Kepada Abraham diberikan satu janji, yang bagi orang-orang pada zaman itu
sangat berarti sekali, bahwa ia akan memperoleh keturunan yang banyak dan satu
bangsa yang besar. "Maka Aku akan membuat engkau menjadi bangsa
yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau
akan menjadi berkat." Dan kepada janji ini ditambahkan jaminan, yang bagi
pewaris iman lebih berharga daripada yang lain-lainnya, bahwa dari garis
keturunannya itu Penebus dunia ini akan datang: "Olehmu semua kaum di muka
bumi akan mendapat berkat." Tetapi sebagai syarat yang pertama untuk kegenapan
janji itu, harus ada satu ujian iman; satu pengorbanan dituntut.
Pekabaran dari Allah datang kepada Abraham, "Pergilah dari negerimu dan dari
sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu." Agar supaya Allah dapat melayakkan dia bagi tugasnya yang besar
sebagai pemelihara hukum-hukum yang suci itu, Abraham harus dipisahkan dari
pergaulan masa kanak-kanaknya. Pengaruh kaum kerabat dan sahabat-sahabatnya
akan menghalangi latihan-latihan yang akan Tuhan berikan kepada hamba-Nya.
Karena Abraham sekarang, dengan satu cara yang istimewa mempunyai hubungan
dengan surga, ia harus hidup di antara orang-orang asing. Tabiatnya harus berbeda
daripada orang-orang di dalam dunia ini. Ia sendiri tidak menjelaskan segala
tindakan yang telah diambilnya agar dapat dimengerti oleh sahabat-sahabatnya.
Perkara-perkara rohani harus dipahami secara rohani, motif yang menggerakkan
tindakannya tidak dapat dipahami oleh kaum keluarganya yang menyembah
berhala-berhala itu.
"Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang
akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak
mengetahui tempat yang ia tujui." Ibrani 11:8. Penurutan Abraham yang
dilaksanakan tanpa bertanya-tanya itu merupakan salah satu daripada bukti-bukti
yang menonjol daripada iman yang terdapat dalam seluruh Alkitab. Kepadanya
iman adalah "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat." Ibrani 11:1. Dengan bergantung kepada janji Ilahi
tanpa adanya jaminan yang dapat dilihat bahwa itu akan digenapkan, ia telah
meninggalkan rumah tangga, keluarga dan kampung halaman dan pergi tidak tahu
ke mana, untuk mengikut ke mana saja Allah memimpinnya. "Karena iman ia diam
di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di
kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu."
Ibrani 11:9.
Apa yang telah dihadapkan kepada Abraham bukanlah satu ujian yang enteng,
bukan pula satu pengorbanan yang kecil yang dituntut daripadanya. Ada ikatan
yang kuat yang mengikat Abraham kepada negerinya, keluarganya dan rumah
tangganya. Tetapi ia tidak ragu-ragu untuk menurut kepada panggilan itu. Ia tidak
mengemukakan pertanyaan tentang negeri perjanjian itu--apakah tanahnya subur
dan udaranya menyehatkan; apakah keadaan sekelilingnya baik serta memberikan
kesempatan untuk mengumpulkan kekayaan. Tuhan telah berbicara dan hambanya
harus mentaatinya; baginya tempat yang paling berbahagia di atas bumi ini adalah
tempat di mana Allah tentukan bagi dirinya.
Banyak yang masih diuji sebagaimana halnya Abraham. Mereka tidak mendengar
suara Allah berkata-kata langsung dari surga, tetapi Ia memanggil mereka melalui
pengajaran-pengajaran sabda-Nya dan peristiwa-peristiwa yang merupakan
pimpinan-Nya. Boleh jadi mereka dituntut untuk meninggalkan suatu pekerjaan
yang akan mendatangkan kekayaan dan kehormatan, untuk meninggalkan
pergaulan yang menyenangkan dan menguntungkan, dan berpisah dari keluarga,
untuk memasuki apa yang kelihatan hanya sebagai satu jalan yang penuh dengan
penyangkalan diri, kesukaran dan pengorbanan. Tuhan memberikan kepada mereka
satu tugas untuk dilaksanakan; tetapi satu kehidupan yang senang-senang dan
pengaruh daripada sahabat serta keluarga, akan menghalangi perkembangan tabiat
yang amat dibutuhkan pelaksanaannya. Ia memanggil mereka ke luar dari
pengaruh-pengaruh serta pertolongan manusia, dan memimpin mereka untuk
merasakan kebutuhan akan pertolongan-Nya, dan bergantung hanya kepada-Nya
saja, agar Ia dapat menyatakan Diri-Nya kepada mereka. Siapakah yang mau
menerima tanggung jawab yang baru, dan masuk ke ladang-ladang yang belum
pernah dimasuki serta melaksanakan pekerjaan Allah dengan sungguh-sungguh
dan sukarela, dan demi untuk Kristus menghitung segala kerugian itu sebagai satu
keuntungan? Ia yang mau melakukan hal ini mempunyai iman Abraham dan
bersama-sama dengan dia akan mengambil bagian dalam "kemuliaan kekal yang
melebihi segala-galanya," dan dengan mana "penderitaan zaman sekarang ini tidak
dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." 2
Korintus 4:17; Roma 8:18.
Panggilan dari surga datang kepada Abraham pertama kalinya pada waktu ia
tinggal di "Urkasdim" dan sesuai dengan perintah itu ia pindah ke Haran. Sejauh
itu keluarga bapanya ikut menemaninya, karena bersama dengan penyembahan
berhala mereka telah mencampurnya dengan perbaktian kepada Allah yang benar.
Abraham tinggal di tempat ini sampai kematian Terah. Selesai menguburkan
bapanya itu, suara Tuhan memerintahkannya agar ia maju terus. Saudaranya,
Nahor, bersama dengan keluarganya tetap berpegang pada rumah dan
berhala-berhala mereka. Di samping Sarai, istri Abraham, hanya Lot, anak
daripada Haran yang sudah lama mati, memilih untuk bersama-sama dengan
Abraham menempuh satu hidup pengembaraan. Namun demikian yang
meninggalkan tanah Mesopotamia itu adalah merupakan satu kelompok yang
besar. Abraham sudah memiliki kawanan kambing domba yang banyak, harta
kekayaan dari Timur, dan ia dikelilingi oleh sejumlah besar hamba-hamba dan
pelayan-pelayan. Ia tinggalkan tanah leluhurnya untuk tidak kembali lagi, dan ia
telah membawa segala sesuatu yang dimilikinya, "orang-orang yang diperoleh
mereka di Haran." Di antara mereka itu ada yang ikut oleh karena didorong oleh
pertimbangan-pertimbangan yang lebih tinggi daripada sekadar untuk melayani diri
dan kepentingan-kepentingan pribadi. Selama mereka tinggal di Haran, baik
Abraham dan juga Sarai, telah memimpin orang lain kepada perbaktian serta
pelayanan akan Allah yang benar. Mereka ini mengikatkan diri kepada rumah
tangga Abraham, dan menemaninya menuju ke tanah perjanjian. "Mereka
berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ."
Tempat di mana mereka pertama kali berhenti adalah Sikhem. Di bawah naungan
pohon tarbantin di More, di lembah yang luas dan hijau dengan kebun pohon
zaitunnya, serta mata air yang memancar, di antara bukit Betel di sisi yang satu dan
bukit Ai pada sisi yang lain, Abraham telah mendirikan tendanya. Adalah satu
negeri yang indah serta subur yang telah dimasuki oleh Abraham "satu negeri
dengan sungai, mata air dan danau, yang ke luar dari lembah-lembah dan gunung-
gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon
ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya."
Ulangan 8:7, 8. Tetapi bagi penyembah-penyembah Tuhan, satu bayang-bayang
gelap kelihatan menutupi bukit-bukit kayu dan padang yang subur itu. "Waktu itu
orang Kanaan diam di negeri itu." Abraham telah tiba di tempat tujuan yang
diharap-harapkannya itu, dan mendapati satu negeri yang dihuni oleh satu bangsa
asing dan dipenuhi oleh penyembahan berhala. Di dalam kebun-kebun didirikan
mezbah-mezbah untuk dewa-dewa palsu, dan korban manusia dipersembahkan di
atas puncak-puncak bukit yang ada di sekelilingnya. Sekalipun ia bergantung
kepada janji Ilahi, bukanlah tanpa suatu firasat yang buruk di mana ia telah
mendirikan tendanya. Kemudian "Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dan
berfirman: 'Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Imannya
dikuatkan oleh jaminan bahwa hadirat Ilahi ada bersama-sama dengan dia, bahwa
ia tidak akan dibiarkan begitu saja kepada belas kasihan orang jahat. "Maka
didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya."
Masih sebagai seorang pengembara, ia dengan segera pindah ke satu tempat dekat
dengan Betel dan sekali lagi mendirikan mezbah dan berseru akan nama Tuhan.
Abraham "sahabat Allah" memberikan kepada kita satu suri teladan yang patut.
Kehidupannya dipenuhi oleh doa. Di mana saja ia mendirikan tendanya, maka
dekat di sampingnya didirikannya sebuah mezbah, dan dipanggilnya semua yang
ada di dalam tendanya untuk mengadakan upacara korban pagi dan petang.
Apabila tendanya dipindahkan mezbah itu ditinggalkan di tempatnya. Pada
tahun-tahun berikutnya, ada orang-orang dari antara bangsa Kanaan yang
mengembara itu yang menerima petunjuk-petunjuk dari Abraham, dan bilamana
saja salah seorang dari antara mereka mendapati mezbah tadi, ia tahu siapa yang
telah berada di tempat itu sebelumnya; dan apabila ia mendirikan tendanya, ia
perbaiki mezbah itu, dan di sana ia berbakti kepada Allah yang hidup.
Abraham melanjutkan perjalanannya ke arah Selatan, dan sekali lagi imannya telah
diuji. Hujan tidak turun, di lembah-lembah mata air telah menjadi kering, dan
rumput-rumput di padang menjadi layu. Kawanan kambing dan domba tidak
mendapati padang rumput dan kelaparan mengancam semua pengikutnya.
Sekarang ini tidakkah Abraham meragukan pimpinan Allah? Tidakkah sekarang ini
ia menoleh kembali dengan penuh kerinduan ke padang-padang Kasdim yang
subur itu? Semua orang dengan perhatian mengamat-amati apa yang akan
dilakukan oleh Abraham, sementara kesulitan demi kesulitan datang menimpanya.
Selama kepercayaannya kelihatan tak tergoncangkan, mereka merasa bahwa ada
pengharapan; mereka merasa pasti bahwa Allah adalah Sahabatnya, dan Ia masih
tetap memimpinnya.
Selama ia tinggal di Mesir, Abraham memberikan bukti bahwa ia tidak lepas dari
kelemahan dan ketidak-sempurnaan manusia. Di dalam menyembunyikan fakta
bahwa Sarai adalah istrinya, ia telah meragukan penjagaan Ilahi. Ia menunjukkan
kurang iman dan keberanian yang amat sering dinyatakan dalam hidupnya. Sarah
mempunyai wajah yang cantik, dan Abraham merasa yakin bahwa orang-orang
Mesir yang berkulit hitam itu akan mengingini orang asing yang elok itu, dan agar
memperolehnya, tentu mereka tidak segan-segan untuk membunuh suaminya. Ia
berpendapat bahwa ia tidak berdusta dengan mengatakan bahwa Sarah adalah
saudarinya karena dia adalah anak daripada bapanya sekalipun berbeda ibu. Tetapi
hal menyembunyikan hubungan mereka yang sebenarnya adalah merupakan satu
penipuan. Tidak ada penyimpangan dari kejujuran yang sungguh berkenan di
hadapan Tuhan. Oleh karena kurangnya iman Abraham, Sarah telah ditempatkan
dalam satu bahaya yang besar. Raja Mesir, setelah mendengar kabar tentang
kecantikannya, memerintahkan agar ia dibawa ke istana, dengan maksud akan
dijadikan istrinya. Tetapi Tuhan di dalam rahmatnya yang besar, telah melindungi
Sarah dengan menyatakan hukuman terhadap seisi istana raja. Oleh cara ini raja
mengetahui apa yang sebenarnya menjadi persoalan dan dengan marah oleh karena
merasa ditipu oleh Abraham, ia telah menempelaknya dan mengembalikan
kepadanya istrinya itu, sambil berkata: "Mengapa engkau katakan: dia adikku,
sehingga aku mengambilnya menjadi istriku? Sekarang, inilah istrimu, ambillah
dan pergilah!"
Abraham disukai oleh raja; bahkan sekarang Firaun tidak mengizinkan Abraham
atau pengikut-pengikutnya disakiti, tetapi memerintahkan seorang penjaga untuk
memelihara agar mereka dengan selamat pergi meninggalkan negerinya. Pada saat
itu berlaku undang-undang yang melarang Mesir untuk bergaul dengan gembala-
gembala asing dalam hal seperti makan dan minum bersama-sama dengan mereka.
Tindakan Firaun untuk mengusir Abraham adalah suatu perbuatan yang baik dan
penuh kemurahan; tetapi ia menyuruh agar dia meninggalkan Mesir karena dia
tidak berani mengizinkan ia untuk tetap tinggal. Dengan tidak sadar Raja hampir-
hampir berbuat sesuatu yang akan menyakiti Abraham, tetapi Allah campur tangan
dan menyelamatkan raja daripada perbuatan dosa yang besar itu. Firaun melihat di
dalam diri orang asing ini seorang yang dihormati oleh Allah yang ada di surga dan
ia merasa takut membiarkan dia berada di dalam kerajaan, seorang yang jelas
berkenan kepada Tuhan. Kalau saja Abraham dibiarkan tinggal di Mesir, kekayaan
serta kehormatan yang bertambah-tambah itu akan membangkitkan rasa cemburu
dan tamak orang-orang Mesir, dan kesulitan akan menimpanya untuk mana raja
harus bertanggung jawab dan tentu akan kembali mendatangkan hukuman kepada
seisi istananya.
Amaran yang telah diberikan kepada Firaun terbukti menjadi satu perlindungan
kepada Abraham di dalam pergaulannya dengan orang-orang kafir di masa
mendatang; karena hal itu tidak dapat disembunyikan dan telah nyata bahwa yang
disembah Abraham akan melindungi hamba-Nya dan perlakuan yang tidak baik
kepadanya akan mendatangkan pembalasan. Adalah satu hal yang membahayakan
untuk berbuat yang tidak baik kepada salah seorang daripada anak-anak Raja
surga. Pemazmur menunjukkan kepada pengalaman Abraham ini pada waktu ia
berkata, tentang umat pilihan Allah menempelak raja-raja untuk kebaikan mereka
dengan berkata, "Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat
jahat kepada nabi-nabi-Ku." Mazmur 105 :15.