Anda di halaman 1dari 8

PRE-PLANNING

PENYULUHAN TERAPI SEFT UNTUK MENGATASI STRESS


PADA PASIEN CA OVARIUM
RUANGAN CAMAR 3 RSUD ARIFIN ACHMAD

Disusun Oleh:
Rahma Nugroho, S.Kep
Ranti Nopria, S.Kep
Raudhatul Zahara, S.Kep
Reggiana Saratya, S.Kep
Resti Rulfimasari, S.Kep

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
PRE-PLANNING
TERAPI SEFT UNTUK MENGATASI STRESS PADA PASIEN CA OVARIUM
RUANGAN CAMAR 3 RSUD ARIFIN ACHMAD

A. Latar Belakang
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang dimiliki
wanita memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker ovarium
merupakan suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang
sangat cepat, bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam
satu tahun saja. Kanker ovarium merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor
malignan di ovarium. Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan
sel-sel yang tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker. Wikipedia Kanker
adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan
menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh (Corwin, 2009, Hal; 66).
Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan penyebab
kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, padahal five-
years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak mengalami kemajuan
yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium ditemukan dengan proporsi
sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua
golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan
pada masa reproduksi kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhir-
akhir ini diperkirakan terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi antara
neoplasma ovarian jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplaasma ovarium
borderline yang penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan
sekitar 9,2% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang
angka ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan rekurensi zdan
kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini disebabkan karena neoplasma
kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke organ–organ jauh diluar genitalia
interna (Priyanto, 2010). Salah satu terapi kanker ovarium adalah kemoterapi. Namun
kemoterapi menyebabkan beberapa efek samping berupa perubahan fisik diantaranya
rambut rontok, kuku menghitam, mual dan muntah yang dapat menimbulkan stres pada
pasien. Stres ini ditandai adanya gejala sedih, gelisah, sulit konsentrasi, sulit tidur, otot-
otot tubuh terasa tegang, badan terasa lemas, letih dan tidak berdaya, serta kesulitan
dalam beraktifitas (Bintang, 2012). Pasien yang mengalami st res membutuhkan
intervensi keperawatan agar pasien dapat menjalani kehidupannya dengan nyaman.
Selama ini intervensi keperawatan di Indonesia dalam mengatasi stres yang digunakan
lebih banyak dalam bentuk psikoterapi, teknik relaksasi ataupun distraksi. Namun seiring
perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, maka
dikembangkan terapi komplementer untuk mengatasi stres. Terapi komplementer dalam
keperawatan bukanlah hal yang baru.
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan perpaduan teknik yang
menggunakan energi psikologis dan kekuatan spiritual serta doa untuk mengatasi emosi
negatif. SEFT langsung berurusan dengan “gangguan sistem energi tubuh” untuk
menghilangkan emosi negatif dengan menyelaraskan kembali sistem energi tubuh. SEFT
efektif mengatasi stres karena didalamnya terdapat beberapa teknik terapi yang
terangkum dan dipraktikkan secara sederhana, terapi tersebut meliputi do’a, NLP (Neuro
Linguistic Programming), hypnotherapy, visualisasi, meditasi, relaksasi, imagery dan
desensitisasi (Zainudin, 2008).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan kesehatan penyuluhan terapi seft selama ± 30 menit,
peserta mampu mengenali dan mengatasi stress dengan teknik seft
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu:
a. Peserta mampu mengenali manfaat dari terapi seft
b. Peserta mampu untuk mengaplikasikan terapi seft

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik/Materi
Mengenal dan mengetahui manfaat terapi seft untuk mengatasi stress
2. Sasaran
Pasien Ca Ovarium ruangan Camar 3 RSUD Arifin Achmad
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
4. Media
a. Power Point
b. Leaflet
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jumat/ 7 Desember 2018
Jam : 10.00-11.00 WIB
Tempat : Camar 3 RSUD Arifin Achmad
6. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Mahasiswa Profesi Ners Keperawatan Maternitas Universitas
Riau di Ruangan Camar 3 RSUD Arifin Achmad
a. Leader : Rahma Nugroho, S.Kep
b. Co. Leader : Ranti Nopria, S.Kep
c. Fasilitator : 1. Resti Rulfimasari, S.Kep
2. Raudhatul Zahara, S.Kep
d. Observer : Reggiana Sarastya, S.Kep
e. Dokumentator : Raudhatul Zahara, S.Kep
7. Setting Tempat

L
Co

P F P P F P P

D O

Keterangan :
P : Peserta O : Observer
F : Fasilitator D : Dokumentasi
8. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Self Help Group Therapy Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Perkenalan mahasiswa b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan kontrak waktu d. Memperhatikan
2. 20 menit Penyampaian materi
a. Menjelaskan tentang terapi seft a. Memperhatikan
b. Mnejelaskan manfaat terapi seft dan
mendengarkan

c. Menjelaskan cara mengaplikasikan b. Memperhatikan


terapi seft dan
mendengarkan

c. Memperhatikan
dan
mendengarkan

3. 5 menit Penutup
a. Meminta peserta untuk memberikan a. Memberikan
pertanyaan atas penjelasan yang pertanyaan
tidak dipahami
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan b. Mendengar
c. Meminta peserta untuk menyebutkan c. Memperhatikan
kembali apa yang telah dijelaskan dan menjawab
d. Meminta peserta untuk d. Mempraktekkan
memperagakan terapi seft
e. Memberikan reinforcement positif e. Memperhatikan
atas jawaban yang diberikan peserta
f. Menyimpulkan dan menutup diskusi f. Memperhatikan
g. Mengucapkan salam g. Menjawab salam
9. Uraian Tugas
a. Penanggung Jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan terapi seft
b. Leader
1) Menyampaikan penyuluhan kepada peserta
2) Menyampaikan materi tentang terapi seft
3) Meminta peserta untuk memberikan pertanyaan atas penjelasan yang tidak
dipahami
4) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan
c. Co. Leader
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan anggota self help group therapy
3) Menjelaskan tujuan dan topic
4) Menyimpulkan dan menutup diskusi
5) Mengucapkan salam
d. Fasilitator
1) Memfasilitasi peserta agar berperan aktif
2) Membuat absensi penyuluhan
e. Observer
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
f. Dokumentator
Melakukan pendokumentasian kegiatan dalam bentuk foto ataupun video.
10. Ringkasan Materi
A. Apa itu terapi seft?
SEFT (spiritual emotional freedom technique) adalah tehnik penyembuhan
yang memadukan keampuhan energi psikologi dengan doa dan spiritualitas. Energi
psikologis adalah ilmu yang menerapkan berbagai prinsip dan teknik berdasarkan
konsep sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku
seseorang (Zainudin, 2006).

B. Manfaat terapi seft


Manfaat dari terapi seft ini bagi pasien ca ovarium adalah individu diajak
untuk menerima dengan sepenuh hati kejadian ataupun rasa sakit yang dialaminya.
Sebelum proses penerimaan tersebut, terdapat proses Set-up dimana individu
diminta untuk menyusun kalimat positif atas kejadian traumatisnya. Proses Set-up
tersebut diucupkan berulang-ulang sehingga individu mampu benar-benar
memproses dalam kognitifnya atau lebih menfokuskan diri (konsentrasi), dalam
SEFT dikatakan khusyu‘
Selain itu, dalam intervensi SEFT kalimat positif tersebut dikemas seperti
sebuah do‘a rasa syukur sehingga terdapat pula unsur spiritualitasnya.
C. Penerapan terapi seft
Penerapan terapi SEFT, menekankan bahwa ners muda dan pasien hanya
berusaha, sedangkan perasaan tenang serta kesembuhan hanya diperoleh dari Tuhan
Yang Maha Kuasa, disertai keyakinan penuh bahwa hanya Allah/Tuhan yang
menenangkan dan menyembuhkan. Ners muda juga menekankan bahwa
keberhasilan SEFT sangat tergantung dari “keikhlasan” menerima kondisi yang
dihadapi dan “kepasrahan” pada Yang Maha Kuasa. Langkah berikutnya pasien
diminta untuk mengikuti instruksi peneliti diawali dengan meminta responden
berdoa, dilanjutkan dengan latihan inti SEFT yang terdiri dari the set-up, the tune-
in, the tapping (Zainudin, 2008).
D. Langkah-langkah terapi seft
Menurut Desminiarti (2014) adapun langkah terapi seft antara lain:
1. Langkah pertama adalah The Set-up. Pasien dibimbing untuk mengucapkan
kalimat “Ya Allah/Tuhan meskipun saya …….. (keluhan atau perasaan negatif
pasien), saya ikhlas menerima perasaan saya ini, saya pasrahkan padaMu
ketenangan batin saya” dengan penuh khusuk, ikhlas dan pasrah sebanyak 3
kali, sambil menekan dada kiri (titik yang dirasa nyeri) atau daerah “sore spot”.
2. Langkah kedua adalah The Tune-in. Pasien diarahkan memikirkan sesuatu atau
peristiwa spesifi k yang dapat membangkitkan emosi negatif (gejala stres) yang
ingin dihilangkan, bersamaan dengan ini hati dan mulut mengatakan “Yaa
Allaah/ ya Tuhan… saya ikhlas… saya pasrah”.
3. Bersamaan dengan tune-in pasien diminta melakukan langkah ketiga, the
tapping, yaitu mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik energi
meridian tubuh sambil terus tune-in yang diakhiri dengan relaksasi pernafasan
yaitu “tarik nafas panjang lewat hidunghembuskan lewat mulut sambil
mengucap rasa syukur beberapa kali.
4. Semua langkah diatas dilakukan sebanyak 3 kali putaran selama 30 menit.
Setelah selesai, pasien diminta mengemukakan perasaan yang dirasakan saat
melakukan SEFT serta kendala yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Bintang, Y.A., (2012). Gambaran tingkat kecemasan, stres dan depresi pada pasien kanker
yang menjalani Kemoterapi Pada Salah Satu RS di Kota Bandung. Student e-
Journals.1, 11-16. Diperoleh tanggal 3 Dsember 2018 dari http:// www.jurnal.
unpad.ac.id/ejournal/ article/view/719/768

Corwin. (2009). Asuhan kebidanan kanker ovarium. Diakses pada 14 November 2018 dari
http://corwin.com/2009/10/askeb-ca-ovarium.html

Desminiarti, Z. (2014). Spiritual emotional freedom technique (seft) menurunkan stres


pasien kanker serviks. Jurnal Ners. 9, 91-96. Diperoleh tanggal 3 Desember 2018
dari https://www.researchgate.net/profile/Jurnal_Ners/publication

Priyanto. (2010). Cegah kanker pada wanita. EGC: Jakarta

Semiun. (2009). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Penerbit

Zainuddin, A.F. (2008). Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) for Healing +
Success Happiness + Greatness. Jakarta: Afzan Publishing

Anda mungkin juga menyukai