Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi,
pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik
yang tak kunjung membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini memerlukan kondisi sosial politik,
hukum dan budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003 angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per
100 ribu kelahiran. Tingginya angka kematian ibu dan bayi sebesar 307 per 100
ribu kelahiran hidup, menjadi salah satu indikatornya buruknya pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan serta penanganan
telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.
Dukungan dalam hal ini berupa aspek sosial dan budaya sangat
mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan
berbagai perubahan yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus
memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak
merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu
dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-
akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu
dan anak. Oleh sebab itu harus ada pengetahuan dan dasar pendidikan
kesehatan lebih kepada masyarakat agar mereka dapat memahami dampak
budaya yang mereka anut bagi kesehatan mereka

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi kehamilan ?
2. Bagaimana Kebudayaan di Dalam Masyarakat mengenai Ibu hamil.
3. Bagaimana pandangan kesehatan mengenai budaya yaang berlaku di
dalam masyarakat terhadap ibu hamil?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi kehamilan.
2. Untuk mengetahui kebudayaan yang berlaku di dalam masyarakat
megenai ibu hamil.
3. Untuk mengetahui pandangan kesehatan terhadap budaaya yaang
berlaku terhadap ibu hamil

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari bersatunya sel sperma
dengan sel telur(konsepsi) sampai lahirnya janin tersebut. Dimana pertemuan
antara sperma dan sel telur yang akan membentuk satu sel baru yang disebut
zigot, dimana zigot itu akan mengadakan pembelahan diri untuk memperbanyak
jumlah sel, dari yang mula-mula zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian 4 sel,
8 sel, 16 sel dan seterusnya sehingga terbentuk fetus atau janin yang berada
didalam rahim seorang perempuan.Kehamilan adalah merupakan suatu proses
merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur,
migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010)
Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses
patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi. Menyadari hal tersebut
dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak
perlu kecuali ada indikasi(Sulistyawati,2009).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama dimulai dari
hasil konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari bulan keempat sampai
6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2008; 89).
Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita dalam siklus
reproduksi. Kehamilan dimulai dari konsepsi dan berakhir dengan permulaan
persalinan. Selama kehamilan ini terjadi perubahan-perubahan, baik perut, fisik
maupun psikologi ibu (Varney, 2007).
Kehamilan termasuk salah satu periode kritis dalam kehidupan seorang
wanita. Situasi kehamilan ini menimbulkan perubahan yang dratis, bukan hanya
kondisi fIsik tetapi juga, kondisi psikologis dan lingkungan sosialnya (Dagun
dalam Hasibuan & Simatupang, 1999), terutama memasuki kehamilan trimester
ketiga dimana sang ibu sudah memikirkan masa persalinan. Perubahan fisik

3
dirasakan ibu pada bagian perut yang sudah semakin membesar, pembengkakan
pada bagian kaki dan betis, dan juga perasaan ketidaknyamanan yang semakin
terasa seperti sakit punggung, susah bernafas, seringnya buang air kecil, dan
lain sebagainya
B. Kebudayaan Masyarakat Terhadap Ibu Hamil
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik beratkan
perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan menganggap
peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang harus dijalani
didunia.Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa krisis yang berbahaya,baik
bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak kehamilan sampai
kelahiran para kerabat dan handai-tolan mengadakan serangkaian upacara baggi
wanita hamil dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu serta
bayinya,saat berada di dalam kandungan hingga saat lahir.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa
kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai upacara
adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi. Biasanya upacara dimulai
sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat kelahirannya,
walaupun ada pula sebagian kecil warga masyarakat yang telah melakukannya
sejak janin di kandungan ibu berusia tiga bulan.upacara –upacara adat jawa
yang bertujuan mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi
bayi hingga saat kelahirannya itu adalah upacara mitoni,procotan dan brokohan.
Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada usia
tujuh bulan mempunyai peluang untuk hidup, bahkan lebih kuat daripada bayi
yang lahir pada usia kehamilan delapan bulan, walupun kelahiran itu masih
prematur. Kepercayaan ini tampak terdapat pula pada sejumlah suku bangsa di
indonesia dan malaysia(ladderman1987:86). Karna itu orang jawa menganggap
usia tujuh bulan kandungga sebagai saat yang penting,sehingga perlu dilakukan
upacara yang disebut mitoni untuk menyambutnya dan menangkal bahaya yang
mungkin timbul pada masa itu. Upacara mitoni yang umumnya hanya dilakukan
pada kehamilan pertama dari seorang wanita, sebenarnya dapat pula berfungsi
untuk memberikan ketenangan jiwa bagi calon ibu yang belum pernah
mengalami peristiwa melahirkan.

4
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu dengan
air bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istri yang
sedang menantikan bayinya,ditambah sejumlah kerabat sepupuh terdekat atau
sepupuh yang dihormati Selanjutnya diadakan upacara memecah buah kelapa
bergambar wayang dengan tokoh dewa kamajaya dan dewi ratih oleh sang calon
ayah,yang sebelumnya dimasukan ke dalam sarung yang dikenakan oleh si calon
ibu ketika dimandikan,mulai dari ujung sarung pada batas menyentuh
tanah.Namun sebelum menyentuh tanah,sang calon ayah harus bisa menagkap
buah kelapa itu pada ujung sarung dekat kaki istrinya.Upacara ini dimkasudkan
agar kelak proses kelahiran bayidapat berjalan lancar dan bayi yang akan lahir
tampan atau cantik seprti dewa dan dewi tersebut. Rangkain upacara mitoni
pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi,yakni harapan agar
ia sempurna dan utuh fisiknya,tampan atau cantik wajahnya,dan selamat serta
lancar kelahirannya.
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot yakni
bubur putih yang dicampur dengan irisan ubi.Upacara procotan khusus bertujuan
agar sang bayi mudah lahir dan rahim ibunya.
Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat dengan
membuat sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanak kluarga
untuk memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang jawa
mengenai pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan kelahiran terletak
pada unsur tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas keyakinan mengenai
krisis kehidupan yang mengandung bahaya dan harus ditangkal,serta harapan
akan kebaikan bagi janin dan ibunya.Maka upacara kelahiran seringkali tidak
dilaksanakan dalam bentuk kenduri besar dengan mengundang banyak handai-
taulani.
Selain di jawa di Setiap daerah juga mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda dikalangan masyarakat terhadap kesehatan ibu. Berikut budaya
yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil
1 Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan
dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak
2 Jawa Barat :

5
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3 Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4 Daerah Subang :
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan
memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga
rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.
Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun
dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan
masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
Kebudayaan yang berlaku di dalam masyarakat seringkali kita temukan
terutama dalam bentuk upacara yaitu :
a) Upacara satu bulanan
Upacara ini sudah semakin jarang ditemukan, apalagi bagi yang tinggal di
kota besar. Dalam upacara satu bulanan ini diperingati dengan membuat
semacam bubur sum - sum. Bubur ini terbuat dari bahan beras dan di tepung.
Selanjutnya dimasak dengan air . Sebagai pelengkap diberi kuah dua warna,
yakni dari santan kelapa yang diberi sedikit garam dan satu lagi kuah warna
merah yang terbuat dari gula jawa atau gula aren. Hidangan ini sebagai
pertanda awal kehamilan. Biasanya dibagikan kepada tetangga kiri kanan dengan
permohonan doa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memulai
kehamilan.
Dari pandangan kebidanan Bubur ini sangat baik untuk ibu hamil awal,
terlebih bila ada keluhan mual muntah, makanan lunak dengan kandungan manis
dari gula asli akan memberi asupan kalori dan mempermudah pencernaan
terutama saat ibu hamil enggan menikmati berbagai macam jenis makanan
beraroma tajam. Bubur dari bahan katul yang diproses secara tradisional sangat
kaya akan vitamin B1 yang dibutuhkan ibu hamil. Makan bubur ini bersama
dengan para tetangga juga memberi dukungan psikologis bahwa semua orang
terlibat memperhatikan dan terlebih dukungan spiritual.

6
b) Upacara dua bulanan
Pada saat peringatan usia hamil dua bulan, ibu hamil akan dibuatkan
beberapa jenis sajian yang lebih komplit. Yakni nasi tumpeng, urap - urap
lengkap dari sayur mayur segar. Ada beberapa aturan mengenai jenis sayuran
yang dipilih dan jumlah macamnya setiap daerah mempunyai ketentuan yang
beda , yang pasti jumlahnya ganjil. Untuk pelengkap sajian juga disediakan
semacam jenang katul atau bubur dari katul beras, diatas jenang katul ini
ditaburi dengan parutan kelapa dan parutan gula aren. Kemudian dibuatkan juga
campuran dari bahan beras, santan dan gula merah yang dibungkus daun lalu
dikukus. Lalu bubur berikutnya adalah bubur merah putih yang terbuat dari
bahan beras. Bubur warna merah terbuat dari beras yang ditanak dengan gula
merah, sedangkan bubur warna putih terbuat dari beras yang ditanak dengan
santan. Cara menghidangkan adalah bubur merah lebih dulu dituang di pring lalu
diatasnya dituang sedikit bubur putih.
Dalam pandangan kesehatan : Tumpeng ini merupakan salah satu cara
penyajian makan bersama yang menggugah selera dan sangat baik untuk
membantu meningkatkan selera makan ibu hamil, tumpeng juga memberi
sebuah perlambang adanya dukungan para sanak keluarga dan tetangga untuk
bersama sama mengadakan doa syukuran bagi ibu hamil. Sedangkan sayur
mayur segar terutama berwarna hijau sangat baik bagi ibu hamil trimester
pertama karena dalam sayur mayur hijau terkandung asam folat alami yang
berguna mencegah kecacatan pada janin. Keberadaan bubur beras yang manis
sangat baik pula bagi ibu hamil yang menginginkan kudapan atau makanan
selingan sebagai pembuka sebelum menyantap menu lain. Biasanya pada
kehamilan awal asam lambung meningkat dan bubur tersebut menjadi hidangan
pembuka yang baik.
c) Upacara tiga bulanan atau Madeking
Upacara tiga bulanan sudah agak sulit ditemukan di kota besar. Dalam
upacara Madeking ini dihidangkan aneka jenis makanan yang berupa ketupat
lalu nasi gurih, kali ini nasi berwarna kuning dengan mencampur air kunyit saat
menanak nasi dan di beri garam sedikit dan santan sebelum dikukus. Untuk lauk
pauk sudah lebih lengkap dan bervariasi, ada sambal goreng ati rempela, daging
sapi dan sebagai kudapan dibuatkan kue apem.

7
Dalam pandangan Kesehatan : Nasi gurih dan ketupat sebagai hidangan
ibu hamil adalah salah satu cara kreatif untuk membangkitkan selera makan ibu
hamil agar terpenuhi kebutuhan kalori. Kebutuhan protein sudah mulai diberikan
seiring adanya peningkatan selera makan menjelang kehamilan 4 bulan.
Dengan menghidangkan aneka macam daging dan cara pengolahannya. Protein
sangat dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan organ tubuh bayi . Upacara
Madeking ini juga diadakan sebagai wujud permohonan keselamatan bagi janin
dalam Kandungan. Selamatan berupa doa - doa sesuai agama masing - masing.
d) Kehamilan lima bulanan
Pada masa kehamilan ini dilakukan upacara selamatan dengan kudapan
khasnya yakni ketan aneka warna dengan ditaburi enten - enten yang terbuat
dari bahan kelapa parut di beri gula. Sebagai hidangan yang dibagikan untuk
tetangga adalah urap - urap terbuat dari sayur mayur hijau. Hidangan urap urap
ini lengkap dengan nasi dan diletakkan dalam takir atau daun pisang yang
dibentuk seperti mangkuk dengan jepit lidi. Hantaran hidangan ada yang
diberikan dengan alas tampah/ tambir kecil dari anyaman bambu atau bisa pula
dengan cobek tanah liat. Pelengkapnya adalah rujak 7 jenis buah.Upacara lima
bulanan sulit ditemukan saat ini.
Dalam Pandangan kesehatan : Upacara untuk kehamilan 5 bulanan ini
merupakan dukungan psikologis dan spiritual yang baik bagi ibu hamil. Dimana
pada usia kehamilan 20 minggu janin sudah makin lincah bergerak, Jantung
berdetak dengan baik, dan organ tubuh bayi terbentuk. Kebutuhan akan zat
makanan bergisi dan kalori juga tetap mendapat perhatian istimewa. Kehadiran
sanak keluarga yang mengunjungi ibu hamil saat upacara ini membantu
mengurangi kecemasan, kesempatan saling berbagi pengalaman melewati masa
masa kehamilan tiga bulan pertama yang sangat rawan. Upacara ini merupakan
ungkapan syukur atas terlaluinya trimester pertama kehamilan dan mohon
keselamatan untuk proses kehamilan berikutnya.
e) Upacara enam bulanan
Dalam upacara ini dibuatkan kudapan khas yakni apem kocor terbuat dari
tepung beras dan diberu kuah air gula aren. Untuk tradisi enam bulan ini juga
jarang dilakukan. Namun demikian perlu kita tetap tahu.
f) Upacara 7 bulanan, atau biasa dikenal dengan tingkeban dan Mitoni

8
Berikutnya adalah upacara 7 bulanan, upacara inilah yang masih sering kita
jumpai di masyarakat kita. Hidangan khas yang paling dinantikan para tamu
adalah rujak dan dawet atau cendol beras. Menurut tradisi bila rasa dawet dan
rujaknya sedap berarti anaknya perempuan dan bila saat upacara membelah
kelapa muda air kelapa muncrat tinggi berarti anak dalam kandungan
perempuan. Menarik sekali bukan. Hidangan pelengkap lain adalah polo pendem
yakni umbi umbian dan bisa juga kacang tanah yang direbus, urap urap , nasi
megono dan tumpeng 7 buah kecil kecil, bubur beras merah putih, yang putih di
makan suami, yang merah dimakan istri, urap – urap sayuran hijau 7 jenis,
pisang raja, ampyang dan bola ketan kukus diwarna merah,kuning,hijau ,putih
dan coklat. Telur 7 butir kudapan berupa jajan pasar melengkapi hidangan.
Pandangan Kesehatan : Upacara 7 bulanan ini hanya dilakukan pada
kehamilan pertama kali dan merupakan dukungan bagi ibu hamil dimana dalam
masa kehamilan trimester tiga, ibu hamil mengalami perubahan bentuk tubuh,
biasanya bertambah gemuk dan merasa tidak cantik. Namun tradisi masyarakat
justru mengangkat rasa percaya diri dan memperbaiki body image seorang ibu
hamil agar tampak begitu mempesona dalam upacara siraman dan mandi bunga.
Ibu hamil didandani dengan roncean bunga melati dan ganti jarik 7 kali.
Sedangkan untuk hidangan makanan yang diadakan merupakan suatu sajian
yang semakin komplit berbagai protein nabati dan hewani, berbagai sumber jenis
zat kalori disertakan. Dengan harapan bahwa ibu hamil senantiasa selamat dan
terjaga baik kondisi kesehatannya diiringi doa doa para sanak keluaraga dan
tetangga.
g) Upacara delapan bulanan
Pada upacara ini, dihidangkan simbol bulus angrem ( kura kura sedang
mengerami telur ). Uniknya hidangan terbuat dari klepon yakni adonan tepung
ketan diwarnai pandan hijau dan diberi gula parut didalamnya. Setelah matang
klepon disusun dalam piring lalu diartasnya di telungkupkan kue serabi.
Pandangan Kesehatan : Dalam penyajian kudapan ini memberi makna
simbolik dan dukungan mental bagi ibu hamil dimana ia harus hati – hati
menjaga kehamilan yang memasuki trimester ke tiga. Seperti perilaku positif
seekor kura kura yang setia mengerami telur – telur bakal anak anaknya.
Kehamilan merupakan anugerah sekaligus menuntut tanggungjawab seorang
calon ibu agar menjaga janin dalam kandungannya.

9
h) Upacara 9 Bulanan
Dalam upacara ini diadakan doa untuk mohon keselamatan dan kelancaran
persalinan, dimana hidangan yang dibuat dinamakan bubur procot. Bahan
terbuat dari tepung beras, gula merah dan sanatan, ditanak,Setelah matang
dituang dalam takir daun pisang lalu diberi pisang kupas yang utuh ditengahnya.
Dalam Pandangan kesehatan: Semua yang dilakukan dalam simbolik sajian
ini ini erat kaitannya dengan dukungan mental bagi ibu yang akan bersalin.
Menanamkan sugesti diri yang positif. Tak lupa disertai doa dari sanak keluarga
dan para tetangga. Harapan bahwa menjelang proses persalinan tak kurang
suatu apapun, ibu hamil melaluinya dengan tenang dan bahagia. Melahirkan
dengan lancar tanpa penyulit.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah
masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan
pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka
sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan
terhadap beberapa makanan yang sebenrnya sangat dibutuhkan oleh wanita
hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak
heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di
daerah pedesaan.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa
Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di
masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal
ini sangat merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi.

10
C. Pandangan Kesehatan Mengenai Kebudayaan Yang Berlaku
Terhadap Ibu Hamil
Kehamilan didalam kesehatan adalah masa di mana seorang wanita
mengandung janin di dalam rahim nya , keharusan untuk melakukan prerawatan
berupa perawatan ibu hamil meliputi pemeriksaan terhadap kehammilan,
makanan yang bergizi bagi ibu hamil, dan lingkungan yang sangat mendominasi
aspek psikologis dan emosional bagi ibu hamil. Lingkungan dalamhal ini dapat
berupa kelurga dan masyarakat, dimana diketahui bahwa di dalam masyarakat
telah lama tubuh budaya yang berupa tradisi terutama pada ibu hamil.
Kebudayaan yang berlaku di masyarakat selama ini masih dapat diterima
oleh lingkungan kesehatan di mana tidak membahaya kan ibu hamil tersebut.
Karena di dalam aspek kebudayaan biasanya sangat memegang erat
keselamatan bagi ibu hamil dalam bentuk upacara keselamatan bagi bayi.
Budaya juga dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi ibu hamil yang
berupa warisan turun temurun yang di bawa oleh tetua dalam lingkungan
mereka sehingga dapat membantu tim perawat dalaam melakukan
promosiesehatan pada ibu hamil secara khusus.Namun terkdang terdapat budaya
yang bertentangan dengan medis atau ilmu kesehatan maka akan di berikan
penjelasan kepada maasyarakaat dalam bentuk penyuluhan berupa pemberian
pendidikan kesehatan ibu hamil

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Faktor-faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam memahami
sikap dan prilaku menanggapi kehamilan dan kelahiran. Sebagian pandangan
budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karna itu, meskipun petugas
kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang terbukti
kurang menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka
untuk mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyakinan
yang melandasi sikap dan prilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga
komuniti tersebut. Kajian antropologi mengenai kehamilan dan kelahiran bagi
wanita dengan segala konsekuensi baik dan buruknya terhadap kesehatan ini
perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi para personil kesehatan di indonesia
dalam upaya meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang mereka
terapkan bagi ibu. Khususnya, pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap
berbagai pandangan, sikap dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks
budaya masyarakat yang bersangkutan, sangat diperlukan bagi pembentukan
strategi-strategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan.
perawat sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya.
Seorang perawat harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil. Seorang perawat juga harus
memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya. Agar perawat dapat menjalankan praktik atau pelayanan keperwatan
dengan baik, hendaknya perawat melakukan beberapa pendekatan misalnya
pendekatan melalui kesenian tradisional.

12
DAFTAR PUSTAKA

F.Swasono,Meutia.(1998).Kehamilan Kelahiran Perawatan Ibu Dan Bayi


Dalam konteks Budaya. Jakarta:Salemba 4.

Musbikin, Imam, 2007. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan.


Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Muis, Fatimah, dkk. 1996. Kualitas Pelayanan Persalinan di Jawa Tengah;


Studi diKotamadya Semarang. Pusat penelitian Kesehatan dan Pusat Studi
Wanita Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro: Semarang.

Mansjoer,dkk.2000. Kapita selekta Kedokteran edisi III jilud 2.Jakarta:


Media Aesculapius

Suryaningsih. (2007). Tips mengatasi stres saat kehamilan.


http://www.suryaningsih.wordpress.com/2007/05/22/tips-mengatasi-stres-saat-
kehamilan/+dukungan+sosial+untuk+wanita+hamil

13

Anda mungkin juga menyukai