Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi.
Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan
125.000 meninggal karena penyakit ini. Kanker ovarium merupakan penyebab utama
kematian wanita karena kanker dan merupakan penyebab kelima kematian karena kanker
di Amerika Serikat (AS). Satu diantara 78 wanita di AS (1.3%) diperkirakan akan
mengalami kanker ovarium selama hidupnya. Delapan puluh persen dari 14.000 kasus
kanker ovarium di Amerika Serikat yang terdiagnosis pertahunnya berasal dari sel epitel
(Gubbels, 2010). Menurut Indonesian Society of Gynecologic Oncology 2012, kanker
ovarium menduduki urutan kedua terbanyak setelah kanker serviks.
Angka kejadian kanker ovarium di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil
Padang mengalami kenaikan dari tahun 2011 sebanyak 103 kasus meningkat menjadi
156 kasus pada tahun 2012. Terjadi peningkatan kasus sebanyak 50% dari tahun 2011 ke
tahun 2012. Pada tahun 2011 terjadi kematian akibat kanker ovarium sebanyak 7 kasus
(14%) dan pada tahun 2012 sebanyak 11 kasus (14%). Salah satu gejala pada penderita
kanker adalah nyeri yang dapat bersifat ringan, sedang sampai menjadi berat. Hal ini
juga yang menjadi gejala yang paling ditakuti pasien karena menjadi faktor utama dalam
mengalami penurunan kualitas hidupnya. Sebagian besar pasien kanker akan mengalami
gangguan perasaan nyeri dalam perjalanan hidupnya (Hakam, 2009).
Nyeri kanker sering dalam praktek sehari-hari dan bersifat subyektif. Pada pasien
yang pertama kali datang berobat, sekitar 30% pasien kanker disertai dengan keluhan
nyeri dan hampir 70% pasien kanker stadium lanjut yang menjalani pengobatan disertai
dengan keluhan nyeri dalam berbagai tingkatan. Nyeri kanker adalah nyeri kronik yang
membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda dengan nyeri kronik lainnya,
membutuhkan penilaian dengan tingkatan akurasi yang tepat, evaluasi secara
komprehensif dan waktu yang ketat terutama untuk nyeri berat serta pengobatannya yang
berlangsung lama (Aru, 2007).
Banyak cara untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien dengan kanker salah
satunya dengan teknik distraksi. Teknik distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke
hal yang lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). manfaat dari penggunaan teknik
ini, yaitu agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan
merasa berada pada situasi yang lebih menyenangkan (Widyastuti, 2010). Menurut
Smletzer & Bare (2002) distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri, dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya.
Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan
membangkitkan input sensori selain nyeri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama ± 30 menit, peserta mampu
memahami dan menerapkan tentang teknik distraksi untuk mengurangi nyeri
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu:
a. Peserta mampu menjelaskan tentang teknik distraksi.
b. Peserta mampu menerapkan tentang teknik distraksi untuk mengurangi nyeri.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik/Materi
Mengenal dan menerapkan teknik distraksi untuk mengurangi nyeri
2. Sasaran
Ibu dengan kanker ovarium di ruangan camar 3 RSUD Arifin Achmad
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
4. Media
a. Leaflet
b. Power Point
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jumat/30 November 2018
Jam : 09.00-10.00 WIB
Tempat : Camar 3 RSUD Arifin Achmad
6. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Mahasiswa Profesi Ners Keperawatan Maternitas Universitas
Riau di Ruangan Camar 3 RSUD Arifin Achmad
a. Leader : Nurkarimah, S.Kep
b. Co. Leader : Novrita Riawan Putri, S.Kep
c. Fasilitator : 1. Nurul Fatika Sari, S.Kep
2. Nurfa Tiarana Anggraini, S.Kep
d. Observer : Nurwahida, S.Kep
e. Dokumentator : Nurfa Tiarana Anggraini, S.Kep
7. Setting Tempat
L
Co
P F P P F P P
D O
Keterangan :
L : Leader O : Observer
Co : Co Leader D :Dokumentator
P : Peserta
F : Fasilitator
8. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Self Help Group Therapy Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Perkenalan mahasiswa b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Menjelaskan kontrak waktu d. Memperhatikan
2. 20 menit Penyampaian materi
a. Menjelaskan tentang teknik distraksi a. Memperhatikan dan
b. Mendemonstrasikan teknik distraksi mendengarkan
untuk mengurangi nyeri b. Memperhatikan dan
mendengarkan
3. 5 menit Penutup
a. Meminta peserta untuk memberikan a. Memberikan
pertanyaan atas penjelasan yang pertanyaan
tidak dipahami
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan b. Mendengar
c. Meminta peserta untuk menyebutkan c. Memperhatikan dan
kembali apa yang telah dijelaskan menjawab
d. Memberikan reinforcement positif d. Memperhatikan
atas jawaban yang diberikan peserta
e. Menyimpulkan dan menutup diskusi e. Memperhatikan
f. Mengucapkan salam f. Menjawab salam
9. Uraian Tugas
a. Penanggung Jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan senam nifas.
b. Leader
1) Menyampaikan penyuluhan kepada peserta
2) Meminta peserta untuk memberikan pertanyaan atas penjelasan yang tidak
dipahami
3) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan
c. Co. Leader
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan anggota
3) Menjelaskan tujuan dan topic
4) Menyimpulkan dan menutup diskusi
4) Mengucapkan salam
d. Fasilitator
1) Memfasilitasi peserta agar berperan aktif
2) Membuat absensi penyuluhan
e. Observer
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
f. Dokumentator
Melakukan pendokumentasian kegiatan dalam bentuk foto ataupun video.
B. Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat dikelompokkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cedera spesifik, nyeri akut
biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai
nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga enam bulan (Smeltzer dan Bare 2002).
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan
sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering didefinisikan
sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih (Smeltzer dan Bare
2002).
b. Tindakan Nonfarmakologis
Tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan
penanganan, misalnya penanganan fisik/stimulasi fisik, meliputi :
1. Relaksasi : Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Relaksasi terbagi menjadi relaksasi nafas dalam dan relaksasi
otot.
2. Imajinasi terbimbing : Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan
kesan dalam pikiran klien kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi nyeri klien. Tindakan ini
dapat dilakukan secara bersamaan dengan tindakan relaksasi.
3. Distraksi : Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian klien ke hal-
hal lain diluar nyeri, sehingga dengan demikian diharapkan dapat menurunkan
kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap
nyeri.
4. Stimulasi elektrik (TENS) : Bisa dilakukan dengan massase, mandi air hangat,
kompres dengan es, pijatan dengan menthol dan stimulasi saraf electrik
transkutan (TENS).
5. Akupuntur : Jarum-jarum kecil yang dimasukkan pada kulit, bertujuan
menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri yang dapat
memblokade transmisi nyeri ke otak.
c. Distraksi pernafasan
Cara pertama, yaitu bernafas ritmik. Anjurkan klien untuk memandang fokus pada
satu objek atau memejamkan mata, lalu lakukan inhalasi perlahan melalui hidung
dengan hitungan satu sampai empat (dalam hati), kemudian menghembuskan
nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat
(dalam hati). Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan
terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan teknik ini hingga terbentuk
pola pernafasan ritmik. Cara kedua, yaitu bernafas ritmik dan massase,
instruksikan klien untuk melakukan pernafasan ritmik dan pada saat yang
bersamaan lakukan massase pada bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan
melakukan pijatan atau gerakan memutar di area nyeri (Widyastuti, 2010).
d. Distraksi intelektual
Distraksi intelektual dapat dilakukan dengan mengisi teka-teki silang, bermain
kartu, melakukan kegemaran (ditempat tidur), seperti mengumpulkan perangko
atau menulis cerita. Pada anakanak dapat pula digunakan teknik menghitung
benda atau barang yang ada di sekeliling.
c. Teknik sentuhan
Distraksi dengan memberikan sentuhan pada lengan, mengusap, atau menepuk-
nepuk tubuh klien. Teknik sentuhan dapat dilakukan sebagai tindakan pengalihan
atau distraksi. Tindakan ini dapat mengaktifkan saraf lainnya untuk menerima
respons atau teknik gateway control. Teknik ini memungkinkan impuls yang
berasal dari saraf yang menerima input sakit atau nyeri tidak sampai ke medula
spinalis sehingga otak tidak menangkap respons sakit atau nyeri tersebut. Impuls
yang berasal dari input saraf nyeri tersebut diblok oleh input dari saraf yang
menerima rangsang sentuhan karena saraf yang menerima sentuhan lebih besar
dari saraf nyeri. (Widyastuti, 2010).
Gill. (1990). Faktor faktor yang mempengaruhi Nyeri. Diakses pada tanggal 26 November
2018 dari http://indonesiannursing.com/?p=131.
Gilman, A.G., (2007). Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: EGC
Hakam. (2009). Pengaruh Intervensi SEFT dalam Mengurangi Rasa Nyeri Kanker Dirumah
Sakit Dr.Soetomo Surabaya. Thesis. Jakarta: FIK UI
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Judha MS., Afroh, M. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.
Yogyakarta:Nuha Medika.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Sudoyo, AW., dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.