PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Untuk mengetahui fungsi dan peran terapis dalam konseling analisis transaksional
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam sub pokok bahasan ini menurut Lutfi Fauzan (1994:49) mengemukakan
pandangan dasar tentang hakikat manusia, ciri-ciri pokok konseling analisis
teansaksional dan konsep dasar konseling analisis konselinng perorangan.
Hakekat manusia.
Eric Berne sebagai pendiri dan pengembang utama, konseling analisis transaksional
memiliki pandangan yang optimis tentang hakikat manusia yaitu manusia pada
dasarnya baik. Pandangan ini dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut :
Manusia bukan hanya mampu hidup mandiri atau membuat keputusan untuk
dirinya, namun ia dapat juga mampu bertanggung jawab atas pilihan dan putusan
yang diambilnya dan konsekuensi yang diakibatkannya.
Karakteristik konseling
Proses konseling analisis transaksional bersifat aktif, direktif dan didaktif. Dalam hal
ini konseling merupakan proses belajar mengajar dimana konselor sebagai
pembelajar dan klien sebagai pelajar. Dalam proses tersebu konselor aktf
mengajukan pertanyaan- pertanyaan tentang diri klin dan interaksinya dengan
orang lain, disamping itu ia mengarahkan proses tersebut agar tujuan yang telah
disepakati tercapai.
Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman
yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu
apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu
teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang
berbeda sesuai status egonya :
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua
dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang
tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).\
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai
bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak
emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu
berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan
pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
a). Im OK Youre OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena
secara transaksional apa yang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain.
Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena baik
dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai
manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.
Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-
motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu
reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku
kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi Im OK Youre
not OK.
Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu
merasa benar dan orang lain salah.
c). Im not OK Youre OK
Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah
orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif
tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak
melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri karena anak
menganggap dirinya itu not OK.
Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut
akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak
pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh diri atau pembunuhan.
Dalam(http://semahafiyudi.blogspot.com/2013/04/teori-dan-pendekatan-
konseling-analisis.html). Pendekatan analisis transaksional berlandaskan suatu teori
kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini
menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang
terpisah, yaitu: orang tua, dewasa, anak. Sifat kontraktual proses terapeutik analisis
transaksional cenderung mempersamakan kedudukan konselor dan klien. Adalah
menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Pada
dasarnya, analisis transaksional berasumsi bahwa manusia itu:\
Manusia (klien) adalah orang yang telah cukup lama menderita, karena itu
mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.
Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan
kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan berkecukupan.
Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu
individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.
Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil
AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada mulanya tidak mau atau tidak tahu
dengan perubahan, tetapi dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru
yang membuka cakrawala barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk
menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan.
Manusia bisa belajar mempercayai dirinya dirinya sendiri , berpikir dan memutuskan
untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-persaannya.
Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan menyeleksi tujuan-
tujuan dan tingkah laku baru.
Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang-
orang lain
Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat
sebagaimana yang diperintahkan.
Karakteristik Klien
Karakteristik yang dimiliki klien adalah mampu untuk dibantu membuat keputusan
baru mengenai perilaku mereka pada saat ini dan arah hidup mereka. Konseli dapat
mempelajari alternatif dan cara hidup yang deterministik. Esensi dari terapi adalah
menggantikan suatu gaya hidup yang berciri memainkan permainan dan suratan
hidup menaklukan diri sendiri yang manipulatif dengan gaya hidup yang berciri
kesadaran, spontanitas, dan keakraban. Klien belajar untuk menulis sendiri suratan
hidupnya dan bukan secara pasif disurati (ditentukan suratan hidupnya).
Menurut Mary Goulding (1987), esensi terapi mengambil keputusan ulang terdiri
dari perubahan kontraktual. Dengan melalui kerja sama, konselor dan klien
menegakkan sasaran terapi yang spesifik, kemudian klien dibantu dalam hal
memegang kontrol atas pikiran, perasaan dan perbuatan mereka.
Tujuan dari Konseling Anllisis Transaksional
Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-
cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta
menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.
Menurut Lutfi Fauzan (1994:70) Peran konselor adalah sebagai guru, pelatih
dan penyelamat dengan terlibat secara penuh dengan konseli. Konselor berperan
sebagai guru yang menjelaskan teknik-teknik seperti analisis struktural, analisis
transaksional, naskah hidup, dan analisis game.
Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerjasama tersebut, konselor dan
klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah ditetapkan.
Dalam hal ini konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk mencapai tujuan
konseling. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa konselor
dan klien memiliki kedudukan sejajar dalam proses konseling sesuai dengan
tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai kesejahtaraan klien
sebagaimana tertera dalam kontrak. Kontrak dalam analisis transaksional melipuyi
pernyataan tentang : a. Harapan yang ingin dicapai klien dalam prosen konseling. b.
Apa yang ingin dikerjakan konselor untuk membantu menfasilitasi kemajuan klien.
c. Kondisi-kondisi yang perlu dipenuhi agar kontrak yang ditetapkan dapat tercapai.
Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu
dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari
pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary dan
almarhum Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The
Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka
telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi
keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional
pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana
mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka
membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan
mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan
untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan cara-cara di
mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk
memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana
mereka akan berubah.
Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup
membingungkan.
Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji
keilmiahannya.
Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan
menghayati aspek diri mereka sendiri.
Menurut Lutfi Fauzan (1994:73) Secara umum Teknik-teknik yang dapat dipilih
dan diterapkan dalam Analisis Transaksional, yaitu:
Potency (Potensi). Seorang konselor ahli sihir , melainkan orang tahu apa yang
akan dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena itu kemampuan konselor
terletak pada keahliannya, sehingga keterampilan tersebut efektif secara
optimal.Teknik Khusus menurut berne terdiri atas delapan teknik yaitu: Interogasi,
Spesifikasi, Konfrontasi, Eksplanasi, Illustrasi, Konfirmasi, Interprestasi, Kristalisasi
Analisis Transaksional
Yaitu bila stimulus yang diberikan mendapat respon yang diharapkan. Jenis
transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi
kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu
dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda.
Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa.
Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap
itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat
dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara
mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.
Contoh :
Saya kesal sekali. Ingin rasanya membuang dan melempar semua barang-barang
ini.
Ada hal yang membuat kamu marah, sehingga kamu ingin merusak semuanya?
Begitukah?
Yaitu bila respon terhadap stimulus tidak seperti yang diharapakan. Hal ini
terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak mendapat respons
sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya
komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan.
Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman
sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.
Contoh :
Aduh, rasanya sebel sekali jika ada orang yang selalu bicara terus-menerus seperti
sekarang ini.
Contoh :
Analisis Struktural
Teknik ini di kutip dalam Dikutip dalam Lutfi Fauzan (1994: 28) dapat dikatakan
sebagai alat untuk mendorong seseorang menjadi sadar terhadap isi dan fungsinya
dari ego statusnya masing-masing. Dalam proses analisis transaksional klien belajar
bagaimana mengidentifikasi dirinya dengan status egonya sendiri. Analisis
struktural membantu klien memecahkan kembali pola-pola status ego yang
dimunculkannya dalam proses transaksional. Dalam kaitan ini analisis struktural
mendasarkan pada dua masalah yang berhubungan dengan struktur kepribadian
yakni : Kontaminasi dan Eksklusi
Kontaminasi
Terjadi bilamana isi dari salah satu status ego bercampur dengan status ego yang
lain seperti :
SEO berkontaminasi dengan SED
Anda tidak dapat menghargai kelompok minoritas yang terkutuk itu. Pernyataan ini
menunjukkan sikap dan ide prasangka yang merupakan ciri utama dari jenis
kontaminasi ini.
Setiap orang selalu mencari saya, tak seorang pun yang berbuat baik. Pernyataan
ini menunjukkan gangguan persepsi tentang realitas yang merupakan ciri dari jenis
kontaminasi ini.
Eksklusi
Terjadi bilamana SEO, SED, dan SEA menjadi eksklusif (membengkak). Ada tiga hal:
Orang yang selalu berorientasi dalam pekerjaan dan tugas. Dia menjadi orang yang
moralistis, judgemental, dan demand (selalu membutuhkan orang lain). Namun
perilakunya mendominasi dan otoriter.
Orang yang memperlihatkan perilaku anak, selalu bersifat bergantung, lari dari
tanggung jawab, ingin mencoba-coba, tidak stabil dalam perilaku, kurang mampu
untuk berpikir, dan mengatasi permasalahan sendiri.
Analisis Script
Analisis Script ini didasarkan pada konseppsikologi seseorang. Teknik ini didasarkan
agar setiap individu untuk mengungkapkan posisinya dalam kehidupannya (life
script) untuk menghadapi suatu peristiwa tertentu kemudian di analisis apakah ia
berada dalam posisi :
Im OK Youre OK
Im not OK Youre OK
Im OK Youre not OK
Dari posisi diatas dapat dianalisis tentang sifat, karakteristik, serta kondisi psikologi
yang dimiliki seseorang. Jika individu sadar akan life script nya maka posisi itu
dapat diubah dan diprogramkan. Karena Analisis Script ini membuka alternatif baru
bagi seseorang dalam memilih dan menentukan tindak lanjut kehidupannya.
Melalui role playing ini klien kita tempatkan pada peran tertentu yang harus ia
mainkan. Melalui permainan yang diciptakan ini diharapkan klien dapat mengubah
perilakunya.
Contoh :
Maka dalam role playing, konselor justru akan menjadikan anak tersebut untuk
berperan sebagai si A. Disamping itu tanpamelibatkan suatu peran tertentu klien
dapat belajar dari anggota yang lainnya, bagaimana ia harus bisa berorientasi
dengan status ego yang diharapkan.
Family Modeling
Teknik ini digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam analisis struktural,
khususnya untuk melihat model SEO, SED, SEA. Melalui teknik ini, klien diminta
untuk berimajinasi terhadap posisi tertentu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Demikianlah makalah yang sederhana yang masih banyak kekurangan di sana sini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini.
Daftar Pustaka
Elang Mas.
Quraisy.
(http://semahafiyudi.blogspot.com/2013/04/teori-dan-pendekatan-konseling-
analisis.html) (diunduh 5 maret 2015 pukul 14.00)