Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan

Makalah Pendekatan Analisis Transaksional ini, tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas

mata kuliah “ Psikologi Konseling ”.

Saya juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat

membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

 
BAB I

PENDAHULUAN
 

1. Latar Belakang Masalah

Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada
hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi
terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan
keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien,
juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh kien.
Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru, guna
kemajuan hidupnya sendiri.

Analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan
pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang
dewasa dan anak.

Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego
(anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status
ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-
sumber gangguan psikologis.

1. Rumusan Masalah

2. Nama pendekatan dan Tokoh

3. Konsep dasar

4. Asumsi tingkah laku bermasalah

5. Tujuan konseling

6. Karakteristik

7. Peran dan fungsi konselor

8. Hubungan konselor dengan klien

9. Tahap-tahap konseling

10. Teknik-teknik konseling 


BAB II

PEMBAHASAN
 

A.     Nama Pendekatan dan Tokoh

Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku
Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori
analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi
pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu
teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.

Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi
antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun
nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses
transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

B.     Konsep Dasar

Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami
keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali
atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya
meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu
individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.

Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego
seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia
tetap memiliki 3 jenis status ego.

Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang
memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :

-          Status ego orang tua ( SEO )

Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam
pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh)
dan critical parent (orang tua yangkritis).

-          Status ego dewasa ( SED )

Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari
kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan
fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk
menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.

-          Status ego anak ( SEA )

Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan,
berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan
tindakan-tindakan yang spontan.

Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu yang ditunjukkan dalam
sikap impulsive, riang gembira tak social, dan ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child
yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang mengatur serta
mendorong perilaku natural child.

Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan menggambarkan empat posisi
utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik
kepribadiannya.

Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :

a.       I’m OK – You’re OK

Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena secara
transaksional apayang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya
didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-sama
menyetujui.

Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan
keberadaan orang lain disekitarnya.

b.      I’m OK – You’re not OK

Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif orang lain.
Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap
perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari
pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK.

Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu merasa benar dan
orang lain salah.

c.       I’m not OK – You’re OK

Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih
sayang, bantuan, mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior
( bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari yang lain.

            Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah orang lain.
Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan
pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan
tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
d.      I’m not OK – You’re not OK

Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang tersebut berada dalam
keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu,
frutasi karena dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK.

Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang
tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup
umur dan bisa memelihara dirinya.

            Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut akan hanya
melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau
perilaku seperti bumuh diri atau pembunuhan.

C.      ASUMSI PERILAKU BERMASALAH

Menolak konsep adanya sakit mental pada setiap manusia. Perilaku bermasalah hakekatnya
terbentuk karena adanya rasa tidak bertanggung jawab terhadap keputusannya.

  

D.     Tujuan

Tujuan utama dari terapi analisis transaksional adalah :

-          Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau
mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.

-          Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta
keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang
bersifat deterministic.

-          Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih
untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.

 
  E. Karakteristik Konseling Analisis Transaksional

Dewa Ketut Sukardi (dalam Subandi, 2001: 74) menyebutkan adanya empat posisi dasar yang
menentukan kehidupan seseorang diantaranya:

a.         Posisi dasar pertama secara umum untuk menunjukkan bahwa pada diri seseorang itu
merasakan bahwa ia lebih rendah daripada orang lain yaitu I’m Not Ok-You’re Ok.

Pada posisi ini orang menganggap bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan untuk mengemban
tugas dan orang lainlah yang lebih mampu daripada dirinya. Dalam penelitian ini siswa merasa
bahwa dirinya tidak mampu mengatasi permasalahannya.

b.        Posisi dasar kedua yang merupakan keadaan yang lebih parah dan sangat berbahaya daripada
posisi pertama, dan dipilih sebagai posisi psikologis yaitu I’m Not Ok-You’re Not Ok.

Orang yang berada pada posisi ini menganggap dirinya dan orang lain tidak mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapinya sehingga ia tidak bergairah dan tidak berdaya untuk melaksanakan
tugas-tugasnya. Dalam penelitian ini siswa yang mengalami tingkah laku malas belajar menganggap
dirinya dan orang lain tidak mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Untuk itu dalam
posisi ini siswa harus menyadari bahwa dirinya sebenarnya memiliki potensi dan kemampuan untuk
mengatasi permasalahnnya sendiri walaupun akhirnya harus dibantu oleh guru.

c.         Posisi dasar ketiga ini menunjukkan adanya kecenderungan pada diri seseorang untuk
menuntut orang lain, menyalahkan orang lain, mengkambinghitamkan orang lain dan menuduh
orang lain yaitu I’m Ok-You’re Not Ok.

Pada posisi ini orang cenderung mengkambinghitamkan orang lain untuk menutupi kelemahannya.
Dalam kaitannya dengan pengubahan perilaku malas belajar. Siswa cenderung menyalahkan gurunya
karena guru misalnya kurang terampil dalam mengajar, guru kurang memperhatikan siswanya
maupun orang tua kurang memperhatikan kegiatan belajar yang dilaksanakannya di rumah.

d.        Posisi dasar keempat adalah posisi hidup yang sehat dan menunjukkan adanya suatu balance
pada diri seseorang dan bersifat konstruktif, yaitu I’m Ok-You’re Ok.

Pada posisi ini orang menyadari bahwa dirinya memiliki potensi dan kemampuan untuk menghadapi
permasalahan yang dialaminya, serta orang lain dipandang mampu membantu menyelesaikan
masalahnya dengan cepat. Dengan demikian layanan konseling analisis transaksional dapat
mengatasi perilaku malas belajar dengan menerima semua bantuan yang diberikan oleh guru dalam
rangka mengubah perilaku malas belajar.

 
F. Fungsi dan Peran Terapis

Harris (1967) yang dikutip dalam Corey (1988) memberikan gambaran peran terapis, seperti seorang
guru, pelatih atau nara sumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Sebagai guru, terapis
menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional, analisis skenario, dan
analisis permainan. Selanjutnya menurut Corey (1988), peran terapis yaitu membantu klien untuk
membantu klien menemukan suasana masa lampau yang merugikan dan menyebabkan klien
membuat keputusan-keputusan awal tertentu, mengindentifikasikan rencana hidup dan
mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakannya dalam menghadapi orang lain yang
sekarang mungkin akan dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang
lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif untu menjalani kehidupan yang lebih otonom.

Terapis memerlukan hubungan yang setaraf dengan klien, menunjuk kepada kontrak terapi, sebagai
bukti bahwa terapis dan klien sebagai pasangan dalam proses terapi. Tugas terapi adalah,
menggunakan pengetahuannya untuk mendukung klien dalam hubungannya dengan suatu kontrak
spesifik yang jelas diprakarsai oleh klien. Konselor memotivasi dan mengajari klien agar lebih
mempercayai ego Orang Dewasanya sendiri ketimbang ego Orang Dewasa konselor dalam
memeriksa keputusan–keputusan lamanya serta untuk membuat keputusan-keputusan baru.

G. Hubungan Konselor Dengan Klien

Pelaksanaan terapi AT beradasarkan kontrak, kontrak tersebut menjelaskan keinginan klien untuk
berubah, di dalam kontrak berisi kesepakatan-kesepakatan yang spesifik, jelas, dan ringkas. Kontrak
menyatakan apa yang dilakukan oleh klien, bagaimana klien melangkah ke arah tujuan-tujuan yang
telah ditetapkannya dan kapan kontrak tersebut akan berakhir. Kontrak dapat diperpanjang,
konselor akan mendukung dan bekerja sesuai kontrak yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Pentingnya keberadaan kontrak, karena umumnya dalam terapi, klien seringkali keluar dari
kesepakatan awal. Menyimpang, cenderung memunculkan masalah-masalah baru, bersikap pasif,
dan dependen akibatnya proses penyembuhan membutuhkan tambahan waktu. Dengan adanya
kontrak maka kewajiban tanggungjawab bagi klien semakin jelas, membuat usaha klien untuk tidak
keluar pada kesepakatan dan komitmen untuk penyembuhan tetap menjadi perhatian, maka klien
menjadi fokus pada tujuan-tujuan sehingga proses penyembuhan akan semakin cepat.

 
Maksud dari kontrak lebih spesifik, yaitu menyepakati cara-cara yang sesungguhnya digunakan
dalam terapi yang disesuikan dengan kebutuhan klien dengan memperhatikan apakah untuk individu
atau kelompok.

Contoh dalam kontrak, misalnya klien membutuhkan hubungan yang harmonis dan bermakna
dengan orang lain, kemudian dia berkata, “Saya merasa kesepian dan saya ingin lebih memiliki
hubungan yang harmonis dengan para kerabat”. Maka, kontrak yang dibuat harus mencakup latihan
yang spesifik dengan mengerjakan tugas oleh kliean agar dia memiliki kepercayaan diri untuk
berhubungan secara harmonis dan bermakna. Bagaimana dengan klien yang bingung menentukan
apa yang menjadi keinginannya? Selanjutnya untuk membuat kontrak pun akan sulit, Corey (1988)
memberikan solusi, bagi mereka yang seperti itu disarankan untuk memulai dan menetapkan
kontrak jangka pendek atau kontrak yang lebih mudah dengan berkonsultasi tidak terlalu lama
diyakini kontrak akan bisa ditetapkan. Perlu dipahami bahwa kontrak buka tujuan, melainkan
sebagai alat untuk membantu klien untuk dapat menerima tanggunjawab agar lebih aktif dan
otonom.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh konselor ketika membangun hubungan dengan klien;
Pertama, tidak ada kesenjangan pemahaman antara klien dan konselor yang tidak dapat jembatani.
Kedua, klien memiliki hak-hak yang sama dan penuh dalam terapi, artinya klien memiliki hak untuk
menyimpan atau tidak mengungkapkan sesuatu yang dianggap rahasia. Ketiga, kontrak memperkecil
perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan klien.

   H. Tahap-tahap & Teknik Konseling Analisis Transaksional

             Ada beberapa tahapan konseling di antaranya:

a.       Pada bagian pertama dilakukan attending (pendahuluan) untuk menentukan kontrak dengan
klienm baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.

b.      Pada bagian kedua baru mengajarkan klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama klien.

c.       Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri yang berisikan tentang apa yang akan
dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan yang telah ditetapkan, dan
klien tahu kapan kontraknya akan habis.

d.      Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan
memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapai tujuan konseling.  
Teknik yang digunakan dalam analisis transaksional diantaranya:

a.       Analisis struktur

Analisis ini maksudnya adalah analisis tehadap status ego yang menjadi dasar stuktur kepribadian
klien yang terlihat dari respons atau stimulus klien dengan orang lain.

b.      Analisis transaksional

Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok sehingga konselor dapat mengetahui ego
state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat
atau belum.

c.       Analisis mainan

Merupakan analisis hubungan transaksi yang terselubung antara klien dengan konselor atau dengan
lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat
sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak ke arah
resiko yang tingkahnya lebih rendah.

d.      Analisis skript

Analisis skript merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki
klien.

1. Kelebihan dan Kelemahan Analisis Transaksional

1. Kelebihan terapi Analisis Transaksional, yaitu:

a.       Punya pandangan optimis dan realistis tentang manusia.

b.      Penekanan waktu di sini dan sekarang (here and now).

c.       Mudah diobservasi.

d.      Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

2. Kelemahan terapi Analisis Transaksional, yaitu:

a.       Kurang efisien terhadap kontrak treatment karena banyak klien yang beranggapan jelek
terhadap dirinya dan tidak realistis sehingga sulit tercapai kontrak karena klien tidak dapat
mengungkapkan tujuan apa yang ia inginkan.

b.      Subyektif dalam menafsirkan status ego.

 
BAB III

PENUTUP
 

1. Simpulan

Pada dasarnya kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam
komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal
maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam
proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu transaksional ( interaksi,
tindakan yang diambil, tanya jawab ) dimana masing-masing partisipan berhubungan satu dengan
yang lainnya sebagai fungsi tujuan tertentu. Setiap tindakan dengan orang lain merupakan proses
timbal-balik dan peraturan memulai, merespon, dan memberi umpan balik.

Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego
(anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan transaksional antara ketiga status
ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-
sumber gangguan psikologis jika ketiga ego tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik karena hanya
menerapkan satu jenis status ego saja ( SEA,SEO, atau SED ).

 
DAFTAR PUSTAKA
 

Surya Mohammad, (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Supriyo, Mulawarman, (2006). Keterampilan Dasar Konseling. Semarang: Universitas Negeri


Semarang.

Pujosuwarno Sayekti, (1993). Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas
Offset.
ANALISIS TRANSAKSIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PSIKOLOGI KONSELING

Dosen Pengampu : Rela Amelia M.Pd

Nama Kelompok :

1.Deky Dwika Anugrah (1112500195)


2.Yudha Aristyan (1112500193)
3.Yusuf Adi Pratama (1112500197)

Kelas :5C

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2014 / 2015

Anda mungkin juga menyukai