Anda di halaman 1dari 7

Bahan KPA Palembang, Minggu 14 Februari 2021

Alfa dan Omega Jilid 1 “Sejarah Para Nabi”

Pasal 10-MENARA BABEL

Untuk mengisi kembali bumi yang telah sunyi senyap dilanda air bah oleh sebab
kejahatan akhlaknya, Allah telah memelihara hanya satu keluarga saja, yaitu rumah tangga
Nuh, yang kepadanya, Ia telah berkata “Engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di
antara orang zaman ini.” Kejadian 7:1. Tetapi di dalam diri ketiga anak lelaki Nuh itu dengan
cepat berkembang perbedaan besar yang sama seperti yang terlihat di dalam dunia sebelum
air bah. Di dalam diri Sem, Ham dan Yafet, yang menjadi bapa-bapa umat manusia,
terbayang gambaran tabiat keturunan mereka.

Nuh sambil berkata-kata melalui ilham, meramalkan sejarah tiga ras yang besar yang
akan muncul dari bapa-bapa umat manusia itu. Menelaah keturunan Ham, melalui anak
gantinya bapa, Nuh berkata: “Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling
hina bagi saudara-saudaranya.” Kejahatan Ham yang luar biasa menunjukkan bahwa sikap
hormat terhadap orangtua telah lama hilang dari jiwanya, dan hal itu menyatakan adanya
kekejian serta kejahatan wataknya. Sifat-sifat yang jahat ini diteruskan di dalam diri Kanaan
dan turunannya, yang ke atasnya pehukuman Allah telah dijatuhkan oleh sebab dosa mereka
yang terus menerus.

Di lain pihak, sikap hormat yang dinyatakan oleh Sem dan Yafet terhadap bapa
mereka dan dengan cara demikian terhadap hukum Ilahi, menjanjikan satu masa depan yang
gemilang bagi turunannya. Tentang anak-anak ini dikatakan: “Terpujilah TUHAN, Allah
Sem, tetapi hendaklah Kanaan menjadi hamba baginya. Allah meluaskan kiranya tempat
kediaman Yafet, dan hendaklah ia tinggal dalam kemah Sem, tetapi hendaklah Kanaan
menjadi hamba baginya.” Garis keturunan Sem akan menjadi asal dari pada umat pilihan,
asal umat perjanjian Tuhan, asal Penebus yang dijanjikan itu.

Tuhan adalah Allah Sem. Darinya akan turun Abraham dan bangsa Israel yang
melaluinya Kristus akan datang. “Berbahagialah bangsa yang Aliahnya ialah TUHAN.”
Mzm. 144:15. Dan Yafet “akan tinggal di dalam tenda Sem.” Di dalam berkat-berkat Injil itu
keturunan Yafet terutama sekali akan ikut ambil bagian.

Turunan Kanaan merosot ke dalam suatu bentuk kekafiran yang paling keji. Sekalipun
kutuk yang diucapkan nabi itu menetapkan mereka kepada perbudakan, kutuk tersebut
ditunda kegenapannya selama berabad-abad lamanya. Tuhan bersikap panjang sabar terhadap
kekejian serta kejahatan mereka sampai mereka ditolak dan menjadi hamba-hamba kepada
turunan Sem dan Yafet.

Nubuatan Nuh bukanlah merupakan satu hukuman yang dijatuhkan dengan


sewenang-wenang oleh murka Allah ke satu pihak ataupun menyatakan adanya anak mas di
pihak lain. Itu tidak pula menetapkan tabiat serta nasib anak-anaknya. Tetapi itu
menunjukkan apa yang akan menjadi akibat jalan hidup yang mereka masing-masing telah
pilih, dan dari tabiat yang telah mereka kembangkan. Itu merupakan satu pernyataan maksud-
maksud Allah terhadap mereka dan keturunan mereka dengan melihat tabiat serta tindakan
mereka. Sebagai satu patokan, anak-anak mewarisi kecenderungan-kecenderungan dari
orangtua mereka, dan meniru teladan hidup mereka; sehingga dosa-dosa orang tua
dipraktikkan oleh anak-anak dari generasi ke generasi. Dengan demikian kejahatan serta
sikap tidak hormat yang ada pada diri Ham dipantulkan dalam hidup keturunannya, serta
mendatangkan kutuk ke atas diri mereka dalam banyak generasi. “Satu orang yang keliru
dapat merusakkan banyak hal yang baik.” Pengkhotbah 9:18.

Di pihak lain, betapa besarnya pahala atas sikap hormat Sem terhadap bapanya; dan
betapa agungnya garis keturunan orang-orang suci yang terlihat dalam keturunannya!
“TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh,” “dan anak cucunya menjadi berkat.”
Mazmur 37:18, 26. “Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Aliahmu, Dialah Allah,
Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih
kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan.”
Ulangan 7:9.

Untuk jangka waktu tertentu keturunan Nuh itu terus bermukim di antara gunung-
gunung di mana bahtera itu kandas. Tatkala jumlah mereka semakin banyak, dengan segera
kemurtadan menimbulkan perpecahan. Mereka yang mau melupakan Khalik mereka dan
menyisihkan tuntutan hukum-hukum-Nya, merasakan adanya tempelakan yang terus-menerus
dari pengajaran serta teladan hidup orang-orang yang takut akan Tuhan, dan tidak lama
sesudah itu mereka mengambil keputusan untuk memisahkan diri dari orang-orang yang
berbakti kepada Tuhan. Kemudian mereka pun berangkat menuju dataran Sinear, di tepi
Sungai Efrat. Mereka tertarik oleh keindahan alam sekitarnya dan kesuburan tanahnya, dan di
atas dataran inilah mereka memutuskan untuk membangun rumah kediaman mereka.
Di tempat ini mereka bermaksud untuk mendirikan sebuah kota besar dan di
dalamnya sebuah menara yang begitu tinggi, sehingga akan merupakan keajaiban dunia.
Usaha ini dimaksudkan untuk mencegah agar jangan orang banyak itu tersebar luas dalam
kelompok-kelompok. Tuhan telah memerintahkan mereka untuk pergi tersebar luas di seluruh
permukaan bumi ini, untuk memenuhi dan berkuasa atasnya; tetapi pembangun-pembangun
menara Babel ini bertekad untuk membentuk satu masyarakat yang tergabung dalam satu
badan, dan membangun satu kerajaan yang akhimya akan mencakup seluruh dunia ini.
Dengan de-mikian kota mereka itu akan merupakan satu kota metropolitan dari pada kerajaan
dunia itu; kemuliaannya akan membuat dunia mengaguminya dan menghormatinya dan
menjadikan pembangun-pembangunnya sebagai orang-orang yang termasyhur. Menara yang
megah ini, yang puncaknya menjulang ke angkasa dimaksudkan sebagai satu tugu peringatan
akan kekuasaan dan kebijaksanaan pembangun-pembangunnya, dan mengabadikan
kemasyhuran mereka kepada generasi mendatang.

Penduduk dataran Sinear tidak mempercayai perjanjian Allah bahwa la tidak akan lagi
mendatangkan air bah ke atas dunia ini. Banyak dari antara mereka yang menyangkal adanya
Allah, dan mengatakan bahwa air bah adalah sebab akibat oleh alam ini. Yang lain percaya
akan satu pribadi yang berkuasa, dan Dialah yang telah membinasakan bumi dengan air bah;
dan hati mereka seperti Kain, bangkit dalam pemberontakan melawan Dia. Satu tujuan yang
ada di hadapan mereka dalam membangun menara ini ialah untuk menjaga keselamatan
mereka seandainya air bah yang lain datang melanda. Dengan mendirikan sebuah menara
yang puncaknya jauh lebih tinggi daripada yang dicapai oleh air bah, mereka pikir mereka
akan terhindar dari segala kemungkinan bahaya yang timbul, dan apabila mereka dapat naik
tinggi ke awanawan, mereka harap akan dapat memastikan apa yang menyebabkan Air Bah
itu. Segala usaha ini dimaksudkan untuk mengangkat lebih tinggi lagi kebanggaan para
pembangunnya, dan memalingkan pikiran generasi mendatang dari Allah, dan menuntun
mereka kepada penyembahan berhala.

Apabila menara itu sudah selesai separuh, maka sebagian dari padanya digunakan
sebagai satu tempat tinggal tukang-tukang yang memba-ngunkan menara itu; bagian yang
lain, yang diperlengkapi dan dihiasi dengan megahnya, ditahbiskan kepada berhala-berhala
mereka. Orang banyak bersuka-suka atas suksesnya mereka, dan memuji ilah-ilah perak dan
emas, dan bangkit melawan Pemerintah langit dan bumi ini. Tiba-tiba pekerjaan yang sedang
berlangsung dengan cepatnya itu terhenti. Malaikat disuruh untuk menggagalkan maksud
pembangunpembangun menara itu. Menara itu telah menjulang tinggi sekali, dan adalah
mustahil bagi tukang-tukang yang ada di puncak menara itu berhubungan langsung dengan
mereka yang ada di bawah sekali; oleh sebab itu ada orang-orang yang ditugaskan di pos
yang berbeda-beda, dan masing-masing mereka harus menerima dan kemudian
menyampaikan kepada orang yang berikut yang ada di bawahnya akan permintaan untuk
bahan-bahan yang diperlukan atau petunjuk-petunjuk lainnya sehubungan dengan pekerjaan
itu. Sementara kabar itu disampaikan dengan cara seperti ini seorang kepada yang lainnya,
bahasa mereka telah dikacaukan, sehingga bahan-bahan yang tidak diperlukan itulah yang
dikirimkan, dan petunjuk-petunjuk yang disampaikan sering bertentangan dengan apa yang
telah diberikan. Kekacauan dan kekecewaan timbul sebagai akibatnya. Semua pekerjaan
terhenti. Tidak ada lagi keselarasan dan kerja sama. Tukang-tukang yang bekerja itu tidak
memahami apa yang telah menyebabkan terjadinya salah pengertian yang amat ganjil di
antara mereka itu, dan dengan rasa marah dan kecewa mereka saling menyalahkan satu
dengan yang lain. Permufakatan mereka berakhir dengan perkelahian dan pertumpahan darah.
Kilat dari langit, sebagai tanda amarah Allah, menghancurkan bagian atas menara itu, dan
mencampakkannya ke atas tanah. Manusia disadarkan bahwa ada satu Allah yang
memerintah di surga.

Hingga saat itu manusia berkata-kata dalam bahasa yang sama; se-karang mereka
yang saling mengerti bahasa yang satu dengan yang lainnya berkumpul bersama-sama;
sebahagian pergi ke satu tempat dan yang lainnya pergi ke tempat yang lain. “Mereka
diserakkan TUHAN dari situ ke suluruh bumi.” Terseraknya mereka ini adalah satu cara
untuk memenuhi kembali bumi ini, dan dengan demikian maksud Tuhan telah dilaksanakan
melalui satu cara yang telah digunakan manusia untuk menggagalkannya.

Tetapi betapa satu kerugian bagi mereka yang bangkit melawan Tuhan! Adalah
maksud-Nya bahwa apabila manusia pergi untuk mendirikan bangsa-bangsa di berbagai
tempat di bumi ini mereka akan membawa pengetahuan akan kehendak-Nya, agar terang
kebenaran itu dapat terpancar dengan jelas ke generasi berikutnya. Nuh, pengkhotbah kebe-
naran yang setia itu, hidup tiga ratus lima puluh tahun lamanya setelah air bah. Sem selama
lima ratus tahun, dan dengan demikian keturunan mereka mempunyai satu kesempatan untuk
mengetahui tuntutan-tuntutan Allah dan sejarah bagaimana Allah telah memperlakukan
bapabapa mereka itu. Tetapi mereka enggan mendengarkan kebenaran-kebenaran yang tidak
sesuai dengan selera mereka; dan dengan kacaunya bahasa manusia saat itu mereka telah
putus hubungan dengan orang yang sebenarnya dapat memberikan terang kebenaran kepada
mereka.
Pembangun-pembangun Babel itu telah memanjakan roh persungutan terhadap Allah.
Gantinya bersyukur dan mengingat akan rahmat-Nya kepada Adam dan perjanjian-Nya yang
indah kepada Nuh, mereka telah bersungut bahwa Allah bertindak kejam dengan mengusir
Adam dan Hawa dari Eden dan membinasakan bumi ini dengan air bah. Tetapi sementara
mereka bersungut-sungut terhadap Allah yang dianggap bertindak sewenang-wenang dan
kejam itu, mereka mau menerima peraturan yang dibuat oleh diktator-diktator yang paling
kejam. Setan sedang berusaha untuk mencemoohkan persembahan korban yang
melambangkan kematian Kristus; dan apabila pikiran orang banyak digelapkan oleh
penyembahan berhala, ia menuntun mereka untuk menandingi jenis persembahan ini dan
mengorbankan anak-anak mereka sendiri di atas mezbah para ilah mereka. Apabila manusia
berpaling dari Allah, sifat-sifat Ilahi, keadilan, kesucian dan kasih diganti oleh penjajahan,
kekejaman dan sifat tidak berperikemanusiaan.

Orang-orang. Babel telah bertekad untuk mendirikan satu pemerintahan yang terlepas
dari Allah. Namun demikian ada beberapa di antara mereka yang takut akan Tuhan tetapi
telah tertipu oleh sifat pura-pura dari orang-orang jahat, dan tertarik kepada muslihat mereka.
Demi untuk orang-orang yang setiawan ini, Tuhan telah menunda pehukumanNya dan
memberikan kepada mereka kesempatan untuk menyatakan tabiat mereka yang sebenarnya.
Apabila rencana-rencana mereka sedang berkembang, anak-anak Allah berusaha untuk
mencegah mereka dari maksud mereka itu; tetapi orang banyak itu telah bersatu padu untuk
menentang surga. Kalau saja mereka itu harus dibiarkan, mereka akan merusakkan akhlak
dunia ini pada masa permulaannya. Permufakatan mereka itu didasarkan atas pemberontakan;
satu kerajaan didirikan untuk kemegahan diri, di mana Allah tidak dihormati dan tidak diakui
kekuasaan-Nya. Apabila permufakatan ini dibiarkan berlarut-larut, maka satu kuasa yang
hebat akan merajalela dan menghapuskan kebenaran, dan dengan itu lenyaplah damai,
kebahagiaan dan keamanan dari bumi ini. Untuk hukum-hukum Ilahi, “kudus, benar dan
baik” (Roma 7:12) manusia berusaha mencari penggantinya yang sesuai dengan maksud hati
mereka yang kejam, dan bersifat mementingkan diri.

Mereka yang takut akan Tuhan berseru kepada-Nya agar segera turun tangan. “Lalu
turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia
itu.” Di dalam rahmat kepada dunia ini, Ia telah menggagalkan tujuan pembangun-
pembangun menara itu, dan menghancurkan tugu peringatan pemberontakan mereka. Di
dalam kemurahan-Nya Ia telah mengacaukan bahasa mereka, dengan demikian menghentikan
rencana pemberontakan mereka. Tuhan bersikap panjang sabar terhadap kejatuhan manusia,
dengan memberikan kepada mereka kesempatan yang cukup untuk bertobat; tetapi Ia
memperhatikan segala usaha mereka untuk menentang kekuasaan hukum-Nya yang adil dan
suci itu. Dari waktu ke waktu tangan yang tidak terlihat itu, yang memegang tongkat
pemerintahan diulurkan untuk membendung kejahatan. Bukti yang nyata telah diberikan
bahwa Khalik semesta alam, pribadi yang tidak terbatas dalam kebijaksanaan, kasih dan
kebenaran, adalah Pemerintah surga dan dunia, dan bahwa tidak seorang pun dapat menghina
kekuasaan-Nya tanpa menerima hukuman.

Rencana pembangun-pembangun Babel berakhir dengan kekalahan dan rasa malu.


Tugu peringatan akan kebanggaan mereka berubah menjadi peringatan akan kebodohan
mereka. Namun demikian manusia tetap mengikuti jalan yang sama, bergantung kepada diri
dan menolak hukum Allah. Ini adalah yang telah dicoba dijalankan Setan di dalam surga;
sama dengan apa yang mendorong Kain dalam mempersembahkan korbannya.

Pada zaman kita ini ada juga pembangun-pembangun menara. Orangorang kafir
membuat teori-teori yang didasarkan atas apa yang disangka sebagai kesimpulan ilmu
pengetahuan, dan menolak firman Allah yang dinyatakan. Mereka dengan berani
menjatuhkan hukum atas pe-merintahan Allah; mereka menghina hukum-Nya dan
membanggakan kesanggupan pikiran manusia. Kemudian, “oleh karena hukuman terhadap
perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat
jahat.” Pengkhotbah 8:11.

Di kalangan orang-orang yang mengaku Kristen banyak yang berpaling dari


pengajaran yang terang dari Alkitab, dan membuat satu kepercayaan yang didasarkan atas
spekulasi manusia, dan dongeng-dongeng yang menyenangkan, dan mereka menyatakan
bahwa menara mereka adalah jalan untuk masuk ke dalam surga. Manusia ternganga
mengagumi bibir yang fasih berkata-kata, sementara itu mengajarkan bahwa orang yang
melanggar hukum tidak akan mati, bahwa keselamatan itu dapat diperoleh tanpa penurutan
kepada Allah. Jikalau orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus mau menerima
ukuran yang ditetapkan oleh Tuhan, maka itu akan menjadikan mereka bersatu, tetapi selama
kebijaksanaan manusia ditinggikan lebih daripada firman-Nya yang suci, maka akan terjadi
perpecahan dan persengketaan. Kekacauan yang timbul sehubungan dengan kepercayaan-
kepercayaan dan sektesekte yang bertentangan adalah tepat digambarkan dengan istilah
Babel” yang oleh nubuatan (Wahyu 14:8; 18:2) digunakan kepada gerejagereja yang
mengasihi dunia pada akhir zaman.
Banyak yang berusaha menjadikan satu surga bagi diri mereka dengan cara
memperoleh kekayaan dan kuasa. Mereka berkata-kata hendak berbuat jahat dan aniaya, dan
dari nafsu yang tinggi mereka itu bertutur (Mazmur 73:8), sambil menginjak-injak hak-hak
manusia, dan tidak mempedulikan kekuasaan Ilahi. Orang yang sombong boleh jadi untuk
sementara waktu memegang kekuasaan yang besar, dan melihat adanya sukses dari tengah
usaha mereka; tetapi pada akhirnya mereka hanya akan mendapati kekecewaan dan
penderitaan saja.

Waktu di mana Allah akan datang untuk menyelidiki sudah dekat. Yang Mahatinggi
akan turun untuk melihat apa yang telah didirikan manusia. Kekuasaan-Nya yang hebat itu
akan dinyatakan, dan hasil pe-kerjaan dari pada kesombongan manusia akan dihancurkan.
TUHAN memandang dari surga, la melihat semua anak manusia, dari tempat kediaman-Nya
la menilik semua penduduk bumi. TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia
meniadakan rancangan suku-suku bangsa; tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya,
rancangan hati-Nya turun-temurun.” Mazmur 33:13, 14, 10, 11.

Anda mungkin juga menyukai