Anda di halaman 1dari 6

Ayat bacaan:Bilangan 22:30

"Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu,


sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah
yang kulakukan kepadamu, sampai engkau
memukul aku tiga kali?"

Kalau di gereja, ada banyak gereja yang


melarang pengkothbah untuk menyampaikan
kotbah yang bersifat keras. "Nanti jemaat
tersinggung dan kabur.." itu kira-kira alasannya,
seperti yang pernah diceritakan oleh seorang
pendeta kepada saya beberapa waktu lalu.
Gereja-gereja seperti ini hanya ingin
kebaktiannya diisi oleh kotbah tentang berkat,
kotbah yang boleh 'mengipas-ngipas' jemaat
hingga terbuai lalu datang lagi minggu depan
dan sebagainya. Ini adalah fenomena dalam
BILEAM DAN kekristenan hari ini. Kalau hal ini diteruskan, itu
akan menggalakkan orang untuk menolak
KELEDAINYA teguran. Padahal ada kalanya kita memang
membuka hati ditegur agar kita boleh lebih baik
lagi. Ada kalanya kita tidak sadar saat
melakukan kesalahan, dan teguran akan
membuat kita cepat berbalik dan bertobat.
1
Hari ini kita akan membahas tentang
seseorang yang dicatat di dalam Alkitab,
karena kedegilannya lantas ditegur bukan
oleh manusia melainkan oleh seekor hewan
yang kerap dianggap orang mewakili simbol
kebodohan. Orang itu bernama Bileam. Apa
rasanya mengalami itu? Bileam mengalami
peristiwa yang bagi kita mungkin terasa
sangat memalukan. Kedegilannya membuat
Tuhan berbicara melalui keledai yang
ditungganginya.

Mari kita lihat kisah singkat terjadinya


peristiwa memalukan itu dalam kitab
Bilangan 22. Pada saat itu Raja Balak
mengirim beberapa utusannya menemui
Bileam, dengan tujuan menyuruh Bileam
mengutuk bangsa Israel. Ketika hal itu
disampaikan pada Bileam, Bileam pun
meminta waktu untuk bertanya pada Tuhan.
Apa kata Tuhan? Dengan jelas Tuhan
berkata:"Janganlah engkau pergi bersama-
sama dengan mereka, janganlah engkau
mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah
diberkati."(Bilangan 22:12).
2
Itu jelas merupakan sebuah larangan dan
Bileam taat pada mulanya. Tapi kemudian
penolakan Bileam diresponi Balak dengan
kembali mengutus orang-orang yang lebih
banyak dan lebih terhormat, ditambah upah
yang jauh lebih besar. Bileam awalnya kembali
menolak, tapi lihatlah, Bileam kemudian
kembali mempertanyakan hal yang sama pada
Tuhan. Meskipun keputusan bertanya pada
Tuhan merupakan sebuah bentuk ketaatan,
tetapi jelas ketaatannya tidak penuh. Karena
jika ia taat penuh, seharusnya Bileam tidak
perlu bertanya lagi, sebab sejak awal Tuhan
sudah menyatakan tidak. Bileam kembali
bertanya dan berharap Tuhan berubah
pendirian.

Tuhan tahu isi hati Bileam dan Tuhan


mengijinkan dia pergi dengan catatan hanya
diijinkan untuk melakukan apa yang difirmankan
Tuhan. Tanpa diminta lagi oleh orang Moab,
Bileam berangkat, dan itu membuat Allah
marah. Ketika manusia tidak lagi mendengar
perintah Tuhan lmelalui perkataan halus, Tuhan
pun memakai cara lain. Dalam kes Bileam,
Tuhan memakai keledainya!
3

Keledai Bileam melihat Malaikat, lalu
menghindar. Itu membuat perjalanannya
terganggu, karenanya Bileam kemudian
memukuli keledainya dengan tongkat. Tiga
kali hal itu terjadi, tiga kali pula Bileam
yang kesal memukuli keledainya. Apa
yang terjadi kemudian, pada kali
ketiga?"Ketika itu TUHAN membuka mulut
keledai itu, sehingga ia berkata kepada
Bileam: "Apakah yang kulakukan
kepadamu, sampai engkau memukul aku
tiga kali?"(ay 28).

Tuhan memakai keledai yang ditunggangi


Bileam selama hidupnya untuk berbicara
menegur Bileam, yang kemudian disusul
dengan penampakan Malaikat. Semua itu,
membuat Bileam sadar bahwa apa yang
dia lakukan adalah salah. Dan untunglah,
Bileam segera menyesali kesalahannya
dan berubah menjadi taat sepenuhnya.
4
Bayangkan betapa sedihnya, seekor keledai saja
mampu melihat, tapi manusia tidak. Semua ini
tidak harus terjadi apabila Bileam patuh
sepenuhnya sejak awal dan tidak berulang-
ulang mempertanyakan keputusan Tuhan.

Sikap Bileam ini sebenarnya menjadi cerminan


sikap banyak orang percaya. Bileam pada
bahagian ini menunjukkan ketaatan, tapi
sayangnya ketaatan itu masih sering tidak
sepenuhnya utuh. Kita terombang-ambing atara
percaya, kurang percaya atau ragu dan tidak
percaya. Kadang kita percaya, sesaat kemudian
jadi kurang atau bahkan tidak percaya sama
sekali. Padahal keraguan merupakan salah satu
penghalang terbesar untuk kita mengalami
mukjizat, pertolongan dan berkat dari Tuhan.

Terkadang kita pun berusaha meyakinkan


Tuhan, bahkan memaksa Tuhan untuk
menyetujui apa yang kita anggap baik, padahal
itu belum tentu yang terbaik menurut Tuhan.
Doa-doa kita bukannya dibangun dalam bentuk
ketaatan dan penyerahan sepenuhnya, tetapi
malah bertujuan untuk meminta Tuhan
mengabulkan semua yang kita inginkan. Bahkan
untuk hal-hal yang tidak penting sekalipun.
5
Maka tidak heran jika ada saat dimana kita
ditegur. Teguran Tuhan boleh datang
melalui apa saja, baik secara lembut lewat
hati nurani, lewat Firman Tuhan yang
disampaikan pada kita yang kita dengar
atau baca, lewat orang-orang yang
berbicara pada kita, hingga teguran keras
lewat berbagai kejadian jika kita masih
juga bandel dan tuli.

Teguran itu bukanlah bertujuan untuk


menyakiti atau mempermalukan kita, tapi
karena Tuhan sayang dan demi kebaikan
kita juga. Tidakkah lebih baik ditegur saat
ini daripada dibiarkan untuk masuk ke
dalam siksaan kekal? Ayub pernah
berkata,"Sesungguhnya, berbahagialah
manusia yang ditegur Allah; sebab itu
janganlah engkau menolak didikan Yang
Mahakuasa."(Ayub 5:17). Berbagai
teguran itu jika kita sikapi dengan baik
akan membuat kita terus bertambah baik
pula. Itu pasti 6

Anda mungkin juga menyukai