Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis Transaksional berevolusi dari ketidakpuasan Berne dengan
lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang dari masalah mereka.
Setelah Berne berhenti bekerja pada Dinas Militer, Berne mulai melakukan
eksperimen yang sungguh-sungguh. Akhirnya pada pertengahan tahun 50-an
barulah ia memperkenalkan teorinya, Analisis Transaksional. Diluar dugaan, teori
ini mendapat sambutan baik dari kalangan ahli terapi kelompok, dalam pertemuan
Regional Perhimpunan Terapi Kelompok Amerika di Los Angeles tahun 1957
teori ini diangkat sebagai salah satu tema yang dibahas. Tentu saja Analisis
Transaksional mulai mengundang ingin tahu banyak orang dengan prinsip-prinsip
yang dikembangkannya. Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Eric Berne
dalam analisis transaksional adalah upaya untuk merancang rasa tanggung jawab
pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran logis, rasional, tujuan-tujuan yang
realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan pemahaman dalam
berhubungan dengan orang lain.
Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang
menekanka pada hubungan interaksional. Analisis transaksional dapat
dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan
kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan.
Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh
klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan
yang diambil oleh kien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien
untuk membuat keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
Analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam
mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk
permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak.
Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh
bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan
hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorog pertumbuhan
diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Analisis Transaksional?
2. Apa definisi dari Analisis Transaksional?
3. Apa saja tujuan dari Analisis Transaksional?
4. Apa saja yang termasuk Perkembangan Perilaku dari Analisis
Transaksional?
5. Apa saja jenis – jenis dari Analisis Transaksional?
6. Kelemahan dan Kelebihan Analisis Transaksional?

C. Tujuan Teori
1. untuk mengetahui sejarah perkembangan Analisis Transaksional.
2. Untuk mengetahui definisi Analisis Transaksional.
3. Untuk mengetahui tujuan Analisis Transaksional.
4. Untuk mengetahui yang termasuk dari perkembangan perilaku dari
Analisis Transaksional.
5. Untuk mengetahui jenis – jenis Analisis Transaksional.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Analisis Transaksional.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN

2
ERIC BERNE (1910-1970) kelahiran Montreal, Canada, adalah pelopor
AnalisisTransaksional (AT). Ia mulai mengembangkan Analisis Transaksional ini
sebagai terapi ketika ia bertugas dalam Dinas Militer Amerika Serikat dan diminta
untuk membuka program terapi kelompok bagi para serdadu yang mendapat
gangguan emosional sebagai akibat Perang Dunia ke-2.
Berne pada mulanya adalah seorang pengikut Freud dan melakukan
praktik Psikoanalisis dalam terapi. Sebab, saat itu Psikoanalisis tengah mendapat
perhatian yang luar biasa. Bahkan Berne sendiri pernah mendapat kuliah
psikoanalisis di Yale Psychiatric Clinic (1936-1938) dan New York
Psichoanalitical Institute (1941-1943).
Analisis Transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1961). Berne
merupakan ahli ilmu jiwa terkenal di Amerika, lahir di Montreal 10 Mei 1910.
Memulai karirnya sebagai psikiatris tahun 1941 sebagai psikoanalisis. Namun
pada akhirnya berne menciptakan teori baru karena kecewa dengan pelaksanaan
psikoanalisa yang membutuhkan waktu lama sampai bertahun tahun dalam
menganalisa pasien. Gagasan tentang Analisis Transaksional mulai dikenalkan ke
publik tahun 1949 melalui makalah yang berjudul “ the nature of intuition”, tetapi
dalam tulisan tersebut konsep Analisis Transaksional belum dirumuskan dengan
jelas. Konsep Analisis Transaksional secara resmi mulai diperkenalkan pada
berbagai forum ilmiah, antara lain pada “ weatern regional meeting of the
american group psychoteraphy association “ di Los Angles Amerika Serikat tahun
1957 melalui makalah yang berjudul “ Transctional Analysis : A New and
effective Method Of Group Therapy”.
Eric Berne melakukan percobaan selama hampir 15 tahun dan akhirnya
berne merumuskan hasil percobaanya itu dalam suatu teori yang disebut “ Analisis
Transaksional dalam psikoterapi” yang diterbitkan pada tahun 1961, selanjutnya
tahun1964 dia menulis pula tentang “ games people play “dan tahun 1966
menerbitkan “Principles of Group treatment”. Pengikut Eric Berne adalah
Thomas Harris, Mc Neel J. dan R.Grinkers. Sejak kematian Berne, 1970,
pengikutnya selalu berupaya mengembangkan AT ini. AT yang pada mulanya
dipergunakan Berne untuk terapi kelompok, sekarang telah meluas pula untuk
terapi Individual dan tersebar luas baik di Amerika Serikat maupun di Amerika
Selatan, Eropa, India atau Jepang.

3
B. DEFINISI ANALISIS TRANSAKSIONAL
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy
yang menekankan pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah
hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang
dianalisis yaitu meliputi bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka.
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi
berlangsung secara tepat, benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat
menggambarkan apakah seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.
Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964),
yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu
jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan
teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir
semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah
satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu
hubungan. Dalam komunikasi antar pribadi pun dikenal transaksi. Yang
dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis
transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses
transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang
dipertukarkan).

C. KONSEP DASAR ANALISIS TRANSAKSIONAL


Pendekatan analisis transaksional berlandaskan suatu teori kepribadian
yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan
suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu:
orang tua, dewasa, anak. Sifat kontraktual proses terapeutik analisis transaksional
cenderung mempersamakan kedudukan konselor dan klien. Menjadi tanggung
jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Pada dasarnya, Analisis
Transaksional berasumsi bahwa manusia itu:
1. Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa
lampaunya (Manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan
pilihanya). Ada tiga hal yang membuat manusia selalu berubah, yaitu :

4
a. Manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama
menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka
berusaha melakukan perubahan.
b. Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak
puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak
menderita bahkan berkecukupan. Keadaan yang monoton akan
melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu individu
terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.
c. Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal
ini merupakan hasil Analisis Transaksional yang dapat diamati.
Banyak orang ya g pada mulanya tidak mau atau tidak tahu
dengan perubahan, tetapi dengan adanya informasi, cerita, atau
pengetahuan baru yang membuka cakrawala barunya, maka ia
menjadi bersemangat untuk menyelidiki terus dan berupaya
melakukan perubahan.
2. Manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemprograman awal
(manusia dapat berubah asalkan ia mau). Perubahan manusia itu adalah
persoalan di sini dan sekarang (here and now). Bagi T, manusia
sekarang memiliki kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang
adalah persoalan sekarang dan di sini. Kendati pun ada hubungannya
dengan masa lalu, tapi bukan seluruhnya perilaku hari itu ditentukan
oleh pengalaman masa lalunya.
3. Manusia bisa belajar mempercayai dirinya dirinya sendiri , berpikir
dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan -
persaannya.
4. Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan
menyeleksi tujuan - tujuan dan tingkah laku baru.
5. Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan
dari orang-orang lain
6. Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari
adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.

D. TUJUAN ANALISIS TRANSAKSIONAL


Tujuan dasar dari Analisis Transaksional adalah membantu untuk klien
dalam membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya

5
sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari
bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh keputusan-keputusan
dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang
mandul dan determistik.
Menurut Eric Berne, dalam bukunya yang berjudul “Principles of Group
Treatment, (1966)” terdapat empat tujuan yang ingin dicapai dalam konseling
analisis transaksional, yaitu :
1. Membantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego
yang berlebihan.
2. Membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan
semua status egonya yang cocok. Ini menyangkut pula dalam
memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus diantara
status egonya.
3. Membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego
dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan
penalaran dan pemikiran individu. Untuk itu dibutuhkan kemampuan
serta kapasitas yang optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.
4. Membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi yang kurang
cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru, atau
naskah hidup (life script) yang lebih produktif.
5. Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam
mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
6. Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk
memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi
kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat
deterministic.
7. Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan
yang dapat dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status
egonya.

E. PERKEMBANGAN PERILAKU
1. Struktur Kepribadian
Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya kadang-
kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak, tapi di lain
kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa. Berdasarkan

6
pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan bahwa manusia memiliki
berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya dengan ego states yaitu unsur-unsur
kepribadian yang terstruktur dan itu merupakan satu kesatuan yang utuh.
Istilah status ego digunakan untuk menyatakan suatu sistem perasaan dan
kondisi pikiran serta berkaitan deng n pola-pola dan tingkah lakunya. Status ego
pada diri seseorang itu terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh seseorang yang masih membekas pada dirinya sejak kecil.
Adapun struktur kepribadian itu terdiri dari 3 status ego yaitu ; ego orang
tua, ego dewasa dan ego anak.
a. Status Ego Orang Tua (ego state parent)
Bagian dari kepribadian yang menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi
perintah (harus & semestinya). Jika individu merasa dan bertingkah laku
sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut
dalam status ego orang tua. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan
perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua
individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
Setiap orang mendapatkan berbagai bentuk pengalaman, sikap, serta
pendapat dari orang tuanya, maka dari itu berdasarkan engalaman, sikap serta
pendapatnya yang diperoleh dari orang tuanya masing - masing, setiap orang akan
memiliki atau berada pada status ego orang tua. Status ego orang tua itu lebih
sering kita lihat dengan nyata, misalnya: membimbing, membantu, mengarahkan,
menyayangi, menasihati, mengecam, mengomando, mendikte, dsb. Dapat pula
diliha secara verbal, yaitu: harus, awas, jangan, lebih baik, pokoknya, cepat, dsb.
Selain itu dapat pula secara non-verbal, yaitu: merangkul, membelai,
menuing, mencium, melotot, dsb. Dapat dikatakan bahwa status ego orang tua
dapat berbentuk langsung yaitu dengan menggunakan prot type, model, tipe, dari
orang tua yang baik melalui verbal maupun non-verbal. Sedangkan dengan bentuk
tidak langsung adalah merupaka petunjuk, aturan, norma, dan nilai-nilai yang
pernah didenngar dari orang tua atau tokoh terdahulu pada masa kecil.

b. Status Ego dewasa (Ego state adult)

7
Bagian dari kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional,
logis, tidak menghakimi, berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu
berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan
pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang
dewasa selalu akan berisi hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dan
bertanggung jawab dalam menghadapi kehidupan. Jika individu bertingkah laku
sesuai dengan yang telah disebutkan tadi, maka individu tersebut dikatakan dalam
status ego dewasa.
Dewasa berfungsi untuk mengumpulkan berbagai informasi, memasukkan
berbagai macam data ke dalam bank data, kemudian mempertimbangkan berbagai
bentuk kemungkinan yang ada.

c. Status ego anak (ego state child)


Bagian dari kepribadian yang menunjukkan ketidak stabilan, reaktif,
humor, kreatif, serta inisiatif, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin
tahu dan sebaginya. Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana
berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman
semasa kanak-kanak.
Bentuk status ego anak dapat berbentuk wajar apabila terlihat bahwa
tingkah lakunya pada masa anak-anak, yaitu adanya ketergantungan pada orang
lain, spontan, bebas, agresi , tidak mau kompromi, impulsive, ingin tahu,
merasakan berbagai bentuk penemuan baru yang berbentuk status ego yang lain
adalah pengaruh tertentu dari orang tuanya. Dengan adanya pengaruh yang begitu
melekat, maka menyebabkan anak bertindak dan bertingkah laku sesuai harapan,
keinginan, dan cita-cita dari orang tuanya. Di sini akan tampak pola anak yang ,
patuh, sopan, penurut, tetapi ada pula yang menyebabkan anak mengalami
penderitaan, yaitu: overprotection, manja, konflik, stress, frustasi. Jadi status ego
anak merupakan kejadian internal pada masa kanak-kanaknya.

2. Sikap Dasar Manusia.

8
Sehubungan dengan penilaian seseorang terhadap dirinya (I) dan orang
lain (you), Thomas Harris (1985 : 50) mengklasifikasikan adanya 4 macam sikap
dasar sesuai dengan perkembangan manusia.
a. Posisi Pertama : I’m Not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan bahwa pada diri seseorang merasakan bahwa ia
lebih rendah dari orang lain. Posisi ini adalah sikap umum yang yang pertama
dimiliki oleh anak pada masa awal kanak-kanak. Posisi ini juga terbentuk pada
seseorang yang mendapat stroke yang negatif. Dominasi posisi ini disebut
Adapted child (anak penurut)
b. Posisi Kedua : I’m Not OK – You’re Not OK
Sikap dasar yang memandang jelek baik atas dirinya maupun kepada
orang lain. Kondisi seperti ini menandakan seseorang bermasalah atau depresi.
Keadaan ini lebih parah dan berbahaya dari posisi pertama. Posisi ini disebabkan
mereka tidak memiliki gairah hidup. Mereka sudah menganggap ketidak
berdayaan, ketidakmampuan yang ada pada dirinya tidak ada yang bisa menolong.

c. Posisi Ketiga : I’m OK – You’re Not OK


Sikap yang memandang jelek terhadap orang lain. Posisi hidup ini
menunujukkan adanya kecenderungan pada diri seseorag untuk menuntut
seseorang, menyalahkan seseorang, mengkambing hitamkan orang lain, menuduh
orang lain. Hal ini dapat disebabkan karena mereka merasa dikecewakan orang
lain. Pada posisi ini individu menganggap dirinya lebih baik dari orang lain.
d. Posisi Keempat : I’m OK – You’re OK
Posisi ini adalah posisi hidup yang baik atau kepribadian yang sehat dan
menunjukkan adanya suatu keseimbangan pada diri seseorang. Posisi ini
menunjukkan adanya pengakuan akan orang lain yang memiliki hak yang sama
dengan dirinya.

3. Pribadi Sehat dan Tidak Sehat


a. Pribadi Sehat.
Dalam pandangan teori ini kepribadian individu yang sehat adalah sebagai
berikut;
a) Memiliki posisi kehidupan I’M ok – You ‘re OK
b) Status ego berfungsi secara tepat dan baik

9
c) Relatif bebas dari script
d) Memahami dirinya dan orang lain.
e) tidak ada kebutuhan untuk “games playing”
b. Pribadi Tidak Sehat
Kepribadian yang dipandang tidak normal menurut teori ini adalah sebagai
berikut;
a) Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re OK
b) Posisi kehidupan I’am OK – You ‘re not OK
c) Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re not OK
d) Kontaminasi status ego
e) Eksklusi (batas status ego yang kaku)
f) Konsep diri negatif
g) Hubungan dengan orang lain negatif
E. JENIS – JENIS DARI ANALISIS TRANSAKSIONAL
1. Analisis Transaksi
Analisis transaksi adalah jantung dari pendekatan analisis transaksional.
Transaksi didefinisikan sebagai sebuah unit dalam komunikasi manusia atau
sebagai hubungan stimulus dan respon antara dua individu dengan ego-state yang
sama maupun berbeda. Pada dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa
yang dilakukan dan dikatakan oleh individu itu sendiri dan orang lain (yang
menjadi lawan bicara). Apa yang terjadi antara individu dalam transaksi
antara ego state, ketika pesan disampaikan dan respon yang diberikan. Analisis
Transaksional memperhatikan interaksi antara berbagai status ego. Ada tiga
macam tipe transaksi ;
a. Transaksi Komplementer ( Melengkapi )
Bila stimulus yang diberikan mendapat respon yang diharapkan. Jenis
transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antar pribadi karena ter-
jadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu
di lengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda.
Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa.
Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua
sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antar pribadi

10
dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di
antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.
Contoh : Seorang anak SD meminta ayahnya membelikan ia sepeda baru
Anak : “Ayah, saya mau ayah membelikan saya sepeda baru!”
Ayah : “ Ayah mau membelikan kamu sepeda baru, tetapi kamu harus
rajin belajar dan tahun ini nilai rapotmu bagus.”
Anak : “ Ya ayah, saya akan rajin belajar agar nilai rapot saya bagus.
Dari contoh percakapan yang saya paparkan di atas, transaksi
(komunikasi) yang terjadi antara ayah (ego state orang tua) dan anak (ego
state anak-anak) adalah transaksi komplementer dua ego state yang berbeda.
Respon yang diberikan ayah sesuai dengan harapan anak, begitu pula respon yang
diberikan anak sesuai dengan harapan ayah. Dalam transaksi ini terjadi kesamaan
pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi pesan yang lain
meskipun jenis ego state yang berbeda. Dari transaksi ayah dan anak ini tercapai
posisi hidup “ I’m OK, you’re OK.”
b. Transaksi Silang ( Crossed )
Bila respon terhadap stimulus tidak seperti yang diharapakan. Hal ini
terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak mendapat respons
sewajarnya dari komunikan.
Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antar pribadi
karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak
menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman sehingga kadang-kadang
orang beralih ketema pembicaraan lain.
Contoh :
Desi : “ Kak, minggu ini saya tidak bisa pulang karena ada tugas dari
kampus yang harus saya selesaikan.
Kakak : “Kenapa harus tidak pulang? Sepenting apa tugas itu, sehingga
kamu tidak pulang? Kalau kamu tidak pulang uang jajan bulan
depan kakak potong.”
Dari contoh yang saya berikan tadi terjadi transaksi silang antara Desi
( ego state dewasa) dan kakaknya ( ego state dewasa) walaupun ego state nya
sama. Pesan yang disampaikan Desi terhadap kakaknya tidak mendapat respon

11
sesuai dengan yang diharapkan oleh desi (komunikator). Biasanya apabila
komunikator tidak mengkehendaki respon dari lawan bicara atau terjadi
kesalahpahaman sehingga terkadang komunikator mengalihkan pembicaeaa ke
tema yang lainnya dan bahkan komunikasi antar pribadi akan terputus.
c. Transaksi Tersembunyi atau Terselubung ( Ulterior )
Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan
komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap
tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain
oleh sipenerima. Maksudnya adalah bila stimulus yang tampaknya dewasa
seharusnya diarahkan pada dewasa. Tetapi dalam terselubung adalah
menyembunyikan maksud yang sebenarnya yaitu sikap dewasanya malah justru
mengarah lain bukan ke dewasa, tetapi dewasa keanak atau orang tua keanak.
Dalam transaksi tersembunyi/terselubung ini biasanya diikuti oleh bahasa non
verbal (pergantian tinggi nada suara, ekspresi wajah, sikap badan).
Contoh : Seorang konseli meminta bantuan kepada konselor dalam memilih
jurusan yang sesuai dengan dirinya.
Konselor : “Jurusan apa yang kamu akan pilih nanti?”
Konseli : “ Saya ingn memilih jurusan IPA bu.” ( Konselor mengetahui
bahwa konselinya itu tidak cocok memilih jurusan IPA, karena
nilai konseli di bidang IPA tidak lah bagus, dan berdasarkan
tes Intelegensi jurusan yang cocok dengan konseli ini yaitu IPS)
Konselor : “Kamu yakin akan memilih jurusan IPA? Kamu bisa memilih
jurusan IPA, tetapi sebaiknya kamu melihat nilai-nilai
pelajaran IPA kamu saat kelas X.
Dari percakapan di atas konselor menyembunyikan pesan yang ingin
disampaikan oleh konseli, yaitu bahwa konseli tidak cocok berada di jurusan IPA
(pesan tersembunyi) yang sebenarnya pesan tersembunyi inilah yang diharapkan
konselor mendapat respon dari konseli. Sehingga konseli sadar bahwa dirinya
tidak cocok berada di jurusan IPA. Apabila konseli mengetahui arti pesan
tersembunyi yang disampaikan konselor, maka transaksi (komunikasi) antara
konselor dan konseli dapat berlanjut dan tercapainya posisi hidup “I’m OK you’re

12
OK”
2. Analisis Struktural
Teknik ini dapat dikatakan sebagai alat untuk mendorong seseorang
menjadi sadar terhadap isi dan fungsinya dari ego statusnya masing-masing.
Dalam proses analisis transaksional klien belajar bagaimana mengidentifikasi
dirinya dengan status egonya sendiri. Analisis struktural membantu klien
memecahkan kembali pola-pola status ego yang dimunculkannya dalam proses
transaksional. Analisis struktural juga membantu klien dalam menemukan
perwakilan ego-nya yang mana menjadi landasan tingkah lakunya. Dengan
penemuannya itu, klien bisa memperhitungkan pilihan-pilihannya.
4. Dua tipe masalah yang berkaitan dengan struktur kepribadian bisa
diselidiki melalui analisis struktural yaitu pencemaran dan penyisihan :
1. Pencemaran terjadi apabila isi perwakilan ego yang satu bercampur dengan
dengan perwakilan ego yang lainnya.
Contoh : ego Orang Tuan atau ego Anak-anak menembus batas Ego
Dewasa dan mencampuri pikiran dan fungsinya. Pencemaran oleh ego
Orang Tua secara khas dimanifestasikan melalui gagasan-gagasan dan
sikap-sikap prasangka. Pencemaran oleh ego Anak menyertakan persepsi
-persepsi yang didistorsi tentang kenyataan. Apabila pencemaran ego
Orang Dewasa oleh ego Orang Tua, atau ego Anak, atau keduanya terjadi,
“kerja perbatasan” akan muncul sehingga garis batas pada masing-masing
ego itu menjadi jelas Apabila batas ego itu terpulihkan, maka orang bisa
mengerti ego Orang Tua dan ego Anaknya, dan tidak lagi tercemari oleh
kedua perwakilan egonya itu.
a) Pernyataan-pernyataan yang merefleksikam pencemaran oleh ego
Orang Tua misalnya adalah : “jangan bergaul dengan orang yag
bukan berasal dari golongan kita” “kamu tidak bisa mempercayai
minoritas-minoritas terkutuk” “hati-hatilah kamu sebab setiap saat
mereka bisa menipumu” dan “kamu tidak bisa memberikan
kepercayaan kepada para remaja”
b) Pernyataan-pernyataan yang merefleksikan pencemaran oleh ego
anak misalnya adalah: “Setiap orang selalu ingin mencari
keuntungan dari saya, dan tidak ada seorangpun yang
memperlakukan saya dengan baik” “Segala sesuatu yang saya

13
inginkan harus saya peroleh sekarang juga” “siapa yang sungguh-
sungguh ingin menjadi teman saya?” dan “Seluruh alam semesta
seharusnya beredar ‘mengitari saya’
3. Analisis Script
Analisis Script ini didasarkan pada konsep psikologi seseorang. Teknik ini
didasarkan agar setiap individu untuk mengungkapkan posisinya dalam
kehidupannya (life script) untuk menghadapi suatu peristiwa tertentu kemudian di
analisis apakah ia berada dalam posisi :
- I’m OK – You’re OK
- I’m not OK – You’re OK
- I’m OK – You’re not OK
- I’m not OK – You’re not OK
Dari posisi diatas dapat dianalisis tentang sifat, karakteristik, serta kondisi
psikologi yang dimiliki seseorang. Jika individu sadar akan life script nya maka
posisi itu dapat diubah dan diprogramkan. Karena Analisis Script ini membuka
alternatif baru bagi seseorang dalam memilih dan menentukan tindak lanjut
kehidupannya.

4. Role Playing (Bermain Peranan)


Prosedur transaksional dapat juga dikombinasikan teknik psiko drama atau
role playing. Dalam terapi kelompok ini situasi role playing dapat melibatkan
berbagai peran yang diharapkan dari anggota-anggota, termasuk peran tertentu
yang menunjuk ego tertentu yang diharapkan.
Melalui role playing ini klien kita tempatkan pada peran tertentu yang
harus ia mainkan. Melalui permainan yang diciptakan ini diharapkan klien dapat
mengubah perilakunya. Bermain peran (role play) biasanya digunakan dalam
konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat
berperan sebagai ego state (perwakilan ego) yang bermasalah dengan konseli.
Dalam kegiatan ini konseli berlatih dengan anggota kelompok untuk bertingkah
laku sesuai dengan apa yang akan diuji coba di dunia nyata. Variasi lain dapat
dilakukan dengan melebih-lebihkan karakteristik ego state tertentu untuk melatih
reaksi tingkah laku saat ini terhadap ego state tertentu.
Contoh : Ada seorang pemimpin (bos) (ego orang tua) memiliki pelayan

14
(anak buah) (ego orang dewasa), bos ini memiliki sifat yang arogan dan sering
mengeluarkan kata yang kasar, kerap kali Ia (bos) marah tidak jelas pada anak
buahnya sehingga anak buahnya ini merasa tertekan karena kata-kata dan sifat
arogan bosnya tersebut. Karena tekanan tersebut Ia (anak buah) tidak kuat
menahan perasaannya itu sendiri, maka pergilah dia untuk mendatangi seorang
konselor.
Ia mengadukan permasalahannya tersebut kepada konselor dan
menceritakan perlakuan bosnya tersebut. Konselor kemudian memberikan suatu
pendekatan Analisis Transaksional dengan teknik permainan peran dimana teknik
ini memiliki kesamaan dengan teknik dalam pendekatan Gestalt yaitu Top dog
and Underdog, dimana dalam permainan peran ini anak buah berperan sebagai
bosnya,Ia diminta utnuk menirukan tingkah laku bosnya tersebut serta
memperagakan bagaimana saja si bos itu memperlakukan dirinya (anak buah),
sedangkan Konselor disini menjadi anak buah yang akan dimarahi oleh bos.
5. Family Modeling
Family Modeling digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam analisis
struktural, khususnya untuk melihat model SEO, SED, SEA. Diadaptasi dari
sebuah terapi yang berkembang dari pemikiran seorang filosofis hebat
Aristoteles ,melahirkan suatu metode yang kita kenal dengan “ drama therapy”.
Percontohan keluarga adalah suatu metode yang digunakan oleh terapis
(konselor) kepada clien untuk bisa memahami bagaimana lingkup terkecil dari
lingkungannya (keluarga) mempengaruhi dan membentuk sebagian atau
seluruhnya dari pribadi clien dengan memerankan secara “dramatikal” seseorang
yang dikenal baik dari keluarga, ,orangtua asuh , wali dan orang-orang terdekat,
menggunakan ego yang dimiliki masing-masing tokoh sesuai dengan pengalaman
yang dimiliki oleh clien .Cerita , alur, dan klimaks dari drama merupakan hasil
internalisasi yang didapat dari pengalaman clien . Dapat dikatakan clien
merupakan , Aktor , Penulis, dan Sutradara dari drama tersebut. Di praktikkan
secara berkelompok maupun individu dengan bantuan konselor sebagai pengamat.
Dan setelah drama dilaksanakan , konselor akan memberikan evaluasi dari
drama tersebut. Memberikan pendapat dari transaksi ego yang terjadi. Dan
memberikan clien ruang untuk berspekulasi tentang pelajaran apa yang dapat

15
dipetik dari peran-peran yang dimainkan. Dan memberikan penjelasan mengapa
suatu kesenjangan ego atau konflik itu terjadi pada cerita yang di dramakan.
Sehingga clien dapat mengerti bahwa kesenjangan ego terjadi karena transaksi
emosional yang gagal antara dua atau lebih pihak.
Contoh; Adi (clien) memerankan Ayah dan Dina (clien )memerankan Anak
Anak : “Yah ayah….”
Ayah : “iya … ada apa Din..?”
Anak : “ Ayah punya uang gak…?”
Ayah : “lho memangnya mau beli apa?”
Anak : “mau beli hp Blackberry yah.”
Ayah : “Blakberi? Dina kamu kan sudah punya hp apa rusak…., kenapa
mau beli lagi?”
Dina : “Pokok nya Dina mau beli. Temen semua punya yah.!”
Ayah : “Ayah tidak setuju, itu pemborosan.”
Dina : “huuuh Ayah pelit!!”
1. Setelah drama di mainkan konselor mengevaluasi dengan mewawancarai
kedua pihak. Wawancara kepada Adi yang memerankan ayah; “mengapa ayah
tidak mengizinkan Dina beli hp lagi?” Wawancara kepada Dina yang memerankan
anak; “mengapa Dina yang sudah memiliki handphone, mau membeli lagi?”
2. Hasil wawancara akan memberikan gambaran mengapa konflik terjadi dan
mengapa transaksi ego tidak berjalan pada drama tersebut. “ disebabkan karena
rasa malu Dina kepada teman-teman yang semua telah memiliki handphone
Blackberry. Sehingga Dina merasa minder dan ingin mengikuti teman-teman.
Ayah merasa Dina boros jika membeli handphone lagi karena dina telah memiliki
handphone.” (I’m not OK, you are not OK)
3. Konselor memberikan saran jika terus kedua belah pihak mempertahan kan
ego maka kesepakatan tidak akan terjadi karena transaksi yang baik
adalah : (I’m OK, you are OK) “konselor memberikan saran dengan mengadakan
kesepakatan sesuai dengan apa yang diharapkan kedua belah pihak, misalnya
Dina berjanji semester ini Dina akan mendapat nilai yang lebih baik dari
semester lalu. Dan Ayah berjajnji jika Dina dapat meningkatkan nilai di semester
ini Ayah akan membelikan Dina Blackberry.”

16
F. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN DALAM PENDEKATAN
ANALISIS TRANSAKSIONAL
a. Kelebihan Menurut Gerald Corey :

1. Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.

2. Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.

3. Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep


tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas
menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan
pendekatan Berne oleh Mary dan Robert Goulding (1979), pemimpin dari
sekolah redecisional TA. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian
klasik dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-
prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan
terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota
kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana mereka merasa
terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka
membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional,
dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi
ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk
menemukan cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam
peran dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan
untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan berubah.

4. Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia. Analisis


Transaksional memandang manusia dapat berubah bila dia mau. Manusia
punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan
manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun
dapat berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh.
5. Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini. Tujuan pokok terapi Analisis
Transaksional adalah mengatasi masalah klien agar dia punya kemampuan
dan memiliki rasa bebas untuk menentukan pilihannya. Hal ini dimulai

17
dengan menganalisis interaksinya dengan konselor atau orang lain. Dan itu
adalah persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now).
6. Mudah Diobservasi. Pada umumnya teori yang muncul dari laboratorium
itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga kadang-kadang tak
jarang pula yang hanya merupakan konstruk pikiran manusia penemunya.
Berbeda dengan AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah
konsep yang dapat diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau
komunikasi manusia.
7. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi. Fokus Analisis
Transaksional terpusat pada cara bagaimana klien berinteraksi, maka
treatment juga mengacu pada interaksi, cara bebicara, kata-kata yang
dipergunakannya dalam berkomunikasi. Karena itu, Analisis Transaksional
tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya
tentang dirinya tetapi sekaligus mempunyai sumbangan positif terhadap
keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Hal semacam ini tidak
dimilliki oleh pendekatan lainnya.
b. Kelemahan Gerald Corey, 1982: 398)
1. Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam
Analisis Transaksional cukup membingungkan.

2. Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan


aspek yang meresahkan.

3. Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif


behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya

4. Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak


merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.

5. Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment. Analisi


Transaksional mengharapkan, kontrak treatment antara konselor-
klien harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya
menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistis.
Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui bahwa banyak
klien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak

18
realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak
dapat mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya
diinginkannya. Sehingga memerlukan beberapa kali pertemuan. Hal
semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.

6. Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego. Apakah


ungkapan klien termasuk status Ego Orang tua, Dewasa,
atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif.
Mungkin dalam hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam
menafsirkannya. Tapi bila pernyataan itu mendekati dua macam
status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda antara
orang yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam
memahami status ego ini, menyebabkan sulitnya kesamaan
dalam menakar egogram klien.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pada dasarnya kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam
suatu hubungan. Dalam komunikasi antar pribadi pun dikenal transaksi. Yang
dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis
Transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses
transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnyadanpesanapa yang dipertukarkan).
Dalam terapi ini hubungan klien dengan konselor dipandang sebagai suatu
transaksional ( interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab ) dimana masing-
masing partisipan berhubungan satu dengan yang lainnya sebagai fungsi tujuan

19
tertentu. Setiap tindakan dengan orang lain merupakan proses timbal-balik dan
peraturan memulai, merespon, dan memberi umpan balik.
Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh
bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan
hubungan transaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong
pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber
gangguan psikologis jika ketiga ego tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik
Karena hanya menerapkan satu jenis status ego saja ( SEA,SEO, atau SED ).

DAFTAR PUSTAKA

Surya, Mohammad. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani


Quraisy.
Supriyo, Mulawarman. (2006). Keterampilan Dasar Konseling. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
PujosuwarnoSayekti. (1993). Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Yogyakarta:
Menara Mas Offset.
Dewa Ketut, Sukardi. (1984). Pengantar Teori Konseling. Jakarta:Ghalia
Indonesia
Muhammad Surya. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany
Quraisy

20
Harris, T. (1981) . SAYA OKE-KAMU OKE, terjemahan, Jakarta: Yayasan Cipta
Loka Caraka.

21

Anda mungkin juga menyukai