Kaum ‘Ad
Nabi Hud As. Adalah putra Sam bin Nuh, jadi ia adalah cucu Nabi Nuh As. Nabi Hud as. Diutus di
tengah-tengah kaumnya yang sangat duhaka. Mereka adalah Kaum ‘Ad yang berbadan kuat dan besar.
Suku ‘Ad bertempat tinggal di sebelah utara Hadramau, Yaman Selatan.
Kaum ‘Ad dikaruniai tanah yang subur lengkap dengan sarana irigasi yang baik. Air seolah
memancar dari segenap penjuru untuk menyirami dan menyuburkan tanah pertanian dan perkebunan
mereka. Berkat karunia Allah ini, mereka hidup makmur, mereka dapat membangun tempat tinggal
yang indah dan megah, bangunan bangunan dan istana istana yang mewah.
Kecenderungan manusia selalu lalai. Bila kemakmuran dan kemewahan sudah tercapai mereka lupa
diri dan hanya memperturutkan hawa nafsunya yang tak enal puas. Mereka lupa akan penciptanya,
mereka lupa bersyukur. Bukan Allah yang mereka sembah tetapi berhala berhala yang mereka buat
dengan ‘shamud’,’Shada’ dan ‘Alhaba’.
Nabi Hud adalah seorang yang berlapang dada, berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar namun
cerdas dan tegas. Karena kesesatan kaumnya yang semakin menjadi jadi, Nabi Hud As. menyeru
mereka untuk menyembah Allah dan meninggalkan berhala dan batu yang saat ini mereka sembah.
Allah berfirman dalam Q.S Al A’raf ayat 65
“ Dan (kami telah mengutus) kepada Kaum ‘Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata; Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali kali tiada tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa
kepaa-Nya?”
Dengan penuh ikhlas dan sabar Nabi Hud As. menyeru umatnya yang telah sesat. “Wanita kaumku,
kalian telah menempuh jalan yang keliru dan sesat. Batu batu berhala yang kalian sembah tak bisa
berbuat apa apa. Tidak mampu memberikan kebaikan maupun kemelaratan. Hanya Allah yang pantas
kita sembah. Dialah yang memberikan rezeki berlimpah ruah sehingga kalian dapat hidup makmur
dimuka bumi ini. Allah yang menghidupkan kita dan mematikan kita. Ingatlah, Allah akan
menghidupkan kita kembali di akhirat guna mempertanggung jawabkan perbuatan kita di muka bumi.
Siapa yang beramal baik akan mendapat pahala surga yang penuh dengan kenikmatan. Sebaliknya
siapa yang berbuat jahat dan kemaksiatan akan menerima siksa dan penghinaan,”
Ajakan Nabi Hud As. ini malah dilecehkan oleh kaumnya. Mereka berkata “Mana bisa orang yang
mati akan dihidupkan kembali. Itu hanya omong kosong dan bualanmu saja. Orang hidup hanya
sekali. Susah senang ya hanya di muka bumi ini. Kalau sudah mati ya sudah, tidak ada urusan lagi.”
Mereka bahkan berani mencerca Nabi Hud. Dan perbuatannya makin keterlaluan. Kemaksiatan
merajalela. Mereka tidak mau menerima Nabi Hud sebagai utusan Allah bahkan mengejeknya,
sebagai orang gila tak berakal, Kisah tentang perilaku kaum ‘Ad terhadap nabi hud terdapat pada surat
As syuara ayat 123-138.
Allah menurunkan azab atas kedurhakaan mereka. Bangsa ‘ad kemudian ditimpa musim kemarau
panjang selama tiga tahun. Tak ada setetes hujan sama sekali dalam kurun itu. Rusaklah lahan
pertanian dan perkebunan yang mereka banggakan selama ini. Bahaya kelaparan mengancam dimana
mana.
Dalam keadaan demikian nabi Hud masih berkenan memberikan peringatan kepada kaumnya dan
menyeru mereka agar segera bertaubat. Allah berfirman dalam Q.S Hud ayat 52
(Nabi Hud berkata)”Hai kaumku, mohon ampunlah kepada Allah lalu bertaubatlah kepada-Nya,
niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan
kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”
Karena hebatnya keingkaran kau ‘Ad terhadap ajaran nabi Hud As., maka jatuhlah keputusan Allah
atas mereka. Bagaimana gagah beraninya manusia bumo ini, apabila datang siksaan Allah, maka
semuanya pun akan binasa, seketika itu.
Tiba tiba terlihat di langit awan yang hitam terbentang panjang. Semua mata penduduk melihat
keatas. Maka berkatalah mereka mereka yang ingkar “ Lihatlah awan itu. Sebentar lagi hujan akan
turun untuk menyiram tanah dan tanaman tanaman kita, an memberiminum kepada binatang binatang
ternak kita.” Nabi Hud As. berkata kepada mereka “ itu bukan awan rahmat, tetapi awan yang
membawa angin samun, yang akan membinasakan kamu semuanya, angin yang penuh azab yang
amat pedih.”
Kemudian mulailah angin berhembus dengan dahsyat. Binatang binatang ternak mereka
berhamburan keluar dan terbang dibawa angin. Begitu pula harta benda milik mereka. Gunung
gunung menjadi hancur. Mulailah Kaum ‘Ad merasa takut dan berlarian kesana kemari untuk mencari
perlindungan. Mereka masuk kerumah masing masing. Selama 8 hari 7 malam angin siksaan itu
bertiup hebat, sehingga kaum ‘ad roboh bergelimpangan dan mati seperti pohon pohon yang tumbang.
Allah berfirman dalam Q.S Al Haqqah ayat 6-8
“Adapun Kaum ‘Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat
kencang, yang Allah menimpakan anngin itu kepada mereka selama 7 malam 8 hari terus menerus.
Maka kamu lihat Kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan akan mereka tunggul
tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal
diantara mereka.”
Sementara itu, Nabi Hud As. beserta pengikutnya yang beriman berada didalam keselamatan.
Allah berfirman dalam Q.S Hud ayat 58
“Dan tatkala datang adzab kami, kami selamatkan Hud dan orang orang yang beriman bersama dia
dengan rahmat dari kami. Dan kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari adzab yang berat.”
1. Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Bila Allah hendak menurunkan bencana kepada suatu
kaum, tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi.
2. Allah akan mengadzab orang yang ingkar dan durhaka kepada-Nya, serta akan nenberikan
pahala dan balasan yang setimpal bagi orang ta’at dan patuh kepada-Nya.
3. Kekayaan dan kekuasaan hendaknya tidak membuat kita lupa kepada Allah, bahkan memacu
kita untuk semakin dekat dengan Allah.
Pada ayat tersebut menunjukan bahwa kekuasan ilmu Allah SWT dan keterbatasan ilmu para
malaikat. Dikarenakan mereka dapat berserah diri serta meyakini kebenaran kehendak Allah SWT.
Kita tidak membayangkan adanya dialog antara Allah SWT dan para malaikat sebagai bentuk
pengultusan terhadap Allah dan penghormatan terhadap para malaikat-Nya. Kita meyakini bahwa
dialog terjadi dalam diri malaikat sendiri yang berkenaan dengan keinginan mereka untuk
mengemban khilafah di muka bumi, kemudian Allah SWT memberitahu mereka bahwa tabiat mereka
bukan disiapkan untuk hal tersebut.
Mari kita mengenal kisah Nabi Adam dengan empat urutan roda kehidupannya. Roda kehidupannya
yaitu terciptanya Nabi Adam AS ke muka bumi, penciptaan Hawa di surga bersama Nabi Adam.
Kemudian kisah Nabi Adam dan Hawa saat diturunkan ke bumi, dan kisah buah hati Nabi Adam dan
Hawa. Berikut cerita sang Khalifah pertama di muka bumi.
Nabi Ismail adalah buah dari doa Nabi Ibrahim yang meminta anak saleh kepada Allah Ta'ala. Foto
Ilustrasi/Istimewa
Ismail adalah salah seorang Nabi yang merupakan putra tercinta Nabi Ibrahim 'alaihissalam (AS).
Nabi Ismail 'alaihissalam disebut dalam Al-Qur'an dalam 12 ayat atau 12 tempat.
Dalam kajian rutin di Srengseng Jakarta Barat, ulama asal Mesir Syeikh Ahmad Al-Mishri mengulas
kisah singkat Nabiyullah Ismail. Nabi Ismail adalah buah dari doa Nabi Ibrahim yang meminta anak
saleh kepada Allah Ta'ala, sebagaimana doa beliau diabadikan dalam Al-Qur'an:
ََربِّ هَبْ لِي ِمنَ الصَّالِ ِحين
"Wahai Rabbku, berilah aku keturunan yang saleh." (QS. Al-Qashash: 110)
Nabiyullah Ismail lahir di Syam dan ibunya bernama Hajar. Nasabnya tersambung kepada Nabi
Ibrahim bin Tarakh bin Nahur bun Saru' bin Ra'u bin Falakh bin 'Abar bin Syalakh bin Arfakhsyad
bin Sam bin Nuh 'alaihis sallam bin Lamuk bin Matusyalkha bin Akhnukh bin Yard bin Mahlaail bin
Qinan bin Ainusy bin Syits bin Adam 'alaihis salam.
Kelahiran beliau menjadi kebaikan bagi keluarganya dan seluruh Makkah Al-Mukarramah. Di
kakinya, Allah mengeluarkan air zam-zam. Beliau juga belajar Bahasa Arab kepada Suku Jurhum di
Arab. Ketika air zam-zam muncul, suku Jurhum meminta izin tinggal di sana, kemudian Makkah
menjadi makmur dan kian ramai.
Ismail dikenal sebagai anak yang taat kepada Allah dan berbakti kepada orangtua. Ketika Nabi
Ibrahim menerima perintah untuk menyembelih anaknya Ismail, beliau sama sekali tidak
menentangnya. Justru Ismail menunjukkan sifat mulia, ridha terhadap kehendak Allah.
Adapun tempat Nabi Ibrahim saat menyembelih Nabi Ismail dinamakan tabir, sebuah tempat kecil di
atas gunung. Kepala domba yang menjadi pengganti sembelihan Nabi Ibrahim disebutkan digantung
di Ka'bah kala itu.
Kata Syeikh Ahmad, Nabi Ismail hidup di sekitar Masjidil Haram. Setelah berusia 18 tahun beliau
menikahi Imarah binti Sa'd bin Usamah bin Aqil Al-Amaliqi. Kemudian ayahnya memerintahkan
beliau untuk menceraikan Imarah, lalu menikah lagi dengan Sayyidah binti Madhadh bin Amr Al-
Jurhumiy setelah Ibunda Hajar wafat.
Diceritakan, Nabi Ibrahim pernah berziarah (berkunjung) ke rumah Siti Hajar dan Nabi Ismail pada
musim haji, namun tidak mendapati Nabi Ismail di sana. Nabi Ibrahim bertanya kepada menantunya
bagaimana kehidupan kalian? "Kami dalam keadaan susah," kata istri Nabi Ismail. Ketika ia
mengadu, Nabi Ibrahim mengatakan apabila suamimu (Ismail) kembali katakan salam dariku dan agar
ia merubah daun pintunya (maksudnya menceraikan).
Ketika Nabi Ismail pulang ke rumah, ia tahu kalau ayahnya mengunjungi rumahnya. Ismail mendapat
pesan dari istrinya agar mengubah daun pintunya. Akhirnya Nabi Ismail menceraikan istrinya.
"Kalau ayahnya meminta anaknya menceraikan istrinya apakah boleh? Enggak boleh, kecuali kalau
sudah ada bukti bahwa ia berzina. Tapi kalau ayah kita imannya sehebat Nabi Ibrahim atau Sayyidina
Umar bin Khatthab, maka lain ceritanya," terang Syeikh Ahmad.
Usia 40 Tahun
Ketika Nabi Ismail mamasuki usia 40 tahun, Beliau memerintahkan kaumnya dengan syariat Allah.
Setiap kaum harus ada zakat, puasa dan salat.
Nabi Ismail memiliki 12 anak dari istri yang diminta Nabi Ibrahim mempertahankannya. Semua orang
Arab dari negeri Hijaz nasabnya kembali kepada dua anak Nabi Ismail 'alaihis sallam, yaitu Nabit dan
Qaidzar. Tidak ada keturunan Nabi Ismail yang menjadi Rasul kecuali Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam (SAW).
Nabi Ismail adalah orang yang pertama mengendarai kuda dan memilikinya. Sebelumnya tidak jinak
menjadi jinak. Beliau juga orang pertama yang menguasai bahasa Arab secara fasih. Nabi Ismail
orang pertama yang memanah.
Nabi Ismail dikenal sebagai orang yang santun dan penyabar. Nabi Ibrahim dibantu Nabi Ismail
adalah orang yang berjasa membangun fondasi Ka'bah.
Nabi Ismail wafat dalam usia 137 tahun. Ada yang mengatakan Beliau dimakamkan bersama Ibunya
Hajar di Hijr Ismail, wallaahu A'lam Bisshowab. Menurut ulama ahli sejarah, ada sekian Nabi
dimakamkan di sekitar Ka'bah.
Mengenai tafsir mimpi, barang siapa melihat Nabi Ismail dalam mimpi maka ia akan mendapatkan
kefasihan dalam berbicara, mendapatkan kepemimpinan, menjadi orang yang jujur dalam berbicara.
Nabi Ya’qub ‘alaihissalam adalah salah seorang di antara para nabi. Beliau adalah putera Ishaq bin
Ibrahim ‘alahimas salam. Kelahiran Ya’qub telah disampaikan oleh para tamu Nabi Ibrahim yang
terdiri dari beberapa malaikat dari istrinya Sarah. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,
“Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan
lahir puteranya) Ya’qub. “ (QS. Huud: 71)
Kisah Nabi Ya’qub secara panjang lebar akan diceritakan bersama kisah Nabi Yusuf, insya Allah.
Oleh karena itu, kisah yang disebutkan di sini hanyalah sebatas pengantar saja.
Nabi Ya’qub dari sejak kecil hingga dewasa tumbuh dengan mendapatkan perhatian dari Allah dan
rahmat-Nya. Oleh karena itu, ia berjalan di atas jalan hidup ayahnya dan kakeknya. Nabi Ya’qub
memiliki dua belas orang anak yang Allah sebut mereka dengan sebutan asbath (keturunan Ya’qub).
Dari istrinya yang bernama Rahiil lahirlah Nabi Yusuf ‘alaihissalam dan Bunyamin. Dan dari istrinya
yang bernama Laya lahirlah Ruubil, Syam’un, Laawi, Yahuudza, Isaakhar dan Zabilon.
Dari budak milik Rahiil lahir Daan dan Naftaali, dan dari budak milik Layaa lahir Jaad dan Asyir.
Di antara sekian anaknya, yang paling tinggi kedudukannya, paling bertakwa dan paling bersih
hatinya, di samping paling muda usianya adalah Nabi Yusuf ‘alaihissalam. Oleh karena itulah Nabi
Ya’qub memberikan perhatian dan kasih sayang lebih kepadanya. Hal ini sudah menjadi tabiat, yakni
ayah sangat sayang kepada anak yang paling kecil sampai ia dewasa dan kepada yang sakit sampai ia
sembuh.
Nabi Ya’qub adalah seorang ayah yang patut dijadikan teladan, dimana beliau mendidik anak-
anaknya dengan pendidikan yang baik, memberikan nasihat kepada mereka dan menyelesaikan
masalah mereka. Namun selanjutnya, saudara-saudara Yusuf dihasut oleh setan untuk berlaku jahat
kepada Yusuf ketika mereka mengetahui perhatian ayahnya kepada Yusuf. Sampai-sampai mereka
hendak membunuh Yusuf, namun kemudian sebagian mereka mengusulkan untuk melempar Yusuf ke
sumur yang jauh agar dibawa oleh kafilah yang lewat dan menjadi budak mereka. Ketika Yusuf tidak
kunjung pulang, maka Nabi Ya’qub bersedih dengan kesedihan yang dalam karena berpisah dengan
puteranya, bahkan ia sampai menderita buta karena rasa sedih yang begitu dalam. Kemudian
Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjadikannya dapat melihat kembali.
Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam pun sakit, ia kumpulkan anak-
anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
demikian juga tetap beriman dan beramal saleh. Allah Ta’ala berfirman:
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-
anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Mahaesa dan
Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 133)
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa
‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Oleh: Marwan bin Musa
Maraaji’:
Al Qur’anul Karim
Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah
Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy)
dll.
NABI NUH ALAIHISSALAM
Sekian lama Nabi Nuh berdakwah, namun hanya sebagian kecil saja dari kaumnya yang
mau mendengarkan dan mengimani ajaran beliau. Pengikut Nabi Nuh Alaihissalam hanya terdiri dari
orang-orang biasa, bukan orang terpandang dan kaya raya. Sedangkan kaum Nuh yang kafir itu tidak
suka bila berdekatan dan bersama-sama dengan orang-orang tersebut. Mereka menganggap bahwa
derajat mereka lebih baik daripada Nabi Nuh dan para pengikutnya.
Bagi kaum yang durhaka itu, Nabi Nuh Alaihissalam manusia biasa yang tidak mempunyai
kelebihan apa pun. Alasan itulah yang mereka gunakan untuk tidak menaati ajaran yang dibawa Nabi
Nuh Alaihissalam. Pemimpin-pemimpin kaum yang kafir itu kemudian berkata akan dengan rela
mengikuti Nabi Nuh Alaihissalam dengan syarat pengikut-pengikutnya yang terdiri dari orang-orang
hina ditinggalkan atau dibiarkan dan diusir. Tentu saja Nabi Nuh menolak hal tersebut Pemimpin-
pemimpin kaum yang kafir merasa kesal kemudian menantang Nabi Nuh Alaihissalam. Bila memang
kedurhakaan mereka kepada Allah akan mendatangkan azab yang besar, maka mereka meminta Nabi
Nuh agar menyegerakan datangnya azab tersebut.
Nabi Nuh kemudian mendapat petunjuk Allah yang memerintahkan agar membangun
bahtera yang besar di puncak bukit. Bahtera tersebut kemudian dikerjakan bersama dengan para
pengikutnya. Pembuatan bahtera tersebut ternyata memakan waktu yang lama. Nabi Nuh
Alaihissalam diuji kesabarannya menghadapi kaumnya yang memandang pekerjaannya itu sebagai
pekerjaan orang gila.
Nabi Nuh Alaihissalam kemudian berdoa Kepada Allah. Beliau berdoa agar Allah jangan
membiarkan seorang pun dari kaum dan pemimpin yang kafir itu tetap tinggal di muka Bumi. Jika
dibiarkan hidup, nantinya mereka akan menyebabkan banyak orang menjadi tersesat dan selalu
berbuat maksiat.
Dengan bimbingan Allah, Nabí Nuh dan pengikutnya telah merampungkan pembuatan
bahtera tersebut. Ketika itu, umur Nabi Nuh Alaihissalam telah menginjak usia 600 tahun. Allah
kemudian memerintahkan Nabi Nuh Alaihissalam agar bersiap-siap.
Bumi kemudian diperintahkan memancarkan air dari dalam perutnya. Sedang dari langit
turunlah hujan. Mulailah Nabi Nuh Alaihissalam mengisi bahtera dengan para binatang dan burung-
burung. Kaum Nuh yang memperhatikan itu, terheran-heran. Berbagai macam jenis hewan
mendatangi bahtera Nabi Nuh Alaihissalam dan semua binatang tersebut masuk dengan berpasangan.
Tiada seekor jenis pun yang terlewat. Bahtera yang besar itu ternyata muat dengan segala isi yang
telah masuk kedalamnya.
Sementara itu, hujan terus turun dengan deras.Tiada henti bumi dan langit mengeluarkan air
yang melimpah. Kaum Nabi Nuh pun sadar, tempat tinggal mereka pasti akan segera dipenuhi dengan
air. Karena keangkuhan mereka, kejadian tersebut bukanlah azab seperti yang diancamkan Nabi Nuh
Alaihissalam. Mereka hanya menyingkir mencari tempat yang tinggi. Seperti yang dilakukan oleh
putra Nabí Nuh Alahissalam yang bernama Kan’aan. Dia yang sudah kafir tidak juga mau beriman
dan mendengarkan peringatan ayahnya.
Hingga ketika air telah tinggi, terangkatlah bahtera Nabi Nuh Alaihissalam. Mereka semua
yang berada dalam bahtera lalu berdoa memuji kepada Allah karena telah menyelamatkan mereka dari
orang-orang yang zalim. Mereka juga memohon agar Allah memberikan mereka tempat yang
diberkati karena Allah sebaik-baik yang memberi tempat.
Nabi Nuh Alaihissalam melihat Kan’aan, putranya itu sedang terombang-ambing di lautan
banjir. Sebagai ayah, ia merasa kasihan dan iba, Ia ingin anaknya termasuk pengikut yang
diselamatkan. Nabi Nuh Alaihissalam sendiri lalu diberi teguran atas sikapnya, dan kemudian ia
menyadari itu lalu memohon ampun kepada Allah. Siapa saja hari itu, tidak ada yang mampu
menyelamatkan diri dari air bah dan banjir besar yang melanda. Hanya Nabi Nuh Alaihissalam dan
pengikutnya saja yang selamat karena mereka semua telah beriman dan taat kepada Allah. Kaum
Nuhtermasuk isteri Nabi Nuh Alaihissalam dan putranya Kan’an telah mendapat balasan karena
kekafiran mereka.
Nabi Nuh Alaihssalam bersama pengikutnya serta segenap makhluk hidup yang berada di
dalam bahtera lalu keluar. Mereka lalu memilih sebuah tempat dan membangun tempat tinggal yang
baru. Nabi Nuh Alaihissalam bersama istrinya yang lain dan tiga orang anaknya yang beriman
bernama Sam, Yafith, dan Ham, juga bersama-sama membangun tempat kediaman yang baru.
Nabi Nuh Alaihissalam tetap menanamkan ajaran tauhid dan mengingatkan untuk selalu
menaati Allah. Kepada yang tidak beriman dan mendurhakai Allah telah tetap keputusan bahwa
kepada mereka pasti akan ditimpakan azab. Terhitung Nabi Nuh Alaihissalam berdakwah 5 abad
lamanya kepada generasi umat manusia saat itu. Usianya pun mencapai seribu tahun kurang lima
puluh tahun. Keturunan anak-anak Nabi Nuh Alaihissalam telah pula menyebar mencari tempat
tinggal yang baru. Dari ‘Ibnu Abbas diceritakan, Sam menurunkan golongan bangsa berkulit putih,
Yafith menurunkan golongan bangsa berkulit merah dan coklat, sedang Ham menurunkan golongan
bangsa berkulit hitam dan sebagian kecil berkulit putih.
Kisah Nabi Idris Untuk Mempertebal Iman Umat Muslim
Sebelum kita membicarakan lebih jauh kisah Nabi Idris lengkap, sebaiknya kita mulai
dulu dari siapa sebenarnya Nabi Idris AS?
Mengenal Nabi Idris AS
Nabi Idris merupakan keturunan yang keenam dari Nabi Adam AS. Ayahnya adalah
Qabil dan ibunya adalah Iqlima, putra dan putri dari Nabi Adam AS. Nama Idris
berasal dari kata Darasa yang memiliki arti belajar. Makanya tdak heran jika Nabi
Idris dikenal pintar dan sangat senang belajar.
Menurut Syaikh As-Sa’ setela menafsirkan Surat Maryam ayat 56 hingga 57, Nabi
Idris adalah nabi yang dipuji Allah karena ilmunya yang sempurna, keyakinannya
yang kuat dan amal saleh yang dia lakukan. Makanya, di usianya yang ke-82 tahun,
Malaikat Jibril datang untuk menyampaikan wahyu pertama dari Allah SWT. Allah
memerintakan Nabi Idris untuk mengajak umat manusia berjalan di jalan
kebenaran yang diridai Allah SWT.
Nabi Idris adalah manusia petama di bumi yang bisa membaca serta menulis
menggunakan pena. Dia juga adalah manusia yang sangat pintar dan kaya ilmu.
Dia bisa merawat kuda, pandai ilmu perbintangan (falaq) serta ilmu hitung, atau
yang sekarang kita kenal dengan pelajaran matematika. Selain itu, Nabi Idris adalah
manusia pertama yang membuat pakaiannya sendiri untuk menutup aurat.
Semasa kenabiannya, Nabi Idris dijuluki sebagai Asadul Usud yang berarti singa.
Julukan itu dia peroleh karena sifatnya yang pantang menyerah ketika menjalankan
perintah Allah, yakni menyebarkan kebenaran sebagai seorang nabi. Ketika
berhadapan dengan umatnya yang kafir, dia juga tidak gentar. Namun, dia tidak
pernah sombong dan sangat mudah memaafkan orang lain.
Setelah mengenal siapa itu Nabi Idris AS, sekarang waktunya kita menyimak kisah-
kisah Nabi Idris lengkap di artikel ini. Setelah membacanya, kita bisa mengambil
banyak pelajaran dan ilmu yang bermanfaat dari Nabi Idris AS.
1. Nabi Pertama yang Melihat Surga dan Neraka
Nabi Idris dan Malaikat Izrail rupanya bersahabat. Suatu ketika, setelah mereka
beribadah bersama, Nabi Idris tiba-tiba mengajukan satu permintaan yang tidak
biasa kepada Malaikat Izrail. Dia meminta Malaikat Izrail untuk mengajaknya
melihat surga dan neraka. Izrail pun merasa heran dengan permintaan Nabi Idris.
Dia mengatakan, “Bahkan malaikat pun takut melihat neraka.”
Tapi Nabi Idris tetap bersikukuh ingin melihat neraka. Dia menyadari azab Allah itu
pasti sangat menakutkan. Dia berharap, setelah melihatnya, iman dia sebagai nabi
yang bertugas menyebarkan kebenaran akan semakin tebal.
Malaikat Izrail pun menyanggupi permintaan Nabi Idris AS, setelah dia
mendapatkan izin dari Allah SWT. Nabi Idris diajak melihat neraka. Namun, belum
sampai masuk ke dalamnya, Nabi Idris AS sudah pingsan menyaksikan langsung
sosok malaikat penjaga neraka, Malaikat Malik. Nabi Idris mengatakan, sosok
Malaikat Malik sangat menakutkan dia. Malaikat Malik menyeret serta menyiksa
manusia-manusia yang durhaka kepada Allah SWT semasa hidup di bumi. Nabi
Idris tidak kuat melihat betapa mengerikannya neraka. Dia menyebutkan, neraka
adalah tempat terburuk, tidak ada tempat yang lebih mengerikan dari neraka. Nabi
Idris segera meninggalkan neraka, namun dengan tubuh yang sudah lemas.
Dari neraka, Malaikat Izrail mengajak Nabi Idris melihat surga. Reaksi Nabi Idris
sama, NYARIS PINGSAN! Tapi bukan karena takut, namun takjub dengan keindahan
dan pesona yang ada di surga. Dia menggambarkan sungai-sungai di surga airnya
sangat bening, bahkan lebih bening dari air pegunungan yang belum terjamah
manusia. Di tepi sungai, berjajar pohon-pohon rindang yang batangnya bukan
terbuat dari kayu, namun dari emas dan perak. Di sana berdiri istana-istana megah
untuk para calon penghuni surga. Di setiap jengkal ada pohon-pohon yang
menghasilkan buah-buahan segar.
Ketika diajak kembali ke bumi, Nabi Idris merasa enggan karena tetap ingin berada
di surga. Tapi Malaikat Izrail mengingatkan, setelah kiamat nanti Nabi Idris bisa
tinggal lagi di surga bersama nabi lain serta orang-orang beriman. Setelah itu, Nabi
Idris berjanji pada dirinya sendiri untuk terus beribadah kepada Allah sampai hari
kiamat tiba.
Malaikat Izrail tinggal bersama Nabi Idris selama 4 hari, dan di hari keempat, dia
mulai penasaran dengan siapa sebenarnya tamunya itu. Dia pun bertanya kepada
Malaikat Izrail siapa dia sebenarnya, yang kemudian dijawab dengan jujur oleh sang
malaikat. Nabi Idris kemudian bertanya, apakah dia menemui Nabi Idris untuk
mencabut nyawanya, dan malaikat menjawab tidak. “Saya hanya rindu padamu dan
Allah mengizinkan.”
Saat itulah tiba-tiba Nabi Idris meminta kepada Malaikat Izrail untuk mencabut
nyawanya, kemudian mengembalikannya lagi. Dia ingin merasakan bagaimana
sakitnya sakaratul maut. Atas seizin Allah SWT, Malaikat Izrail mengabulkan
keinginan Nabi Idris dan mencabut nyawanya saat itu juga. Saat melakukannya,
Malaikat Izrail menangis melihat Nabi Idris kesakitan. Setelah nyawanya tercabut,
Allah SWT pun menghidupkannya kembali.
Ketika membuka mata, Nabi Idris menangis tersedu-sedu. Dia tidak berani
membayangkan bagaimana umatnya mengalami sakaratul maut. Dia tidak mau
umatnya sengsara di penghujung usia mereka. Oleh karena itu, semenjak kejadian
tersebut, Nabi Idris semakin gencar dan giat menyebarkan kebenaran kepada umat
manusia.
Itu tadi kisah Nabi Idris lengkap yang bisa kami sampaikan kepada pembaca.
Semoga bermanfaat dan membantu menebalkan iman kita kepada Allah SWT.
Kisah Nabi Yahya dan Nabi Zakaria Wafat
Nabi Yahya A.S, putra Nabi Zakaria A.S. Ia terpilih menjadi Rasul bersama ayahnya. Nabi
Yahya A.S. sejak dari kecil terpelihara dari perbuatan syirik dan maksiat, sebagaimana
dinyatakan dalam al-qur’an:
” Hai Yahya! Ambillah kitab itu (peganglah kitab itu) dengan sunggunh-sungguh”, dan
Kami berikan kepadanya hukum selagi ia kanak-kanak. Dan Kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi Kami, dan kesucian. karena ia seorang yang bertakwa.” (Q.S. Maryam,
ayat 12-13).
“Dan ia taat kepada ibu-bapaknya dan tidaklah ia sombong, tidak durhaka. Dan
keselamatan (dicurahkan) atasnya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal, serta
pada hari ia akan dibangkitkan dengan keadaan hidup.” (Q.S. Maryam, ayat 14-15).
Nabi Yahya dan Nabi Zakaria wafat
Di zaman Nabi Yahya ada seorang raja yang ingin kawin dengan anak tirinya sendir. KArena
waktu itu sudah tertib hukum, maka Nabi Yahya melarang keinginan raja tersebut, karena
hukum Tuhan melarang mengawini anak tirinya sendiri.
Karena itu raja pun marah kepada yahya, lalu dibunuhnya, ayahnya dianggap berani
menghalangi kekuasaan raja. Nabi Yahya dan Nabi Zakaria yang dianggap menghalangi
kemauan raja dibunuh. Pertama Nabi Yahya lebih dahulu dibunuh, kemudian atas idzin Allah
Nabi Zakaria masuk ke dalam suatu pohon yang waktu itu membelah diri jadi dua, dan Nabi
Zakaria masuk ke dalam pohon itu, kemudian setelah Nabi Zakaria masuk dalam pohon itu,
lalu terkaputlah pohon tersebut menjadi biasa.
Petugas raja mencari-cari Nabi Zakaria, tetapi di tempat persembunyiannya beliau tidak ada.
Maka mereka berpendapat bahwa Nabi Zakaria pasti mempunyai sihir, dna tentulah ia berada
dalam pohon tersebut untuk bersembunyi.
Pohon tersebut digergajinya, maka Nabi Zakairia meninggal di dalamnya tergergaji terbelah
menjadi dua. Demikian riwayata rasulullah dalam mempertahankan hukum Allah. Karena
usaha kerahnya dalam menegakkan hukum Allah, sehingga ia meninggal sahid.
Kisah Nabi Ilyasa’ AS
Oleh : Yunahar Ilya
Dalam ayat 86 di atas disebutkan empat orang Nabi yaitu Ismai’il, Ilyasa’, Yunus dan
Luth. Mereka adalah manusia-manusia pilihan yang dilebihkan oleh Allah SWT
derajat mereka di atas umat pada masanya. Penyebutan empat nama Nabi pada
ayat ini memang tidak urut secara kronologis. Nabi Luth disebut pada urutan
keempat padahal dia lebih dahulu dari Isma’il, karena Luth sudah diangkat sebagai
Nabi sebelum Isma’il lahir. Luth juga lebih dulu daripada Ilyasa’ dan Yunus.
Pada ayat selanjutnya yaitu ayat 87 Allah SWT menyatakan juga melebihkan derajat
di antara bapak-bapak mereka (seperti Ibrahim bapak dari Isma’il), keturunan
mereka (Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Isma’il), dan juga derajat
sebagian dari saudara-saudara mereka (Ishaq adalah saudara Isma’il). Mereka
semua dipilih oleh Allah SWT menjadi Nabi dan Rasul dan ditunjukkan kepada
mereka jalan yang lurus.
Untuk yang kedua kali nama Ilyasa’ disebut dalam Surat Shad ayat 48. Kita kutip
sekalian dengan ayat 49. Allah SWT berfirman:
Kalau pada ayat sebelumnya setelah Ilyasa’ disebut Yunus dan Luth maka pada
ayat ini setelah Ilyasa’ disebut Nabi Zulkifli. Ketiga-tiganya adalah orang-orang
pilihan, artinya semuanya adalah Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT. Nama
mereka disebut sebagai sebuah kehormatan, penghargaan, dan sebagaimana Nabi-
Nabi dan Rasul lainnya, nama mereka nanti akan tetap menjadi buah bibir umat
manusia sepanjang masa sebagai pejuang yang meluruskan penyimpangan,
terutama penyimpangan dari tauhidullah SWT dan membimbing mereka ke jalan
yang benar.
Seperti halnya Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa’ AS juga diutus di Baa’labak atau
Ba’alabek (Heliopolis, kota matahari), Lebanon dan juga meninggal di sana
(Athlas Al-Qur’an hal. 86).
Menurut Ibn Sa’ad, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Washfi dalam Târîkh al-
Anbiyâ’ wa ar-Rusul wa al-Irtibâth az-Zamani wa al-‘Aqâaidi (hlm. 259), Ilyasa’ diutus
setelah Ilyas. Lengkapnya beliau adalah Ilyasa’ ibn ‘Uza ibn Nastalakh ibn Afraim ibn
Yusuf ibn Ya’qub ibn Ishaq.
Pada urutan huruf “ya” dalam buku sejarahnya, Al Hafidz Abu Qasim bin Asakir,
sebagaimana dikutip oleh Ibn Katsir dalam Kisah Para Nabi (hlm. 524)
menyebutkan, “Ilyasa” adalah Al Asbath bin Adi bin Syautlim bin Afraim bin Yusuf bin
Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim alaihissalam. Ada juga yang menyebutkan, Ilyasa’
adalah putera paman Ilyas. Ada juga yang menceritakan, ia dulu pernah
bersembunyi bersama Ilyas di gunung Qasiyun dari raja Ba’albak. Setelah Ilyas
meninggal dunia, maka posisinya digantikan oleh Ilyasa’.
Ada juga yang menyatakan bahwa Ilyasa’ adalah puteranya Akhthub ibn ash-
Shakhuz. Banyak versi tentang nasab Ilyasa’ ditingkat bapak dan kakeknya seperti
terlihat dalam kutipan sebelumnya. Satu versi bapaknya adalah ‘Uza ibn
Nastalakh.Versi lain bapaknya adalah Adi bin Syautlim. Ada juga yang menyebut
bapaknya adalah Akhthub ibn ash-Shakhuz. Tetapi di atas kakeknya semua
sepakat menyebutkan Afraim ibn Yusuf ibn Ya’qub ibn Ishaq. Jadi jelas Nabi Ilyasa’
adalah keturunan Bani Israil (putera-putera Ya’qub) dan diutus kepada Bani Israil
juga.
Dalam versi Al-Kitab, Ilyasa’ (885-795 SM) ditulis juga Elisa dan Eliseus. Ia diangkat
menjadi nabi pada tahun 830 SM dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan
orang-orang Amoria di Panyas, Syam. Ia wafat di Palestina.
Ilyasa’ adalah anak angkat dari Ilyas. Tatkala Ilyas dikejar-kejar oleh kaumnya yang
durhaka, beliau bersembunyi di rumah Ilyasa’ yang waktu itu masih belia dan
sedang sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh
mereka bersahabat dan Ilyasa’ selalu mendampingi Ilyas menyeru kaumnya kepada
kebaikan.Setelah Ilyas meninggal dunia, Ilyasa’ meneruskan tugasnya sebagai Nabi
menyeru kaumnya kepada penyembahan Allah SWT semata dan tidak
mempersekutukannya dengan suatu apa pun.
Nabi Ilyasa’ diutus setelah Ilyas, oleh sebab itu beliau meneruskan misi Nabi Ilyas
AS yaitu menyeru kaumnya untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak
mempersekutukannya dengan suatu apapun. Tentu Nabi Ilyasa’ mengingatkan
mereka tentang Hari Akhir, tentang Sorga dan Neraka. Sebagaimana Nabi2 sebelum
dan sesudah beliau semuanya mengingatkan akan azab Allah di Hari Akhir yang
akan ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka dan juga tidak lupa menjanjikan
sorga dengan segala kenikmatannya kepada orang-orang yang beriman dan
beramal saleh. Dan tentu juga Nabi Ilyasa’ dibekali oleh Allah SWT dalam
perjuangannya dengan mukjizat-mukjizat untuk membuktikan kenabiannya. Dari segi
syari’at Nabi Ilyasa’, sebagaimana Nabi Ilyas meneruskan syariat yang dibawa oleh
Nabi Musa AS dalam Kitab Taurat.
Al-Qur’an sedikit sekali bercerita tentang Nabi Ilyasa’, nama beliau hanya disebut
dua kali seperti sudah dikutip di awal tulisan ini. Sekian.