Anda di halaman 1dari 16

Nama : Sri Kejora Tarigan, S.

Th
Nim : 21.07.224
Mata Kuliah : Teologi Biblicum PL
Dosen Pengampu : Dr. Jontor Situmorang

Suara Kenabian di Tengah-tengah Dunia yang Selalu Berubah Menurut Perjanjian Lama
( Suatu Studi Kenabian Dalam PL Diperhadapkan Dengan Peran Hamba Tuhan di Tengah-
tengah Dunia Ini)

I. Latar Belakang Masalah


Nabi itu adalah juru bicara Allah sehingga sering juga disebut sebagai penyambung lidah Allah.
Seorang nabi harus menyampaikan pesan sorgawi dan memiliki komitmen yang tinggi. nabi adalah seorang
mediator yang telah dipanggil oleh Allah yang berbicara sesuai dengan kehendak Allah. Bila umat
menyeleweng, tidak setia kepada Tuhan, maka Tuhan membangkitkan para nabi untuk menegur umat itu.
Atas nama Tuhan, nabi memberitakan hukuman kepada umat yang berdosa. Para nabi Allah memiliki
peranan dan fungsi utama secara moral dan spiritual untuk menyatakan damai sejahtera Allah yakni
keadilan dan kebenaran, agar semua umat hidup dalam damai sejahtera
Bagaimana fungsi dan tanggung jawab hamba Tuhan dalam menyuarakan suara kenabian di
tengah kehidupan dunia yang berubah ini? Dan apabila di perbandingkan dengan kehidupan para nabi
dalam PL? Berikut ini penulis mencoba memaparkan tulisannya dalam persoalan-persoalan yang
berkembang di tengah-tengah kehidupan umat.

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Kenabian
Dalam Perjanjian Lama, ada beberapa istilah Ibrani yang sering dipakai untuk pekerjaan seorang
nabi. Istilah pertama adalah “navi” (Ibr.‫נביא‬, Ing. Prophet) artinya orang-orang yang dipanggil
menyampaikan berita atau kehendak Allah. Sebutan nabi diberikan kepada laki-laki sedangkan bagi
perempuan disebut nabiah (Ibr. ‫נביאה‬nebiyah). Sejarah memperlihatkan bahwa kehadiran para nabi sudah
ada sejak Israel kuno hingga zaman sesudah pembuangan. Gelar nabi juga diberikan kepada Abraham (Kej.
20:7), Musa (Ul. 34:10), Harun (Kel. 7:1). Perempuan yang pernah disebut nabi diantaranya adalah
Miryam (Kel. 15:20). Nabiah lebih sedikit jumlahnya dibanding nabi laki-laki. Nabiah tidak ada
meninggalkan nubuat dalam bentuk kitab dan menjadi kanon Alkitab. Meskipun tidak memiliki kitab,

1
tetapi kedudukan mereka tidak boleh dipandang sebelah mata sebab ada banyak nabiah yang berpengaruh
dalam kehidupan umat Tuhan, misalnya Miryam dan Huldah.1
Nabi juga sering disebut sebagai “Penyambung Lidah” dapat kita lihat ketika Musa takut pergi
kepada orang Israel di negeri Mesir, karena merasa tidak pasih lidahnya, maka Tuhan berfirman, “Lihat,
Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu” (Kel. 1).
Harun dijadikan nabi bagi Musa atau ia dijadikan penyambung lidah bagi Musa. 2 Istilah kedua adalah
‫(ר ֹאֶה‬ro’eh:Pelihat) dan ‫( הֹזֶה‬hozeh: Peramal). Nabi memiliki kemampuan memahami kehendak Allah
terhadap umat-Nya termasuk masa yang akan datang, melalui penglihatan-penglihatan. Dengan
kemampuan seperti ini cenderung nabi disebut bersifat subjektif. Salah satu nabi yang mendapat gelar
sebagai pelihat adalah Samuel (1 Sam. 9:11). Kemudian gelar ini juga diberikan kepada Gad (2 Sam.
24:11), kemudian nabi Amos. Dekatnya aktivitas nabi dengan tugas-tugas masa depan sehingga mereka
sering disebut peramal (1 Sam. 9:9).3
Nabi adalah juru bicara Allah sehingga sering juga disebut sebagai penyambung lidah Allah.
Seorang nabi harus menyampaikan pesan sorgawi dan memiliki komitmen yang tinggi. Ada perkataan yang
sering disebut sebagai formula nabi yang berbunyi “Demikianlah Firman Tuhan” adalah sebagai bukti
hubungan yang dalam antara nabi dengan Allah. Hubungan yang dekat antara Allah dengan nabi
menyebabkan otoritas nabi sangat disegani di kalangan Israel termasuk oleh raja dan penguasa. Sebagai
media Allah, seorang nabi harus memegang sifat kejujuran, sedikit pun nabi tidak berhak menambah dan
mengurangi pesan Allah.4 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nabi adalah seorang mediator yang
telah dipanggil oleh Allah yang berbicara sesuai dengan kehendak Allah. Bila umat menyeleweng, tidak
setia kepada Tuhan, maka Tuhan membangkitkan para nabi untuk menegur umat itu. 5 Atas nama Tuhan,
nabi memberitakan hukuman kepada umat yang berdosa. Para nabi Allah memiliki peranan dan fungsi
utama secara moral dan spiritual untuk menyatakan damai sejahtera Allah yakni keadilan dan kebenaran,
agar semua umat hidup dalam damai sejahtera.6

1
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 161. Lihat juga Muller, “‫ ”נָבִיא‬dalam G.
Johannes Botterweck & Helmer Ringgren., Ed. Theological Dictionary of The Old Testament Vol. IX ‫מָ ׇרד‬-‫( נָשָה‬traslated
by David E. Green), (Michigan: W.B. Eerdman: Publishing Company, 2003), 130, 133.
2
J. Sidilow Bakter, Menggali Isi Alkitab 2 (Ayb s/d Mal), (Jakarta: YKBK/OMF, 1993), 170.
3
YM. Seto Marsunu, Suara Ilahi Pengantar Kitab-Kitab Kenabian, (Yogyakarta: Kanisius, 2012), 12. Lihat juga
Edmon Jacob, Theology of The Old Testament (Translated by Arthur W. Heathcote, dkk), (London: Hodder And
Stoughpon, 1971), 239.
4
Harry Mowvley, Penuntun ke dalam Nubuat Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 55.
5
Muller, “‫ ”נָבִיא‬dalam G. Johannes Botterweck & Helmer Ringgren., Ed. Theological Dictionary of the Old Testament
Vol. IX, 133.
6
C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 237.

2
II.2. Suara Kenabian Dalam Perjanjian Lama

Pada dasarnya nabi-nabi yang terdahulu adalah juru bicara Allah. Para pendengar dari umat Israel
hanya mengingat bagian-bagian tertema dari nubuat-nubuat mereka yang ada kaitannya dengan sejarah
Israel. Sedangkan ucapan-ucapan nabi yang terkemudian dicatat oleh murid-muridnya dan dihimpun
menjadi satu kumpulan. Malahan kadang-kadang juga nabi itu sendiri menulis nubuat-nubuatnya.
Walaupun demikian fungsi nabi-nabi ini ialah mempelajari apa kehendak Allah bagi umat-Nya dan
memperingatkan ataupun mendorong umat Allah sesuai dengan situasi. Sesuai dengan namanya nabi itu
memiliki fungsi yaitu sebagai perantara. Peranan ini digambarkan dengan baik dalam (Ulangan 5:24-28),
yang dimana di sini orang Israel mengatakan bahwa mereka telah mendengar Allah berfirman tetapi Musa
harus mengartikan semuanya itu kepada bangsa Israel. Nabi adalah perantara yang dipakai untuk membawa
hidup Ilahi ke dalam dunia yang sudah tertutup rapat untuk hidup itu.7

Kenabian adalah jabatan rohani yang bertugas dalam hal kerohanian sebagai penyampaian pesan
Allah. Isi pesan itu biasanya bersifat peringatan atau hukuman, berkat dan keselamatan. Sebagai penyampai
pesan maka seorang nabi harus memegang teguh sifat kejujuran. Seorang nabi harus menyampaikan
Firman Tuhan tanpa menambah ataupun menguranginya. Hal ini sering menjadi beban dalam
tanggungjawab kenabian sebab cenderung pesan Allah bertentangan dengan situasi atau kehendak
pendengarnya. Bagaimana nabi menerima pesan dari Allah? Sebagai seorang yang berkuasa atas panggilan
Allah maka panggilan itu menjadi dasar pemberitaan para nabi dalam tugas pemberitaannya. Allah
memiliki cara dan metode yang beraneka ragam dalam memilih nabi tetapi pada hakekatnya pesan yang
diterima sang nabi sering melalui dua cara yaitu melalui penglihatan dan pendengaran melalui perkataan-
perkataan.8

Dalam Perjanjian Lama nabi memiliki peranan penting dalam kehidupan umat Israel. Nabi
merupakan suatu jabatan kepada seseorang yang mengambil tempat utama dan menyolok dalam kehidupan
bangsa Israel. Secara etimologi kata nabi berasal dari bahasa Ibrani navi. Kata navi dapat dikembalikan
ke suatu akar kata akkad yang artinya seseorang yang dipanggil ataupun seorang yang memanggil yakni
kepada manusia atas nama Allah. kedua arti tersebut sangat cocok kepada gambaran nabi dalam Perjanjian
Lama.9 Dalam Perjanjian Lama nabi memiliki dua ciri khas yang khusus yaitu :

7
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Anggota IKAPI: BPK-GM, 2004), 130.
8
Agus Jetron Saragih, Kitab Illahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 130.
9
http://benny-hutagalung.blogspot.co.id.//2011/12,diakses pada Selasa, 23 oktober 2021, pukul 02:03 WIB.

3
 Suatu panggilan dari Allah. Setiap nabi yang dipanggil Allah dan diberi tugas untuk bernubuat
(Yes. 6:1- 8).10 Pemanggilan menjadi seorang nabi tidak berdasarkan keturunan ataupun dilantik
kepada jabatan tertentu melainkan ketentuan langsung dari Tuhan.
 Sebagai penyampaian firman Tuhan kepada manusia lain. Berita atau firman yang disampaikan
bukan suatu karangan manusia melainkan sesuatu yang diterima dari Allah (bnd. Yer. 23:18).

Keberadaan nabi adalah seorang manusia yang tidak berbeda dengan sesamanya. Namun nabi
memiliki hal khusus yang membedakan mereka dengan masayarakat biasa. Nabi merupakan Abdi Allah
yang dipanggil untuk menyampaikan pesan Allah kepada manusia. dalam Alkitab Perjanjian Lama orang
pertama yang disebut nabi yakni Abraham. Ia menerima panggilan khusus dan bersifat pribadi dari Allah.
Di dalam Perjanjian Lama ada nabi-nabi terdahulu dan nabi-nabi kemudian. Nabi-nabi terdahulu sebagian
besar berasal dari zaman penduduk Kanaan oleh Israel dan masa awal kerajaan, sedangkan nabi-nabi
kemudian berasal dari abad-abad akhir kerajaan yang terpecah itu. Nabi-nabi terdahulu bersifat historis,
mengenai peristiwa-peristiwa sejarah Israel.11 Adapun nabi-nabi terdahulu dimulai dari Yosua, Hakim-
hakim, I dan II Samuel, I dan II Raja-Raja. 12 Sedangkan nabi-nabi kemudian lebih bersifat profetik artinya
mengandung lebih banyak pemberitaan nabi-nabi, suatu unsur yang hampir tidak ada dalam nabi-nabi
terdahulu.13 Nabi-nabi kemudian terdiri dari nabi- nabi besar yaitu Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel
sedangkan nabi-nabi kecil yaitu Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya,
Hagai, Zakharia, dan Maleakhi.14

II.3. Suara Kenabian Dalam Perjanjian Baru


Dalam Perjanjian Baru, istilah nabi berasal dari bahasa Yunani Prophetes yang secara harafiah
artinya “seseorang yang berbicara atas nama orang lain”. Para nabi berbicara bagi Allah kepada umat
perjanjian berdasarkan apa yang sudah mereka dengar, lihat dan terima dari Allah. Nabi dalam Perjanjina
Baru fungsinya tidak seperti dalam Perjanjian Lama.15 Nabi dalam Perjanjian Baru lebig berfungsi sebagai
karunia jabatan dalam gereja untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi tugas pelayanan, bagi
pembangunan tubuh Kristus. Nabi-nabi dalam Perjanjian Baru tetap sebagai orang khusus dari Tuhan,

10
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, (Jakarta : LAI, 2013), 271.
11
Lasor, Pengntar Perjanjian Lama 1 : Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 272.
12
Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 65-66.
13
Lasor, Pengntar Perjanjian Lama 1 : Taurat dan Sejarah, 273.
14
Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, 107.
15
G.Johannes Botterweck & Helmer Ringgren, Ed, Theological Dictionary Of The Old Testament Vol IX. 133.

4
sebagai orang yang bernubuat, mendapat pengelihatan dan mimpi spiritual, orang yang mendengar suara
Tuhan , orang yang menyampaikan pesan khusus dari Tuhan.16
Nabi Juru bicara Allah saat ini, melalui Alkitab dan Roh Kudus, Allah rindu untuk berjalan dan
bercakap-cakap dengan kita dalam suatu hubungan pribadi yang intim. Meskipun demikian, tidak semua
orang Kristen tahu bagaimana mengenali suara Allah. Bahkan, jika mengenalinya, banyak orang tidak tahu
bagaimana menanggapinya agar apa yang Allah katakan tersebut dapat tergenapi. Dengan cara ini, seperti
cara lainya, tidak ada seorang pun yang mampu mencukupi dirinya sendiri dalam berhubungan dengan
Allah. Kita semua membutuhkan sesama anggota tubuh Kristus. Oleh karena itu, Allah telah menempatkan
dalam tubuh itu suatu jabatan nabi, sebagai sebuah suara khusus. Dia telah memberikan karunia bernubuat
sebagai suara-Nya ditengah-tengah jemaat. Dia telah mengutus roh nubuat untuk memberikan kesaksian
Yesus di seluruh Dunia.17
Pertama-tama haruslah ditekankan, bahwa ketiga jabatan Kristus Nabi, Imam, Raja, tidak boleh
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sejak dahulu ada orang-orang yang bersedia menghormati Yesus
sebagai seorang nabi. Tetapi tidaklah sebagai Imam dan Raja (bd. Mat. 16:14). Dikalangan orang Yahudi
pada masa kini ada yang mengganggap Yesus sebagai salah seorang nabi. Banyak orang mau
menghormatiNya sebagai salah seorang guru yang ajaranya berharga bagi umat manusia. Akan tetapi
penghormatan demikian adalah berlainan sekali dengan kesaksian tentang Yesus Kristus, sebagaimana
diberikan di dalam Perjanjian Baru (Mat. 16:16-17). Benarlah bahwa Yesus adalah Nabi. Akan tetapi
pemberitanNya sebagai nabi sungguh menjadi satu dengan perbuatanNya sebagai Iman: Ia
menyungguhkan, menguatkan dan menjelaskan isi pemberitaanNya itu dengan hidup serta kematianNya.
Yesus sendiri memakai gelar ini untuk diriNya (Mat. 13: 57; Luk. 13:33) dan tidak menolaknya (Mat.
21:11; Yoh. 3:2;4:19; 6:14;9:17). Para murid dan pengikutnya pun menyebut dia seorang nabi ( Luk. 24:19;
Kis. 3:22-24). Seorang nabi bukanlah seorang peramal atau tukang tenung. “ bernubuat “ artinya
menyampaikan firman Allah kepada umat manusia, itulah yang dilakukan oleh Yesus (Yoh. 12:49;14:10).
Ia adalah saksi yang setia (Why. 1:5), yang telah datang ke dunia ini untuk menyatakan Allah (Yoh. 1:18),
kebenaran (Yoh. 18:37). Sebagai nabi Ia telah dijanjikan dan dinanti-nantikan (Ul. 18:15; Yoh. 6:14). Ia
berkhotbah selaku nabi yang dikuasakan oleh Allah (Mat. 7:29; 17:5; Luk. 24:19). Akan tetapi Yesus
melebihi seorang nabi biasa, malah juga melebihi Yohanes Pembaptis (Luk. 7:26; Yoh. 1:29-34). Ia
dibedakan dari nabi-nabi yang lain (Ibr. 1:1-2). Mengapa? Kepada seorang nabi biasa, dianugerahkan

16
J. A. Motyer, Nubuat Nabi-nabi, Dalam J.D. Douglas, Ed, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (M-Z), (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2008), 163-165.
17
Bill Hamon, Nabi-Nabi dan Nubuatan Pribadi, ( Bandung: Revival Total Manistry, 1987), 13.

5
firman Allah untuk diteruskan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, akan tetapi Yesus Kristus adalah
Firman Allah (Yoh 1:14). Artinya: dalam Yesus Kristus dan pekerjanNya telah disimpulkan segala sesuatu
yang Tuhan mau katakan kepada kita serta segala sesuatu yang Tuhan berkenan melakukanya guna kita.
Sebagai nabi, Yesus memberi kesaksian tentang kebenaran, akan tetapi ia sendiri adalah kebenaran yang
dari Allah (Yoh. 14:6).18

II.4. Beberapa Tokoh Para Nabi Yang Menyuarakan Suara Kenabian pada Masanya
1. Nabi Musa

Awal pemanggilan Musa oleh Allah dapat diketahui secara khusus dalam kitab Keluaran 3. Sifat-
sifat apapun yang kemudian dihubungkan dengan nubuat dan inisiatif dalam menjadikan Musa sebagai
seorang nabi terletak pada tangan Tuhan. Dalam Keluaran 33:11 memaparkan dengan jelas terbentuknya
suatu hubungan yang unik antara Musa dengan Allah. Musa yang telah dibawa dihadapan Allah mampu
berbicara atas nama Allah ditengah-tengah kekuasaan Mesir.  Setelah pemanggilan itu maka Musa harus
pergi berdiri dihadapan bangsanya. Di sini tampak fungsi nabi sebagai perantara. Peranan ini digambarkan
dengan baik dalam Ulangan 5:24-28. Tujuan pemanggilan Musa oleh Allah adalah sebagai perantaraNya
dalam menyampaikan pesan kepada bangsa Israel. Musa diberi kecakapan untuk menafsirkan berbagai
kejadian besar yang segera akan terjadi. Musa tidak dibiarkan Allah untuk bergumul menemukan arti dari
berbagai kejadian yang sedang berlangsung atau pun sudah terjadi ditengah-tengah perjalanan bangsa Israel
menuju tanah perjanjian. Allah berbicara kepada dia dan memberi tahu keadaan yang akan terjadi kepada
Musa secara langsung. Namun bukan hal itu saja, Musa juga diberi satu tanda dari Allah bahwa ia memiliki
kekuatan dan kekuasaan dari Allah (bnd. Kel. 4:3+6). Selain itu juga, hal yang diperoleh dari kenabian
Musa sendiri yaitu mengenai etika dan kepedulian sosial Musa sendiri. Bahkan sebelum Musa dipanggil
Allah menjadi seorang nabi, ia telah memperhatikan keadaan sosial umatnya (Kel. 2:11+17). Dalam
panggilannya Musa juga menjadi seorang nabi pemberi hukum yang membentangkan dan memberikan
undang-undang yang paling berprikemanusiaan dan filantropis dalam dunia kuno dengan memperhatikan
kaum lemah (Ul. 24:19-22) dan membasmi penindasan (Im. 19:9).19

Dalam kenabian Musa juga ditemukan kombinasi pemberitaan dan nubuat yang terdapat pada
semua nabi. Ini sangat mencolok terperinci sebagai corak kenabian pada umumnya. Musa juga menetapkan
suatu norma yang mana bila seorang nabi membicarakan kejadian masa kini juga harus membicarakan
18
G.C.Van Niftrik B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 325-327.
19
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OFM, 2003), 163.

6
kejadian yang akan datang. Dan bahkan juga Musa mengucapkan nubuat akbarnya tentang nabi yang akan
datang (Ul. 18:15). Dua ciri yang ditemukan dalam kenabian Musa yang juga terdapat pada generasi
nabisetelah Musa yaitu memakai lambang dalam mengemukakan amanat mereka seperti halnya Musa
mengangkat tangannya ke atas (Kel. 17:8) dan juga patung ular tedung (Bil. 2:8). Hal kedua yang juga
ditemukan dalam kenabian Musa yakni dari segi syafaat ia adalah wakil bangsa dihadapan Allah pada suatu
peristiwa yang secara harafiah dimana Musa sebagai pendoa yang tegar menangkis semua serangan (Kel.
32:30). 20

2. Nabi Yeremia

Yeremia adalah seorang nabi Perjanjian Lama yang benar-benar sangat berpengaruh besar. Ia lahir
di Anatot, sebuah kota kecil di sebelah utara kota Yerusalem. Ia anak seorang Imam namun pada masa
pemanggilannya dia bekerja sebagai nabi. Banyak nabi yang menyampaikan pesan Tuhan dan Yeremia
salah seorang diantaranya. Pemberitaan/pesan yang disampaikan oleh Yeremia adalah yang paling lengkap
yang dicatat Alkitab. Pesan yang disampaikannya merupakan pesan yang sangat penting yaitu pesan yang
berisikan konfirmasi perjanjian antara Tuhan dengan bangsa Israel. 21 Perkataan Tuhan yang diterima oleh
Yeremia membuktikan dia sebagai nabi (Yer.1:4,7,11,13;2:1-4). Kenabian adalah perpaduan unsur-unsur
kenabian terdahulu yang dibawa oleh leluhur Israel dan unsur-unsur kenabian Kanaan dipadukan dengan
unsur baru dari Yahwisme. Pengulangan perkataan Tuhan (neum yhwh) kepada Yeremia (Yer. 1 dan Yer.
2:1-4) menjelaskan pekerjaan Yeremia sebagai nabi yang diutus oleh Tuhan, bekerja untuk menyampaikan
suara kenabian. Dari antara para nabi orang Israel, hanya Yeremia yang dipilih Tuhan sejak ia dalam
kandungan ibunya. Namanya berarti Tuhan adalah tinggi, luhur.22

Sebelum Yeremia lahir, Tuhan sudah menetapkan bahwa dia akan menjadi nabi. Sebagaimana
Tuhan memiliki rencana hidup bagi nabi Yeremia demikian juga Tuhan memiliki rencana bagi semua
orang. Pemilihan Tuhan terhadap Yeremia karena Tuhan mengenal Yeremia walaupun dia masih dalam
kandungan. Tuhan mengenal seseorang berarti Tuhan mengenal orang itu dan menentukan nasibnya (bdk.
Am. 3:2; Rom. 8:29). Nabi berarti juga pelihat (1Sam 9:9). Yeremia adalah nabi yang paling tepat dan
dikhususkan justru bagi tugas yang berat tetapi penting. Yeremia dipanggil untuk tugas kenabian, ketika ia
masih muda ( na’ar) pada tahun 627 Sm (Yer. 1:2). Yeremia memulai tugas kenabiannya antara tahun 627-

20
J.A. Thompson Thompson, The Book Of Jeremiah, (Grand Rapids : William B. Eerdmans Publishing Company,
1980), 14-15.
21
J.A. Thompson Thompson, The Book Of Jeremiah, 14-15.
22
Dorothy Marx, Penjelasan Singkat Tentang Kitab Yeremia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 14.

7
628 Sm.23 Pemanggilan Yeremia menjadi nabi berdasarkan suara Tuhan yang datang kepadanya, dan
meneguhkannya sebagai nabi yang memiliki otoritas dalam menyampaikan nubuat kecaman Tuhan,
mengangkat Yeremia atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan,
untuk membinasakan dan meruntuhkan, membangun dan menanam.24

Sebenarnya Yeremia tidak ingin menjadi nabi. Baginya tugas kenabian pasti mendatangkan
kekacauan bagi dirinya sendiri, sedangkan ia sendiri menginginkan kedamaian. Tampil sebagai nabi di
Yerusalem dengan pesan berupa ancaman sangat berat baginya yang selalu menginginkan kedamaian.
Ucapan-ucapan kenabian yang disampaikan Yeremia pada awal masa pelayannya berupa peringatan-
peringatan akan segera datangnya malapetaka militer dan politik atas Yehuda (Yer. 1:11-16; 4:5-8; 6:22-
23). Kadang-kadang tugas kenabian sangat berat baginya sehingga ia mau memberontak. Yeremia merasa
tidak pantas menerima tugas itu karena dia masih muda. Di samping pertentangan dengan dirinya sendiri
Yeremia juga diusik oleh ancaman yang datang secara berulang-ulang dari luar. Kelompok imam dan nabi
menuduh dia menghujat Tuhan karena ia menebuatkan kehancuran rumah Tuhan (Yer.26:1-6). Pergumulan
Yeremia semakin bertambah karena adanya kesalpahaman dan perlawanan dari kelompok nabi palsu, yang
lebih senang mengikuti kehendak rakyat dari pada kehendak Tuhan (Yer. 28). Namun akhirnya ia tetap
menanggapi panggilan Tuhan sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan dan kecintaanya terhadap bangsanya,
kendati ia sering putus asa dan mengganggap tugas pelayananya sia-sia.25

2.5. Peran hamba Tuhan dalam Menyuarakan Suara Kenabian Ditengah-tengah Dunia
yang Selalu Berubah-ubah

Melaksanakan tugas kenabian tidak berarti hanya mengulang saja pewartaan nabi-nabi tentang
rencana dan kehendak Allah, sebab kondisi umat manusia atau dunia yang selalu berubah-ubah, bahkan
pada abad terkahir ini perubahan itu sangat cepat dan meluas. Melaksanakan tugas kenabian pada zaman
modern ini berarti menggemakan suara para bani tentang bencana dan kehendak Allah kepada umat
manusia pada zaman modern ini, yang kondisinya sudah sangat berbeda dari kondiri umat manusia pada
masa sebelum masehi dan pada abad pertama masehi.26 Untuk dapat menggemakan suara nabi dengan baik
untuk umat manusia pada zaman modern ini, kita perlu lebih dahulu melihat dan menafsirkan “tanda-tanda

23
Gerhard Von Rad, Old Testament Theology: The Theology Os Israel’s Prophetic Tradition.Vo.I, ( Edinburgh dan
London: Oliver and Boyd, 1965), 191.
24
J.G.S. Thamson, The Word of The Lord in Jeremiahi, (London: The Tyndale Press, 1959), 8.
25
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 13.
26
Pontifical Biblical Comission, The Bible and Morality (Roma: Libreria Editrice Vaticana, 2010), 11-12

8
zaman” serta melakukan proses “discernment” secara kristis dan bijak atasnya. Sebelum mengusulkan dan
merencanakan tindakan “to act”. Beberapa hal yang dialami sebagai masalah oleh masyarakat pada zaman
modern ini sama sekali belum dilihat dan dirasakan sebagai masalah oleh masyarakat pada zaman itu.

Adapun “discernment” ditengah-tengah dunia yang selalu berubah-ubah saat ini antara lain:27

 Masalah Kerusakan lingkungan hidup

Suara kenabian yang perlu di suarakan adalah ajakan kepada segenap umat manusia untuk
meninggalkan sikap anthroposentris dan untuk membenahi proses industrialisasi agar kerusakan
lingkungan dapat diperlambat dan akhirnya di hentikan.

 Masalah Kesetaraan Gender

Menyuarakan suara kenabian yang perlu kita serukan adalah ajakan kepada segenap umat manusia
untuk memperlakukan kaum perempuan sebagai kaum yang setara dengan kaum pria, karena
perempuan dan pria memiliki martabat yang sama.

 Masalah Bio Teknologi

Menyarakan suara kenabian, yang perlu kita suarakan adalah ajakan kepada segenap umat mansuia
untuk menggunakan teknlogi, termasuk bioteknologi, sesuai dengan rencana dan kehendak Allah saat
Ia menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini. Manusia tidak layak bertindak menggantikan sang
pencipta. Yang jelas, manusia tidak layak menggunakan bioteknologi secara sembarangan kepada
mansia, yang telah diciptakan Allah sesuai dengan citraNya sendiri.

 Masalah Bencana Alam


Dalam Perjanjian Lama Tuhan menghajar bangsa Israel dengan tulah, jika bangsa itu tidak taat dalam
menjalankan perintah-perintahNya atau memberontak kepada-Nya. Tapi jika bangsa Israel menyesal
dosa-dosanya dan berbalik kepada Tuhan maka akan diampuninya dan berdamai dengan bangsa itu, (2
Samuel 24:1-25). Penyakit sampar atau tulah dipakai dalam arti yang umum di Keluaran 7-10, ketika
menyebutkan kesukaran-kesukaran yang ditimpahkan Allah kepada bangsa Mesir. Wabah berupa
penyakit sampar atau tulah yang menimpa orang Israel ketiga kali sementara mereka mengembara di
padang gurun. Pertama, ketika mereka makan daging burung puyuh yang dikirim Allah untuk
27
Al. Purwahadiwardaya, Program Studi Megister Teologi, Universitas Sanata Dharma Vol. 22, (Yogyakarta; Biara
Nazareth, 2013), 35-37

9
memuaskan keinginan mereka akan daging (Bil. 11:33). Kedua, sebuah “tulah” menuntut nyawa para
pengintai yang mengecilkan hati orang Israel sehingga mereka tak berani memasuki negeri perjanjian
(Bil. 14:37). Wabah Ketiga datang sebagai hukuman Allah atas orang Israel. Harun menghentikan
“tulah” ini dengan mempersembahkan ukupan kepada Allah (Bil. 16:46-47). Pada suatu peristiwa lain,
Pinehas menyelamatkan orang Israel dari tulah dengan membunuh seorang anak laki-laki yang
membawa seorang perempuan Median di tengah-tengah mereka. Meskipun demikian, 24.000 orang
telah mati (Kel. 25:8-9).28
Melalui pernyataan ini terlihat bahwa Tuhan menghukum baik bangsa Mesir maupun bangsa Israel
dengan wabah penyakit sampar yang berarti pengrusakan. Wabah penyakit sampar atau tulah yang
dipakai secara menyeluruh sebagai hukuman dari Allah yang mendatangkan kematian. Wabah
penyakit sampar atau tulah ditimpahkan Allah kepada bangsa Mesir dan juga bangsa Israel sebagai
bencana ataupun hukuman, ketika Firaun raja Mesir tidak melepaskan bangsa Israel keluar dari tanah
Mesir, maka Allah menulahinya dengan kesepuluh ayat dikenal dengan istilah sepuluh tulah ditanah
Mesir (Kel. 7:14-11:10). Selain itu, Allah menulahi Allah bangsa Israel mulai dari ketika mereka
mencoba Allah dengan meragukan pemeliharaan-Nya atas hidup mereka di padang gurun, sehingga
Allah menulahi bangsa Israel mulai dari ketika mereka mencobai Allah dengan meragukan
pemeliharaan-Nya atas hidup mereka di padang gurun, sehingga Allah menulahi mereka saat makan
daging puyuh yang dikirim-Nya, (Bil. 11:33). Tidak cukup sampai disitu, karena Tuhan menulahi
bangsa Israel karena kesepuluh pengintai tanah Kanaan yang kembali dengan membawa berita yang
mengecilkan hati bangsa itu untuk memsuki dan merebut tanah perjanjian (Bil. 14:37). Bahkan Allah
menulahi bangsa Israel karena pemberontakan Korah, Datan dan Abiram kepada Allah dengan
menganggap Musa dan Harun meninggikan diri atas umat Israel (Bil. 16:1-50). Lalu Musa meminta
kepada Harun menghentikan “tulah” ini dengan mempersembahkan ukupan kepada Allah (Bil. 16:46-
47). Jadi penyakit sampar atau tulah, mengacu kepada penderitaan berupa penyakit yang mewabah
yang dipakai Allah untuk menghukum bangsa Israel karena ketidaktaatannya kepada Allah.
Tuhan menyatakan kehadiran-Nya ditengah-tengah umat-Nya dengan berbagai cara. Salah satu cara-
Nya ialah melalui bencana non-alam berupa penyakit sampar atau tulah, seperti kesepuluh tulah di
tanah Mesir yang identik dengan Covid-19 pada masa kini. Sembilan tulah yang pertama jelas
termasuk dalam tiga kelompok dengan masing-masing tiga tulah. Pertama dan kedua, ketiga dan
keempat, kelima, ketujuh dan delapan diberitakan kepada Firaun sebelum terjadi, tetapi tulah ketiga,
Jr J.l. Packer, Merrill C.Tenney & William White, Ensiklopedia Fakta Alkitab Bible Almanac-2, (Malang: Gandum
28

Mas), 954-955.

10
keenam dan kesembilan terjadi tanda peringatan sebelumnya. Tiga tulah pertama melanda Israel dan
Mesir, sebab kedua bangsa itu harus mempelajari sesuatu. Dua kelompok terakhir hanya menimpa
Mesir saja agar mereka mengetahui bahwa Allah yang melindungi Israel juga merupakan Allah orang
Mesir (Kel. 8:22) dan Ia lebih besar dari semua allah yang lain (Kel. 9:14). Tulah-tulah itu makin lama
makin berat, dengan tiga tulah terakhir nyaris melumpuhkan negeri itu.29
Saat Tuhan hendak menulahi bangsa Mesir dengan kesepuluh tulah, Tuhan berfirman kepada Musa
bahwa Firaun raja Mesir itu tidak mendengarkan Musa maka Tuhan akan mengacungkan tangan-Nya
untuk membawa umat-Nya keluar dari tanah Mesir dan supaya orang Mesir tahu bahwa Tuhan yang
membawa umat-Nya keluar (Kel. 7:1-5). Jadi melalui peristiwa kesepuluh tulah di tanah Mesir Tuhan
memperkenalkan diri-Nya kepada orang-orang Mesir dan juga orang-orang Israel. Tulah-tulah yang
melaluinya Allah menunjukkan diriNya kepada Israel dan Mesir di dalam Alkitab dikemukakan
dengan berbagai istilah: maggepa, “pukulan mematikan” (Kel.19:14), dipakai di dalam 1 Samuel 4:17
untuk kekalahan besar dalam pertempuran; nega, “sentuhan dan pukulan berat” (Kel. 11:1), dipakai
dalam kitab Imamat pasal 13 dan 14 untuk serangan penyakit kusta; negap (Kel.12:13), mirip dengan
maggepa, hanya dipakai untuk tulah kesepuluh saja, dan pada umumnya merupakan sebuah
malapetaka yang diturunkan Allah sebagai penghukuman (Yos. 22:17). Melalui pukulan-pukulan yang
menggerikan ini, bangsa itu akan dibuat sadar bahwa “Akulah Tuhan.”30
Melalui tulah-tulah Allah memukul dan mematikan Mesir, supaya bangsa itu tahu bahwa Allahnya
bangsa Israel itu hidup dan hadir membela umat pilihanNya. Tulah itu juga berarti sentuhan atau
pukulan berat dari Allah kepada umat-Nya saat pertempuran melawan bangsa Filistin dan pada saat itu
bangsa Israel kalah dan tabut Allah dirampas serta kedua anak Imam Eli yaitu Hofni dan Pinehas juga
tewas (1 Sam. 4:1-22). Pada dasarnya tulah merupakan salah satu cara yang dipakai Allah untuk
menyatakan keberadaan-Nya atau diriNya kepada umatNya.31
Setiap bencana yang menimpa kehidupan manusia tidak hanya sebagai hukuman dari Tuhan atas dosa
dan pemberontakan manusia, tapi juga sebagai proses pembelajaran dari Tuhan agar manusia sadar
dan berbalik kepada Tuhan. Tulah dan penyakit sampar tidak hanya sebagai hukuman Tuhan bagi
manusia, tapi juga sebagai proses pembelajaran bagi bangsa Israel agar taat dalam melakukan
perintah-perintah Tuhan dalam kehidupannya sebagai umat Allah. Melalui setiap peristiwa-peristiwa
alam termasuk bencana alam atau pun non alam seperti covid-19 merupakan salah satu hal yang

29
Charles F. Pfieffier & Everett F. Harisson, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 1, (Malang: Gandum Mas, 2007), 170.
30
Charles F. Pfieffier & Everett F. Harisson, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 1, 169-170.
31
Bruce Milne, Mengenal Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 99.

11
melaluinya Tuhan mengajarkan kepada manusia pada umumnya, terkhususnya kepada orang-orang
percaya (Kristen) bahwa diri-Nya adalah pribadi yang hidup dan berdaulat atas seluruh ciptaanNya.
Namun, hanya orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh hidup dalam persekutuan yang harmonis
dengan Tuhan yang memahaminya. Melalui covid-19, Allah mengajarkan kepada seluruh umat
manusia untuk Hidup Mengasihi Allah dan Sesama serta Tuhan Mengajarkan Kedisiplinan Rohani
Melalu Covid-19.

2.6. Implementasi Suara Kenabian dan Pemberitaan Firman Tuhan Di Tengah-tengah


Bencana Menurut Perjanjian Lama
Gereja sebagai representativ kehadiran Allah di dunia, memiliki peran sebagai pembawa damai
bagi umat manusia. Karena itu gereja memiliki tanggungjawab sosial untuk menghadirkan suasana damai
dan sukacita bagi setiap korban bencana alam maupun non-alam sebagai bagian dari panggilannya. Dalam
konteks ini covid-19 di Indonesia, dan saat ini gereja-gereja dituntut sebagai palaku pelayanan Kristen di
negeri in, untuk merespon sebagai panggilannya. Teologi praktis yang menegaskan aspek kepedulian,
pengorbanan, dan komunitas kini berperan sangat penting di tengah pandemi covid-19. Sepanjang sejarah
wabah, umat Kristen menunjukkan pengorbanan dan pengabdian kepada sesama diluar komunitas Kristen
sekalipun. Dengan adanya wabah corona, gereja kini dituntut untuk kembali menginspirasi dan meredakan
kekalutan jemaat.32 Peran gereja-gereja terhadap ajaran Yesus yang paling terkenal: “dan sebagaimana
kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (Luk. 6:31);
“Kasihilah sesamamu manusia seperti mengasihi dirimu sendiri.” (Mat. 22:39), atau “tidak ada kasih yang
lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13),
“iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak. 2:26). Gereja berperan sebagai penggerak tindakan-
tindakan kepedulian terhadap sesama melalui berbagai bantuan dalam menghadapi dampak Covid-19 yang
sistemik bagi kehidupan manusia seutuhnya.
Para teologi baik akademisi maupun praktika berperan aktif untuk secara intens mengajarkan
kepada umat Kristen mengenai penyertaan dan pemeliharaan Allah bagi umat pilihanNya dari tulah di
Mesir dan penyakit sampar di padang gurun. Dengan demikian, orang-orang Kristen akan semakin teguh
imannya dan bersungguh-sungguh berdoa baik secara pribadi maupun dalam persekutuan-persekutuan
sesama orang percaya.
 Peran gereja sebagai pembawa damai harus berdoa
32
https://www.matamatapolitik.com/gereja-dan-corona-tradisi-kristen-tangani-wabah-selamaribuan-tahun-historical/.
Diakses Diakses, 22 Oktober 2021, pukul 21;45 WIB

12
Doa sebagai elemen paling utama dalam kehidupan orang-orang percaya. Berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia, doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan.33
 Gereja sebagai pembawa damai
Kepedulian gereja terhadap para korban bencana didasarkan pada penyelamatan Allah kepada
manusia berdosa. Dalam Perjanjian Lama bangsa Israel mengenal Allah sebagai Allah yang membebaskan
mereka dari perbudakan di Mesir. Dibawah kepemimpinan Musa, bangsa yang tertindas ini memperoleh
kembali kemerdekaan mereka. Karena kuasa Allah yang sudah membebaskan mereka, maka Allah
memerintahkan umat-Nya untuk menyatakan keadilan-nya, yaitu perhatian khusus kepada orang-orang
yang lemah dan miskin, yaitu orang-orang yang tidak memiliki sumber-sumber yang menjadi
kebutuhannya dalam hidup dan tidak mudah bagi mereka untuk meraih itu.34

2.7. Tanda Penampakan/Kehadiran Allah Kepada Manusia

Banyak cara yang dipakai Tuhan untuk menunjukkan kehadiran-Nya di tengah-tengah manusia. Di
dalam Perjanjian Lama disebutkan beberapa kali penampakan Tuhan kepada umat-Nya, misalnya dalam
perjalanan umat Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, Allah menampakkan diri kepada
umatNya di Gunung Sinai (Kel. 19:18). Dalam ayat itu dinyatakan bahwa seluruh gunung sinai (sangat
gemetar). Kedua kata tersebut menjelaskan adanya gempa bumi, dimana gunung itu bergoyang sedemikian
rupa, yang membuat umat Israel sangat ketakutan karena Allah hadir di tengah-tengah mereka. Allah
benar-benar hadir pada waktu itu, yang dibuktikannya dengan pembicaraan dengan Musa (Kel. 19:19-20).
Umat Israel sering mengalami kehadiran Allah dalam kehidupan mereka. Salah satunya adalah ketika
mereka harus berperang melawan orang-orang Filistin. Ketika Saul menjadi raja, dan anaknya, Yonatan
turut berperang menghadapi orang Filistin, mereka mengalami kemenangan karena kehadiran Allah di
tengah-tengah mereka (1 Sam. 14:15). Kata “bumi gemetar” secarajelas menunjukkan terjdinya gempa
bumi, yang berasal dari Allah yaitu Allah hadir diantara mereka untuk memberikan kemenangan.

Yesaya menulis “engkau akan mendatangkan Tuhan semesta alam dalam guntur, gempa dan suara
hebat, dalam puting beling dan badai dan dalam nyala api yang memakan habis” (Yes. 6:6). Tulisan Yesaya
secara jelas menunjukkan bagaimana kejadian-kejadian alam bisa menjadi tanda kehadiran/kedatangan

33
http://www.matamatapolitik.com/gereja-dan-corona-tradisi-kristen-tangani-wabah-selama-ribuan-tahun-gistorical/.
Diakses, Diakses, 22 Oktober 2021, pukul 21;45 WIB
34
A. Noordegraaf, Teologi Dalam Perspektif Reformasi: Orientasi Diakonia Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),
57.

13
Tuhan di tengah-tengah umatNya. Semua kejadian alam tersebut membuat manusia begitu takut berdiri
dihadapan Allah. Semua kejadian di atas menjadi bukti yang kuat bahwa bencana alam dapat menjadi tanda
akan kehadiran/penampakan diri Allah kepada manusia. Melalui peristiwa tersebut, Allah mau
menunjukkan kuasa dan kehendakNya kepada manusia ciptaanNya35

III. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa, Nabi merupakan perantara Allah dengan
umatnya. Kata nabi dalam tradisi Kristen diyakini berasal dari
bahasa Ibrani “navi” yang berarti orang yang mewartakan pesan yang diterimanya dari Allah sendiri.
Seorang nabi, terutama dalam Perjanjian Lama, disebut ’mulut’ Yahweh karena mengumumkan pesan
kepada manusia apa yang dipesankan oleh Tuhan. Kata ”nabi” sering diartikan dengan ”mengangkat”,
“menunjuk”, atau “memanggil”. Kata nabi apabila dipakai dalam bentuk pasif secara etimologis bermakna
orang yang dipanggil dan diutus Tuhan dengan suatu tugas tertentu. Secara teologis nabi adalah orang yang
berbicara atas nama Tuhan. Panggilan Tuhan kepada seseorang untuk menjadi nabi sering diberikan
bersamaan dengan suatu peristiwa luar biasa untuk membantu menyadarkan nabi itu akan
keotentikannya.Panggilan untuk menjadi nabi sering kali juga meliputi beberapa aspek persiapan bagi
pekerjaan yang akan datang.Seorang nabi sering menerima tugas berat, ia harus merintis jalan yang sama
sekali baru dibandingkan sebelumnya, meskipun Tuhan memberinya petunjuk tentang pekerjaan yang
harus dilakukan dan jalan yang harus ditempuh, sering kali ia masih menerima banyak tantangan di jalan
itu. Tugasnya dapat membawanya kepada bahaya besar atau kehormatan luar biasa.

Karena nabi merupakan perpanjangan tangan dan lidah Allah maka, suara kenabian haruslah
berdasarkan pada apa yang dikehendaki oleh Allah bagi umatnya, dalam menyuarakan kenabian seorang
nabi tidak lah lagi menyuarakan dirinya namun Allah sendirilah yang langsung bersuara atas dirinya. Suara
kenabian dapat dijadikan juga sebagai peringatan atas apa yang akan terjadi, nabi bukanlah peramal
melainkan menyatakan firman dan kehendak Allah yang bersangkut-paut dengan masasekarang maupun
masa lampau dan masa yang akan datang.

Menurut analisa penyeminar, menyuarakan suara kenabian di tengah-tengah dunia yang selalu
berubah-ubah, merupakan suatu tugas yang tidak dapat di pandang sebelah mata, menyuarakan suara
kenabian bukanlah diri seorang nabi itu sendiri namun menyuarakan suara Allah atas dirinya. Bahkan ada

35
Robert P, Borrong, Etika Bumi Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 218.

14
begitu banyak penyebutan bagi mereka yang menyuarakan suara kenabian di tengah-tengah dunia. Seorang
nabi harus mampu bertanggung jawab bahkan mengorbankan waktu luang mereka dan mampu menghadapi
berbagai masalah dan tantangan. Karena tugas utama dari seorang nabi adalah mewartakan Injil atau sabda
suka cita Injil. Nabi di utus Allah untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada umat Allah. Tantangan yang
di hadapi oleh nabi bisa berpengaruh terhadap semangat dan kesetiaan mereka sebagai perpanjangan tangan
dan lidah Allah. Nabi harus mampu mempertahankan panggilannya sebagai perpanjangan tangan dan lidah
Allah dalam situasi atau tantangan berat bukanlah hal yang mudah. Apalagi dunia memberikan banyak
tawaran kenikmatan pada setiap orang yang bisa saja orang akan semakin sibuk untuk memuaskan dirinya
sendiri atau tidak sempat lagi memikirkan kepentingan orang lain. Kehadiran dan campur tangan Allah
mulai tidak dihiraukan lagi. Karena itu, kita semua harus melasanakan karya kenabian bukan dengan
mewartakan rencana dan kehendak Allah yang diwahyukanNya langsung kepada kita, melaikan dengan
mewartakan sabda Allah yang telah diwahyukanNya kepada para nabi di waktu-waktu yang lalu, baik nabi-
nabi pada zaman Perjanjian Lama maupun “Sang Nabi” pada zaman Perjanjian Baru , yakni Tuhan Yesus
Kristus. Untuk dapat melasanakan tugas kenabian tersebut dengan baik dizaman modern ini, kiranya kita
perlu memahami rencana dan kehendak Allah bagi dunia pada zaman modern ini.

IV. Daftar Pustaka

.....Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, (Jakarta : LAI, 2013)


A. Noordegraaf, Teologi Dalam Perspektif Reformasi: Orientasi Diakonia Gereja, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2011)
Agus Jetron Saragih, Kitab Illahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016)
Al. Purwahadiwardaya, Program Studi Megister Teologi, Universitas Sanata Dharma Vol. 22,
(Yogyakarta; Biara Nazareth, 2013)
Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009)
Bill Hamon, Nabi-Nabi dan Nubuatan Pribadi, ( Bandung: Revival Total Manistry, 1987)

15
Blommendal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985)
C. Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1992)
Charles F. Pfieffier & Everett F. Harisson, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 1, (Malang: Gandum Mas,
2007)
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Anggota IKAPI: BPK-GM, 2004)
Dorothy Marx, Penjelasan Singkat Tentang Kitab Yeremia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971)
Edmon Jacob, Theology of The Old Testament (Translated by Arthur W. Heathcote, dkk), (London:
Hodder And Stoughpon, 1971)
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OFM, 2003)
G. Johannes Botterweck & Helmer Ringgren., Ed. Theological Dictionary of The Old Testament Vol.
IX (Michigan: W.B. Eerdman: Publishing Company, 2003)
G.C.Van Niftrik B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016)
G.Johannes Botterweck & Helmer Ringgren, Ed, Theological Dictionary Of The Old Testament Vol IX.
Gerhard Von Rad, Old Testament Theology: The Theology Os Israel’s Prophetic Tradition.Vo.I,
( Edinburgh dan London: Oliver and Boyd, 1965)
Harry Mowvley, Penuntun ke dalam Nubuat Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001)
J. A. Motyer, Nubuat Nabi-nabi, Dalam J.D. Douglas, Ed, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (M-Z),
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008)
J. Sidilow Bakter, Menggali Isi Alkitab 2 (Ayb s/d Mal), (Jakarta: YKBK/OMF, 1993)
J.A. Thompson Thompson, The Book Of Jeremiah, (Grand Rapids : William B. Eerdmans Publishing
Company, 1980)
Jr J.l. Packer, Merrill C.Tenney & William White, Ensiklopedia Fakta Alkitab Bible Almanac-2,
(Malang: Gandum Mas)
Lasor, Pengntar Perjanjian Lama 1 : Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulian, 2012)
Pontifical Biblical Comission, The Bible and Morality (Roma: Libreria Editrice Vaticana, 2010)
YM. Seto Marsunu, Suara Ilahi Pengantar Kitab-Kitab Kenabian, (Yogyakarta: Kanisius, 2012)

Sumber Internet

https://www.matamatapolitik.com/gereja-dan-corona-tradisi-kristen-tangani-wabah-selamaribuan-
tahun-historical/. Diakses 22 Oktober 2021, pukul 21:45 WIB.
http://www.matamatapolitik.com/gereja-dan-corona-tradisi-kristen-tangani-wabah-selama-ribuan-
tahun-gistorical/. Diakses, 22 Oktober 2021, pukul 21;45 WIB.
http://benny-hutagalung.blogspot.co.id.//2011/12,diakses pada Selasa, 23 Oktober 2021, pukul 02:03
WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai