Oleh
Regina Zahara
1
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja
memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun
memerlukan ketepatan dalam mengambil teknik yang digunakan seorang konselor
atau psikolog. Namun puluhan bahkan ratusan teknik tidak mungkin digunakan
semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya penentuan teknik yang akan
dipakai. Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor atau psikolog dalam
melakukan proses pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah
yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau
psikolog secara teori untuk kemudian dipraktekan di lapangan.
2
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
Di dalam makalah ini, mengambil beberapa rumusan masalah terkait dengan
teori-teori AT yang ingin penulis kupas secara teoritis agar mempermudah dalam
proses pengambilan suatu tindakan efektif ketika mempraktikannya.
3
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Analisis Transaksional
Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan yang memandang
manusia memiliki kemampuan memilih bahwa apa yang sebelumnya ditetapkan
bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-
putusan dini dan scenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa
diubah dengan kesadaran.1 Pendekatan ini juga merupakan suatu bentuk
psikoterapi yang didasarkan bahwa teori hubungan antar manusia dapat dianalisis
dalam pengertian transaksi antara satu sama lain sebagai ‘anak’, ‘orang dewasa’,
dan ‘orang tua’.2
Analisis Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat
digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam
terapi kelompok. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang
dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus
pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan
klien untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek
kognitif-rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran
sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara
hidupnya.
Pendekatan ini ditemukan oleh Eric Berne dan juga diuraikan oleh Thomas A.
Harris3 berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis
struktural dan transaksional. Teori AT ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis
terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah yaitu orangtua, orang dewasa dan
anak.
Sifat kontraktual proses terapeutik AT cenderung mempersamakan kekuasaan
terapis dan klien adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa
yang akan di ubahnya. Agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah
1
Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN SA Press, 2014), hal. 107
2
Sue Hinchilff, Kamus Keperawatan, (Jakarta: EGC, 1997), hal. 441
3
Charles V. Gerkin, Konseling Pastoral dalam Transisi, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 242
4
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
tingkah lakunya secara aktif. Selama pertemuan terapi, klien melakukan evaluasi
terhadap arah hidupnya, berusaha memahami putusan-putusan awal yang telah
dibuatnya, serta menginsafi bahwa sekarang dia menetapkan ulang dan memulai
suatu arah baru dalam hidupnya. Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa orang-
orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berfikir dan memutuskan untuk
dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-perasaannya.4
AT pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Eric Berne pada tahun 1956. Awalnya
Eric bertugas sebagai konsultan pada Surgeon General diminta untuk membuka
program terapi kelompok di Ford Ord, bagi para serdadu yang baru usai perang
Dunia kedua. Akibat doronngan itu, Eric menciptakan suatu teknik untuk
menganalisa transaksi-transaksi antar pribadi dalam berkomunikasi. Prinsip-
prinsip yang dikembangkan oleh Eric adalah upaya untuk merangsang rasa
tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis,
rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan
pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain. Secara historis AT berasal
dari psikoanalisa yang dipergunakan dalam konseling/terapi kelompok, tetapi kini
telah dipergunakan pula secara meluas dalam konseling/terapi individual.5
5
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
kepercayaan bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk memilih, Berne
merasa bahwa hanya sedikit orang yang sampai pada kesadaran akan perlunya
menjadi otonom: “Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu hal yang paling
pertama dipelajarinya adalah berbuat sebagaimana diperintahkan, dan dia
menghabiskan sisa hidupnya dengan berbuat seperti itu. Jadi, penghambaan diri
yang pertama dijalani adalah penghambaan kepada orang tua. Dia menuruti
perintah-perintah orang tua untuk selamanya, hanya dalam beberapa keadaan
saja memperoleh hak untuk memilih cara-caranya sendiri dan menghibur diri
dengan suatu ilusi tentang otonomi”
Menurut Eric Berne bahwa status ego seseorang terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Orang tua (Parent)
2. Dewasa (Adult)
3. Anak (Child).
Orang Tua O
Dewasa D
Anak A
7
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, hal. 207
6
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
1. Bila seseorang merasa dan bertingkah laku seperti orang tua atau tokoh-tokoh
terdahulu, maka ia dapatkan berada dalam status ego orang tua. Setiap orang
mendapatkan berbagai bentuk pengalaman, sikap, serta pendapat yang
diperoleh dari orang tuanya masing-masing, setiap orang akan memilih atau
berada pada status ego orang tua yang berlainan antara satu dengan yang
lainnya. Ego orang tua juga merupakan bagian kepribadian yang merupakan
introyeksi dari orang tua atau dari subsitut orang tua. Jika ego orang tua itu
dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah
perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan
bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan
tindakan orang tua kita terhadap diri kita. Ego orang tua berisi perintah-
perintah “harus” dan “semestinya”. Orang tua dalam diri kita bisa “orang tua
pemelihara” atau “orang tua pengkritik”.
2. Ego dewasa ialah bentuk tindakan seseorang yang didasarkan atas dasar
pemikiran yang rasional, logis, obyektif, dan bertanggung jawab. Dewasa
berfungsi untuk mengumpulkan berbagai informasi, memasukkan berbagai
macam data ke dalam bank data, serta kemudian mempertimbangkan berbagai
bentuk kemungkinan yang ada. Ego orang dewasa juga disebut sebagai
pengolah data dan informasi yang merupakan bagian objektif dari
kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang
sedang terjadi. Ia tidak emosional dan tidak menghakimi, tetapi nmenangani
fakta-fakta dan kenyataan eksternal. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego
orang dewasa menghasilkan pemecahan yang paling baik bagi masalah
tertentu.
3. Ego anak adalah suatu tindakan dari diri seseorang yang didasarkan pada
reaksi emosional yang spontan, reaktif, humor, kreatifitas, serta inisiatif.
Bentuk status ego anak dapat berbentuk wajar apabila terlihat tingkah lakunya
pada masa anak-anak yaitu: adanya ketergantungan pada orang lain, spontan,
bebas, tidak mau kompromi, implusif serta agresif, ada pula bentuk status ego
anak yang sedang berkembang, akan terlihat pada pola tingkah lakunya yang
kratif, penuh perasaan ingin tahu, fantasis, ada motif meraba, merasakan serta
7
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
berbagai bentuk penemuan-penemuan baru, sedang bentuk status ego yang
lain ialah adanya pengaruh tertentu dari orang tuanya. Dengan adanya
pengaruh yang begitu melekat pada anak maka menyebabkan anak akan
bertindak, bertingkah laku, serta berbuat sesuai dengan harapan, keinginan,
serta cita-cita orang tua. Di sini akan nampak pula pola anak yang patuh, taat,
sopan santun dan selalu menurut, atau dapat pula menyebabkan anak
mengalami penderitaan sebagai akibat dari tindakan orang tua, seperti
overkompensasi, overprotection, manja, konflik, frustasi, stress, dan lainnya.
Jadi status ego anak adalah kejadian internal pada masa kanak-kanak.
Eric Berne dalam teori AT-nya menyebutkan apa yang dikerjakan atau
dikatakan pada orang lain disebut sebagai transaksi. Dengan AT ini berusaha
untuk menunjukkan rasa tanggung jawab atas pribadi tingkah lakunya, pemikiran
rasional, tujuan-tujuan realistis, berkomunikasi secara terbuka, kepuasan dan
kewajaran dalam mengadakan kontak dengan orang lain. Dalam setiap bentuk
transaksi, setiap orang mengharapkan sesuatu dari teman transaksinya. Dan apa
yang diharapkan serta apa yang diperoleh dalam segala bentuk transaksi, itu
sangat bergantung dengan status ego mana yang akan terlibat dalam transaksi
tersebut.
a. Macam-macam Transaksi
8
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
timbulnya suatu masalah, sebab para pelakunya terikat dengan peran
tertentu. Apabila terlalu lama atau dalam waktu yang terlalu lama akan
mengakibatkan terjadinya kebosanan serta transaksi antara kedua belah
pihak. Transaksi itu disebut komplementer apabila stimulus yang
diberikan mendapat respons seperti apa yang diharapkan. Transaksi
komplementer ini biasanya timbul antara dua status ego yang
berpasangan, misalnya:
- A dengan A, atau O dengan A, apabila sedang menikmati sesuatu.
- D dengan D, apabila sedang memecahkan suatu masalah.
- O dengan O, apabila membicarakan masalah anak-anak.
Berikut contoh percakapan O dan A :
O O
Orang tua (Pak Saiful) memberi perintah
kepada Anaknya (Rodhiyah).
D D
Bapak : “Nilai raportmu semester ini
betul-betul mengecewakan,
apakah kau ingin tidak naik
A A
kelas?”
Hamidah Rio
9
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
1. Transaksi Silang
Transaksi akan disebut silang apabila respons terhadap suatu stimulus
tidak seperti apa yang diharapkannya. Transaksi silang secara langsung
mengakibatkan pemberi stimulus merasa tidak dimengerti karena tidak
mendapatkan respons seperti yang diharapkan. Mungkin saja karena
stimulus yang diberikan tidak dapat dimengerti atau tidak jelas untuk
diterima. Atau dengan kata lain jawaban responden dari status ego yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Transaksi bersilang ini cenderung
tidak produktif karena seringkali pembicaraan terputus di tengah jalan.
Contoh:
Ibu Nia
A A
10
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
Bapak Bapak
b. Tujuan AT
9
Sue Hinchilff, Kamus Keperawatan, hal. 441
11
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
menggantinya dengan rencana hidup yang baru atau naskah hidup (life
script) yang lebih produktif.10
a. Skenario Hidup
Perintah-perintah orang tua adalah bagian dari skenario kehidupan kita yang
mencakup “harus”, “semestinya”, “lakukan”, “jangan dilakukan” dan
pengharapan-pengharapan orang tua. Kita mempelajari perintah-perintah itu
pada usia dini dan kita juga membuat putusan-putusan tentang bagaimana kita
akan merespon orang lain dan bagaimana kita merasakan harga diri kita. Dalam
kehidupan dewasa banyak tingkah laku kita yang tumbuh dari bagaimana kita
“diskenariokan” dan dari hasil putusan-putusan dini yang kita buat.
10
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, hal. 224
11
Gerald Corey, Teori dan praktek konseling dan psikoterapi, hal 161
12
Harris, I’m ok – you are ok, hal 194
12
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
1. Saya OK - Kamu OK (I am OK – You are OK)
2. Saya OK - Kamu Tidak OK (I am OK – You are NOT OK)
3. Saya Tidak OK - Kamu OK (I am NOT OK – You are OK)
4. Saya Tidak OK - Kamu Tidak OK (I am NOT OK – You are NOT OK)
13
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
berjalan secara wajar, ada maksud yang tersirat di balik ucapan, dan ada
imbalan (pay off).
(3) Permainan Peran
Dalam terapi kelompok dengan menggunakan permainan peran, situasi-
situasi permainan perannya dapat melibatkan para anggota lain. Seorang
anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang
menjadi sumber masalah bagi seorang anggota lainnya, dan ia berbicara
kepada anggota tersebut. Para anggota yang lain pun bisa menjalankan
permaian peran serupa dan boleh mencobanya di luar pertemuan terapi.13
BAB III
13
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, hal. 184
14
Albert R. Roberts & Gilbert J, Buku Pintar Pekerja Sosial, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), hal. 264
14
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
AT adalah salah satu pendekatan konseling yang diperkenalkan oleh
Eric Benre dan juga di kembangkan oleh Thomass. Teori ini melibatkan suatu
kontrak yang dibuat oleh klien yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan
dan arah proses terapi. AT juga berfokus kepada putusan-putusan awal klien
dan dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan
baru. Ada 3 landasaran teori kepribadian yang digunakan dalam pendekatan
AT ini, yaitu Parent (Orang tua), Adult (Orang dewasa), dan juga Child
(Anak). Terdapat status ego dari masing-masing kepribadian tersebut, yaitu
Orang tua yang cenderung membimbing, mengomando, mendikte, mencium,
melotot, dan lain sebagainya. Status orang dewasa dipandang lebih rasional,
logis, dan bertanggung jawab. Dan status anak lebih kepada tindakan dalam
diri seseorang yang didasarkan pada reaksi emosional yang spontan, reaktif,
humor, kreatifitas, dan inisiatif.
Di dalam penjabaran tentang AT, terdapat macam-macam transaksi, yaitu
transaksi komplementar, transaksi silang, dan juga transaksi terselubung. AT
memiliki prinsip dasar hidup yang dirincikan oleh Thomass, yaitu I am OK –
You are OK, I am OK – You are NOT OK, I am NOT OK – You are OK, dan
I am NOT OK – You are NOT OK. Teori AT juga menghubungkan ego
dengan scenario hidup berkaitan dengan analisisnya.
Tujuan dari AT adalah untuk mengembangkan seluruh status kedewasaan
klien melalui berbagai teknik penerapannya seperti dengan cara analisis
struktural, analisis mainan, analisis peran, dan masih banyak penerapan AT
yang lainnya.
15
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
3.2. Saran
1. Perlu adanya kajian teori lebih lanjut dan juga kajian yang lebih
mendalam tentang AT ini.
2. Perlu adanya penjabaran yang lebih luas dan ringkas dalam penyajian
teori AT ini.
3. Perlu adanya percobaan untuk lebih mengetahui tentang teori AT secara
praktik dan penerapannya.
16
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional
DAFTAR PUSTAKA
Noer Laela, Faizah. 2014. Bimbingan Konseling Sosial. (Surabaya: UIN SA Press).
Roberts, Albert R. & J, Gilbert. 2008. Buku Pintar Pekerja Sosial. (Jakarta: Gunung
Mulia).
Sukardi, Dewa Ketut . 1984. Pengantar Teori Konseling. (Jakarta: Graha Indonesia).
17
Teori Konseling II - Teori Analisis Transaksional