sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"
Kalau di gereja, ada banyak gereja yang
melarang pengkothbah untuk menyampaikan kotbah yang bersifat keras. "Nanti jemaat tersinggung dan kabur.." itu kira-kira alasannya, seperti yang pernah diceritakan oleh seorang pendeta kepada saya beberapa waktu lalu. Gereja-gereja seperti ini hanya ingin kebaktiannya diisi oleh kotbah tentang berkat, kotbah yang boleh 'mengipas-ngipas' jemaat hingga terbuai lalu datang lagi minggu depan dan sebagainya. Ini adalah fenomena dalam BILEAM DAN kekristenan hari ini. Kalau hal ini diteruskan, itu akan menggalakkan orang untuk menolak KELEDAINYA teguran. Padahal ada kalanya kita memang membuka hati ditegur agar kita boleh lebih baik lagi. Ada kalanya kita tidak sadar saat melakukan kesalahan, dan teguran akan membuat kita cepat berbalik dan bertobat. 1 Hari ini kita akan membahas tentang seseorang yang dicatat di dalam Alkitab, karena kedegilannya lantas ditegur bukan oleh manusia melainkan oleh seekor hewan yang kerap dianggap orang mewakili simbol kebodohan. Orang itu bernama Bileam. Apa rasanya mengalami itu? Bileam mengalami peristiwa yang bagi kita mungkin terasa sangat memalukan. Kedegilannya membuat Tuhan berbicara melalui keledai yang ditungganginya.
Mari kita lihat kisah singkat terjadinya
peristiwa memalukan itu dalam kitab Bilangan 22. Pada saat itu Raja Balak mengirim beberapa utusannya menemui Bileam, dengan tujuan menyuruh Bileam mengutuk bangsa Israel. Ketika hal itu disampaikan pada Bileam, Bileam pun meminta waktu untuk bertanya pada Tuhan. Apa kata Tuhan? Dengan jelas Tuhan berkata:"Janganlah engkau pergi bersama- sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati."(Bilangan 22:12). 2 Itu jelas merupakan sebuah larangan dan Bileam taat pada mulanya. Tapi kemudian penolakan Bileam diresponi Balak dengan kembali mengutus orang-orang yang lebih banyak dan lebih terhormat, ditambah upah yang jauh lebih besar. Bileam awalnya kembali menolak, tapi lihatlah, Bileam kemudian kembali mempertanyakan hal yang sama pada Tuhan. Meskipun keputusan bertanya pada Tuhan merupakan sebuah bentuk ketaatan, tetapi jelas ketaatannya tidak penuh. Karena jika ia taat penuh, seharusnya Bileam tidak perlu bertanya lagi, sebab sejak awal Tuhan sudah menyatakan tidak. Bileam kembali bertanya dan berharap Tuhan berubah pendirian.
Tuhan tahu isi hati Bileam dan Tuhan
mengijinkan dia pergi dengan catatan hanya diijinkan untuk melakukan apa yang difirmankan Tuhan. Tanpa diminta lagi oleh orang Moab, Bileam berangkat, dan itu membuat Allah marah. Ketika manusia tidak lagi mendengar perintah Tuhan lmelalui perkataan halus, Tuhan pun memakai cara lain. Dalam kes Bileam, Tuhan memakai keledainya! 3
Keledai Bileam melihat Malaikat, lalu menghindar. Itu membuat perjalanannya terganggu, karenanya Bileam kemudian memukuli keledainya dengan tongkat. Tiga kali hal itu terjadi, tiga kali pula Bileam yang kesal memukuli keledainya. Apa yang terjadi kemudian, pada kali ketiga?"Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"(ay 28).
Tuhan memakai keledai yang ditunggangi
Bileam selama hidupnya untuk berbicara menegur Bileam, yang kemudian disusul dengan penampakan Malaikat. Semua itu, membuat Bileam sadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah. Dan untunglah, Bileam segera menyesali kesalahannya dan berubah menjadi taat sepenuhnya. 4 Bayangkan betapa sedihnya, seekor keledai saja mampu melihat, tapi manusia tidak. Semua ini tidak harus terjadi apabila Bileam patuh sepenuhnya sejak awal dan tidak berulang- ulang mempertanyakan keputusan Tuhan.
Sikap Bileam ini sebenarnya menjadi cerminan
sikap banyak orang percaya. Bileam pada bahagian ini menunjukkan ketaatan, tapi sayangnya ketaatan itu masih sering tidak sepenuhnya utuh. Kita terombang-ambing atara percaya, kurang percaya atau ragu dan tidak percaya. Kadang kita percaya, sesaat kemudian jadi kurang atau bahkan tidak percaya sama sekali. Padahal keraguan merupakan salah satu penghalang terbesar untuk kita mengalami mukjizat, pertolongan dan berkat dari Tuhan.
Terkadang kita pun berusaha meyakinkan
Tuhan, bahkan memaksa Tuhan untuk menyetujui apa yang kita anggap baik, padahal itu belum tentu yang terbaik menurut Tuhan. Doa-doa kita bukannya dibangun dalam bentuk ketaatan dan penyerahan sepenuhnya, tetapi malah bertujuan untuk meminta Tuhan mengabulkan semua yang kita inginkan. Bahkan untuk hal-hal yang tidak penting sekalipun. 5 Maka tidak heran jika ada saat dimana kita ditegur. Teguran Tuhan boleh datang melalui apa saja, baik secara lembut lewat hati nurani, lewat Firman Tuhan yang disampaikan pada kita yang kita dengar atau baca, lewat orang-orang yang berbicara pada kita, hingga teguran keras lewat berbagai kejadian jika kita masih juga bandel dan tuli.
Teguran itu bukanlah bertujuan untuk
menyakiti atau mempermalukan kita, tapi karena Tuhan sayang dan demi kebaikan kita juga. Tidakkah lebih baik ditegur saat ini daripada dibiarkan untuk masuk ke dalam siksaan kekal? Ayub pernah berkata,"Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa."(Ayub 5:17). Berbagai teguran itu jika kita sikapi dengan baik akan membuat kita terus bertambah baik pula. Itu pasti 6
Keberadaan Paguyuban Etnis Di Daerah Perantauan Dalam Menunjang Pembinaan Persatuan Dan Kesatuan Kasusu Ikatan Keluarga Minang Saiyo Di Denpasar Balipaguyuban Etnis