Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI

KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : Diah Pratiwi Widiastuti


NPM : 1811436622
Tanggal : 12-17 November 2018
Ruang Praktik : Puskesmas Rumbai Pesisir

A. Diagnosa Medik
Preeklampsia

B. Definisi
Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Langelo et al, 2012).
Preeklamsia dan eklamsia merupakan penyakit hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuria setelah minggu ke 20
dan jika disertai kejang disebut eklamsia. (Nuryani et al, 2012).
Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema
atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20 atau kadang-
kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan
korialis (Mitayani, 2009).

C. Etiologi
Faktor – faktor risiko preeklamsia :
1) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang dimiliki oleh
seorang wanita. Faktor paritas mempunyai pengaruh terhadap persalinan dikarenakan
ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan selama masa
kehamilannya terlebih pada ibu yang pertama kali mengalami masa kehamilan. Pada
primigravida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam
persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi dalam kehamilan atau yang biasa disebut
dengan preeklamsia/eklamsia.
Stress emosi menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing
hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan
kortisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua
stressor dengan meningkatkan respons simpatis, termasuk respons yang ditujukan
untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah. Pada wanita
dengan preeklamsia/eklamsia, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap
vasopeptida - vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan volume darah langsung
meningkatkan curah jantung dan tekanan darah (Gafur, 2012).
2) Kehamilan Ganda
Preeklamsia dan eklamsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda.
Pada kehamilan ganda penyebabnya adalah pembesaran uterus dan akan
memperlihatkan prognosis neonatus yang lebh buruk daripada ibu hamil dengan janin
tunggal.
3) Faktor usia
Umur ibu pada saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang menentukan
tingkat risiko kehamilan dan persalinan. Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman
untuk hamil/melahirkan. Wanita yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun memiliki risiko terhadap kejadian preeklamsia (Langelo et al, 2012). Wanita
dibawah usia 20 tahun bukan usia terbaik untuk hamil karena pada usia tersebut
seorang wanita belum sepenuhnya berkembang.

Dampak usia yang kurang dapat menyebabkan kematian dan angka kematian
ibu. Sedangkan wanita dengan usia >35 tahun rentan menderita preeklamsia karena
kehamilan atau superimposed preeklamsia Menurut Anne Charlish, Kim Davies
(2005) dalam Rahayu, Dewi (2012). Hipertensi karena kehamilan paling sering
mengenai wanita nulipara. Wanita yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia
akan mudah menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis, menghadapi risiko
yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan atau superimposed
preeklamsia (Rozikhan, 2007).
4) Riwayat hipertensi
Salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklamsia atau eklamsia adalah
riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya atau
hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi essensial berlangsung
normal sampai cukup bulan. Pada kira–kira sepertiga diantara para wanita penderita
tekanan darah tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira –
kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala
preeklamsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium,
muntah, gangguan visus (Superimposed preeklamsia), bahkan dapat menimbulkan
eklamsia dan perdarahan otak (Rozikhan, 2006).
5) Pekerjaan Ibu
Aktifitas seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran darah.
Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu hamil, peredaran dalam tubuh dapat terjadi
perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari
pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan akan berdampak pada
konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah dalam rangka memenuhi
kebutuhan selama proses kehamilan (Rozikhan, 2006). Ibu hamil yang bekerja
memiliki risiko 4,173 kali untuk mengalami kehamilan dengan preekalmsia
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak bekerja (Wulandari, Firnawati 2011).

D. Klasifikasi
Klasifikasi preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan :
1) Preeklamsia Ringan
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih
b) Proteinuria 0,3 gr/lt atau 1+ atau 2+
c) Edema pada kaki, jari, muka dan berat badan naik > 1 kg/minggu
2) Preeklamsia Berat
a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b) Proteinuria 5 gr/lt atau lebih
c) Oliguria ( jumlah urine < 500 cc per jam )
d) Terdapat edema paru dan sianosis
e) Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrum

E. Patofisiologi
Pada awal kehamilan, sel sitotrofoblas menginvasi arterispiralis uterus,
mengganti lapisan endothelial dari arteri tersebut dengan merusak jaringan elastis
medial, muskular, dan neural secara berurutan. Sebelum trimester kedua kehamilan
berakhir, arteri spiralis uteri dilapisi oleh sitotrofoblas, dan sel endothelial tidak lagi
ada pada bagian endometrium atau bagian superfisial dari miometrium. Proses
remodeling arteri spiralis uteri menghasilkan pembentukan sistem arteriolar yang
rendah tahanan serta mengalami peningkatan suplai volume darah yang signifikan
untuk kebutuhan pertumbuhan janin. Pada preeklampsia, invasi arteri spiralis uteri
hanya terbatas pada bagian desidua proksimal, dengan 30% sampai dengan 50% arteri
spiralis dari placental bed luput dari proses remodeling trofoblasendovaskuler.
Segmen miometrium dari arteri tersebut secara anatomis masih intak dan tidak
terdilatasi. Rerata diameter eksternal dari arteri spiralis uteri pada ibu dengan
preeklampsia adalah 1,5 kali lebih kecil dari diameter arteri yang sama pada
kehamilan tanpa komplikasi. Kegagalan dalam proses remodeling vaskuler ini
menghambat respon adekuat terhadap kebutuhan suplai darah janin yang meningkat
yang terjadi selama kehamilan. Ekspresi integrin yang tidak sesuai oleh sitotrofoblas
ekstravilli mungkin dapat menjelaskan tidak sempurnanya remodeling arteri yang
terjadi pada preeklampsia.
Kegagalan invasi trofobas pada preeklampsia menyebabkan penurunan perfusi
uteroplasenta, sehingga menghasilkan plasenta yang mengalami iskemi progresif
selama kehamilan. Selain itu, plasenta pada ibu dengan preeklampsia menunjukkan
peningkatan frekuensi infark plasenta dan perubahan morfologi yang dibuktikan
dengan proliferasi sitotrofoblas yang tidak normal.Bukti empiris lain yang
mendukung gagasan bahwa plasenta merupakan etiologi dari preeklampsia adalah
periode penyembuhan pasien yang cepat setelah melahirkan.
Jaringan endotel vaskuler memiliki beberapa fungsi penting, termasuk
diantaranya adalah fungsi pengontrolan tonus otot polos melalui pelepasan substansi
vasokonstriktor dan vasodilator, serta regulasi fungsi anti koagulan, anti platelet,
fibrinolisis melalui pelepasan faktor yang berbeda. Hal ini menyebabkan munculnya
gagasan bahwa pelepasan faktor dari plasenta yang merupakan respon dari iskemi
menyebabkan disfungsi endotel pada sirkulasi maternal. Data dari 4hasil penelitian
mengenai disfungsi endotel sebagai patogenesis awal preeklampsia menunjukkan
bahwa hal tersebut kemungkinan merupakan penyebab dari preeklampsia, dan bukan
efek dari gangguan kehamilan tersebut. Selanjutnya, pada ibu dengan preeklampsia,
faktor gangguan kesehatan pada ibu yang sudah ada sebelumnya seperti hipertensi
kronis, diabetes, dan hiperlipidemia dapat menjadi faktor predisposisi atas kerusakan
endotel maternal yang lebih lanjut.

WOC
FaktorResiko:
1. Primigravida dan multigravida
2. Riwayat keluarga dengan pre
eklamsia atau eklamsia
3. pre eklamsia pada kehamilan
sebelumnya, abortus
4. ibu hamil dengan usia< 20
tahun atau> 35 tahun

Faktor imonuglogik Tekanan darah (hipertensi) 5. wanita dengan gangguan fungsi
organ atau riwayat kesehatan
diabetes, penyakit ginjal,
Perfusi jaringan menurun migraine, atau tekanan darah
tinggi
6. obesitas
7. kehamilan kembar

Aliran darah Kebutuhan nutrisi Kerusakan Terjadi mikro embol Edema


berkurang Janin tidak terpenuhi glomerulus ipada hati

CO2  Adanya lesi pada Kemampuan Nyeri


arteri utero filtrasi menurun epigastrum Edema Edema
plasenta paru serebral
MK:
Gangguan MK:
Resiko gawat Proteinuria Retensi nyeri dispnea Spasme
perfusi
janin urin arteriolar
jaringan
retina
serebral
Protein
plasma MK:
dalamtubuh Gangguane Pandangan
 liminasiuri kabur
n

MK: MK:
Kekurangan
volume Gangguan persepsi
cairan sensori penglihatan
F. Manifestasi Klinis
Menurut Mitayani (2009) Preeklampsi dapat di klasifikasikan menjadi 2 macam,
yaitu:
1. Preeklampsi ringan
a. TD ≥ 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
b. Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dispstick
c. Tekanan darah 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pelaksanaan 6
jam
d. Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pelaksanaan 6 jam.
e. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
f. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai
2 urin keteter atau midstream
2. Preeklampsi Berat
a. TD ≥ 160/110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
b. Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah abnormal )
c. Trombosit < 100.0000 / mm3
d. Nyeri kepala atau gangguan visual persisten
e. Nyeri epigastrium
f. Oligouria, urin kurang dari 40 cc/24 jam
g. Proteinuria lebih dari 3gr/liter
h. Adanya gangguan selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium.
i. Terdapat edema paru dan sianosis.

G. Komplikasi
Menurut Manuaba (2007) komplikasi preeklampsi adalah kematian maternal maupun
perinatal yang disebabkan oleh :
a. Kematian maternal
Kematian maternal yaitu acute vacular accident, kerusakan pusat vital pada
medula oblongata, trauma akibat konvulsi, perdarahan pasca partum atau
perdarahan solusio plasenta, dan kegagalan total organ vital (kegagalan fungsi
liver, kegagalan fungsi ginjal, dekompensasio kordis akut / cardiac arrest,
kematian perinatal janin intrauteri).
b. Kematian perinatal janin intrauteri
Kematian perinatal janin intrauteri terdiri dari akibat solusio plasenta, asfiksia
berat intrauteri akibat vasokonstriksi berat, bila hasil konsepsi tetap hidup dapat
terjadi berat badan lahir rendah dan intrauterine growth retardatioan.

H. Penatalaksanaan
Dibawah ini alur penanganan preeklampsia
1. Preeklampsia ringan berfokus pada pendidikan dan support sebagai berikut :
a. Diet
Diet tinggi protein dengan supan natrium sedang antara 2,5 sampai 7,0 mg
perhari dan sampai 6 sampai 8 gelas air perhari. Tidak lagi diresepkan diuretik
atau pembatasan asupan cairan atau garam.
b. Istirahat dan aktifitas
Isitirahat dengan posisi lateral rekumben ke arah kiri adalah lebih baik dengan
peningkatan lairan plasma ginjal, kecepatan filtrasi glomerulus dan perfusi
plasenta. Berbaring terlentang adalah berbahaya karena menekan vena kava
inferior dan aorta serta menguangi suplai darah ke uterus. Posisi terlentang
juga menekan arteri renalis dan mengurangi aliran darah ke ginjal. Walaupun
tirah baring mungkin diperlukan, mengurangi aktifitas masih lebih baik.
c. Kesehatan mental
Anggota keluarga dibantu dengan berbagai perasaan tentang bayi yang belum
lahir, hubungan seksual, finansial, hubungan sosial,jemu dan perasaan
terisolasi dan kemampuan untuk memberikan perawatan bagi anggota
keluarganya.
d. Supervisi medik
Kunjungan ke klinik dijadwalkan setiap 2 minggu atau kurang, tergantung
pada gejala. Pengkajian tekanan darah, albuminuria, penambahan berat badan,
edema, kesehatan mental, dan perkembangan janin dilakukan pada saat
tersebut.
e. Tanda-tanda bahaya
Ibu dianjurkan untuk melaporkan setiap perubahan yang tiba-tiba terjadi
padanya seperti edema umum, sakit kepala, demam, tremor otot atau kejang.
Bila mereka melakukan pemeriksaan urin terhadap protein dan menyimpan
catatan grafik penambahan berat badan,anjurkan mereka untuk melaporkan
bila terjadi peningkatan yang tiba-tiba.
2. Preeklampsia berat, penatalaksanaan meliputi hal-hal berikut :
a. Tirah baring, ruangan yang tenang, tidak ada telepon dan sedikit pengunjung
untuk mengurangi stimulus yang dapat mencetuskan serangan kejang.
b. Diit tinggi protein, natrium sedang yang dapat ditoleransi bila tidak terdapat
mual atau indikasi dari aktivitas yang menimbulkan serangan.
c. Keseimbangan cairan dan penggantian elektrolit untuk memperbaiki
hipovolumia, mencegah kelebihan sirkulasi, dan [emeriksaan serum harian
(asupan cairan harus 1000 ml ditambah haluaran urin untuk 24 jam
sebelumnya).
d. Sedatif seperti diazepam atau fenobarbital untuk meningkatkan istirahat.
e. Antihipersensitif seperti hidrazalin untuk meningkatkan vasodilatasi tanpa
memberikan efek yang berat pada janin (diberikan bila tekanan diastolik lebih
tinggi dari 110 mmHg, diberikan drip intravena atau suntikan).
f. Antikonvulsan untuk mengurangi resiko kejang, seperti magnesium sulfat
(MgSO4) diberikan IM atau IV untuk mempertahankan kadar dalam darah
antara 4,0 dan 7,5 mg/dl (pada 10 mg/dl refleks tendon dalam menghilang, dan
pada 15 mg/dl terjadi paralisis pernapasan dan/ henti jantung).
g. Dukungan dan pendidikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
pemahaman dan kerja sama dengan tetap memberikan informasi tentang status
janin, mendengar dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata dan
berkomunikasi dengan tenang hangat dan empati yang tepat.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap denagn hapusan darah, penurunan hemoglobin
(nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14
gr%), hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol%), trombosit menurun
(nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3). Hematokrit merupakan volume eritrosit per
100 mL dinyatakan dalam %. Peningkatan hematokrit biasanya terjadi pada :
a. Hemokonsentrasi
1) PPOK
2) Gagal jantung kongesif
3) Perokok
4) Preeklampsia
b. Penurunan hematokrit biasanya terjadi pada :
1) Anemia
2) Leukimia
3) Hipertiroid
4) Penyakit Hati Kronis
5) Hemolisis (reaksi terhadap transfusi, reaksi kimia, infeksi, terbakar, pacu
jantung buatan)
6) Penyakit sistemik (Kanker, Lupus, Sarcoidosis)

Trombosit dalam sirkulasi normalnya bertahan 1 minggu. Trombosit


membantu pembekuan darah dan menjaga integritas vaskular. Beberapa kelainan
morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit raksasa) dan platelet
clumping (trombosit bergerombol). Trombosit yang tinggi disebut trombositosis,
pada sebagian orang tidak muncul keluhan, namun pada sebagian orang yang lain
menimbulkan myeloproliferative disorder. Trombosit rendah (trombositopenia)
dapat ditemukan pada sindrom HELLP, demam berdarah, koagulasi intravaskular
diseminata (KID/DIC), supresi sumsum tulang, idiopatik trombositopenia purpura
(ITP) dll.
1. Urinalisis : Ditemukan protein dalam urin
Kenaikan berat badan dan edema yng di sebabkan penimbunan cairan yang
berlebih dalam ruang instertisial belum diketahui sebabnya. Pada pre eklamsia di
jumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada
kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan
mengatur retensi garam dan natrium. Pada pre eklamsia permeabilitas pembuluh
darah terhadap protein meningkat.
2. Pemeriksaan fungsi hati
a. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
b. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
c. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
d. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45)
e. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
f. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
J. Proses Keperawatan
1. DiagnosaKeperawatan
a. Ketidak efektifan perfusi jaringan cerebral b/d penururan cardiac output
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d factor biologi
(NANDA, 2015)

2. Intervensi Keperawatan

No. Rencana Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. NOC: NIC:
 Circulation status 1. Monitor TTV
 Tissue prefusion: cerebral 2. Monitor AGD, ukuran pupil,
Setelah dilakukan tindakan ketajaman, kesimetrisan dan
keperawatan selama 1x24 jam reaksi
diharapkan: 3. Monitor adanya diplopia,
1. Tekanan systole dan diastole pandangan kabur, nyeri kepala
dalam rentang yang diharapkan 4. Monitor tonus otot pergerakan
2. Tidak ada ortostatic hipertensi 5. Monitor tekanan intrkranial dan
3. Komunikasi jelas respon nerologis
4. Menunjukkan konsentrasi dan 6. Catat perubahan pasien dalam
orientasi merespon stimulus
5. Pupil seimbang dan reaktif 7. Monitor status cairan
6. Bebas dari aktivitas kejang 8. Pertahankan parameter
7. Tidak mengalami nyeri kepala hemodinamis
(NANDA, 2015) 9. Kolaborasi pemberian analgetik
(NANDA, 2015)
2. NOC: NIC:
 Nutritional status 1. Kaji adanya alergi makanan
 Nutritional status: food and 2. Monitor mual-muntah
fluid intake 3. Monitor pucat, kemerahan, dan
 Weight control kekeringan konjungtiva
Setelah dilakukan tindakan 4. Monitor kalori dan intake
keperawatan selama 1x24 jam output.
diharapkan: 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
1. Adanya peningkatan beratbadan untuk menentukan jumlah
sesuai tujuan kalori dan nutrisi yang
2. Berat badan ideal sesuai dengan dibutuhkan pasien
tinggi badan 6. Anjurkan pasien untuk
3. Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan
kebutuhan nutrisi. vitamin C
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 7. Berikan informasi tentang
5. Tidak terjadi penurunan berat kebutuhan nutrisi
badan yang berarti (NANDA, 2015)
(NANDA, 2015)

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.


NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC. EdisiRevisi. Yogyakarta:
Mediaction.
Langelo W, Arsin AA, Russeng S. (2012). Faktor risiko Preeklamsi di RSKD. Ibu dan Anak
Siti Fatimah Makassar Tahun 2011-2012 [Tesis]. Makassar: Universitas Hasanuddin

Rozikhan. (2007). Faktor – Faktor Risiko Terjadinya Pre-eklampsia Berat di Rumah Sakit Dr.
H. Soewondo Kendal. Semarang : UNDIP (Thesis)

Wulandari R, Firnawati AF. (2012). Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat pada Ibu
Hamil di RSUD dr. Moewardi Surakarta Jurnal Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai