Anda di halaman 1dari 2

Dipanggil dan Terpanggil

Keluaran 2: 23 - 3: 12
oleh: Yon Lopo

Dalam sejarah peradaban umat manusia, Nabi Musa adalah “Presiden” pertama Bangsa Israel.
Sebutan “Presiden”, tidak berlebihan mengingat Musa adalah “pelopor kemerdekaan” bangsa Israel yang
membawa mereka keluar dari Tanah perbudakan di Mesir menuju tanah perjanjian di Kanaan. Kisah
hidup Musa sangat dinamis dan menarik untuk dipelajari. Ia melewati 40 tahun pertama di Istana Firaun
yang penuh kemewahan. Selanjutnya ia menjalani 40 tahun hidup sebagai seorang penggembala domba-
domba milik Yitro di tanah pelariannya di Midian. Pada usia yang ke-80, Tuhan meneguhkan
panggilanNya atas Musa sebagai pemimpin yang membebaskan orang Israel dari perbudakan, lewat
sebuah peristiwa nan ajaib di Gunung Horeb. Kisah Musa adalah cerita tentang panggilan yang tidak
akan pernah lekang oleh waktu, dan tidak tergerus oleh kesukaran hidup. Sesuai dengan pembacaan
Alkitab kita hari ini, ada beberapa catatan penting yang patut dipelajari dari Musa, yang saya ringkas
dalam frasa: Dipanggil dan Terpanggil.
Pertama, Musa dipanggil oleh Tuhan untuk membebaskan orang Israel justru sejak kelahiranya.
Musa yang diambil dari air oleh Puteri Raja Firaun dan lolos dari maut, menjadi penanda bahwa Allah
memiliki maksud atas Bangsa Israel melalui Musa sebagai alatnya. Alkitab mencatat bahwa panggilan
hidup Musa adalah membela kaum lemah. Ia membela budak Israel yang dianiaya oleh orang Mesir (Kel
2: 11-12), Musa juga membela anak-anak Gadis Yitro yang diusir para gembala (Kel 2:16-17). Namun
pelariannya ke Midian membuat dia kehilangan “roh” sebagai pembela kaum lemah. Namun Allah
dengan caraNya yang ajaib “menyalakan” kembali panggilan hati Musa lewat peristiwa semak duri yang
menyala tetapi tidak terbakar (Kel 3:2). Peristiwa ini adalah titik balik panggilan hidup Musa, yang
diteguhkan Alllah sebagai pembela kaum lemah, pemimpin bangsa Israel, sekaligus pelopor perubahan
hidup orang Israel.
Kedua, Musa merespon panggilan tersebut dengan cara yang sangat baik. Musa terpanggil untuk
“…. menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu” (Kel 3:3). Musa tidak pasif,
tetapi aktif untuk datang dan melihat hal ajaib tersebut karena Ia sadar yang bisa melakukan itu hanya
Allah (Kel 3:4). Hal ini menarik karena banyak di antara kita yang sekalipun telah melihat tanda-tanda
heran dari Allah, namun memilih untuk mengabaikannya. Orang memilih untuk tidak merespon
panggilan Tuhan seperti melalui jadwal ibadah, lonceng Gereja, dan banyak jenis panggilan yang lain.
Merespon panggilan Tuhan adalah prasayarat paling mendasar bagi perubahan hidup. Tanpa itu,
kehidupan kita tak akan pernah mengalami kemajuan secara rohani, kemajuan dalam studi, karier, atau
keluarga. Jika Musa tidak terpanggil untuk mendatangi semak belukar yang menyala itu, mungkin
kehidupannya hanya berputar-putar di Midian besama kawanan domba yang dia gembalakan, tanpa ada
dampak yang berarti bagi bangsa Israel. Akan tetapi, Musa meresponnya dengan berinisiatif, dan pro
aktif, dan itu mengubah jalan hidupnya.
Ketiga, Musa berjalan dalam rencana Alllah, bukan dalam keadaan. Membebaskan Bangsa Israel
adalah inisiatif Allah, dan Musa sebagai alatNya. Sehingga keadaan Musa yang serba terbatas, tidak dapat
mengubah rencana Allah atas Israel. (Ayat 10-12). Musa mengaku tidak pandai bicara, Ia juga takut
ditolak dan tidak dipercaya oleh orang Israel. Tetapi dalam segala keterbatasannya, Allah berjanji
memperlengkapi dan menyertai dia.
Keempat, Musa memperkatakan Firman Allah, bukan memperkatakan perasaan. Firman Allah
berbunyi : “….. Beginilah hendaknya kamu katakan kepada Bangsa Israel…… “. Sebagai Hamba yang
diutus Allah, Musa tidak boleh menyampaikan apa yang bukan berasal dari Allah. Sebagai hamba Allah,
dalam banyak hal, sebagai manusia kita terjebak untuk memperkatakan perasaan kita, bukan
memperkatakan Firman Tuhan, Manusia lebih suka menjaga perasaan manusia, ketimbang menjaga
perasaan Tuhan. Padahal, sejatinya hidup kita dikendalikan oleh Firman, bukan oleh perasaan.

Anda mungkin juga menyukai