Anda di halaman 1dari 19

Nama : Hotman Nababan

Pro Putra Saragih

Ting/Jur : III-C/Theologia

M. Kuliah : Sejarah Gereja Indonesia I

Dosen : Berthalyna Tarigan, M.Th

Gereja di Indonesia dalam Masa Pendemi Covid-19

Kompetensi: Mahasiswa dapat menjelaskan pergumulan yang dialami Gereja di


Indonesia dalam melaksanakan Panggilan Gereja pada masa Pendemi Covid-19

I. Pendahuluan

Pada tahun 33 M, ketika hari turunnya Roh Kudus di Yerusalem, itu merupakan
pertanda bahwa gereja telah melembaga dan hadir di tengah-tengah dunia sebagai suatu
persekutuan. Dalam perjalanannya, gereja terus mengalami perkembangan, hambatan,
tantangan di tengah dunia. Ini menandakan bahwa gereja memang hidup dalam sejarah,
waktu, ruang dan dimensi yang dapat dilihat, diamati dan dipelajari oleh manusia. Gereja
yang sebagai lembaga itu hadir di tengah-tengah dunia pun turut merasakan bagaimana
gejolak-gejolak yang terjadi di dunia ini. Gereja turut berkembang dalam konteks di mana dia
berdiri.

Dalam perkembangan yang seiring perjalanan sejarah, maka gereja pun turut hadir di
Indonesia melalui pekabaran Injil yang dilakukan oleh orang-orang Kristen ke bumi
Nusantara. Kehadiran Covid-19 ke dunia ini yang berasal dari Wuhan, China. Telah
mempengaruhi segala bidang kehidupan manusia, bukan hanya bidang kehidupan manusia,
namun juga mempengaruhi segala bidang lainnya di dunia ini termasuklah Gereja, kehadiran
Covid-19 ini menjadi pergumulan baik manusia, gereja dan lain sebagainya. Secara khusus
gereja di Indonesia, pada kesempatan ini kami penyaji akan memaparkan sajian kami
mengenai pergumulan gereja dalam melaksanakan panggilan gereja pada masa Pendemi
Covid-19 di Indonesia. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita semua Tuhan Yesus
memberkati.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Gereja

Kata Gereja dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Portugis, namun kata asal itu
juga diambil dari kata Yunani yaitu: kuriake yang aslinya berarti “milik Tuhan”.1 Sedangkan
Abineno mengungkapkan bahwa Gereja adalah “umat Allah yang dipanggil keluar dari
kegelapan kepada terangnya yang ajaib untuk memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang
besar”. Jadi Gereja merupakan suatu umat yang dipanggil keluar dari kegelapan ke dalam
terang-Nya dan menjadi umat milik kesayangan Tuhan.2

II.2. Latar Belakang Pendemi Covid-19

Virus Corona dan Covid-19 adalah dua istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Corona
adalah nama virus. Covid-19 adalah nama penyakit yang disebabkan virus corona. Covid-19
sebenarnya adalah akronim dari "Co" untuk "corona", "Vi" untuk "virus", dan "D" untuk
disease yang berarti penyakit',"19" untuk tahun kemunculan wabah yakni 2019. Jadi kalau
ditulis lengkap, Corona Virus Disease-2019 (Covid-19).Virus Corona menjadi momok
(menakutkan) karena proses penyebarannya begitu cepat dan akibatnya sangat fatal.
Penyebarannya melalui droplet, butiran ludah, oleh karena itu pemerintah menganjurkan
physical distancing atau penjarakan raga/fisik (dilarang bersentuhan) dan wajib masker.
Orang yang terinfeksi jika tidak cepat ditangani, pasien akan meninggal dalam 24 hari,
dihitung mulai dari masa inkubasi (waktu antara infeksi dan gejala pertama muncul). Orang
yang dicurigai terinfeksi virus dibagi dalam 3 kategori: ODP (Orang Dalam Pemantauan),
PDP (Pasien Dalam Pengawasan), Suspect (Terduga). Yang dikategorikan ODP harus
dipantau. Yang PDP harus dikarantina (membatasi atau memisahkan diri guna memantau
gejala terinfeksi). Dan yang Suspect harus diisolasi (disendirikan) di Rumah Sakit. Pasien
Covid 19 harus dirawat dalam ruangan khusus dengan mengikuti protokol yang ketat (aturan
main yang harus dijalankan). Pasien positif tidak bisa dibesuk. Petugas medis harus
mengenakan APD (alat pelindung diri), Jika Pasien meninggal. jenazah harus dikubur
selambat-lambatnya 4 jam. Tidak boleh dihadiri pelayat kecuali setelah jenazah selesai
dikubur dengan prosedur yang tepat.3
Pandemi Covid-19 yang menggemparkan dunia dan menjangkiti 2,99 jt orang per 27
April 2020 di seluruh dunia. Pandemic Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona pertama
1
Martin B. Dainton, Gereja Milik Siapa? (Jakarta: OMF, 1994), 10.
2
J. L. Ch. Abineno, Garis-garis Besar Hukum Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 2.
3
Pardomuan Munthe, Gempa Rohani, (Medan: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI, 2020)), 77.
kali ditemukan di Negara China tepatnya di kota Wuhan dan pada akhir Desember 2019.
Adapun kronologi terjadinya pandemic Covid-19 yang terjadi di dunia dan di Indonesia
menurut Secon, Woodward and Mosher adalah sebagai berikut:
1. Pada tanggal 31 Desember 2019, petugas kesehatan Tiongkok memberikan informasi
kepada WHO bahwa terdapat 41 orang terinfeksi oleh penyakit pneumonia misterius.
Mereka yang menderita penyakit ini sebagian besar yang memiliki aktiviats inti di
pasar grosir makanan laut di Huanan, Cina.
2. Pada tanggal 1 Januari 2020, pasar grosir makanan laut di Huanan, Tiongkok ditutup
oleh pemerintah Cina.
3. Pada tanggal 7 Januari 2020, pejabat kesehatan Tiongkok menemukan jenis baru
coronavirus yang disebut corona virus novel atau nCoV.
4. Pada 11 Januari 2020, kematian pertama di Tiongkok
5. Pada tanggal 13 Januari 2020, kasus pertama di Luar tiongkok ditemukan yaitu di
Thailand.4

Beberapa bulan ini Indonesia bahkan dunia sedang mengalami masa-masa yang sulit,
oleh karena maraknya penyebaran Virus Covid 19. Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota
Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia
dengan sangat cepat dan menyebar ke puluhan negara, termasuk Indonesia, hanya dalam
beberapa bulan. Penyebarannya yang cepat membuat beberapa negara menerapkan kebijakan
untuk memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia,
pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan
penyebaran virus ini 5.

Pada tanggal 13 Juli 2020 Kementrian Kesehatan Indonesia mengeluarkan Buku


digital Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disesase (Covid-19) Revisi ke-5
berdasarkan rekomendasi WHO terkini. Di sini beberapa istilah terkait penanganan Covid-19
telah diubah, misalnya istilah Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) diganti menggunakan sebutan kasus suspek. Lebih lengkap tentang hal itu
dapat dibaca di BAB III (Surveilans Epidemiologi) Buku digital tersebut. Pada poin 3.2
(Definisi Operasional) dijelaskan definisi operasional kasus Covid-19 yaitu Kasus Suspek,
Kasus Probable. Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded Selesai
Isolasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak
4
Lucky Nugroho, Gotong Royong Menghadapi Pandemi Covic-19, (Jawa Timur: Clara Media, 2020), 8-
10.
5
https://www.alodokter.com/covid-19, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 19.00 Wib.
Erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan
(ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG). Apa yang dimaksud
Kasus-kasus tersebut dapat dibaca pada halaman 40 43.

Berita terakhir mengenai perkembangan Covid-19 diberitakan Kompas TV pada


Kamis, 20 Agustus 2020 mengenai meninggalnya 3 orang pasien di Banyumas Jawa Tengah
yang mengalami gejala Happy Hypoxia dinilai mengkuatirkan karena gejala ini masih
tergolong baru. Tanpa demam, batuk atau tanpa menunjukkan gejala umum corona, ketiganya
meninggal karena penurunan kadar oksigen dalam darah. Dalam keadaan normal, kadar
Oksigen dalam darah 95. 100%, tetapi penderita gejala Happy Hypoxia kadar oksigennya
bisa turun hingga dibawah 50%. Gejala ini sering menipu karena pasien masih terlihat baik-
baik saja dan bisa beraktifitas, padahal dalam darahnya sedang mengalami penurunan kadar
oksigen dalam darah Lambat laun kondisi pasien bisa memburuk dan nyawanya terancam
jika tidak segera diatasi.6

II.3. Dampak Masa Pendemi Covid-19 di Indonesia7


a. Agama
1. Semua tempat ibadah harus ditutup untuk umum.
2. Pemakaman orang yang meninggal bukan karena Covid-19 dengan
jumlah yang hadir tidak lebih dari dua puluh orang. 8

b. Sosial

Covid-19 menimbulkan “penjarakan fisik/raga” dan “tetap di rumah”, sehingga


menghalangi aktivitas kekerabatan sosial melalui perjumpaan-perjumpaan dan kumpul-
kumpul untuk diskusi, berkomunikasi, nyanyi/ paduan suara, ibadah bersama, belajar
bersama dan lain-lainnya.

c. Ekonomi

6
Pardomuan Munthe, Gempa Rohani, (Medan: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI, 2020)), 78-
79.
7
Pardomuan Munthe, Gempa Rohani, 92-93.
8
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200405020913-12-490389/daftar-larangan-psbb-untuk-
cegah-covid-19, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 19.30 Wib.
Terjadi bencana ekonomi keluarga, karena sumber dan kegiatan ekonominya berhenti
atau drastis berkurang/melemah. Kondisi ini terutama menimpa karyawan-karyawan pekerja
yang di rumahkan karena situasi Covid-19 menyebabkan pasar/ konsumen/ pengunjung
menjadi sepi, misalnya pabrik , hotel, tempat-tempat wisata, restoran/ rumah makan, mall,
swalayan, pedagang di pasar, harga produk tani yang anjlok, dan lain sebagainya.s

d. Politik
Pandemi Covid-19 mempengaruhi system politik beberapa Negara yang
menyebabkan skorsing kegiatan legislative , isolasi atau kematian beberapa politisi dan
penjadwalan ulang pemilihan karena kekhawatiran menyebarkan virus.9

e. Kesehatan

Pada masa Covid-19 ini, situasi yang sangat menegangkan dan menakutkan adalah
ketika ada yang jatuh sakit dan membutuhkan penanganan medis. Tentu sudah banyak isu-isu
yang kita dengar tentang ini, apalagi bila “calon pasien” itu dicurigai suspeck Covid-19.
Belakangan ini beredar juga isu tentang Rumah Sakit yang membisniskan Covid-19, yaitu:
“pasien” biasa diklaim suspeck Covid-19.

f. Usia dan Penyakit Permanen

Sejak mewabahnya Covid-19 sudah dihimbau kepada yang Usia Balita dan Usia
Lanjut serta yang memiliki riwayat penyakit permanen untuk ekstra hati-hati. Sebab mereka
sangat rentan (peka) terhadap serangan virus Corona.

II.4. Tugas dan Panggilan Gereja


II.4.1. Tugas dan panggilan Gereja
Di dalam teologia reformasi menegaskan bahwa panggilan dan tugas gereja berasal
dari panggilan batin dan panggilan lahir. Panggilan batin adalah sebuah pemanggilan yang
dilakukan oleh kuasa Roh Kudus dalam diri seseorang. Panggilan batin ini menyangkut
kesadaran dan kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas dengan kuasa Roh Kudus.
10
Panggilan lahir yaitu seseorang yang dipanggil dan diutus oleh gereja. Tugas dan panggilan
gereja ini adalah perwujudan ajaran Yesus Kristus. Ajaran-Nya bukan hanya untuk diucapkan

9
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pandemi_Covid-19, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul
19.40 Wib.
10
O.E.Wuwungan, Pemahaman Alkitab dan Warga Gereja, (Pustaka Sinar Harapan : Jakarta, 1997),
179-180.
tetapi juga untuk diperlihatkan secara nyata didalam kehidupan. Seperti yang dikatakan oleh
Abineno: "Gereja dipanggil oleh Kristus untuk menjadi kawan sekerja Nya serta ditempatkan
dalam dunia adalah untuk melaksanakan panggilannya dengan menjadi berkat bagi semua
orang.11
Gereja terpanggil untuk melaksanakan pelayanan dan kesaksian secara teratur rapi
dan sopan, (Ep 4:16: IKor 14:40). Agar pelayanan dan kesaksian ini teratur, rapi dan sopan
diperlukan kuat kuasa Roh Kudus, supaya pelayanan dan kesaksian itu lebih efisien dan
efektif. Andar Ismail mengatakan: Melalui kuat kuasa ini. setiap orang mendapatkan
kharisma (Anugerah) dari Allah. Kharisma yang diberikan oleh Allah itu tidak bersifat statis,
tidak terbatas, tidak picik dan kerdil. Contoh dari kharisma yang ada di Alkitab adalah
sebagai berikut melayani. memberi, memimpin, mengajar, menjadi nabi, menolong.
berbahasa lidah, bijaksana, menjadi rasul, murah hati, bernubuat, rela hidup sederhana,
menggembalakan, menjadi sahid, menyembuhkan, membesarkan hati, mengusir setan, rela
12
hidup membujang, mengabarkan Injil, suka memberikan tumpangan. Dan panggilan itu
dilaksanakan melalui tri-tugas panggilan gereja yaitu; persekutuan (koinonia), kesaksian
(marturia) serta pelayanan (diakonia).

1) Diakonia (Pelayanan)

"Diakonia berarti menyediakan makanan di meja majikan, orang yang melakukan


disebut diakonos dan pekerjaannya disebut diakonia (Luk 17:8).45. "Diakonia berasal dari
bahasa Yunani yang berarti pelayanan.13 Pelayanan ini dapat ditunjukkan untuk melayani
majikan atau menunjukkan status yang lebih rendah dan tinggi antara hamba dan tuan. 14
Dalam dunia Yunani: "pemakaian kata diakonia adalah untuk menjelaskan kegiatan melayani
15
di meja makan. Lebih lanjut Abineno menyebutkan diakonia sebagai berikut: "pertama
diakonia bukan hanya pelayanan tambahan saja dari gereja; kedua diakonia adalah pelayanan
penuh yang ditugaskan Kristus kepada gereja; ketiga diakonia adalah pelayanan kepada
semua orang dan didalamnya gereja menghadirkan tanda-tanda kerajaan Syalom.16

11
C.N. Abineno, Sekitar Teologi Pratika, (BPK Gunung Mulia: Jakarta, 1969), 10.

12
Andar Ismael, Selamat Melayani Tuhan, (BPK Gunung Mulia : Jakarta, 2003), 6-7.
13
Gerald O. Collins dan Edward G. Farrugco, (Kamus Teologi, Kanasius: 2000), 53.
14
Xavier Leon Dufour , Ensiklopedia Perjanjian Baru, (Kanasius: 1999), 208.
15
Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 53.
16
C.N. Abineno, Sekitar Teologi Pratika, (BPK Gunung Mulia: Jakarta, 1969), 92.
Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa diakonia ialah hakekat gereja yang
hidup, bahasa iman yang hidup, penatalayanan kasih Kristus yang dinyatakan dalam misi
karya penyelamatan Allah terhadap dunia (Luk 4:1-19)17 Pelayanan diakonia yang identik
dengan pelayanan sosial merupakan panggilan bagi umat kristen. Dalam Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru selalu menonjolkan kepentingan pelayanan sosial dan pertanggungjawaban
dalam masyarakat. Dalam Alkitab jelas bahwa Yesus Tuhan bukan hanya berkhotbah, tetapi
juga melakukan muzijat-muzija. untuk membantu orang sakit dan miskin, dan
membangkitkan manusia dari kematian. Sesudah kenaikan Yesus Kristus ke surga, Yesus
menyuruh para murid-Nya untuk meneladaniNya dengan melayani kebutuhan rohani dan
jasmani. Situasi masa kini di dunia ini dan juga di Indonesia digambarkan oleh kemiskinan,
ketidakadilan, ledakan angka penduduk dan bencana alam. MSE. Simorangkir mengatakan:
"umat Kristen dipanggil untuk menganggap serius pertanggungjawaban mereka terhadap
masyarakat dan terhadap pelayanan diakoni.18

2) Persekutuan (Koinonia)
"Koinonia berasal dari bahasa yunani yang berarti persekutuan.19 Berasal dari kata
koinos, yang berarti bersama, umum; koinos juga berarti menjadikan, bersama. Kata ini dapat
memiliki arti sebagai berikut: "memiliki sesuatu bersama, berbagi sesuatu dengan orang lain,
ikut serta dalam sesuatu.20 Di dalam bahasa latin istilah Koinonian atau bersekutu disebut
dengan "Communio Santorum" atau persekutuan orang-orang kudus, Cominunio
perkumpulan, sedangkan Santorum orang-orang kudus yang dikuduskan oleh Kristus.21

K.Riedel berpendapat tentang Koinonia atau Persekutuan adalah seseorang yang


memperoleh bagian atau hal yang sama di dalam pembagian mendapatkan sebuah barang
yang berharga atau sesuatu hal yang paling berharga. Biasanya perkataan ini dipakai oleh
Rasul Paulus - mau melukiskan persekutuan yang akrab antara setiap orang beriman dengan
Kristus. Allah menyerukan panggilan kepada setiap orang Kristen agar mau datang bersekutu
kepada Yesus Kristus.22 Istilah ini dipakai dalam Perjanjian Baru khusus pada penderitaan
Yesus Kristus (Fil 3:10), membantu orang-orang yang membutuhkan (Rom 13:26).

17
C.N. Abineno, Sekitar Teologi Pratika, 41.
18
M.S.E . Simorangkir, Bertunas di Pelataran Allah, (Kolportase GKPI: Siantar, 1995), 191.
19
Gerald O. Collins dan Edward G. Farrugco, Kamus Teologi, Kanasius: 2000), 148.
20
Xavier Leon Dufour , Ensiklopedia Perjanjian Baru, (Kanasius : 1999), 494.
21
Harun Hadiwiyono, Iman Kristen, cet.2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979), 381.
22
K . Riedel, Kamus Istilah Teologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1952), 179.
keikutsertaan dalam perjamuan kudus (1 Kor 10:16), persekutuan yang dihasilkan oleh Roh
Kudus (II Kor 13:13).

Dari pengertian itu kelihatan bahwa bersekutu merupakan panggilan Tuhan kepada
orang-orang percaya untuk hidup dalam persekutuan antara yang satu dengan yang lain. Ini
berarti persekutuan orang-orang kristen merupakan hasil karya Kristus sendiri. Yesus Kristus
yang mempersatukan orang-orang yang dipanggilnya sehingga tercipta persekutuan di dalam
kebersamaan. O. Albert Supit berpendapat bahwa: Koinonia atau persekutuan itu adalah
orang-orang yang dipanggil bersama-sama dengan orang lain untuk mengambil bagian dalam
rangka satu pemilihan bersama. Dari sini terlihat ada tiga unsur pemahaman yaitu: Pertama
setiap orang memiliki bagian dalam hak bersama. Kedua setia orang wajib memberikan
kepada orang lain apa yang menjadi hak orang tersebut dalam rangka pemilikan bersama.
Ketiga masing-masing orang dipersatukan oleh dan demi 28 milik bersama (Kis 2:42).23

3) Marturia (Kesaksian)

Kata Martyr yang berasal dari bahasa Yunani berarti saksi. Kata ini diterapkan pada
orang yang mengorbankan nyawanya karena setia memberi kesaksian tentang Yesus. 24
Biasanya orang yang mati sahid ditunjukkan pada masa pemerintahan Decius 250 AD yang
menganiaya orang-orang kristen dan penganiayaan ini bersifat lokal dan sporadis.Orang-
orang yang mati sahid ini dianggap sebagai pahlawan gereja. 25 E.G.Homringhausen dan
I.H.Enklaar mengartikan marturia atau bersaksi sebagai sebuah penginjilan yang berarti
memberitakan kabar baik atau kabar sukacita yang berasal dari Allah, yang berisi
pengampunan dosa dosa manusia hanya melalui Yesus Kristus.26

II.5. Pergumulan Gereja di Indonesia dalam Masa Pedemi Covid-1927

Dengan penetapan Covid-19 sebagai bencana nasional, sekaligus penetapan


penanggulangan bencana nasional; Penetapan ini ternyata menjadi laksana sebuah “Gempa

23
O. Albert Supit, Pembimbing Theology, (Dep. Agama: Jakarta, 1996), 73.
24
Xavier Leon Dufour, Ensiklopedia Perjanjian Baru, (Kanasius: 1999), 387.
25
Sinclair B Ferguson and David Wright, New dictionary Theology, Intervarsity Press Downer grove ,
Illionis , England, 413.
26
E.G. Homringhausen I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta : BPK Gunung Mulia,1994), 54.
27
Pardomuan Munthe, Gempa Rohani (Medan: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI, 2020)), 4-7.
Rohani” yang menggoncang filosofi dan naluri agama serta ide-ide spritualitas manusia,
terutama di Indonesia sebagai rumah warga beragama yang beraneka dedominasi dan aliran.

1. Sekelompok Pendeta dan teolog tidak sependapat mengenai asal usul Covid-19.
Tentu sebagai aktivis Gereja, asal usul yang mereka bicarakan sehubungan dengan
keyakinannya mengenai Allah sebagai pencipta dan peng-ada. Ada yang
mengklaim Covid-19 adalah tulah yang berasal dari Allah; ada mengatakan Allah
memberikan Covid-19 untuk tujuan yang baik; sebahagian mengklaim Covid-19
sebagai bagian dari penggenapan eskatologi dan lain-lain.
2. Kaputusan Gereja-gereja lokal menutup kegiatan peribadahan di gereja, karena
merujuk kepada keputusan Presiden Joko Widodo, dan mengalihkannya menjadi
ibadah di rumah; bukanlah keputusan yang mudah dan mulus. Karena
pengambilan kesepakatan (sebelum menjadi keputusan yang diumumkan di
gereja), juga bisa menimbulkan polemik. Bahwa ternyata, masih ada jemaat dan
pelayan yang merasa elergi menjadikan keputusan Pemerintah sebagai sebuah
rujukan. Kita semua tahu bahwa demi mengambil dasar-dasar pertimbangan
penutupan kegiatan peribadahan, banyak pendeta dan teolog yang
mengkhotbahkan Roma 13, perihal ketundukan kepada Pemerintah sebagai
implementasi ketundukan kepada Allah.
3. Keputusan Gereja-gereja di daerah pelayanan menutup kegiatan peribadahan di
gereja, juga merujuk kepada surat penggembalaan dari pimpinan gerejanya dan
juga MPH PGI. Ini juga bukanlah keputusan yang mudah dan mulus. Karena
dalam diskusi pengambilan kesepakatan di ruang-ruang rapat (sebelum menjadi
keputusan yang diumumkan di gereja), surat-surat penggembalaan itu dimaknai
sebagian jemaat dan pelayan sebagai bukti “kekuatiran” dalam konsep Matius 6:
33; yang kemudian dimaknai sebagai “ketidakpercayaan” terhadap kuasa dan
pemeliharaan Tuhan.
4. Pergeseran tempat ibadah dari gereja ke rumah ternyata juga menjadi
kegoncangan rohani yang hebat. Telah sekian lama dan banyak jemaat mengimani
gereja sebagai sentral ber-ibadah dan ber-Tuhan. Pergeseran dari gereja ke rumah
dimaknai sebagai sebuah bencana kerohanian, penggerusan spritualitas
kekristenan.
5. Fakta dilapangan bahwa sejak Juli 2020 beberapa gereja di berbagai daerah sudah
menyelenggarakan peribadahan di gereja dengan menerapkan protokol kesehatan.
Saya pernah menolak undangan teman pendeta ketika saya diminta untuk
melayankan khotbah. Lalu pendeta itu bertanya lewat WA, “takut Corona ya
bro?” Ini menunjukkan bahwa menolak atau menutup kegiatan peribadahan di
gereja, oleh sebahagian jemaat dan pelayan dianggap sebagai “ketakutan” dalam
arti “ketidak-percayaan”.
6. Surat-surat penggembalaan mengenai penutupan kegiatan peribadahan di gereja,
juga menjadi “goncangan” sehubungan dengan akhir periode kepengurusan
jabatan struktural dibeberapa gereja di Sumatera Utara. Beberapa gereja
seharusnya mengadakan Sinode Am Periode, misalnya GBKP pada April 2020;
GKPS dan GKPPD pada Juni 2020; HKI pada Agustus 2020; GKPI pada Oktober
2020; sepakat menunda dan mengundur pelaksanaannya ke akhir tahun 2020 atau
ke tahun 2021 dan mendapat izin pelaksanaan dari Gugus Tugas.
7. Juga tidak dapat dipungkiri bahwa banyak jemaat Kristen, terutama yang sangat
terganggu, bermasalah dan tertekan dari aspek ekonomi, memandang Covid-19 ini
sebagai hukuman, kutukan dan bencana bagi keluarganya; karena memandang
bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan atau segala sesuatu Tuhan yang atur.

II.6. Gereja Pada Permasalahan Sosial Masa Kini

Untuk permasalahan sosial pada masa kini, banyak isu yang dapat kita lihat, seperti
kemiskinan, politik, isu ras dan agama, isu gender dan masih banyak lagi. Dalam hal politik,
Gereja melalui PGIW-Sumatera Utara melakukan gerakan-gerakan kekinian untuk
memberikan pemahaman bagi gereja dan jemaat. Salah satu contohnya adalah Webinar
“Pengelolaan Konflik Gereja” yang bekerjasama dengan PenA-HAM Jakarta untuk
memberikan suatu perspektif baru terhadap permasalahan sosial di dalam lingkungan gereja,
yakni konflik internal gereja.28 Selain itu juga, berdasarkan info dari akun resmi Instagram
Komite Nasional-Lutheran World Federation di Indonesia (KN-LWF) juga melakukan suatu
pembekalan kepada tim GKPPD (Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi dan Forum Cinta
Damai Singkil dalam persoalan hak kebebasan umat beragama di Kabupaten Singkil, Aceh
untuk acara mediasi oleh KOMNAS-HAM yang difasilitasi oleh koordinator bidang hukum

28
Webinar ini dilaksanakan pada tanggal 21-23 Oktober 2020 Melalui media aplikasi conference
ZOOM yang diikuti oleh kalangan mahasiswa teologi, penatua, jemaat gereja, bahkan hingga orang-orang yang
bergelut dalam hokum dan tata Negara.
dan advokasi PGI. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara KN-LWF, PGI, UEM, dan
GKPPD.29

Masalah kekinian yang tentu kita jumpai pada masa kini adalah kemiskinan dan krisis
ekonomi diakibatkan oleh Pandemi COVID-19 yang dialami oleh dunia termasuk gereja di
Indonesia. Langkah yang ditempuh gereja (secara kelembagaan maupun perorangan) dalam
mengatasi ini dapat kita lihat sendiri. Dimulai dari perorangan, bagi mahasiswa Abdi Sabda
tentu tidak asing dengan buku “Gempa Rohani” karya Pdt. Pardomuan Munthe, M.Th yang
memberikan perspektif baru untuk memandang COVID-19 dan isu-isu lainnya. Setiap Gereja
saya yakin mengupayakan memberi jawaban terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh
COVID-19 ini, seperti pemberian sembako, perubahan tata cara ibadah dengan
memanfaatkan teknologi dengan melakukan siaran langsung, dan masih banyak lagi yang
dilakukan gereja untuk memberi jawaban atas permasalahan lainnya di Indonesia.

II.7. Peran Gereja dan Permasalahan Sosial di Indonesia

Gereja dipanggil untuk berkarya di tengah dunia yang terus berubah dengan cepat. Itu
berarti, gereja harus berkarya secara holistik, yang berarti gereja tidak hanya peduli dengan
kebutuhan rohani jemaat namun gereja juga harus peka terhadap keadaan, kondisi dan
perkembangan kebutuhan jemaat secara jasmani. Dalam Roma 12:1 dikatakan “Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. Hal ini dapat kita pahami bahwa
ibadah yang sejati bukan hanya terletak pada ritus ibadah minggu, namun juga dalam
keseharian kita. Ibadah yang sejati adalah bagaimana kita mampu menjadi pembawa berkat
sebagai jawaban atas panggilan gereja yang berkarya di tengah dunia yang memiliki ragam
permasalahan sosial. Gereja tidak bisa berdiam diri dan menutup mata atas realita yang ada di
tengah dunia di mana gereja bertumbuh.

Dalam Yeremia 29:7 juga menjadi pemanggilan gereja dan umat percaya agar
mengusahakan kesejahteraan kota di mana gereja hadir. Dalam upaya penyejahteraan kota
ini, maka gereja harus hadir memberi jawaban dan pengharapan dalam setiap permasalahan
sosial yang ada. Lalu, bagaimanakah gereja dalam upayanya memberi jawaban di tengah-
tengah bumi Indonesia dengan ragam permasalahan sosialnya? Kita akan melihat dalam

29
Mengenai informasi ini dapat kita lihat di akun resmi Instagram KN-LWF dengan nama knlwf.ind,
yang diposting pada tanggal 13 November 2020.
runtutan sejarah perkembangan Indonesia bagaimana upaya gereja memberi jawaban atas
permasalahan sosial gereja dalam kilas singkat sejarah, pun dalam permasalahan-
permasalahan kekinian yang sedang dihadapi dunia dan gereja, yakni pandemi COVID-19
pun juga dengan permasalahan-permasalahan sosial yang kontemporer.30

II.8. Ketum PGI Sarankan 3 Hal Kepada Gereja di Masa Pendemi


Covid-1931

Pada masa pandemi COVID-19 ini, banyak kegiatan di berbagai sektor yang tidak
bisa berjalan seperti biasa. Ada yang masih berhenti total, misalnya peribadatan di gereja. Di
sisi lain, ada juga yang sudah kembali berjalan, meski dengan sejumlah penyesuaian, seperti
peribadatan di gereja maupun masjid. Maklum, pandemi Corona di Indonesia masih belum
bisa dikendalikan sepenuhnya. Meski disebut sudah memasuki fase "New Normal", nyatanya
jumlah kasus penderita baru virus Corona masih terus meningkat.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom


mengungkapkan ada tiga poin penting yang perlu dilakukan gereja-gereja di Indonesia dalam
menyikapi situasi terkini di Tanah Air.

Pertama, gereja wajib memiliki visi atau tujuan jelas yang hendak dicapai. Visi
merupakan suatu tujuan masa depan gereja, atau gambaran dari masa depan gereja yang ingin
dicapai. Visi ini tidak boleh dilandasi oleh keinginan pribadi pemimpin gereja, namun wajib
dilandasi oleh Amanat Agung yang tertulis di dalam Injil. “Visi gereja-gereja di Indonesia
hendaknya bukan untuk memperbesar organisasi gerejanya sendiri, melainkan bagaimana
gereja bisa menjadi berkat secara rohani dan bermanfaat bagi masyarakat di negeri ini,” ujar
Gomar dalam kuliah umum (studium generale) yang diselenggarakan secara daring oleh
Christian School of Culture, Politics, and Philosophy (Chrispol), Senin (8/6/2020).

Kedua, menurut Gomar, pentingnya penguatan kelembagaan atau struktur gereja


sebagai sarana mencapai visi itu. Program penguatan kelembagaan gerejawi dan lembaga
pelayanan Kristiani ini, demi menguatkan kapasitas organisasi gereja pelayan umat Kristiani
di Indonesia. "Transparansi, akuntabilitas serta keberlanjutan organisasi gereja di Indonesia
tidak hanya bisa dibangun di atas ketangguhan pilar pengelolaan keuangan belaka, namun
30
Elly M. Setiadi, Pengantar Ringkas Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial,
Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, 24.

31
https://www.beritasatu.com/rully-satriadi/nasional/643019/di-masa-pandemi-ketum-pgi-sarankan-
3-hal-ini-kepada-gereja, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 19.50 Wib.
juga integritas semua orang yang menjalankan gerak organisasi gereja atau lembaga
pelayanan Kristiani," kata Gomar sambil menambahkan organisasi yang solid akan
meminimalkan risiko gereja dari ancaman perpecahan yang kerap terjadi.

Ketiga, gereja perlu mempersiapkan kader-kader yang ekselen untuk mengisi


kelembagaan dan mencapai visi itu sendiri. Perlunya mempersiapkan kader-kader muda yang
berintegritas sangat penting bagi kelanjutan gereja. Sebab, kader berfungsi membantu tugas
dan fungsi pokok gereja sebagai organisasi kerohanian. Dalam hal membantu tugas dan
fungsi pokok organisasi itu, kader akan belajar memahami dan menjalankan organisasi sesuai
dengan visi gerejawi. Dalam bingkai tiga poin yang awalnya digagas TB Simatupang itu,
Gomar turut mendorong Chrispol sebagai lembaga kajian Kristiani agar membantu gereja
mempersiapkan kader-kader muda supaya siap berkarya baik di ranah pelayanan gerejawi
maupun di bidang umum lain yang bersentuhan langsung dengan publik, termasuk politik.

II.9. Gereja Pada Masa Pandemi (Covid-19)


II.9.1. Gereja Menerapkan Protokol Kesehatan
Surat edaran Menteri Agama itu mengatur sembilan kewajiban jemaah dan
sebelas kewajiban bagi pengurus rumah ibadah.
 Kewajiban Jemaat:
1. Jemaah dalam kondisi sehat;
2. Meyakini bahwa rumah ibadah yang digunakan telah memiliki surat
keterangan aman Covid-19 dari pihak yang berwenang;
3. Menggunakan masker/masker wajah sejak keluar rumah dan selama
berada di area rumah ibadah;
4. Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan
sabun atau hand sanitizer;
5. Menghindari kontak fisik, seperti bersalaman atau berpelukan;
6. Menjaga jarak antarjemaah minimal satu meter;
7. Menghindari berdiam lama di rumah ibadah atau berkumpul di area rumah
ibadah, selain untuk kepentingan ibadah yang wajib;
8. Melarang beribadah di rumah ibadah bagi anak-anak dan warga lanjut usia
yang rentan tertular penyakit, serta orang dengan sakit bawaan yang
berisiko tinggi terhadap Covid-19;
9. Ikut peduli terhadap penerapan pelaksanaan protokol kesehatan di rumah
ibadah sesuai dengan ketentuan.
 Kewajiban Pengurus atau Penyelenggara Rumah Ibadah:
1. Menyiapkan petugas untuk melakukan dan mengawasi penerapan protokol
kesehatan di area rumah ibadah.
2. Melakukan pembersihan dan desinfeksi secara berkala di area rumah
ibadah.
3. Membatasi jumlah pintu/jalur keluar masuk rumah ibadah guna
memudahkan penerapan dan pengawasan protokol kesehatan.
4. Menyediakan fasilitas cuci tangan/sabun/hand sanitizer di pintu masuk dan
pintu keluar rumah ibadah.
5. Menyediakan alat pengecekan suhu di pintu masuk bagi seluruh pengguna
rumah ibadah. Jika ditemukan pengguna rumah ibadah dengan suhu >
37,5°C (2 kali pemeriksaan dengan jarak 5 menit), tidak diperkenankan
memasuki area rumah ibadah.
6. Menerapkan pembatasan jarak dengan memberikan tanda khusus di
lantai/kursi, minimal jarak satu meter.
7. Melakukan pengaturan jumlah jemaah/pengguna rumah ibadah yang
berkumpul dalam waktu bersamaan, untuk memudahkan pembatasan jaga
jarak.
8. Mempersingkat waktu pelaksanaan ibadah tanpa mengurangi ketentuan
kesempurnaan beribadah.
9. Memasang imbauan penerapan protokol kesehatan di area rumah ibadah
pada tempat-tempat yang mudah terlihat.
10. Membuat surat pernyataan kesiapan menerapkan protokol kesehatan yang
telah ditentukan.
11. Memberlakukan penerapan protokol kesehatan secara khusus bagi jemaah
tamu yang datang dari luar lingkungan rumah ibadah. 32

II.10. Dampak Positif dan Negatif Pandemi Covid 19 di Tengah-tengah


Umat Kristen (Gereja) Indonesia
II.10.1.Kondisi Keyakian

32
https://www.gereja+protokol+kesehatan+pdf&oq, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul
19.20 Wib.
Dari 99.4% jemaat masih yakin/percaya bahwa "Doa" itu besar kuasanya, dan bahwa
Yesus Kristus benar-benar mengasihi dia dan keluarganya. Hanya 0.6% yang tidak lagi yakin
percaya bahwa "Doa" besar kuasanya, dan bahwa Yesus Kristus masih mengasihi dia dan
keluarganya. Kita tidak boleh pungkiri bahwa seorang Kristen adalah yang dipanggil untuk
berdoa dan menjadikan doa sebagai identitas keyakinannya. Ada lima (5) ayat Alkitab yang
memerintahkan bahwa kita harus berdoa: (1) Luk. 18:1 "selalu berdoa dengan tidak jemu
jemu: (2) Ef. 6:18, "berdoa setiap waktu"; (3) I Tes. 5:17, "Tetap berdoa"; (4) Ibr. 13:18,
"berdoalah terus": (5) Yak. 5:17. bersungguh-sungguh berdoa". Memang dalam Alkitab juga
ada pengakuan murid-murid bahwa mereka tidak tahu berdoa, dan karena itu mereka
meminta diajari. Kita bersyukur sebab Tuhan Yesus sudah mencurahkan Roh Kudus yang
membantu kita, berdoa untuk kita kepada Allah (Rm 8:26).
Dari angket diperoleh bahwa 99.4% jemaat masih meyakini kekuatan "Doa". Itu
adalah tanda bahwa 99.4% jemaat masih mempercayakan dirinya kepada Tuhan, masih
meyakini dan mengakui bahwa Tuhan itu benar-benar mengasihinya, masih berserah dan
bermohon dalam perlindungan-Nya. Ini adalah berita sukacita, bahwa meski dunia dalam
kepungan situasi pandemi, tetapi 99.4% jemaat masih meyakini bahwa Allah itu adalah kasih
adanya (1 Yoh 4:8). Masih meyakini dan mengakui perkataan pemazmur berikut ini,
“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak selalu la menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya la mendendam. Tidak dilakukan-
Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal
dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya
atas orang-orang yang takut akan Dia: sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari
pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak anaknya, demikian TUHAN
sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm. 103:8-13).

II.10.2.Kondisi Perasaan
Dari 27.1% saja jemaat yang merasa menderita, tertekan, kesusahan dan tidak
diperdulikan Tuhan dalam masa Covid-19 ini. Sedangkan 41.8% jemaat tetap merasa tenang,
nyaman, nikmat, bahkan semakin merasakan kasih sayang Tuhan. Dan 31.1% merasa biasa-
biasa saja, atau masa C-19 itu tidak "ngaruh” kepada perasaan atau kondisi psikisnya.
Kondisi perasaan jemaat dibagi tiga, yaitu: merasa tertekan, biasa-biasa saja; merasa nyaman.
Tentu timbulnya suatu perasaan berkaitan dengan faktor-faktor yang melatarinya atas situasi
dan kondisi yang dialaminya.
II.10.3.Kondisi Kerohanian
Dalam masa Covid-19 ini, 85.4% jemaat merasa semakin mendekatkan diri kepada
Tuhan, mengoreksi diri melalui doa dan ibadah di rumah. Dan 14.3% jemaat justru merasa
semakin jauh dari Tuhan, karena kegiatannya di rumah lebih banyak mengenai urusan atau
hal-hal duniawi ketimbang rohani. Inilah realita kondisi kerohanian jemaat. Himbauan "stay
at home" oleh 85.4% jemaat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan spiritual dan penataan
lingkungan, antara lain: ibadah bersama, baca Alkitab, nyanyian rohani, membaca buku,
membersihkan dan menata lingkungan, taman dan kolam hydroponic, dll. Tetapi oleh 14.3%
jemaat dijadikan menjadi kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat, misalnya: game online
(OL), judi OL, video porno, dll. 33

II.11. Hasil wawancara dengan Pdt. Immanuel Sitio, M.Th


Pdt. Immanuel Sitio, M.Th adalah seorang hamba Tuhan utusan dari gereja GKPS
yang bertugas di Sopou Agus Theis Pematang Raya, pada tanggal 22 November 2020 saya
mewakili kelompok saya mewawancarai beliau melalui via Whatsap sesuai judul kami
menurut beliau “Apa yang digumuli gereja di Indonesia pada masa pandemi covid 19 ini
tidaklah jauh berbeda dengan apa yang digumuli masyarakat Indonesia secara umumnya,
yakni adanya pembatasan-pembatasan (Sosial Distancing) ditambah penerapan hidup baru
yakni (New Normal) dan lain sebagainya. Kendatipun demikian kita dapat melihat bagaimana
gereja saat ini tetap hidup dan melakukan tugas panggilannya walaupun berhadapan dengan
pembatasan-pembatasan maupun hidup dalam lingkungan baru yakni New Normal”.
Dari hasil keterangan beliau, kami kelompok dapat menyimpulkan bahwa suasana
atau keadaan baru yakni pandemi Covid 19 yang melanda gereja-gereja di Indonesia secara
umum tidaklah mempengaruhi tugas panggilanya. Meskipun ini sebenarnya adalah
pergumulan bagi diri gereja. Kendatipun demikian tidak untuk jemaatnya dimana keadaan
baru ini mempengaruhi sebagian jemaat baik dari sisi spiritual maupun yang lainya dalam diri
setiap jemaat. Walaupun demikian gereja tetap hidup dan melanjutkan tugas panggilanya,
bahkan justru di dalam situasi seperti inilah tugas panggilan semakin dibutuhkan dalam artian
gerejalah yang bertugas mengembalikan sikap jemaat yang mulai lemah itu akibat keadaan
baru ini untuk dikuatkan kembali dan menyatakan bahwa Tuhan tetap memelihara kehidupan

33
Pardomuan Munthe, Gempa Rohani, (Medan: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI, 2020)), 89-
96.
umatNya baik dalam suka maupun duka, gereja juga dapat menyatakan kepada jemaat bahwa
Tuhan kita lebih besar daripada masalah yang kita hadapi. 34

III. Refleksi Teologis


Refleksi teologis mengenai sajian ini kami kelompok berdasarakan Yesaya 41: 10
“Janganlah takut sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;
Aku akan meneguhkan , bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau
dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan” Ayat ini mengingatkan kembali
kepada kita bahwa dalam setiap perjalanan hidup kita terkhusus dalam masa pandemi covid
19 ini supaya kita jangan takut, bimbang karna Tuhan akan memegangkan kita dan tetaplah
kepercayaan kita teguh kepada Tuhan sebab Tuhan menyertai kita sekalipun masa-masa sulit
melanda kehidupan, ingatlah pada akhirnya Tuhan akan membawa kita kepada kemenangan.

IV. Kesimpulan
Dari keterangan sajian kami diatas kami kelompok dapat menyimpulkan bahwa apa
yang digumuli gereja di Indonesia pada masa pandemi covid 19 ini tidaklah jauh berbeda
dengan apa yang digumuli masyarakat Indonesia secara umumnya, yakni adanya
pembatasan-pembatasan (Sosial Distancing) ditambah penerapan hidup baru yakni (New
Normal) dan lain sebagainya. Kendatipun demikian kita dapat melihat bagaimana gereja saat
ini tetap hidup dan melakukan tugas panggilannya walaupun berhadapan dengan pembatasan-
pembatasan maupun hidup dalam lingkungan baru (New Normal)”. Sebenarnya di dalam
pergumulan gereja di Indonesia pada masa Pandemi Covid 19 ini, Allah telah menyatakan
kasihNya dalam diri gereja, bukti yang dapat kita lihat ketika pandemi Covid 19 pada masa
ganas-ganasnya hadir di Indonesia membuat gereja se-Indonesia menjadi secara otomatis
menutup peribadahan. Gereja bingung mau berbuat apa dan bagaimana. Walaupun demikian
dapat kita rasakan tidak lama dari itu gereja mendapat pertolongan, Allah menyatakan
pertolonganya melalui Pemerintah dan IT, supaya gereja dapat tetap melaksanakan tugas
panggilanya di tengah-tengah pandemic Covid 19. Melalui pemerintah diadakan penerapan
hidup dalam lingkungan baru yakni New Normal. Sebagian Gereja membuka kembali

34
Hasi wawancara melalui via Whatsap dengan Pdt. Immanuel Sitio, M.Th, bertugas di (Sopou Agus
Theis), Pematang Raya. Pada tanggal 22 November 2020 pkl : 14:35. No. HP : 081326240396.
peribadahan, jemaat pada usia menengah dapat hadir ke gereja dengan memakai masker dan
cuci tangan (Protokol kesehatan) dan melalui IT bagi jemaat di usia anak-anak dan lansia
ditambah yang terkendala secara fisik maupun yang lainya, IT dapat digunakan supaya dapat
beribadah di rumah. Yang mana walaupun sebagian juga jemaat tidak mengerti akan IT,
namun sebenarnya gereja telah menyampaikan atau menerapkan segala sesuatunya agar tugas
panggilannya (Matius 28:19) tidak terhalang, dan akhir-akhir ini ada berita bahwa Pemerintah
Indonesia akan menerapkan Vaksin Covid 19 di akhir tahun ini, semoga dengan ini jemaat
yang spiritual dan lain sebagainya dalam dirinya dapat pulih kembali. Dan semua jemaat
dapat beribadah hadir ke gereja seperti sediakala.

V. Daftar Pustaka
Dainton Martin B., Gereja Milik Siapa? Jakarta: OMF, 1994
Abineno J. L. Ch., Garis-garis Besar Hukum Gereja Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995
Munthe Pardomuan, Gempa Rohani, Medan: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia IKAPI, 2020
Lucky Nugroho, Gotong Royong Menghadapi Pandemi Covic-19, Jawa Timur: Clara Media, 2020
Setiadi Elly M., Pengantar Ringkas Sosiologi: Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial,
Teori, Aplikasi dan Pemecahannya.
Wuwungan O.E., Pemahaman Alkitab dan Warga Gereja, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta, 1997
Abineno C.N., Sekitar Teologi Pratika, BPK Gunung Mulia: Jakarta, 1969
Ismael Andar, Selamat Melayani Tuhan, BPK Gunung Mulia : Jakarta, 2003
Edward G dan Gerald O. Collins Farrugco, Kamus Teologi, Kanasius: 2000
Dufour Xavier Leon, Ensiklopedia Perjanjian Baru, Kanasius: 1999
Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993
M.S.E . Simorangkir, Bertunas di Pelataran Allah, Kolportase GKPI: Siantar, 1995
Hadiwiyono Harun, Iman Kristen, cet.2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979
K . Riedel, Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia,1952
Supit O. Albert, Pembimbing Theology, Dep. Agama: Jakarta, 1996
David Wright and Sinclair B Ferguson, New dictionary Theology, Intervarsity Press Downer grove ,
Illionis , England.
I.H Enklaar E.G. Homringhausen, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta : BPK Gunung Mulia,1994

Sumber lain:
Webinar ini dilaksanakan pada tanggal 21-23 Oktober 2020 Melalui media aplikasi conference ZOOM
yang diikuti oleh kalangan mahasiswa teologi, penatua, jemaat gereja, bahkan hingga orang-orang yang bergelut
dalam hokum dan tata Negara.
Mengenai informasi ini dapat kita lihat di akun resmi Instagram KN-LWF dengan nama knlwf.ind,
yang diposting pada tanggal 13 November 2020.
Hasi wawancara melalui via Whatsap dengan Pdt. Immanuel Sitio, M.Th, bertugas di (Sopou Agus
Theis), Pematang Raya. Pada tanggal 22 November 2020 pkl : 14:35. No. HP : 081326240396.
https://www.alodokter.com/covid-19, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 19.00 Wib.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200405020913-12-490389/daftar-larangan-psbb-untuk-
cegah-covid-19, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 19.30 Wib.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pandemi_Covid-19, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul
19.40 Wib.
https://www.gereja+protokol+kesehatan+pdf&oq, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul
19.20 Wib.
https://www.beritasatu.com/rully-satriadi/nasional/643019/di-masa-pandemi-ketum-pgi-sarankan-3-
hal-ini-kepada-gereja, diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 19.50 Wib.

Anda mungkin juga menyukai