DIKUASAI
LIDAH
Bonggas L Tobing
Jl Perjuangan 9, Tanjung Rejo Medan 20122
Bonggas L. Tobing
Jl. Perjuangan 9, Setiabudhi, Tj. Rejo, Medan 20122
Pendahuluan
Ucapan atau kata-kata yang keluar dari mulut seseorang dikendalikan oleh
lidahnya. Banyak manusia yang menganggap remeh terhadap lidahnya,
sehingga seenaknya saja ia berkata-kata tanpa memikirkan akibatnya.
Bukankah ucapan kita dapat menyakiti hati seseorang? Bukankah ucapan
seseorang dapat menimbulkan kerusuhan? Artinya, ada kuasa dalam ucapan,
sehingga ucapan berkuasa menyakiti orang dan berkuasa menggerakkan
massa untuk membuat kerusuhan. Firman Tuhan dalam Alkitab mencatat:
Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan
memakan buahnya (Ams. 18: 21)
Tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah
sesuatu yang buas, yang tidak terkuasai dan penuh racun yang mematikan
(Yak. 3: 7 - 8)
.
Ayat di atas menyatakan bahwa hidup dan mati seseorang ada hubungannya
dengan lidahnya. Dengan perkataan lain, lidah berkuasa untuk menentukan
jalan hidup seseorang. Berarti, ada kuasa mematikan dan menghidupkan di
dalam ucapan seseorang. Begitu buas kuasa itu, sehingga tidak dapat
dijinakkan dan dapat mematikan kehidupan manusia.
Dalam kitab Bilangan 22-24, dicatat tentang seorang yang bernama Bileam.
Orang ini diyakini bangsa Moab dapat mencelakakan orang atau suatu bangsa
dengan kutuk yang diucapkannya. Ketika orang Israel keluar dari Mesir menuju
tanah Kanaan, orang Israel selalu menaklukkan terlebih dahulu penduduk kota
yang mereka lewati. Saat orang Israel mau melintasi tanah Moab, Raja Moab
ketakutan mendengar berita tentang kedatangan orang Israel itu. Ia meminta
bantuan kepada Bileam supaya pergi menemui dan mengutuki orang Israel
yang masih sedang dalam perjalanan menuju tanah Moab, agar orang Israel
celaka sebelum melewati tanah Moab. Bileam memenuhi permintaan raja
Moab, ia pergi ke luar kota menyongsong orang Israel. Tetapi di tengah
perjalanan, Tuhan memerintahkan malaikat-Nya untuk menghadang Bileam,
dan memerintahkan Bileam mengurungkan rencananya mengutuki orang
Israel. Mengapa Tuhan memerintahkan malaikat-Nya menghalang–halangi
Bileam menyampaikan kutuk terhadap orang Israel itu? Tentu karena ada
kuasa di dalam ucapan kutuk yang hendak diucapkan Bileam. Seandainya
kutuk yang akan diucapkan Bileam tidak ada kuasanya, tentu Tuhan akan
membiarkan Bileam melakukannya. Tetapi karena ada kuasa di dalam ucapan
kutuk itu, maka Tuhan memerintahkan malaikat-Nya untuk menghalang-
halangi Bileam mengucapkan kutuk itu. Sebaliknya, malaikat Tuhan menyuruh
Bileam mengucapkan berkat bagi orang Israel.
Berikut ini akan ditunjukkan kuasa di dalam ucapan seseorang, baik yang
membawa kepada kebinasaan maupun yang membawa kepada kehidupan. Di
samping itu, akan diuraikan sabda Tuhan Yesus perihal pengendalian lidah,
agar ucapan-ucapan kita tidak membawa kebinasaan kepada diri kita sendiri
maupun kepada orang lain. Tetapi sebaliknya, ucapan kita membawa kebaikan
bagi kita sendiri maupun bagi orang lain.
Ucapan Yakub Membawa Kematian Rahel
Kitab Kejadian 25 s/d 35, mencatat kisah kehidupan Yakub. Ishak mempunyai
anak kembar, yaitu Esau dan Yakub. Suatu hari, Yakub mencuri hak kesulungan
Esau, sehingga ia mau dibunuh Esau. Tetapi, Yakub melarikan diri ke Haran dan
bersembunyi di rumah pamannya bernama Laban. Di Haran, Yakub bekerja
menggembalakan ternak pamannya, dan sebagai upahnya, ia menikahi dua
anak perempuan pamannya, yaitu Lea dan Rahel. Suatu waktu, Yakub
mengambil keputusan untuk meninggalkan mertuanya dan kembali ke negeri
asalnya. Yakub membawa istrinya, anak-anaknya, hamba-hambanya, dan
semua hartanya. Rahel, istri Yakub, mencuri dan menyembunyikan terafim
(dewa-dewi) sesembahan ayahnya tanpa sepengetahuan Yakub. Laban
mengejar Yakub untuk meminta terafim itu. Laban berkata kepada Yakub:
“kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke
rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?" Lalu Yakub
menjawab Laban: "Aku takut, karena pikirku, jangan-jangan engkau
merampas anak-anakmu itu dari padaku. Tetapi pada siapa engkau menemui
dewa-dewamu itu, janganlah ia hidup lagi. Periksalah di depan saudara-
saudara kita segala barang yang ada padaku dan ambillah barangmu.” Sebab
Yakub tidak tahu, bahwa Rahel yang mencuri terafim itu. (Kej. 31: 30-32)
Yakub mengucapkan:”Janganlah hidup (biarlah mati) orang yang mengambil
terafim itu.” Padahal yang mengambil terafim itu adalah Rahel, istrinya sendiri.
Beberapa waktu kemudian ucapan Yakub ini terjadi, Rahel meninggal ketika ia
melahirkan Benjamin. Simaklah catatan Alkitab di bawah ini:
Sesudah itu berangkatlah mereka dari Betel. Ketika mereka tidak berapa jauh
lagi dari Efrata, bersalinlah Rahel, dan bersalinnya itu sangat sukar. Sedang ia
sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: "Janganlah takut, sekali
inipun anak laki-laki yang kaudapat." Dan ketika ia hendak menghembuskan
nafas--sebab ia mati kemudian--diberikannyalah nama Benoni kepada anak
Hidup-Mati Dikuasai Lidah 2
itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin. Demikianlah Rahel mati, lalu ia
dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem. (Kej. 35:16-19)
Ucapan Para Pengintai
Kitab Bilangan 13 & 14 mencatat bagaimana TUHAN menghukum orang Israel
seturut dengan ucapan-ucapan mereka. Demikian ceritanya:
Nabi Musa memimpin orang Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan.
Sebelum memasuki tanah Kanaan, Musa mengutus duabelas orang pengintai
untuk mengamat-amati tanah Kanaan itu. Setelah pengintai-pengintai itu
selesai melaksanakan tugasnya, mereka melaporkan hasil pengamatan mereka
kepada Musa, Harun dan segenap umat Israel. Sepuluh orang dari pengintai itu
berkata: "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang
negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya,
bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan
sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam
di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang Amori diam di
pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai
Yordan. Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih
kuat dari pada kita." (Bil. 13: 31) Artinya, kesepuluh orang pengintai ini
mengatakan bahwa mereka tidak dapat memasuki tanah Kanaan karena
orang-orang di sana lebih kuat dari mereka.
Ucapan mereka ini membuat umat Israel gusar, takut dan ragu-ragu untuk
memasuki tanah Kanaan. Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring
dan menangis. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan
Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah, sekiranya kami
mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! (Bil. 14: 1-2). Dengan kata lain,
orang banyak mengucapkan kata yang mengundang kematian bagi dirinya!
Tetapi dua orang dari para pengintai itu, yaitu Yosua dan Kaleb, mencoba
menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan
maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" (Bil.
13: 30)
Mereka berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui
untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita,
maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya
kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya,
janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa
negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah
meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada