Anda di halaman 1dari 17

TEORI ANALISIS TRANSAKSIONAL (AT)

BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh
Regina Zahara

1
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada banyak


pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solfing yang
akan diberikan seorang konserlor atau psikolog dalam membantu kliennya. Salah
satunya adalah dengan pendekatan analisis transaksional (AT).

Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja
memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun
memerlukan ketepatan dalam mengambil teknik yang digunakan seorang konselor
atau psikolog. Namun puluhan bahkan ratusan teknik tidak mungkin digunakan
semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya penentuan teknik yang akan
dipakai. Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor atau psikolog dalam
melakukan proses pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah
yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau
psikolog secara teori untuk kemudian dipraktekan di lapangan.

Perkembangan pemikiran tentang kajian empirik di kalangan para ahli tentang


kepribadian manusia itu telah melahirkan berbagai teori yang beragam. Dan itu
semua berdasarkan perspektif pemikiran dan pengalaman pribadi para ahli yang
membangun teori tersebut. Banyak sekali uji coba ilmiyah para ahli yang menjadi
dasar kajian di berbagai intuisi pendidikan. Salah satunya yaitu teori tentang
Analisis Transaksional sendiri. Hingga dewasa ini, penemuan pakar ahli psikologi
puluhan tahun yang lalu masih terus dikembangkan oleh pakar ilmiyah modern
dan masih juga diterapkan sesuai dengan keguaannya. Maka dari itu, memang
kajian tentang teknik atau pendekatan AT yang merupakan salah satu dari banyak
pendekatan ini memang perlu untuk dipelajari lebih dalam.

2
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
Di dalam makalah ini, mengambil beberapa rumusan masalah terkait dengan
teori-teori AT yang ingin penulis kupas secara teoritis agar mempermudah dalam
proses pengambilan suatu tindakan efektif ketika mempraktikannya.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah definisi dari Analisis Transaksional ?
2. Bagaimanakah pandangan tentang sifat manusia dalam teori AT ?
3. Apakah macam-macam transaksi dan tujuan AT ?
4. Apakah yang dimaksud skenario hidup, posisi dasar hidup dan penerapan AT?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui tentang definisi dari Analisis Transaksional.
2. Untuk mengetahui tentang pandangan tentang sifat manusia dalam teori AT.
3. Untuk mengetahui tentang macam-macam transaksi dan tujuan AT.
4. Untuk mengetahui tentang skenario hidup, posisi dasar hidup dan penerapan
AT.

3
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Analisis Transaksional
Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan yang memandang
manusia memiliki kemampuan memilih bahwa apa yang sebelumnya ditetapkan
bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-
putusan dini dan scenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa
diubah dengan kesadaran.1 Pendekatan ini juga merupakan suatu bentuk
psikoterapi yang didasarkan bahwa teori hubungan antar manusia dapat dianalisis
dalam pengertian transaksi antara satu sama lain sebagai ‘anak’, ‘orang dewasa’,
dan ‘orang tua’.2
Analisis Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat
digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam
terapi kelompok. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang
dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus
pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan
klien untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek
kognitif-rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran
sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara
hidupnya.
Pendekatan ini ditemukan oleh Eric Berne dan juga diuraikan oleh Thomas A.
Harris3 berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis
struktural dan transaksional. Teori AT ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis
terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah yaitu orangtua, orang dewasa dan
anak.
Sifat kontraktual proses terapeutik AT cenderung mempersamakan kekuasaan
terapis dan klien adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa
yang akan di ubahnya. Agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah
1
Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), hal. 107
2
Sue Hinchilff, Kamus Keperawatan, (Jakarta: EGC, 1997), hal. 441
3
Charles V. Gerkin, Konseling Pastoral dalam Transisi, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 242

4
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
tingkah lakunya secara aktif. Selama pertemuan terapi, klien melakukan evaluasi
terhadap arah hidupnya, berusaha memahami putusan-putusan awal yang telah
dibuatnya, serta menginsafi bahwa sekarang dia menetapkan ulang dan memulai
suatu arah baru dalam hidupnya. Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa orang-
orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berfikir dan memutuskan untuk
dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-perasaannya.4
AT pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Eric Berne pada tahun 1956. Awalnya
Eric bertugas sebagai konsultan pada Surgeon General diminta untuk membuka
program terapi kelompok di Ford Ord, bagi para serdadu yang baru usai perang
Dunia kedua. Akibat doronngan itu, Eric menciptakan suatu teknik untuk
menganalisa transaksi-transaksi antar pribadi dalam berkomunikasi. Prinsip-
prinsip yang dikembangkan oleh Eric adalah upaya untuk merangsang rasa
tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis,
rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan
pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain. Secara historis AT berasal
dari psikoanalisa yang dipergunakan dalam konseling/terapi kelompok, tetapi kini
telah dipergunakan pula secara meluas dalam konseling/terapi individual.5

2.2 Pandangan Tentang Sifat Manusia dalam Teori AT

AT berakar pada filsafat yang antideterministik serta menekankan bahwa


manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemprogaman awal. AT berpijak
pada asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa
lampaunya dan bahwa orang mampu memilih untuk memutuskan ulang.

Bahwa manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak terbelenggu oleh masa


lampaunya. Meskipun pengalaman-pengalaman dini yang berkulminasi pada
suatu posisi tidak bisa dihapus, dan sebenarnya posisi dini bisa diubah. Apa yang
suatu ketika ditetapkan, dapat menjadi tidak yang ditetapkan.6 Meskipun ada
4
Gerald Corey, Teori dan praktek konseling dan psikoterapi, (Bandung : PT Refika Aditama, 2013),
hal 160
5
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, (Jakarta: Graha Indonesia, 1984), hal. 206
6
Harris, I’m ok – you are ok, (New York : Avon, 1967), hal 194

5
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
kepercayaan bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk memilih, Berne
merasa bahwa hanya sedikit orang yang sampai pada kesadaran akan perlunya
menjadi otonom: “Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu hal yang paling
pertama dipelajarinya adalah berbuat sebagaimana diperintahkan, dan dia
menghabiskan sisa hidupnya dengan berbuat seperti itu. Jadi, penghambaan diri
yang pertama dijalani adalah penghambaan kepada orang tua. Dia menuruti
perintah-perintah orang tua untuk selamanya, hanya dalam beberapa keadaan
saja memperoleh hak untuk memilih cara-caranya sendiri dan menghibur diri
dengan suatu ilusi tentang otonomi”

Menurut Eric Berne bahwa status ego seseorang terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Orang tua (Parent)
2. Dewasa (Adult)
3. Anak (Child).

Gambar dalam bentuk diagram strruktur kepribadian adalah sebagai berikut7:

Orang Tua O

Dewasa D

Anak A

Gambar. Diagram Struktur Kepribadian

AT adalah suatu sistem terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang


menggunakan 3 pola tingkah laku/ perwakilan ego yang terpisah yaitu orang
tua, orang dewasa, dan anak seperti yang dicetuskan oleh Eric Berne itu.

7
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, hal. 207

6
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
1. Bila seseorang merasa dan bertingkah laku seperti orang tua atau tokoh-tokoh
terdahulu, maka ia dapatkan berada dalam status ego orang tua. Setiap orang
mendapatkan berbagai bentuk pengalaman, sikap, serta pendapat yang
diperoleh dari orang tuanya masing-masing, setiap orang akan memilih atau
berada pada status ego orang tua yang berlainan antara satu dengan yang
lainnya. Ego orang tua juga merupakan bagian kepribadian yang merupakan
introyeksi dari orang tua atau dari subsitut orang tua. Jika ego orang tua itu
dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah
perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan
bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan
tindakan orang tua kita terhadap diri kita. Ego orang tua berisi perintah-
perintah “harus” dan “semestinya”. Orang tua dalam diri kita bisa “orang tua
pemelihara” atau “orang tua pengkritik”.
2. Ego dewasa ialah bentuk tindakan seseorang yang didasarkan atas dasar
pemikiran yang rasional, logis, obyektif, dan bertanggung jawab. Dewasa
berfungsi untuk mengumpulkan berbagai informasi, memasukkan berbagai
macam data ke dalam bank data, serta kemudian mempertimbangkan berbagai
bentuk kemungkinan yang ada. Ego orang dewasa juga disebut sebagai
pengolah data dan informasi yang merupakan bagian objektif dari
kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang
sedang terjadi. Ia tidak emosional dan tidak menghakimi, tetapi nmenangani
fakta-fakta dan kenyataan eksternal. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego
orang dewasa menghasilkan pemecahan yang paling baik bagi masalah
tertentu.
3. Ego anak adalah suatu tindakan dari diri seseorang yang didasarkan pada
reaksi emosional yang spontan, reaktif, humor, kreatifitas, serta inisiatif.
Bentuk status ego anak dapat berbentuk wajar apabila terlihat tingkah lakunya
pada masa anak-anak yaitu: adanya ketergantungan pada orang lain, spontan,
bebas, tidak mau kompromi, implusif serta agresif, ada pula bentuk status ego
anak yang sedang berkembang, akan terlihat pada pola tingkah lakunya yang
kratif, penuh perasaan ingin tahu, fantasis, ada motif meraba, merasakan serta
7
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
berbagai bentuk penemuan-penemuan baru, sedang bentuk status ego yang
lain ialah adanya pengaruh tertentu dari orang tuanya. Dengan adanya
pengaruh yang begitu melekat pada anak maka menyebabkan anak akan
bertindak, bertingkah laku, serta berbuat sesuai dengan harapan, keinginan,
serta cita-cita orang tua. Di sini akan nampak pula pola anak yang patuh, taat,
sopan santun dan selalu menurut, atau dapat pula menyebabkan anak
mengalami penderitaan sebagai akibat dari tindakan orang tua, seperti
overkompensasi, overprotection, manja, konflik, frustasi, stress, dan lainnya.
Jadi status ego anak adalah kejadian internal pada masa kanak-kanak.

2.3. Macam-macam Transaksi dan Tujuan AT

Eric Berne dalam teori AT-nya menyebutkan apa yang dikerjakan atau
dikatakan pada orang lain disebut sebagai transaksi. Dengan AT ini berusaha
untuk menunjukkan rasa tanggung jawab atas pribadi tingkah lakunya, pemikiran
rasional, tujuan-tujuan realistis, berkomunikasi secara terbuka, kepuasan dan
kewajaran dalam mengadakan kontak dengan orang lain. Dalam setiap bentuk
transaksi, setiap orang mengharapkan sesuatu dari teman transaksinya. Dan apa
yang diharapkan serta apa yang diperoleh dalam segala bentuk transaksi, itu
sangat bergantung dengan status ego mana yang akan terlibat dalam transaksi
tersebut.

a. Macam-macam Transaksi

Dalam AT ada tiga macam tipe transaksi, di antaranya: (1)


Complementary (komplementer/senada), (2) Crossed (silang), dan (3)
Urterior (terselubung). Untuk dapat memahami selintas tentang ketiga tipe
itu, maka berikut penjelasannya8:
1. Transaksi Komplementer
Dalam transaksi minimal terdapat satu stimulus dan satu respons.
Maka dari itu dalam transaksi komplementer terjadi secara kontinyu,
stimulus-stimulus dan seterusnya yang secara langsung mengakibatkan
8
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, hal. 223

8
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
timbulnya suatu masalah, sebab para pelakunya terikat dengan peran
tertentu. Apabila terlalu lama atau dalam waktu yang terlalu lama akan
mengakibatkan terjadinya kebosanan serta transaksi antara kedua belah
pihak. Transaksi itu disebut komplementer apabila stimulus yang
diberikan mendapat respons seperti apa yang diharapkan. Transaksi
komplementer ini biasanya timbul antara dua status ego yang
berpasangan, misalnya:
- A dengan A, atau O dengan A, apabila sedang menikmati sesuatu.
- D dengan D, apabila sedang memecahkan suatu masalah.
- O dengan O, apabila membicarakan masalah anak-anak.
Berikut contoh percakapan O dan A :

Pak Saiful Mulk Rodhiyah

O O
Orang tua (Pak Saiful) memberi perintah
kepada Anaknya (Rodhiyah).
D D
Bapak : “Nilai raportmu semester ini
betul-betul mengecewakan,
apakah kau ingin tidak naik
A A
kelas?”

Contoh percakapan A dan A : Rodhiyah : “tidak, pak,”

Hamidah Rio

O O Transaksi antara dua anak

Hamidah : “Kapan kita camping di


D pantai?”
D
Rio : “Bagaimana sebaiknya
kalau kita hari Sabtu
A A saja.”

9
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
1. Transaksi Silang
Transaksi akan disebut silang apabila respons terhadap suatu stimulus
tidak seperti apa yang diharapkannya. Transaksi silang secara langsung
mengakibatkan pemberi stimulus merasa tidak dimengerti karena tidak
mendapatkan respons seperti yang diharapkan. Mungkin saja karena
stimulus yang diberikan tidak dapat dimengerti atau tidak jelas untuk
diterima. Atau dengan kata lain jawaban responden dari status ego yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Transaksi bersilang ini cenderung
tidak produktif karena seringkali pembicaraan terputus di tengah jalan.
Contoh:
Ibu Nia

O Ibu : “Tolong dong Nak, itu


O
masakan ibu hangus di
dapur.”
D D Nia : “Ibu, Saya lagi sedang
sibuk mengerjakan PR.”

A A

2. Transaksi Terselubung (Ulterior)


Disebut transaksi terselubung (ulterior) apabila pembicaraan dari
peserta yang ke luar tertuju kepada status ego tertentu lawan bicaranya,
tetapi sebetulnya dimaksudkan untuk status ego yang lain. Transaksi
terselubung ini sifatnya lebih kompleks karena menyangkut lebih dari dua
status ego sekaligus. Penggunaan transaksi ini bagi seseorang memerlukan
kreatifitas, dan intuisi anak. Transaksi terselubung dalam diagram dapat
digambarkan dengan dengan garis tegas untuk transaksi verbal yang
terjadi pada permulaan transaksi, sedangkan garis putus-putus untuk
transaksi non-verbal atau pesan yang terjadi sebaliknya.
Contoh :

10
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
Bapak Bapak

O O Pak Ali : “Jam berapa seminar


ini akan selesai kira-
kira.”
D D
Pak Ujang : “Jam 14.00, masih
ada waktu untuk main
catur nanti di rumah.”
A A

b. Tujuan AT

Tujuan AT ialah untuk memberikan kepada ego seseorang agar dewasa


dalam mengambil keputusan yang melebihi kemampuan pada ego anak dan
orang tua.9 Tujuan lain dari AT menurut Eric Berne dalam bukunya yang
berjudul: “Principles of Group Treatment” mengemukakan empat tujuan yang
ingin dicapai dalam Konseling AT, di antaranya:

(a) Konselor dapat membantu klien yang mengalami kontaminasi


(pencemaran) status ego yang berlebihan.
(b) Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam
menggunakan semua status egonya yang cocok. Ini menyangkut pula
dalam memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus di
antara status egonya.
(c) Konselor berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status
ego dewasanya. Pengembangan ini hakekatnya adalah menetapkan pikiran
dan penalaran individu. Untuk itu dibutuhkan suatu kemampuan serta
kapasitas yang optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.
(d) Tujuan terakhir dari konseling adalah membantu klien dalam
membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta

9
Sue Hinchilff, Kamus Keperawatan, hal. 441

11
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
menggantinya dengan rencana hidup yang baru atau naskah hidup (life
script) yang lebih produktif.10

2.4. Skenario Hidup, Posisi Dasar Hidup dan Penerapan AT

a. Skenario Hidup

Skenario-skenario kehidupan adalah adalah ajaran-ajaran orang tua yang


kita pelajari dan putusan-putusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak, yang
selanjutnya dibawa oleh kita sebagai orang dewasa.11 Kita menerima pesan-pesan
dan dengan demikian kita belajar dan menetapkan tentang bagaimana kita pada
usia dini. Pesan-pesan verbal dan non verbal orang tua mengkomunikasikan
bagaimana mereka melihat kita dan bagaimana mereka merasakan diri kita. Kita
membuat putusan-putusan dini yang memberikan andil dalam pembentukan
perasaan sebagai pemenang (Perasaan OK) atau perasaan sebagai orang yang
kalah (Perasaan tidak OK).

Perintah-perintah orang tua adalah bagian dari skenario kehidupan kita yang
mencakup “harus”, “semestinya”, “lakukan”, “jangan dilakukan” dan
pengharapan-pengharapan orang tua. Kita mempelajari perintah-perintah itu
pada usia dini dan kita juga membuat putusan-putusan tentang bagaimana kita
akan merespon orang lain dan bagaimana kita merasakan harga diri kita. Dalam
kehidupan dewasa banyak tingkah laku kita yang tumbuh dari bagaimana kita
“diskenariokan” dan dari hasil putusan-putusan dini yang kita buat.

b. Posisi Dasar Hidup

Berkaitan dengan konsep-konsep skenario kehidupan, pesan-pesan dan


perintah-perintah orang tua, serta putusan-putusan dini itu adalah konsep dalam
AT tentang 4 posisi dasar dalam hidup yang disebutkan oleh Thomas A. Harris,
M.D, yaitu:12

10
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, hal. 224
11
Gerald Corey, Teori dan praktek konseling dan psikoterapi, hal 161
12
Harris, I’m ok – you are ok, hal 194

12
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
1. Saya OK - Kamu OK (I am OK – You are OK)
2. Saya OK - Kamu Tidak OK (I am OK – You are NOT OK)
3. Saya Tidak OK - Kamu OK (I am NOT OK – You are OK)
4. Saya Tidak OK - Kamu Tidak OK (I am NOT OK – You are NOT OK)

Masing-masing posisi itu berlandaskan putusan-putusan yang dibuat orang


sebagai hasil dari pengalaman dini masa kanak-kanak. Jika seseorang telah
membuat suatu putusan, maka dia pada umumnya akan bertahan pada
putusannya itu kecuali jika ada campur tangan (terapi atau kejadian tertentu)
yang mengubahnya.

c. Penerapan AT (Proses,dan Teknik AT)

AT dapat diterapkan pada situasi kelompok maupun individu, namun AT lebih


cocok diterapkan pada situasi kelompok. Meskipun AT dapat dijalankan secara
efektif di atas landasan pribadi ke pribadi, kelompok adalah wacana yang
penting bagi perubahan pendidikan dan terapeutik dalam praktik AT. Berikut
merupakan teknik-teknik konseling yang menggunakan pendekatan AT.

(1) Analisis Struktural


Analisis struktural adalah alat yang bisa membantu klien agar menjadi
sadar atas isi dan fungsi ego Orang tua, Orang dewasa, dan Anaknya. Para
klien AT belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan egonya itu. AT
secara struktural juga membantu klien dalam mengubah pola-pola yang
dirasa menghambat. Contoh dari teknik ini adalah dengan metode “kursi
kosong.”
(2) Analisis Mainan
Buku yang mengungkapkan secara luas tentang mainan adalah berjudul
“Games Peoples Play” oleh Eric Benre yang diplubikasikan tahun 1964.
Game menurut Eric merupakan rangkaian transaksi terselubung yang
berulang menuju pada hasil psikologis yang nyata dan yang telah dapat
diduga sebelumnya. Ada 3 unsur pada game ini, yaitu transaksi yang
nampak berjalan seperti biasa dapat berkulit seakan-akan transaksi

13
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
berjalan secara wajar, ada maksud yang tersirat di balik ucapan, dan ada
imbalan (pay off).
(3) Permainan Peran
Dalam terapi kelompok dengan menggunakan permainan peran, situasi-
situasi permainan perannya dapat melibatkan para anggota lain. Seorang
anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang
menjadi sumber masalah bagi seorang anggota lainnya, dan ia berbicara
kepada anggota tersebut. Para anggota yang lain pun bisa menjalankan
permaian peran serupa dan boleh mencobanya di luar pertemuan terapi.13

Masih banyak penerapan-penerapan lain yang menggunakan pendekatan AT


ini, namun pada intinya, teori AT ini adalah pendekatan yang digunakan untuk
memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur
(regulatory) situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.14

BAB III
13
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, hal. 184
14
Albert R. Roberts & Gilbert J, Buku Pintar Pekerja Sosial, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), hal. 264

14
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
AT adalah salah satu pendekatan konseling yang diperkenalkan oleh
Eric Benre dan juga di kembangkan oleh Thomass. Teori ini melibatkan suatu
kontrak yang dibuat oleh klien yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan
dan arah proses terapi. AT juga berfokus kepada putusan-putusan awal klien
dan dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan
baru. Ada 3 landasaran teori kepribadian yang digunakan dalam pendekatan
AT ini, yaitu Parent (Orang tua), Adult (Orang dewasa), dan juga Child
(Anak). Terdapat status ego dari masing-masing kepribadian tersebut, yaitu
Orang tua yang cenderung membimbing, mengomando, mendikte, mencium,
melotot, dan lain sebagainya. Status orang dewasa dipandang lebih rasional,
logis, dan bertanggung jawab. Dan status anak lebih kepada tindakan dalam
diri seseorang yang didasarkan pada reaksi emosional yang spontan, reaktif,
humor, kreatifitas, dan inisiatif.
Di dalam penjabaran tentang AT, terdapat macam-macam transaksi, yaitu
transaksi komplementar, transaksi silang, dan juga transaksi terselubung. AT
memiliki prinsip dasar hidup yang dirincikan oleh Thomass, yaitu I am OK –
You are OK, I am OK – You are NOT OK, I am NOT OK – You are OK, dan
I am NOT OK – You are NOT OK. Teori AT juga menghubungkan ego
dengan scenario hidup berkaitan dengan analisisnya.
Tujuan dari AT adalah untuk mengembangkan seluruh status kedewasaan
klien melalui berbagai teknik penerapannya seperti dengan cara analisis
struktural, analisis mainan, analisis peran, dan masih banyak penerapan AT
yang lainnya.

15
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
3.2. Saran
1. Perlu adanya kajian teori lebih lanjut dan juga kajian yang lebih
mendalam tentang AT ini.
2. Perlu adanya penjabaran yang lebih luas dan ringkas dalam penyajian
teori AT ini.
3. Perlu adanya percobaan untuk lebih mengetahui tentang teori AT secara
praktik dan penerapannya.

16
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2013. Teori dan praktek konseling dan psikoterapi.(Bandung : PT


Refika Aditama).

Gerkin, Charles V. 1992. Konseling Pastoral dalam Transisi. (Yogyakarta: Kanisius).

Harris. 1967. I’m ok – you are ok. (New York : Avon).

Hinchilff, Sue. 1997. Kamus Keperawatan. (Jakarta: EGC).

Noer Laela, Faizah. 2014. Bimbingan Konseling Sosial. (Surabaya: UIN SA Press).

Roberts, Albert R. & J, Gilbert. 2008. Buku Pintar Pekerja Sosial. (Jakarta: Gunung
Mulia).

Sukardi, Dewa Ketut . 1984. Pengantar Teori Konseling. (Jakarta: Graha Indonesia).

17
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional

Anda mungkin juga menyukai