Anda di halaman 1dari 3

HAQIQATUL INSAN mengalami lemah 

‘azam (tekad), lemah iman dan lemah


kesabaran.

(HAKIKAT MANUSIA) Selain itu, manusia pun pada dasarnya memiliki kelemahan


fisik, sehingga Allah Ta’ala menetapkan kebijakan-Nya
Sebagai manusia kita harus mengenal diri kita sendiri; siapa dengan memudahkan berbagai perintah dan larangan, dan
diri kita, darimana kita berasal, apa yang sedang kita kerjakan ketika terjadi kesulitan dibolehkan oleh-Nya manusia
di muka bumi ini, dan seterusnya. Dengan begitu kita dapat melakukan sesuatu yang hukum asalnya adalah terlarang.
memposisikan diri di tengah-tengah kosmos yang maha luas Misalnya dihalalkannya memakan bangkai bagi orang yang
ini. kelaparan.

Berikut ini penjelasan ringkas tentang hakikat manusia, “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu (dalam
semoga kita semakin sadar diri: syariat), dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-
Nisa, 4: 28)
Pertama, manusia adalah makhluqun -makhluk ciptaan /hasil
kreasi Allah Ta’ala-. Manusia juga diciptakan oleh Allah Ta’ala dalam
keadaan jahil (bodoh). Allah Ta’ala mengungkapkan kondisi
Ia diciptakan oleh-Nya ‘alal fitrah (berada di atas fitrah ). manusia ini dengan firman-Nya,
Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS.
tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum, 30: 30) Al-Ahzaab, 33: 72)

Manusia diciptakan ‘alal fithrah maksudnya adalah diciptakan Ayat ini menyebutkan bahwa Allah Ta’ala telah
oleh Allah Ta’ala berada dalam kecenderungan kepada mengemukakan amanat -yaitu tugas-tugas ibadah- pada langit,
kebenaran dan patuh kepada-Nya. bumi dan gunung-gunung. Seumpamanya Allah menciptakan
pada masing-masing makhluk itu pemahaman dan dapat
berbicara, maka semuanya pasti enggan untuk memikul
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, amanat itu dan mereka khawatir, yakni merasa takut akan
mengkhianatinya, lalu dipikullah amanat itu oleh Nabi Adam
“Apakah kamu suka aku menceritakan kepadamu apa yang sesudah terlebih dahulu ditawarkan kepadanya. Sungguh
telah diceritakan Allah kepadaku dalam Kitab-Nya? manusia itu amat zalim terhadap dirinya sendiri -disebabkan
Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dan anak apa yang telah dipikulnya itu- dan amat bodoh, yakni tidak
cucunya cenderung kepada kebenaran dan patuh kepada mengerti tentang apa yang dipikulnya itu.[2]
Allah. Allah memberi mereka harta yang halal tidak yang
haram. Lalu mereka menjadikan harta yang diberikan kepada Manusia menyanggupi amanat yang ditawarkan kepadanya -
mereka itu menjadi halal dan haram.” (H.R. Iyad bin Himar) apabila dikerjakan akan mendapat pahala, dan apabila
ditinggalkan akan disiksa- karena itulah
Dalam hadits lain beliau shalallahu ‘alaihi wa ia disebut jahula, karena tidak mengetahui kemampuan
sallam bersabda, dirinya sendiri.

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah; Manusia juga diciptakan oleh Allah Ta’ala dalam
orangtuanyalah yang menjadikan ia yahudi, nasrani, atau keadaan faqir (butuh/berkehendak) kepada pemberian-Nya.
majusi.” (HR. Bukhari)
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan
Sebagian ulama mengatakan bahwa arti fitrah adalah “Islam”. Allah Dia- lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
Hal ini dikatakan oleh Abu Hurairah, Ibnu Syihab, dan lain- lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir, 35: 15)
lain. Pendapat tersebut dianut oleh kebanyakan ahli tafsir.[1]
Manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala dalam keadaan tidak
Manusia juga diciptakan oleh Allah Ta’ala dalam memiliki apa pun, kecuali apa-apa yang dianugerahkan
keadaan dhaif (lemah). Kelemahannya terutama dalam Allah Ta’ala kepadanya. Semua yang dinikmati manusia
menghadapi godaan hawa nafsunya. Kadangkala mereka sepanjang hidupnya adalah berasal dari-Nya. Maka manusia
selalu dalam keadaan berkehendak dan berkepentingan
kepada-Nya.
Kedua, manusia adalah makhluk Di ayat yang lain diterangkan bahwa Allah Ta’ala menjadikan
yang mukarramun (dimuliakan). bumi dan semua isinya untuk manusia.

Allah Ta’ala memuliakan anak-anak Adam karena nafkhur “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
ruhi -telah ditiupkan ruh ciptaan Allah Ta’ala kepadanya-. untuk kamu, dan Dia berkehendak menuju langit, lalu
Dia berfirman, dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al Baqarah, 2: 29)
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu Allah Ta’ala telah menciptakan bumi dan memudahkannya
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit untuk manusia, sehingga manusia dapat mengambil manfaat
sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah, 32: 9) yang tidak terhingga untuk kepentingan hidup dan
kehidupannya. Dia menciptakan bumi itu bulat, terapung-
apung di angkasa luas, tetapi manusia tinggal di atasnya
Di dalam hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
seperti berada di tempat yang datar terhampar, tenang dan
sallam disebutkan,
tidak bergoyang.

“Sesungguhnya salah seorang dari kalian disempurnakan


Dengan perputaran bumi terjadilah malam dan siang, sehingga
penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari 
manusia dapat berusaha pada siang hari dan beristirahat pada
dalam bentuk air mani, kemudian menjadi alaqah (segumpal
malam harinva. Padanya memancarkan sumber-sumber mata
darah) selama itu pula, kemudian menjadi sepotong daging
air, yang mengalir air untuk diminum manusia dan binatang
selama itu pula, kemudian Allah mengirim malaikat
ternak peliharaannya. Dengan air itu pula manusia mengairi
kepadanya lalu malaikat tersebut meniupkan ruh ke dalamnya
kebun-kebun dan sawah sawah mereka, demikian pula kolam-
dan diperintah dengan empat hal; menulis rezki, amal
kolam tempat mereka memelihara ikan. Dengan air itu pula
perbuatan, ajalnya, dan ia orang celaka atau orang
mereka mandi membersihkan badan mereka yang telah kotor,
bahagia…” (HR. Bukhari dan Muslim)
sehingga mereka merasa segar dan nyaman.

Manusia pun dimuliakan karena telah diberi imtiyazat -


Diciptakan-Nya pula bukit-bukit, lembah-lembah, gunung-
berbagai keistimewaan- oleh Allah Ta’ala.
gunung yang menghijau yang menyejukkan hati orang yang
memandangnya. Dari celah-celah bukit itu mengalirlah
Allah Ta’ala berfirman, sungai-sungai dan di antara bukit-bukit dan lembah-lembah itu
manusia membuat jalan-jalan yang menghubungkan suatu
negeri dengan negeri yang lain.[3]
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka Allah Ta’ala berfirman,
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Israa, 17: 70)
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian
Allah Ta’ala telah memuliakan Adam dan anak cucunya dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
dengan raut muka yang indah, potongan yang serasi dan diberi setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk, 67: 15)
akal, agar dapat menerima petunjuk, untuk berbudaya dan
berpikir guna mencari keperluan hidupnya, mengelola
Ketiga, manusia adalah makhluk yang mukallafun –dibebani
kekayaan alam serta menciptakan alat pengangkut di darat, di
tanggung jawab-. Di pembahasan madah ta’riful insan telah
lautan maupun di udara. Dan Allah Ta’ala telah memberikan
diulas bahwa manusia diberi amanah ibadah dan khilafah oleh
rezeki yang baik-baik kepada mereka itu, yang terdiri dari
Allah Ta’ala. Silahkan merujuk kembali ke pembahasan
makanan yang di dapat dari tumbuh-tumbuhan dan hewan.
tersebut.
Allah Ta’ala telah melebihkan mereka itu dengan kelebihan
yang sempurna, dari kebanyakan makhluk yang lain yang
diciptakan-Nya. Keempat, manusia adalah makhluk yang  mukhayyarun -
diberi pilihan oleh Allah Ta’ala apakah memilih al-
iman atau al-kufru–.
Manusia pun dimuliakan oleh
Allah Ta’ala karena musakharun lahu -telah ditundukkan
alam ini kepadanya-. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (QS.
Al-Balad, 90: 10)
“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-
kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya Allah Ta’ala telah menunjukkan kepada manusia jalan
kamu dapat mencari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu kebaikan dan jalan kejahatan. Dan telah diberikan-Nya pula
bersyukur.” (QS. Al-Jatsiyah, 45: 12) kepada mereka akal untuk membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, sehingga ia dapat memilih yang baik untuk
dikerjakannya, dan yang buruk untuk ditinggalkan.

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus;


ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (QS. Al-Insan,
76: 3)

“Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada


yang kafir dan di antaramu ada yang mu’min. Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. At-Taghabun,
64: 2)

Oleh karena itu, para rasul yang diutus kepada manusia


hanyalah bertugas untuk menyampaikan bahwa kebenaran
yang diserukannya adalah benar-benar dari Tuhan semesta
alam,

“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;


maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir”. (QS. Al-Kahfi, 18 : 29)

Adalah kewajiban manusia untuk mengikuti kebenaran dan


mengamalkannya. Manfaat dan kebenaran itu, tentulah
kembali kepada mereka yang mengamalkannya. Demikian
pula sebaliknya akibat yang buruk dan pengingkaran terhadap
kebenaran itu kembali pula kepada mereka yang ingkar.

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi


dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri.” (QS. Al Isra’, 17: 7)

Kelima, manusia adalah makhluk yang  majziyun –


mendapatkan balasan amal-.

Mereka yang beriman dan berbuat kebajikan akan


mendapatkan balasan dari Allah Ta’ala berupa al-
jannah (surga), sebagaimana firman-Nya,

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal


saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai
pahala terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah,
32: 19)

Sedangkan mereka yang ingkar akan mendapatkan balasan


dari Allah Ta’ala berupa an-nar (neraka).

“Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat


mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar
daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan
dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang
dahulu kamu mendustakannya.” (QS. As-Sajdah, 32: 20)

Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai