Anda di halaman 1dari 8

Transactional Analysis (Analisis Transaksional)

Eric Berne adalah pelopor analisis transaksional. Awalnya saaat melakukan terapi di
dinas militer untuk menangani para serdadu yang mengalami gangguan emosional
akibat perang dunia ke-2, Berne menggunakan terapi psikoanalisa namun hasilnya
tidak memuaskan karena ternyata proses penyembuhan pada klien sangat lambat.
Akhirnya Berne mengembangkan teknik terapinya sendiri yang diberi nama AT.
Prinsip yang dikembangkan Berne yaitu upaya untuk mengembangkan
tanggungjawab pribadi atas tingkah laku pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan
realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan
komunikasi dengan orang lain. Psikoterapi analisis transaksional dapat digunakan
untuk individual ataupun kelompok.

A. Konsep dasar

Konsep dasar analisis transaksional yang dikemukakan oleh Berne (Corey, 2005)
yaitu teori kepribadian dengan analisis struktural dan transaksional yang berasumsi
bahwa pada dasarnya manusia:

1. Manusia memiliki pilihan dan tidak terikat oleh masa lalu yang berarti manusia
selalu berubah dan bebas menetukan pilihannya. Ada tiga hal yang membuat
manusia selalu berubah yaitu ingin bebas dan bahagia dari penderitaan yang
selama ini dialami, adanya rasa bosan atau putus asa serta adanya penemuan tiba-
tiba.

2. Manusia sanggup melampui kondisi dan rencana yang telah dibuat.


3. Manusia bisa belajar mempercayai diri sendiri, berfikir dan memutuskan juga
mengunggkapkan perasaanya.
4. Manusia sanggup untuk melampaui potensi-potensi yang dimiliki dan
menyeleksi tujuan-tujuan dari tingkah laku baru.
5. Manusia bertingkahlaku karena adanya harapan dan tuntutan dari orang lain.
6. Manusia dilahirkan bebas namun tetap diajarkan untuk patuh.
Teori kepribadian yang dikemukakan Berne terbagi atas:
1. Ego state (status ego). Status ego merupakan sumber dari tingkah laku
bagaimana individu melihat suatu realitas serta bagaimana mengelolah berbagai
informasi dan reaksi dengan orang lain. Status ego juga digunakan untuk
mengungkapkan sistem perasaan dan kondisi pikiran yang juga berkaitan dengan
tingkah laku. Status ego terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang membekas
pada diri individu sejak kecil. Berne (Corey, 2005) membagi unsur status ego
menjadi tiga:
a. Parent (orangtua), yaitu jika individu bertingkah laku seperti orangtua
atau tokoh-tokoh terdahulu. Contohnya dapat dilihat dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya membimbing, membantu, mengarahkan, menyayangi
dan menasehati individu lain. Ego orang tua bisa terbagi menjadi dua
fungsi, yaitu lemah lembut dan tegas.
b. Adult (orang dewasa), yaitu jika individu bisa berpikiran logis, rasional,
objektif, tidak emosional, tidak menghakimi, dan bertanggung jawab.
Contohnya bisa menyelesaikan masalah dengan sikap yang dewasa.
Keadaan dalam ego dewasa merupakan kepribadian individu yang dapat
memproses data secara akurat melihat, mendengar, berpikir dan dapat
menghasilkan solusi dalam menghadapi masalah berdasarkan fakta dan
bukan semata-mata pada pikiran yan telah diduga.
c. Child (anak-anak), yaitu jika individu bertingkahlaku seperti anak-anak
yang memiliki sikap ketergantungan pada oranglain, agresif, spontan,
penuh rasa ingin tahu, kreatif, reaktif, humor, tidak mau berkompromi,
impulsive. Status ego anak-anak dapat dipengaruhi dari orang tua. Ego
anak-anak terdiri atas dua bagian, yaitu free ego dan adapted ego.

2. Transaksional
Transaksional merupakan hubungan stimulus respon atau dua status ego.
Transaksi akan terjadi bila individu (a) memberikan rangsangan (stimulus) kepada
individu lain (b). Kemudian individu (b) memberi respon yang menjadi stimulus
bagi individu (a). Dalam arti lain bahwa dalam transaksional terjadi pula hubungan
antara status ego. Berne (corey, 2005) mengemukakan tiga macam transaksional
yaitu:
a. Transaksi komplementer merupakan komunikasi antar individu yang
didalamnya terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang ditukarkan, dimana
pesan yang satu dilengkapi dengan pesan yang lain meskipun dalam status ego
yang berbeda.
b. Transaksi silang yaitu komunikasi antar individu yang terjadi ketika pesan
yang dikirimkan tidak mendapatkan respon yang sesuai. Akibat dari transaksi
silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam
memberikan makna pesan.
c. Transaksi tersembunyi terjadi karena adanya campuran beberapa sikap di
antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap
menyembunyikan sikap yang lainnya.

3. Stroke
Eric Berne (Solomon, 2003) mendefiniskan stroke sebagai dorongan atau
perhatian dalam bentuk respon yang bertujuan untuk menciptakan perubahan.
Stroke bisa terlihat melalui anggukan, senyuman, kata yang diucapkan, dan
sentuhan. Stroke terbagi dua, positif dan negatif. Stroke positif merupakan stroke
yang mengakibatkan individu merasa dihargai dan diberikan perhatian sehingga
bisa menimbulkan motivasi yang kuat untuk melakukan perubahan. Stroke negatif
adalah stroke yang dapat mengakibatkan individu merasa kecewa atau menyesal.
Adapun contoh dari percakapan stroke positif dan negatif adalah:
Adult: "Bisakah Anda memberi tahu saya jam berapa sekarang? "
Adapted Child: "Mengapa Anda selalu terburu-buru ? (Positif)
Critical Parent: " Anda selalu terlambat, toh, mengapa Anda peduli? " (Negatif)
Pada ego anak-anak sangat membutuhkan respon, walaupun tidak mendapatkan
respon positif tetapi ego tersebut akan tetap mencari respon dalam bentuk negatif
dibandingkan tidak mendapatkan respon sama sekali. Hal tersebut yang menjadi
alasan seseorang cenderung tumbuh dalam pola yang negatif. Pola-pola yang
dikembangkan cenderung mendukung konsep dasar dan eksistensial. Stroke juga
terbagi atas dua bagian, yaitu stroke tanpa syarat dan kondisional. Stroke bersyarat
merupakan bentuk dorongan atau perhatian yang diberikan apabila individu telah
berhasil melakukan suatu persyaratan terlebih dahulu, sebagai contoh mahasiswa
akan mendapatkan nilai yang baik apabila dapat menyelesaikan tugas dengan
benar dan tepat waktu. Stroke tidak bersyarat merupakan bentuk dorongan atau
perhatian yang diberikan kepada individu tanpa melakukan persyaratan terlebih
dahulu, sebagai contoh ibu menyayangimu nak karena kasih ibu tak bersyarat
(Solomon, 2003).

4. Skrip

Skrip merupakan pola kehidupan yang dapat berwujud cara bertingkah laku
yang diyakini sebagai nasib pada diri individu di masa depan. Selain hal tersebut,
skrip dapat menjadi batas atau menjadi standar sukses yang ditanamkan oleh
orangtua atau lingkungan sekitar. Skrip bisa mempengaruhi interaksi individu
dengan individu lainnya. Skrip juga dapat mempengaruhi sehat tidaknya
(OK/nots OK) individu dalam memandang diri dan lingkungan individu
tersebut. Skrip ternyata dapat diubah melalui interaksi individu dengan terapis.
Sebagai contoh A merupakan seorang anak SMA di mana kedua orangtua dari
anak tersebut berprofesi sebagai dokter sehingga kedua orangtua dari anak
tersebut menuntut agar anak juga mengambil jurusan kedokteran ketika lulus dari
SMA. Ternyata minat anak tersebut bukan di jurusan kedokteran karena anak
lebih menyukai bermain musik dan berminat untuk masuk di jurusan musik.
Akhirnya A mengikuti kemauan kedua orangtuanya, namun A tidak menjalankan
hal tersebut dengan sungguh-sungguh di mana A tidak memiliki motivasi dalam
belajar sehingga nilai hasil ujian semuanya menjadi jelek (Solomon, 2003).

5. Potensi Eksistensial

Terdapat empat potensi eksistensial (Corey, 2005) yaitu:

a. Im Not OK-Youre OK
Pada posisi ini individu merasa lebih rendah dari orang lain dan hal ini pertama
dimiliki oleh ada pada saat masih kanak-kanak. Posisi ini juga disebut sebagai
adapted child.

b. Im Not OK-Youre Not Ok


Posisi ini terjadi dimana individu tidak memiliki gairah hidup dan merasa
tidak berdaya juga merasa bahwa ketidakmampuan yang ada pada dirinya
tidak ada yang dapat menolong.
c. Im Ok- Youre Ok
Pada posisi ini individu memiliki kecenderungan untuk menuntut seseorang,
menyalahkan seseorang, mengkambing hitamkan orang lain, dan menuduh
orang lain. Hal ini dapat terjadi karena individu merasa dikecewakan orang
lain dan menganggap dirinya lebih baik dari orang lain.
d. Im Ok- Youre Ok
Posisi ini adalah posisi hidup yang sehat dan menunjukkan adanya suatu
keseimbangan pada diri individiu yang konstruktif dan posisi ini
menunjukkan adanya pengakuan akan orang lain yang memiliki hak yang
sama dengan dirinya.

B. Tujuan Terapi

1. Konselor membantu klien yang mengalami pencemaran status ego yang


berlebihan
2. Konselor membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan
semua status egonya yang cocok. Hal ini menyangkut dalam memperoleh
kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus di antara status egonya.
3. Konselor berusaha membantu klien untuk mengembangkan keseluruhan status
ego dewasanya juga menetapkan pikiran dan penalaran. Sehingga individu
membutuhkan kemampuan dan kapasitas yang optimal dalam mengatur
kehidupannya sendiri.
4. Membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang
cocok dan mengangtinya dengan rencana hidup yang baru.

C. Peranan terapi
1. Konselor mengarahkan klien untuk memiliki rasa tanggungjawab atas
kehidupannya.
2. Konselor menyediakan lingkungan yang menunjang dan mendorong klien untuk
mencapai keseimbangan status ego klien.
3. Memisahkan mitologi dengan realitas yang berpengaruh dalam script klien
dengan realitas kehidupan yang sebenarnya.
4. Konselor melakukan konfrontasi atas keanehan yang tampak atau status ego klien
yang tidak seimbang.

D. Teknik Terapi

1. Analisis struktural
Analisis struktural terdiri dari : mendiagnosa dan memisahkan pola perasaan
pikiran dan perilaku (ego state) individu dengan ego state individu lain. Hasil
dari teknik tersebut bukanlah menciptakan sub ego baru namun
mengembangkan subdivisi lain yang ada pada diri individu tersebut. Biasanya
analisis struktural difokuskan pada ego paret dan chald. Terapi tersebut
membantu untuk mengidentifikasi dan membuat individu tersebut menjadi
sadar akan keberadaan status ego yang dimiliki. Hal tersebut bertujuan untuk
membebaskan individu agar memiliki akses yang tepat ke semua status ego dan
juga bertujuan untuk membantu ego adult tetap mengontrol kepribadian dalam
situasi yang menekan (Jones, 2011).
2. Analisis transaksional
Analisis transaksional bertujuan untuk mengontrol sosial atau kemampuan
adult untuk memutuskan kapan melepaskan paraent dan child dan kapan
menggunakannya. Berne mengemukakan transaksioanal analisis propet yaitu
analisis transaksi tunggal dengan sarana diagram transaksional di mana klien
dibantu untuk memahami transaksi-transaksi staus ego yang terlibat di berbagai
situasi dan hubungan di mana klien mengalami kesulitan, sebagai sarana
menuju kearah kompoten yang lebih tinggi untuk menanganinya (Jones, 2011).
3. Analisis permainan
Analisis permainan merupakan teknik yang lebih kompleks karena mencakup
rangkaian transaksi-transaksi tunggal. Dalam teknik tersebut individu di dorong
untuk mempelajari cara-cara yang lebih memuaskan unuk menstrukturkan dan
mendapatkan pengakuan. Metode tersebut mencakup membantu klien melihat
permainan apa yang sedang dimainkannya dan bagaimana permainan
menjusttifikasi sikap hidup selain itu juga membantu klien mengekspresikan
secara konstruktif kebutuhan child yang natural (Jones, 2011).
4. Analisis skrip
Analisis skrip merupakan teknik yang membantu klien keluar dari skripnya dan
selanjutnya bertingkalaku secara otonom. Dalam teknik tersebut juga dapat
menggunakan script checklist untuk membantu analisis dan mengetahui script
klien. Analisis script bertujuan untuk membantu klien meninggalkan keputusan-
keputusan awal yang sebelumnya telah dibuat diberbagai keadaan dan adult
yang tidak lengkap. Pada analisis script melibatkian tiga antithesis script P:
potency, permission, dan protection. Potensi ditentukan oleh apakah suara
terapis dalam kepala kiln cukup kuat untuk mengatasi suara lain atau perintah
parent in the child klien. Permission bisa positif ataupun negative. Positif
melibatkan terapis yang mengatakan biarkan dia melakukannya, sedangkan
negatif melibatkan terapis dan mengatakan berhenti mendorongnya masuk
kedalam sana. Jika klien mengikuti antithesis script dan menentang perintah
orangtuanya maka status ego anak akan menjadi sangat cemas. Protection
berarti selama periode perubahan klien yang meminta terapis untuk
menggunakan potensinya pada saat dibutuhkan (Jones, 2011).
Daftar Pustaka
Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.
Jones, R. Nelson. (2011). Teori Dan Praktik Konseling Dan Terapi (edisi keempat:
translation from english language edition). Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
Salomon, Carol. (2003). Transactional Analysis Theory: the Basics. Vol.33, No 1.

Anda mungkin juga menyukai