KOMUNIKASI KEPERAWATAN II
Dosen:
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Abdul Rahman (1810913210008)
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
Dosen
Dosen Pembimbing
Keterangan :
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
B. Karakteristrik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya
anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan
masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun , dan zat pengatur.
1. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan
protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang
aus atau rusak.
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak
dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat
pengatur.
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun
yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa,
sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan
semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan
gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap
dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah
masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih
sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk
makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada
datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu
sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan
pertumbuhan tubuhnya.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein
lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare
malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan
memperburuk gizi anak.
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua
zat gizi yang diperlukan.
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah
lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
j. Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan
tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan
makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan
gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang
disarankan adalah:
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi
jangan terlalu jauh)
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi
daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ayam sayuran, dan lain-lain.
1. Asam folat
Selama kehamilan, Bumil disarankan untuk mengonsumsi asam folat
sebanyak 400-600 mcg (mikrogram) per hari. Hal ini sangat penting
karena asam folat yang cukup bisa mencegah bayi mengalami cacat tabung
saraf.
Selain dari suplemen yang dianjurkan oleh dokter, ibu hamil juga dapat
melengkapi kebutuhan asam folat dengan mengonsumsi beragam jenis
makanan, seperti bayam, brokoli, kubis, jeruk, stroberi, roti gandum, dan
ikan salmon.
2. Protein
Makanan berprotein yang dikonsumsi ibu hamil memiliki manfaat besar
untuk menunjang tumbuh kembang janin dalam kandungan. Beragam
makanan berprotein yang dapat dikonsumsi, antara lain kacang kedelai,
daging sapi, daging ayam, ikan, telur, atau susu dan produk olahannya,
seperti keju dan yoghurt.
4. Makanan berkalsium
Jika Bumil ingin pertumbuhan tulang dan gigi Si Kecil berjalan optimal,
jangan lupa untuk mengonsumsi makanan berkalsium. Contoh makanan
yang mengandung kalsium antara lain susu, keju, yoghurt, tahu, brokoli,
dan kacang almon.
5. Makanan berlemak
Selain membuatmu bertenaga, asupan lemak juga dibutuhkan untuk
membantu perkembangan otak dan saraf pusat janin. Meski begitu,
pilihlah makanan berlemak yang sehat, seperti alpukat, ikan salmon, keju,
minyak zaitun, telur, dan kacang-kacangan.
Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat menjalani
kehamilan dengan baik dan aman
Ibu memperoleh energi yang cukup yang berfungsi untuk menyusui setelah
kelahiran bayi