Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI SEFT (SPIRITUAL

EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE) PADA PASIEN


HIPERTENSI DI RUANG ANTURIUM RUMAH
SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER

disusun untuk memenuhi tugas pada Program Pendidikan


Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal

oleh
Kelompok 4
Nurul Qomariah NIM 182311101119
Nova Detalia Saputri NIM 182311101120
Salwa Nirwanawati NIM 182311101121

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Techniques)


pada pasien hipertensi
Sasaran : Keluarga pasien di Ruang Anturium
Target : 1. Pengertian terapi SEFT
2. Tujuan terapi SEFT
3. Manfaat terapi SEFT
4. Teknik terapi SEFT
Hari/Tanggal : Jumat, 28 Juni 2019
Jam /Waktu : 30 menit (10.00 – 10.30 WIB)
Tempat : Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember
Penyuluh : Kelompok 4

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan keadaan dimana meningkatnya tekanan darah secara
kronis, hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh. Apabila kondisi ini tidak
diatasi dengan baik, maka akan berdampak terhadap fungsi organ lain, terutama
jantung, ginjal dan saraf. Hipertensi dapat terjadi pada setiap orang, tidak
mengenal jenis kelamin ataupun usia, tetapi insidensinya meningkat pada usia di
atas 40 tahun (Lismayanti, 2018). Jumlah kasus hipertensi meningkat sangat
signifikan dari tahun ke tahun. Diperkirakan pada tahun 2025 di negara
berkembang terjadi peningkatan kasus hipertensi sekitar 80% dari 639 juta kasus
di tahun 2000 menjadi 1,15. Prediksi ini berdasarkan angka penderita hipertensi
dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty dkk., 2007 dalam Sunardi,
2014). Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan
menjadi faktor utama stroke, payah jantung, dan penyakit jantung koroner
(Nugroho, 2000 dalam Sunardi, 2014).
Menurut WHO (2013) melaporkan bahwa hipertensi telah membunuh 9.4
juta warga di dunia setiap tahun. American Heart Association (AHA) juga
melaporkan penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi
telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, hampir 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya. Sedangkan prevalensi dunia mencapai 29,2% pada laki-laki dan
24% pada perempuan (WHO, 2012). Data Global Status Report on
Noncommunicable Disesases (2010) menyebutkan bahwa 40% negara ekonomi
berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%
(Huda, 2018). Di Indonesia, hipertensi menjadi penyakit silent killer dimana tidak
ada gejala gejala saat terjadi peningkatan tekanan darah (Kemenkes RI, 2014).
Sekitar 31,7% dari total penduduk Indonesia menderita hipertensi. Pada tahun
2013, prevalensi hipertensi lebih dari 25,8% orang berusia 18 tahun ke atas
(Kemenkes, RI, 2013). Di Jawa Tengah, prevalensi hipertensi lebih dari 26,4%
(sekitar 544.771 kasus pada 2012) (Dinas Kesahatan Jateng, 2012). Sedangkan di
kabupaten Jepara, terdapat 8.824 kasus hipertensi pada tahun 2013. Angka ini
meningkat menjadi 11.994 kasus pada tahun 2014 (Dinas Kesehatan Kab. Jepara,
2014). Data tersebut menunjukkan bahwa intervensi yang sudah dilakukan untuk
mengurangi dan mencegah hipertensi mungkin belum efektif yang dapat
menyebabkan hipertensi yang tidak terkontrol (Huda, 2018).
Manajemen perawatan diri pada penyakit hipertensi merupakan bagian
essential dalam penatalaksaan kasus hipertensi. Secara garis besar penatalaksaan
hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Lipsky dkk.
(2008) menyatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat diturunkan melalui
perubahan gaya hidup diantaranya manajemen stress. Salah satu caranya adalah
dengan teknik relaksasi. Teknik ini akan membuat kondisi seseorang dalam
keadaan rileks atau tenang, dalam mekanisme autoregulasi, relaksasi dapat
menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung. Salah satu teknik
relaksasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan terapi spiritual
emotional freedom technique (SEFT) (Huda, 2018).
Terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) merupakan salah satu
bentuk mind-body therapy dari terapi komplementer dan alternatif keperawatan.
Terapi SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupuntur
dan akupresur. Ketiganya berusaha meerangsang titiktitik kunci pada sepanjang
12 jalur energy (energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkan denga metode
akupuntur dan akupresur yaitu teknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara
yang digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana, karena
SEFT hanya menggunakan ketukan tangan (tapping) (Zainuddin, 2009 dalam
Rofacky, 2015).

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti proses penyuluhan, diharapkan keluarga pasien dapat
mengerti, memahami, dan mendemonstrasikan kembali tentang terapi SEFT.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


1. Setelah diberikan penyuluhan mampu menjelaskan pengertian dari terapi SEFT
2. Setelah diberikan penyuluhan mampu mengerti tujuan dari terapi SEFT
3. Setelah diberikan penyuluhan mampu mengerti dan mengetahui manfaat dari
terapi SEFT
4. Setelah diberikan penyuluhan mampu mendemonstrasikan kembali terapi
SEFT

D. GARIS BESAR MATERI


a. Pengertian terapi SEFT
b. Tujuan terapi SEFT
c. Manfaat terapi SEFT
d. Teknik terapi SEFT

E. Metode
1. Jenis model pembelajaran : konstruktif
2. Landasan teori : ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran

=Sasaran

= Pemateri

F. Media
1. Leaflet

G. PENGORGANISASIAN
1. Penanggung jawab : Nova Detalia Saputri, S.Kep
2. Penyaji : Nurul Qomariah, S.Kep
3. Instruktur : Salwa Nirwanawati, S.Kep

H. PROSES KEGIATAN
No Kegiatan
Tahap tahap Waktu
Audience Penyuluh
1. Pembukaan
 a. Salam a. Menjawab a. Memberi salam
 b. Perkenalan diri Salam b. Memperkenalkan
 c. Kontrak waktu b. Menyimak diri
 d. Apersepsi c. Menyepakati c. Memberitahu 5 menit
d. Menyimak lamanya
penyuluhan
d. Memfokuskan
audience
2. Pelaksanaan Menyampaikan
a. Menjelaskan a. Memperhatikan materi penyuluhan:
pengertian b. Memperhatikan a. Menjelaskan
terapi SEFT c. Memperhatikan pengertian terapi
b. Menjelaskan d. Memperhatikan SEFT
tujuan terapi dan b. Menjelaskan
25
SEFT mempraktekkan tujuan terapi
menit
c. Menjelaskan SEFT
manfaat terapi c. Menjelaskan
SEFT manfaat terapi
d. Mendemonstra SEFT
sikan terapi d. Mendemonstrasik
SEFT an terapi SEFT
3. Penutup
a. Evaluasi a. Bertanya dan a. Mempersilakan
b. Menyimpulkan atau menjawab bertanya dan
materi pertanyaan memberi
c. Menekankan b. Menyimak pertanyaan
5 menit
pentingnya c. Menyimak b. Memberi
materi d. Menjawab kesimpulan
d. Salam salam c. Mengulang inti
materi
d. Memberi salam

I. Evaluasi
1. Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya
a) Evaluasi Struktur
1) Materi terapi SEFT yang akan disampaikan telah siap disajikan.
2) Tersedia tempat yang nyaman untuk penyuluhan kesehatan sehingga
siap untuk dilakukan.
3) Penyelenggaraan penatalaksanaan penyuluhan terapi SEFT di Ruang
Anturium RSD dr. Soebandi Jember.
4) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan
5) Persiapan mahasiswa telah dilakukan.
6) Persiapan keluarga pasien telah dilakukan.
b) Evaluasi Proses
1) Proses penyuluhan kesehatan pada keluarga pasien berjalan dengan
lancar mulai dari awal hingga akhir, dan mampu untuk
mendemonstrasikan sesuai dengan yang diharapkan.
2) Penyuluh dapat menfasilitasi dan meningkatkan kemampuan dalam
hal teknik pemberian relaksasi kepada pasien
3) Keluarga kooperatif selama dilakukan penyuluhan kesehatan.
4) Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan
5) Proses pendidikan kesehatan dan demonstrasi terapi SEFT mampu
dilakukan
6) Tujuan umum dan tujuan khusus tercapai setelah penyuluhan
kesehatan dilaksanakan
7) Peserta berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan
menjawab pertanyaan dengan benar
c) Evaluasi Hasil
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan ibu mampu:
1) Menjelaskan pengertian, tujuan, dan manfaat penyuluhan kesehatan
tentang terapi SEFT.
2) Melakukan penyuluhan kesehatan setiap waktu.
3) Kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi terapi SEFT sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai
4) Kehadiran peserta sesuai target yakni lebih dari 10 orang

2. Faktor Pendorong
a) Semua keluarga pasien antusias terhadap penyuluhan yang dilakukan oleh
mahasiswa
b) Semua keluarga pasien memperhatikan apa yang dijelaskan dan
didemonstrasikan oleh mahasiswa
c) Semua keluarga pasien terlihat sangat semangat ketika dilakukan
penyuluhan kesehatan
d) Adanya dorongan dari perawat di ruangan

3. Faktor Penghambat
a) Luas ruangan yang terbatas
b) Waktu dilakukan penyuluhan kesehatan bersamaan dengan waktu jam
perawatan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Sholihul., & Alvita, Galia W. 2018. Pengaruh Terapi SEFT (Spiritual
Emotional Freedom Technique) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Tahunan. Jurnal Keperawatan
dan Kesehatan Masyarakat, 7(2): 114-127.
Lismayanti, Lilis., & Sari, Pamela Nina. 2018. Efektifitas Spiritual Emotional
Freedom Therapy (SEFT) Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Diatas 65 Tahun Yang Mengalami Hipertensi. Prosiding Seminar Nasional
dan Diseminasi Penelitian Kesehatan, 21 April 2018: 64-67. ISBN: 978-
602-72636-3-5.
Rofacky, Hendri F., & Aini Faridah. 2015. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (Seft) Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi.
The Soedirman Journal of Nursing, 10(1): 41-52.
Sunardi., Purwanto, Edi., & Sakinah, Titin. 2014. Efektivitas Terapi SEFT dalam
Menurunkan Hipertensi. Jurnal Ners dan Kebidanan, 1(2): 97-102.
Lampiran
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Materi
Lampiran 4 : Media Leaflet
Lampiran 5 : Dokumentasi

Jember, 26 Juni 2019


Penanggung jawab

Kelompok 4
Lampiran 1. Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS

BERITA ACARA

Pada hari ini, Jumat, 28 Juni 2019 jam 10.00 – 10.30 WIB bertempat di Ruang
Anturium Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi Jember telah dilaksanakan
kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang “Terapi SEFT pada Pasien Hipertensi”
oleh Mahasiswa Profesi Ners angkatan XXIII Fakultas Keperawatan Universitas
Jember. Kegiatan ini diikuti oleh ….. orang (daftar hadir terlampir).

Jember, Juni 2019


Mengetahui
Pembimbing Stase Keperawatan Medikal

Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep., Sp.Kep.MB.


NIP 19840102 201504 1 002
Lampiran 2. Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS

DAFTAR HADIR

Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang “Terapi SEFT pada Pasien Hipertensi”.


Pada hari ini, Jumat, 28 Juni 2019 jam 10.00 s/d 10.30 WIB bertempat di Ruang
Anturium Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi Jember

No Nama Alamat TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15

Jember, Juni 2019


Mengetahui
Pembimbing Stase Keperawatan Medikal

Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.Kep.,Sp.Kep.MB.


NIP 19840102 201504 1 002
Lampiran 3. Materi Penyuluhan
HIPERTENSI DAN TERAPI SEFT
(SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE)

1. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu
keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal.
Sedangkan menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai darah tinggi (Soeparman, 1999).

2. Faktor Resiko Hipertensi


a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh
darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
a. Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, stres psikologis
b. Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
c. Hipertensi hormonal
d. Bentuk hipertensi lain: obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan,
2012)
Faktor risiko terjadinya hipertensi :
a. Usia.
Semakin bertambah usia, pembuluh darah kita semakin kaku, tidak elastis
lagi. Akibatnya, tekanan darah pun semakin meningkat. Meski tekanan
darah tinggi paling umum pada orang dewasa, namun anak-anak juga
berisiko. Penyebab hipertensi pada anak kebanyakan karena masalah
dengan ginjal atau jantung. Namun, beberapa kebiasaan gaya hidup tak
sehat juga dapat meningkatkan risiko hipertensi pada anak.
b. Riwayat hipertensi dalam keluarga.
Bila orangtua, saudara kandung, atau anggota keluarga lainnya punya
tekanan darah tinggi, Anda jadi lebih berisiko terserang tekanan darah
tinggi.
c. Jenis kelamin.
Hingga mencapai usia 64 tahun, pria lebih rentan kena tekanan darah
tinggi daripada wanita. Sedangkan pada usia 65 tahun ke atas, wanita yang
lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi.
Sementara faktor risiko hipertensi yang masih bisa diubah termasuk:
a. Obesitas dan kelebihan berat badan
b. Kurang gerak
c. Pola makan
d. Kecanduan alkohol
e. Stres
f. Merokok
g. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti NSAID, pil KB, obat flu, dan lain
sebagainya

3. Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut Elizabeth J. Corwin (2000) sebagian besar manifestasi klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler
f. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

4. Diit pada Penderita Hipertensi


Diit merupakan pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau
mempertahankan BB yang sesuai dan mengendalikan kadar glukosa.Tujuan
diituntuk membantu menurunkan tekanan darah, mempertahankan tekanan darah
menuju normal,penurunan faktor resiko BB yang berlebih, menurunkan kadar
lemak kolesterol.Diit untuk penderita Hipertensi:
a. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Darah tinggi
1) Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur
ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis,
kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
6) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
7) Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak
lebih 15 gramperhari.
8) Minuman
Teh encer, coklat encer, juice buah.
b. Makanan yang dibatasi
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak, paru, minyak
kelapa, gajih
2) Makanan yang diolah dengan menggunakan natrium misalnya biscuit,
craker
3) Makanan dalam kaleng : sarden, abon, asinan, ikan asin, telor asin.
4) Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian dan tape.
5) Daging-daging warna merah segar seperti hati ayam, sosis, daging sapi,
daging kambing.
6) Garam dapur
7) Makan tinggi lemak dan kolesterol
8) Buah/sayur yang diawetkan dengan garam : ikan asin, asinan, dll

5. Pengertian Terapi SEFT


Teknik Terapi dan Pengembangan diri yang menggaabungkan 14 macam
Teknik terapi untuk memperbaiki kondisi Fisik, Emosi Fikiran dan Perilaku demi
mencapai kesembuhan kesuksesan dan kebahagiaan.

6. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi SEFT


Indikasi
Penelitian lain terkait masalah psikologis juga diteliti oleh Irgens, Dammen,
Nysater, & Hoffart, (2012) mengenai TFT. Masalah yang dapat dikurangi
menggunakan TFT adalah ansietas dan depresi. Pasien yang diberikan intervensi
adalah pasien dengan gagguan kecemasan. TFT adalah terapi efektif untuk
penurunan ansietas dan stress dengan pasien gangguan kecemasan.
EFT juga dapat mengurangi Nyeri (Wotton,2002; Brattberg,2002). Nyeri yang
dapat dikurangi adalah nyeri kronik. Penurunan nyeri juga harus diiringi dengan
konsumsi obat. EFT adalah terapi komplementer dalam peningkatan efek
terapeutik. Efek nyeri dapat berkurang muncul karena relaksasi dan peningkatan
hormon kortisol yang muncul akibat stimulus EFT.
Kontraindikasi
a. Pasien tidak sadar
b. Pasien dengan gangguan mental organik maupun non-organik
c. Pasien dengan kelemahan otot
d. Pasien dengan adanya lesi di wajah, lengan dan atau bahu

7. Tata Laksana Terapi SEFT


Awareness
Suruh pasien menceritakan masalah yang dihadapi
a. The Set-Up
Set-up
- Tentukan letak titik set-up
Bisa memilih di Karate Chop (KC)/Shore spot (SS)

Bantu Pasien mengucapkan kalimat set-up


“Ya Allah... Meskipun saya_____ (Keluhan/masalah anda), Saya ikhlas, saya
Pasrahpada-MU sepenuhnya"
“Ya Tuhan meskipun saya (jelaskan masalah pasien), saya menerima keadaan
diri saya”
Ketuk-ketuk bagian salah satu titik Set-up (boleh kiri/kanan) menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah dengan frekuensi sekitar 60-80x/menit dan
mengucapkan kalimat setup secara bersamaan oleh pasien secara mandiri
sekitar satu menit
Ulangi proses set-up selama tiga kali

b. The Tune-In
Merasakan rasa sakit yang kita alami, lalu mengarahkan fikiran kita ke tempat
rasa sakit diikuti mengatakan “Saya ikhlas, Saya pasrah… Ya Allah…”

c. The Tapping
Ketuk titik titik dibawah ini sebanyak 7-8 kali secara berurutan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah dengan frekuensi sekitar 60-
80x/menit dan mengucapkan kalimat set-up secara bersamaan

Di alis
Samping mata
Bawah mata
Di bawah hidung
Di dagu
Clavicula (Collarbone)
10 cm di bawah ketiak (Under arm)
Ibu Jari bagian distal
Jari telunjuk bagian distal
Jari tengah bagian distal
Jari manis bagian distal
Jari kelingking bagian distal

Lakukan napas dalam setelah ketuk 12 titik


Lampiran 4. Media Leaflet
Lampiran 5. Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan penyuluhan kesehatan tentang Terapi SEFT pada keluarga di


Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember pada tanggal 28 Juni 2019 oleh
Kelompok 4, Mahasiswa PSP2N Stase Keperawatan Medikal
Fakultas Keperawatan, Universitas Jember

Gambar 2. Foto bersama dengan keluarga Pasien setelah mendemonstrasikan


Terapi SEFT di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember pada tanggal
28 Juni 2019 oleh Kelompok 4, Mahasiswa PSP2N Stase Keperawatan
Medikal Fakultas Keperawatan, Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai