Nim : 18.01.1695
Tingkat/Jurusan : IIIC/Teologi
Baptis Ulang
(Tinjauan Dogmatis Terhadap Pandangan Jemaat HKI Janji Angkola Tentang Anggota
Jemaat Yang Dibaptis Ulang Di Gereja Adven Diperhadapkan Dengan Hsg HKI Pls 5
Bagian A Poin 8)
1
Rudolf H. Pasaribu, Iman Kristen [PELIK] Tentang: Baptisan. Darah, Puasa, Adat, Ulos, Bahasa Roh,
Kharismatik, (Jakarta: PT. Atalya Rileny, 2001), 20-21
2
G.C. Van Niftrik, B. J Bolan, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 436.
3
G. C. Van Niftriik & B. J. Boland, Dogmatika...., 436.
gereja sengaja melalaikannya. Sering juga, baptisan anak menjadi alasan supaya
dibaptis ulang. Sebab baptisan anak dianggap tidak sah karena tidak berdasarkan
iman percaya anak secara pribadi. Alasan lain yang diajukan supaya dibaptis ulang
yaitu karena merasa “belum dibaptis” kalau tidak dengan cara tertentu (selam).
Bahkan, lebih tajam lagi pendapat yang mengatakan bahwa “baptisan percik” tidak
sah karena Alkitab mengajarkan cara baptisan diselamkan. Sebelum kita mengerti
makna baptisan, ada satu aspek yang tidak boleh dilupakan yaitu bahwa baptisan
dimungkinkan atas dasar firman dan perintah Allah. Allah sendiri menetapkan
baptisan. Ia mempertaruhkan ketritunggalan-Nya dalam baptisan: “…baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19). Karena baptisan
semata-mata tergantung pada firman dan perintah Allah, maka baptisan itu sendiri
adalah, sekalipun orang yang membatis atau calon baptisan belum percaya. Sebab itu
baptisan tidak dapat di batalkan oleh manusia. Akibatnya, keberatan terhadap
baptisan anak (karena dianggap ia belum dapat percaya) tidak dapat membatalkan
baptisan yang telah dibuat oleh Tuhan sendiri.
Hal yang sama juga dikenakkan pada kekeliruan pemahaman tentang dosa setelah
dibaptiskan. Dosa yang dibuat setelah dibaptiskan tidak dapat membatalkan baptisan
yang pernah ia terima. Sehingga, seseorang tidak perlu dibaptis ulang, melainkan ia
perlu bertobat kembali. Dalam Roma 6:3-4 dikatakan “atau tidak tahukah kamu,
bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-
Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang
baru”. Artinya, baptisan mengikutsertakan kita dalam kematian Kristus yang hanya
satu kali tetapi efektif untuk banyak orang (Ibr 9:27-28). Melalui kematian Kristus
kita dikuduskan satu kali selama-lamanya (Ibr 10:10). Jadi, sebagaimana Kristus mati
dan bangkit satu kali, maka baptisan pun hanya satu kali dan berlaku utuk selama-
lamanya.4
Di dalam HSG HKI Pasal 5 dikatakan bahwa Hukum Siasat Gereja dikenakan
kepada setiap orang (anggota jemaat dan pelayan jemaat) yang berbuat salah/dosa,
4
Andreas Hauw, Jurnal Pelita Zaman: Baptisan Ulang; Isu Teologis Yang Miring,
yang kesalahannya/dosanya Nampak dan dapat dibuktikan. Adapun kesalahan atau
dosa yang dimaksud adalah segala perbuatan atau ucapan yang bertentangan dengan
firman Tuhan, iman Kristen yang dipahami HKI, Tata Gereja dan Peraturan Rumah
Tangga HKI, serta peraturan yang berlaku di HKI. Dalam bagian A dikatakan
“Kesalahan terhadap ajaran (dogma), poin yang terakhir yaitu ke-8 “orang yang
menerima dan mengakui Baptisan Ulang”.5 Sehingga sangat jelas dikatakan dalam
HSG HKI, orang yang menerima Baptis Ulang harus dikenakan HSG, dan tidak dapat
mengikuti segala jenis kegiatan gereja selama dia di kenakan hukuman oleh gereja.
Kurangnya pemahaman jemaat terlebih bagi kaum pemuda atau Remaja terhadap
ajaran atau doktrin gereja mengakibatkan adanya jemaat yang gampang terpengaruh
oleh aliran gereja lain yang tidak sama doktrinnya. Sehingga adanya jemaat HKI Janji
Angkola setelah dia jauh dari orang tuanya dia menerima baptisan ulang di Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh jemaat Universitas Advent Indonesia, pada tanggal
Sabtu, 30 September 2017. Atas nama R. Sitompul. Namun setelah dia pulang ke
kampung, dia masih mengikuti acara ibadah HKI Janji Angkola. Sehingga saya
tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Gereja HKI Janji Angkola yang
berlokasi di Desa Pardomuan, Kec. Purbatua. Kab. Taput. Saya ingin melihat
bagaimana pandangan jemaat HKI Janji Angkola terhadap orang yang melakukan
atau menerima baptis ulang dalam hidupnya.
5
Almanak HKI 2021, 368
6
Hasil wawancara terhadap 12 orang di Gereja HKI Janji Angkola, Pada hari/tanggal: Sabtu-Minggu 05-06
Februari 2021.
Pertanyaan Kesimpulan jawaban
1. Menurut saudara/i apakah itu Baptisan kudus adalah melambangkan
kelahiran, kematian, penguburan dan
Baptisan kudus?
kebangkitan Tuhan Yesus
2. Apa makna Baptisan kudus bagi Makna baptisan kudus yaitu dimana kita
saudara/i? menerima bahwa kita akan lahir baru,
Roh Kudus akan masuk ke dalam hati
kita untuk selama-lamanya. Disaat
menerima baptisan di adven bukan pada
saat bayi dan tidak dipercik namun
setelah mengerti dan mau
berubah/bertobat untuk menjadi jiwa
yang baru.
4. Menurut saudara/i apakah kita Baptisan itu daapt dilakukan dua kali
dapat melakukan baptis tergantung kepada iman percaya kita jadi
ulang/baptis dua kali? wajar-wajar saja untuk baptis duakali
Berdasarkan hasil wawancara terhadap jemaat HKI Janji Angkola, maka dapat
disimpulkan Temuan-temuan penelitian
1. Jemaat HKI Janji Angkola memahami bahwa Baptisan dapat dilakukan dua
kali
2. Jemaat HKI Janji Angkola memahami bahwa Baptisan bertujuan untuk hidup
baru
3. Jemaat HKI Janji Angkola tidak memahami tentang HSG HKI
III. Pembahasan
III.1. Baptisan Menurut Lutheran
Lutheranisme merupakan aliran yang berpegang pada ajaran-ajaran Luther
dimana Lutheranisme menyusun ajaran Luther secara sistematis, secara tertulis,
seacar lisan, Katekhismus Luther, Pengakuan Iman Augsburg, pengakuan iman
dalam formula Konkord, yang disatukan dalam buku Konkord pada tahun 1580.7
Mengenai baptisan ajaran Lutheranisme sama dengan pemahaman Luther
“Baptisan merupakan karya keselamatan dari Allah yang diberikan sebagai
anugerah.” Baptisan bukanlah perbuatan kita melainkan suatu harta yang Allah
berikan kepada kita dan yang dipegang oleh Iman. 8 Baptisan bukanlah air biasa
saja, melainkan air yang tekandung dalam firman dan perintah Allah, serta
dikuduskan oleh-Nya. Baptisan tidak lain daripada air Allah sendiri. Bukan
karena air itu sendiri lebih istimewa daripada segala jenis air yang lain, tetapi
karena firman dan perintah Allah menyertainya.9
Karena baptisan merupakan suatu pembenaran Allah yang diterima dalam
Iman. baptisan anak-anak hampir seolah-olah merupakan bentuk baptisan yang
lebih baik. Baptisan menurut Alkitab adalah sekaligus karya Allah dan perbuatan
manusia (Kis. 2:38; 9:17-19; 16:31-33; Mrk. 16:16). Baptisan adalah sesuatu yang
diberi secara bebas, tetapi baptisan juga sesuatu yang berdasarkan iman. Kalau
dalam teologi Lutheran baptisan pada hakikatnya diartikan sebagai pemberian,
maka tidak boleh dilupakan bahwa yang dibaptis pada saat tertentu juga harus
mengambil keputusan sendiri. Apabila baptisan anak-anak adalah baptisan penuh,
maka yang penting bagi pelaksanaan baptisan anak-anak adalah kepercayaan
orangtua yang mewakilinya. Suatu Gereja yang membaptis anak-anak haruslah
memberi perhatian yang cukup besar pada katekisasi orangtua sebelum baptisan.
Tugas orang tua adalah memelihara si anak dengan baik untuk mempersiapkannya
mengambil keputusan dalam peneguhan.10
7
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 169.
8
Martin Luther, Katekismus Besar (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 192
9
Martin Luther, Katekismus Besar, 186.
10
Dieter Becker, Pedoman Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 161-162.
III.2. Baptisan Menurut Adventis
Gereja Advent menyelenggarakan pembaptisan pada anggota jemaat
dengan cara pencelupan penuh, cara yang mirip dengan gereja-gereja Baptis.
Mereka berpendapat bahwa baptisan yang membutuhkan pengetahuan,
pemahaman dan tanggung jawab moral. Oleh karena itu, mereka tidak menerima
pembaptis bayi atau anak-anak yang belum dapat menunjukkan pemahaman dan
tanggung jawab moral. Gereja Advent percaya bahwa baptisan adalah pernyataan
kepada umum yang bersangkutan menyerahkan hidupnya kepada Yesus dan itu
merupakan prasyarat untuk keanggotaan gereja. Baptisan hanya dipraktikkan
setelah calon baptisan telah melalui pelajaran Alkitab. Menurut Alkitab, tindakan
baptisan menunjukkan bahwa orang yang telah bertobat dari dosa dan ingin hidup
dalam Kristus. Kisah Para Rasul 8:36-37.11 Melalui baptisan iman dalam kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus dan menyatakan kematian pada dosa dan maksud
supaya berjalan menurut hidup yang baru. Demikianlah kita mengakui Kristus
sebagai Tuhan dan juruselamat dan menjadi umat dan diterima sebagai anggota-
anggota oleh jemaatnya.12 Baptisan adalah lambang persekutuan dengan Kristus,
pengampunan dosa-dosa dan penerimaan akan Roh Kudus. Baptisan dengan cara
diselamkan kedalam air menunjukkan pernyataan iman dalam Yesus dan bukti
pertobatan. Hal itu mengikuti petunjuk Kitab Suci dan penerimaan akan ajaran-
ajarannya.13
III.3.2.Tinjauan Dogma
Kristus Tuhan kita berkata pada bab terakhir Kitab Matius, “Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus” (Mat. 28:19).15 Pada pembaptisan itu diberitakan kepada kita
pengampunan dosa, berdasarkan kematian Yesus Kristus di kayu salib di Golgota.
Pembaptisan ini juga dilayangkan juga kepada kanak-kanak orang yang beriman, tidak
lama sesudah kelahiran.16 Tetapi tidak ada perintah, indikasi atau contoh dalam Alkitab
yang mengungkapkan agar kita dibaptis lebih dari satu kali. Demikian pula, tidak ada
pembaptisan ulang bagi mereka yang ingin bertobat setelah sekian lama berpaling dari
iman; Rasul Petrus tidak pernah dibaptis ulang. Baptisan yang telah dilaksanakan sekali
secara sah akan tetap sah, karena baptisan berlaku selamanya. Perjanjian damai dengan
Allah tidak dapat dicabut kembali (Yes 54:10). “Sekalipun seseorang jatuh dan berbuat
dosa, namun pintu baptisan selalu terbuka. Tetapi kita tidak perlu dipercik dengan air
lagi”. Baptisan yang dilaksanakan oleh suatu Gereja menurut perintah Kristus di dalam
nama Allah Tritunggal harus diakui sebagai baptisan yang sah.17
Dalam HSG HKI Pasal 5 dikatakan bahwa Hukum Siasat Gereja dikenakan
kepada setiap orang (anggota jemaat dan pelayan jemaat) yang berbuat salah/dosa, yang
kesalahannya/dosanya Nampak dan dapat dibuktikan. Adapun kesalahan atau dosa yang
dimaksud adalah segala perbuatan atau ucapan yang bertentangan dengan firman Tuhan,
iman Kristen yang dipahami HKI, Tata Gereja dan Peraturan Rumah Tangga HKI, serta
peraturan yang berlaku di HKI. Dalam bagian A dikatakan “Kesalahan terhadap ajaran
(dogma), poin yang terakhir yaitu ke-8 “orang yang menerima dan mengakui Baptisan
14
https://www.katolisitas.org/unit/bagaimana-gambaran-baptisan-di-perjanjian-lama-dan-perjanjian-
baru/, diakses pada tanggal 03 Februari 2021, Pukul 13:40 WIB
15
,,,, Landasan Iman Kristen dengan Penjelasanya, (Jakarta Timur: LHF, 2020), 15
16
G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa kini (Jakarta: Gunung Mulia, 2017), 436
17
Edward W.A.Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (), 231
Ulang”.18 Sehingga dapat disimpulkan bahwa anggota jemaat HKI Janji Angkola yang
menerima baptis ulang harus di HSG dan yang menerima HSG ini adalah orang yang
bersangkut paut yaitu dia yang menerima secara langsung baptisan ulang tersebut. Karena
jika seorang jemaat sudah menerima Sakramen Perjamuan Kudus, maka dia sudah
menjadi anggota jemaat gereja tersendiri sehingga segala peraturan Rumah Tangga
Gereja dia yang menanggung. Sehingga HSG bukan lagi kepada orang tuanya tetapi
kepada dia sendiri.
Dari Tinjauan ini secara Biblis, Dogma, dan Dokumen Gereja dapat saya
simpulkan bahwa Baptis Ulang adalah salah. Artinya baptis ulang tidak dapat dilakukan
karena baptisan kudus itu hanya sekali seumur hidup kita. Karena Yesus Kristus hanya
mati sekali dan bangkit sekali jadi baptisan itu hanya sekali dan tidak ada yang bisa
membatalkan baptisan kudus sebab baptisan adalah melambangkan kematian Yesus
Kristu ( Rom. 6: 3-5). Baptisan yang dilakukan di dalam nama Allah Bapa, Putra dan Roh
Kudus adalah sah untuk selamanya.
18
Almanak HKI 2021, 368
untuk tujuan hidup baru tetapi untuk pengampunan dosa yang telah Allah janjikan.
Sehinga jika kita ingin hidup baru maka kita hanya mempersiapkan hati kita tanpa
melakukan baptis ulang atau baptis dua kali.
Sesuai dengan peraturan HKI Janji Angkola, maka bagi yang melakukan atau
menerima baptis dua kali dalam hidupnya sudah melangar aturan HKI atau pun dogma
HKI sehingga bagi yang melanggar harus diberikan sangsi ataupun harus menerima HSG
oleh gereja sebagai mana seharusnya yang telah di tetapkan oleh peraturan Gereja HKI.
Perlunya setiap aturan atau ajaran dalam setiap gereja harus dijalankan supaya
menertipkan jemaat dalam segala hal dan lebih memahami ajaran/dogma gerejanya lebih
dalam lagi.
IV. Kesimpulan
Baptisan ulang memiliki implikasi teologis dan etis. Secara teologis, melakukan
baptisan ulang adalah sama saja dengan tidak mengakui Yesus Kristus sebagai kepala
gereja yang am. Yang mempersatukan gereja universal. Hal ini juga berarti
menyangkal karya Kristus yang telah sempurna itu di dalam diri seseorang. Secara
etis, pengulangan baptisan melukai hubungan sesama organisasi gereja. Dari
kekeliruan ini sebenarnya adanya banyak orangKristen yang ridu untuk hidup
sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sehingga
inilah yang menimbulkan adanya pemahaman yang baru atau yang salah dalam
jemaat tersebut.
Sehingga permasalahan inilah yang muncul dalam Jemaat Gereja HKI Janji
Angkola, dimana masih adanya pemahaman jemaat yang salah tentang Baptis Ulang.
Adanya jemaat ynag memiliki pemandangan atau pemahaman bahwa baptisan ulang
dapat dilakukan sebagai hidup baru dan dilaksanakan berdasarkan hati yang tulus dan
tanpa paksaan. Sedangakan baptisan itu hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup
dan tidak ada yang bisa membatalkan baptisan tersebut. Di kalangan pemuda pun
masih terdapat kekeliruan tentang baptisan kudus ini, sehingga ada dari antar pemuda
gereja beranggapan baptis ulang dapat dilaksanakan. Sedangkan dalam Roma 6:3-4,
dikatakan bahwa baptisan itu mengikut sertakan kita dalam kematian Yesus yang
hanya sekali seumur hidup.
Sehingga perlunya peran gereja untuk meluruskan pemahaman jemaat tersebut
sehingga dibutuhkan pengajaran terhadap jemaa. Sebab semakin lama dibiarkan maka
pengertian jemaat semakin terikat terhadap pengertian yang salah, sehingga menurut
saya perlu diluruskan pemahaman jemaat dengan melakukan seminar untuk jemaat
HKI Janji Angkola dan pengajaran khusus.
V. Daftar Pustaka
,,,, Landasan Iman Kristen dengan Penjelasanya, Jakarta Timur: LHF, 2020.
Almanak HKI 2021, 368
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan Disekitar Gereja, Jakarta: BPK-
Gunung Mulia, 1994.
Becker, Dieter,. Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Edward W.A.Koehler, Intisari Ajaran Kristen, (),
Hauw, Andreas,. Jurnal Pelita Zaman: Baptisan Ulang; Isu Teologis Yang Miring,
Luther, Martin, Katekismus Besar, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Pasaribu, Rudolf H. Iman Kristen [PELIK] Tentang: Baptisan. Darah, Puasa, Adat,
Ulos, Bahasa Roh, Kharismatik, Jakarta: PT. Atalya Rileny, 2001.
Tambunan, Emil H. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Indonesia; Sejarah
Perintisan dan Perkembangannya, Jawa Barat: Pusat Gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh di Indonesia. 1999.
Van Niftrik, G.C. dan B. J Bolan, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001.
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Sumber Lain
https://id.wikipedia.org/wiki/
Ajaran_Gereja_Masehi_Advent_Hari_Ketujuh#Baptisandi akses pada tanggal 30
Januari 2021, Pkl 11:45 WIB.
https://www.katolisitas.org/unit/bagaimana-gambaran-baptisan-di-perjanjian-lama-
dan-perjanjian-baru/, diakses pada tanggal 03 Februari 2021, Pukul 13:40 WIB.
Wawancara kepada jemaat HKI Janji Angkola dari hari/tanggal: Sabtu-Minggu 05-06
Februari 2021.
VI. Lampiran