayah GPI biasanya ibadah memakai bahasa Melayu; di wilayah badan-badan zending sedapat

mungkin bahasa daerah yang digunakan dalam khotbah (bnd. § 26). Tetapi karena penerjemahan

Alkitab ke dalam bahasa daerah memakan waktu bertahun-tahun, maka biasanya mula-mula dipakai

Alkitab bahasa Melayu. Di beberapa daerah, hanya terjemahan PB yang diterbitkan. Dalam abad ke-

19 terjemahan Leydecker (§ 15) mulai dianggap sudah tidak memuaskan lagi. Antara tahun 1815-

1860, beberapa bagian Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu yang lebih sederhana. Pada

tahun 1879, Lembaga Alkitab Belanda menerbitkan Alkitab terjemahan Klinkert, yang menggantikan

terjemahan Leydecker (namun tidak diterima di Maluku). Terjemahan Klinkert itu sudah jauh lebih

dekat dengan bahasa Melayu orang Melayu sendiri. Pada tahun 1938, PB terjemahan Klinkert pada

gilirannya diganti oleh terjemahan Bode; pada tahun 1971 terbitlah terjemahan baru Lembaga Alkitab

Indonesia, yang menggantikan PL-Klinkert dan PB-Bode (dalam tahun 1990-an terjemahan baru itu

pun mengalami revisi).

Pemimpin ibadah

Yang memimpin ibadah biasanya penghantar jemaat Indonesia. Mereka ini tidak memakai lagi kitab

khotbah yabg dicetak, tetapi sedapat mungkin dibimbing oleh zendeling resortnya melalui bagan

khotbah yang dipersiapkan oleh zendeling dan yang sedapat mungkin dibicarakan bersama mereka.

Sakramen biasanya dilayankan oleh zendeling. Isi khotbah paling sering menyangkut keselamatan

yang dianugerahkan kepada manusia oleh karya Kristus dan perlunya menempuh kehidupan yang

sesuai dengan anugerah itu.

Anda mungkin juga menyukai