Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS

“POST PARTUM”

Oleh:
NAMA: NURWAHIDA
NIM: 1811436639

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2018
I. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (peruperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Masa nifas
(puerperium) berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya
melahirkan atau masa sesudah melahirkan (Saleha, 2009)
Masa nifas adalah suatu periode suatu perio de pertama setelah kelahiran, periode ini
tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 hingga 6 minggu. Walaupun merupakan
masa yang relatife tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh
banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat menyebabkan
komplikasi yang serius (Cunningham, 2012). Sedangkan menurut Saleha (2009) masa nifas
adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan
untuk pemulihan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang dari
6 minggu.

II. TAHAPAN/KLASIFIKASI
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
3. Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan ada komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

III. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI


1. Perubahan sistem reproduksi
a. Perubahan uterus
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir,
TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang
lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba
lagi di atas symfisis. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada
bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi
plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam
kavum uteri, segera setelah persalinan.

Involusi Uteri Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter


Uteri Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram 12,5 cm
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram 7,5 cm
2 minggu Tak teraba pusat simfisis 350 gram 5 cm
6 minggu Bertambah kecil 50 gram 2,5
8 minggu Sebesar normal 30 gram

b. Lochea
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochia mempunyai bau yang
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lochia yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochia mempunyai perubahan warna
dan volume karena adanya proses involusi.
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel
desidua, verniks
caseosa, lanugo,
sisa mekoneum dan
sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur
sisa darah
merah
bercampur lendir
Serosa 7-14 hari Kekuningan atau
Lebih sedikit
kecoklatan
darah dan lebih
sedikit serum,
juga terdiri dari
leukosit dan
robekan jalan
laserasi plasenta

Alba >14 hari Putih Mengandung


leukosit, selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan
yang mati

c. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendor. Setelah tiga minggu
vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina mulai
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendor karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Perubahan perineum pasca
melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat
terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Pada
hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya sekalipun tetap
lebih kendor dari pada keadaan sebelum melahirkan.
2. Perubahan pada sistem pencernaan
Ibu nifas sering mengalami kontipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu
persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, robekan jalan lahir. Supaya buang
air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat
dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 3-4
hari dapat ditolong dengan pemberian hukah atau gliserin.
3. Perubahan sistem perkemihan
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Urin dalam jumlah besar akan dikeluarkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah
akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.
Keadaan ini disebut dengan deuresis pasca partum. Kehilangan cairan melalui keringat
dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama
pasca partum (Nugroho dkk, 2014).
4. Perubahan sistem musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir secara berangsur-angsur mengecil dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotondum
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama
akibat besarnya uterus pada saat hamil dinding perut masih lunak dan kendor untuk
sementara waktu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
5. Perubahan sistem endokrin
Menurut Saleha (2009), terdapat perubahan sistem endokrin, hormon-hormon
yang berperan dalam proses ini antara lain :
1) Hormon oksitoksin
Disekresi dari kelenjar otak bagian belakang, selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitoksin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitoksin, hal ini dapat membantu uterus kembali ke bentuk normal.
2) Hormon prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
3) Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan akan meningkat. Hormon estrogen yang
tinggi memperbesar hormon anti diuretic yang dapat meningkatkan volume darah.
Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.
6. Perubahan tanda-tanda vital
Menurut Marmi (2012), pada masa nifas tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1) Suhu badan
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Setelah melahirkan, suhu
tubuh dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini
akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini
diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
kemungkinan infeksi, ataupun lainnya. Apabila kenaikan suhu diatas 380C,
waspadai terdapat infeksi post partum.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Setelah melahirkan,
denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang lebih
100x/menit harus diwaspadai terdapat infeksi atau perdarahan post partum.
3) Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika
darah dipompa oleh jantung keseluruh tubuh. Tekanan darah normal pada manusia
adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Setelah melahirkan
pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
setelah melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah
tinggi pada post partum merupakan tanda tanda terjadinya pre eklamsi post partum.
4) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16- 24 kali per menit.
Pada ibu post partum menjadi lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila pernafasan pada masa post
partum menjadi lebih cepat, waspadai adanya tanda-tanda syok.
7. Perubahan sistem kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300- 400cc. Bila kelahiran
dengan seksio sesarea kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari
volume darah dan hemokosentrasi. Pada persalinan pervaginam hemokonsentrasi akan
naik dan pada seksio sesarea hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal
setelah 4-6 minggu. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba, volume darah
ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung. Umunya
keadaan ini terjadi pada hari ketiga sampai lima hari post partum
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
8. Perubahan sistem hematologi
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000/mm3
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa post partum.
Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik sampai 25000/mm3 atau 30000/mm3
tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah
hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal masa post partum
sebagai akibat volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah berubah-ubah.
Kira-kira selama kelahiran dan masa nifas terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan kembali
normal 4-5 minggu post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

IV. MASALAH PSIKOLOGIS YANG SERING TERJADI


1. Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai

kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada

dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang

dialaminya dari awal sampai akhir.


2. Fase taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini

ibu timbul rasa kawatir akan ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat

bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan gampang

marah.

3. Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung

10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya.

V. PENANGANAN POST PARTUM


1. Kebersihan diri
 Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh
 Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu
dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah
matahari dan disetrika.
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
 Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.
 Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
 Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam:
- Mengurangi jumlah asi yang diproduksi
- Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri.
3. Latihan
 Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat
dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada
panggul.
 Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
(kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah
persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
 Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup
 Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui.
 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari post
partum.
 Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi
melalui air asinya.
5. Perawatan payudara
 Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu
 Menggunakan Bra yang menyokong payudara
 Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
 Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan menggunakan sendok.
 Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.
 Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan untuk
mengurut payudara.
 Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
 Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya
keluarkan dengan tangan.
 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Senggama
 Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri
 Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

VI. PENGAMATAN PADA POST PARTUM


1. Keadaan umum ibu
2. Suhu tubuh
3. Nadi dan tekanan darah
4. Miksi
5. Defekasi
6. Tinggi fundus uteri
7. Lochea
8. Payudara

VIII. PERLUNYA ASUHAN POST PARTUM


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
2. Deteksi masalah, pengobatan dan rujukan
3. Penyuluhan kesehatan
4. Pelayanan KB
VII. KOMPLIKASI POST PARTUM
1. Perdarahan pasca persalianan
2. Infeksi pada masa nifas, kejang dan panas
3. Bendungan ASI
4. Infeksi payudara
5. Abses payudara

VIII. PEMERIKSAAAN POST NATAL ATAU POST PARTUM


1. Pemeriksaan umum : tanda-tanda vital, keluhan
2. Payudara : ASI, puting susu
3. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, dll
4. Sekret yang keluar (lochea, fluor albus)
5. Keadaan alat reproduksi

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (laserasi, episiotomi)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, masa nifas, paparan lingkungan
patogen
3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
4. Kurang pengetahuan: perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kelelahan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
a) Keluhan Utama
Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak
b) Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
c) Riwayat Persalinan
 Tempat persalinan
 Normal atau terdapat komplikasi
 Keadaan bayi
 Keadaan ibu
d) Riwayat Nifas Yang Lalu
 Pengeluaran ASI lancar / tidak
 BB bayi
 Riwayat ber KB / tidak
e) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum pasien
 Abdomen
 Saluran cerna
 Alat kemih
 Lochea
 Vagina
 Perinium + rectum
 Ekstremitas
 Kemampuan perawatan diri
f) Pemeriksaan psikososial
 Respon + persepsi keluarga
 Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis , edema / pembesaran jaringan atau distensi
efek – efk hormonal
2. Ketdakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan , pengalaman
sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan , penurunan Hb ,
prosedur invasive , pecah ketuban , malnutrisi
4. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal , trauma mekanis , edema
jaringan , efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih , perubahan – perubahan
jumlah / frekuensi berkemih
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot , efek progesteron , dehidrasi , nyeri
perineal ditandai dengan perubahan bising usus , feses kurang dari biasanya

PERENCANAAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis , edema / pembesaran jaringan atau distensi
efek – efk hormonal
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan
criteria evaluasi : skala nyeri 0-1 , ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang , tidak
merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit , TD
= 120/80 mmHG , R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional:memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi nyeri
secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum
e Delegasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2. Ketdakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan , pengalaman
sebelumnya , tingkat dukungan , karakteristik payudara
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan
menyusui dengan criteria evaluasi : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi
mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak
dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan , penurunan Hb ,
prosedur invasive , pecah ketuban , malnutrisi
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE : dapat
mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.
Intervensi :
a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan
tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38 C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
4. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek hormonal , trauma mekanis , edema
jaringan , efek anastesi ditandai dengan distensi kandung kemih , perubahan – perubahan
jumlah / frekuensi berkemih
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi
(BAK) dengan KE : ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit
saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi :
a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional : mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional : melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional : agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional : mengurangi distensi kandung kemih.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot , efek progesteron , dehidrasi , nyeri
perineal ditandai dengan perubahan bising usus , feses kurang dari biasanya
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan konstipasi tidak terjadi pada ibu dengan KE :
ibu dapat BAB maksimal hari ke 3 post partum, feses lembek.
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi sesuai toleransi dan meningkatkan secara
progresif.
Rasional : membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
b. Pertahankan diet reguler dengan kudapan diantara makanan, tingkatkan makan buah dan
sayuran.
Rasional : makanan seperti buah dan sayuran membantu meningkatkan peristaltik usus.
c. Anjurkan ibu BAB pada WC duduk.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi pemberian laksantia supositoria.
Rasional : untuk mencegah mengedan dan stres perineal.
DAFTAR PUSTAKA

Saleha, S. (2009). Asijam kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika

Ambarawati, E.R & Wulandari. (2009). Asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press

Cunningham, F.G. (2012). Obsetri Williams. Jakarta: EGC

Bobak. (2010). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC

Nugroho, T. (2014). Masalah kesehatan reproduksi wanita. Yogyakarta: Nuha Medika

Marmi. (2012). Asuhan kebidanan pada masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai