Ayat 1-4:
Sebagaimana dalam kebanyakan awal surat dalam al-Qur’an, Allah swt. memulainya
dengan qasam/sumpah dengan makhluk ciptaannya. Karena tidak ada yang lebih tinggi
dari Allah ta’ala untuk dijadikan sumpah kecuali diri-Nya, maka Allah menjadikan
makhluk-Nya sebagai sumpah. Dan agar kita mentadabburi hal yang dijadikan sumpah
oleh Allah swt.
Di sini Allah bersumpah dengan beberapa hal. Pertama, tentang waktu fajar yang
memiliki banyak keutamaan. Kedua, tentang malam yang sepuluh. Oleh para mufassir,
yang dimaksud adalah sepuluh malam yang diberkahi pada sepuluh hari pertama bulan
Dzul Hijjah/bulan haji.
Ketiga, tentang ganjil dan genap. Ibnu Abbas menafsirkan bahwa yang dimaksud
genap adalah hari Idul ‘Adha (10 Dzulhijjah). Dan yang dimaksud dengan ganjil adalah
hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah). Beberapa ulama juga menafsirkan bahwa yang dimaksud
ganjil (satu) adalah Pencipta, dan yang dimaksud genap adalah makhluk. Keempat, Allah
bersumpah dengan waktu malam.
Ayat 5
Al-Qurthubiy berkata: “Allah swt. terkadang bersumpah dengan nama dan sifat-Nya
karena ilmu-Nya, dengan perbuatan-Nya karena qudrah-Nya, dan terkadang dengan
makhluk-makhluk-Nya untuk menunjukan keagungan penciptaan-Nya.” Seperti dalam
ayat sebelumnya.
Ayat 6-8
Kemudian Allah swt. menyebutkan kekuasaan-Nya terhadap kaum kafir Quraisy
dengan mencontohkan kebinasaan umat-umat terdahulu yang kufur kepada Allah,
diantaranya kaum ‘Ad, kaumnya Nabi Hud as. Bahkan Allah swt. bisa membinasakan
kaum yang memiliki kejayaan dan bangunan yang lebih hebat dari kaum kafir Quraisy.
Tentunya akan sangat mudah bagi Allah swt. jika Dia berkehendak untuk membinasakan
kaum kafir Quraisy juga.
Ayat 9
Begitu pula halnya yang terjadi pada kaum Tsamud, kaum Nabi Shalih as. yang
memiliki bangunan-bangunan besar dengan melubangi batu-batu besar di lembah-
lembah. Dengan kehebatan seperti itu, Allah bisa membinasakan mereka karena
kekafirannnya.
Ayat 10-12
Allah juga membinasakan Fir’aun dan kaumnya meskipun dia memiliki kejayaan,
kekuasaan, dan kerajaan yang luar biasa.
Kaum-kaum ini dibinasakan oleh Allah swt. karena kekufuran dan kesewenang-
wenangannya terhadap perintah Allah swt. Mereka menebar kerusakan di muka bumi dan
melampaui batas. Perlu diperhatikan, yang dimaksud dengan kerusakan di muka bumi,
bukan hanya kerusakan fisik. Yang dimaksud kerusakan di muka bumi adalah segala
bentuk ketidaktaatan kepada syariat Allah. Termasuk kedzaliman, kesewenang-
wenangan, dan berhukum tidak dengan hukum Allah.
Ayat 13-14
Para mufassir berkata, pilihan kata ‘shabba’ (menimpakan) ini untuk menunjukan
bahwa adzab Allah swt. datang dengan tiba-tiba. Angin yang membinasakan kaum ‘Ad,
suara pekikan yang menghancurkan kaum Tsamud, dan Fir’aun dan kaumnya yang
ditenggelamkan. Semua terjadi seperti pukulan yang tiba-tiba.
Ayat 15-16
Setelah itu, Allah mengungkapkan tentang tabiat orang kafir yang terlena ketika
diberi nikmat dan mengeluh ketika ditimpa musibah. Dalam kedua ayat ini, Allah
menyebutkan bahwa nikmat maupun kesulitan keduanya merupakan bentuk ujian yang
diberikan oleh Allah swt. Dengan kenikmatan, kita diuji apakah kita akan bersyukur atau
kufur. Dengan kesulitan, kita akan diuji apakah kita sabar atau mengeluh.
Ayat 17-20
Allah menyebutkan lagi sifat-sifat orang kafir. Mereka tidak memuliakan orang-orang
yatim, bahkan memakan harta mereka, mereka tidak mendorong untuk memberi makan
orang miskin apalagi memberinya sendiri, mereka pun suka memakan harta tanpa
membedakan halal dan haram bahkan mencintainya secara berlebihan.
Ayat 21-24
Pada hari itu, manusia baru sadar akan kelalaian mereka dalam beramal di dunia.
Mereka menyesal sebenar-benar penyesalan. Namun, bagaimana pun, penyesalan mereka
tidak berguna sama sekali.
Ayat 25-26
Pada hari itu, tidak ada adzab yang lebih dahsyat dari adzab Allah. Dan tidak ada
ikatan rantai yang lebih dahsyat di neraka selain ikatan Allah.
Ayat 27-30
Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shalih dengan ikhlas, maka dia akan
digolongkan ke golongan hamba-hamba Allah yang masuk ke surga dengan hati yang
ridha terhadap ketentuan dan nikmat Tuhan-Nya, serta diridhai oleh Allah swt. Ini adalah
perkataan yang akan dilanturkan kepada para hamba-Nya di akhirat nanti.