Nabi Hud adalah nabi keempat yang mana beliau keturunan dari suku ‘Aad. Beliau
tinggal di Al-Ahqaf,lebih tepatnya di bagian utara Hadramaut. Daerah tersebut memiliki
tanah yang subur sehingga mereka memiliki kekayaan yang bersumber dari hasil
pertanian. Namun sayangnya kaum ‘Aad sangat sombong dan bertindak sewenang –
wenang.
Pada saat itu, kaum ‘Aad banyak yang menyembah berhala. Oleh karena itu, Allah
mengutus Nabi Hud untuk menyampaikan risalah dan mengajak kaum ‘Aad untuk
beriman dan kembali ke jalan yang benar.
Mereka (kaum ‘Aad) dianugerahi berbagai macam kesenangan yang berupa hasil panen
yang melimpah, banyak binatang ternak dan harta kekayaan yang melimpah. Tak heran
pada zaman itu banyak bermunculan bangunan seperti rumah dan industri yang nampak
bagus dan indah. Bangunan tersebut belum dijumpai pada manusia pada zaman sebelum
mereka. Hal senada tercantum di dalam Al-Qur’an surat Al-Fajr ayat 6 – 8, yang artinya
adalah sebagai berikut:
“Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang
laki – laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu? Ingatlah
ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah – khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia
lebihkan kamu dalam kekuatan tubuh dan perawakannya. Maka ingatlah akan nikmat
Allah agar kamu beruntung.” Maksud dari kata – kata khalifah setelah kaum Nuh dalam
ayat tersebut adalah kaum Nabi Hud, yaitu kaum ‘Aad.
Namun sayangnya kemelimpahan harta benda tersebut membuat kaum ‘Aad menjadi
takabur dan sombong sehingga membuat mereka luap akan kekuasaan Allah. Bahkan
mereka menganggap tidak ada yang dapat menandingi kekuatan mereka. Selain itu,
mereka juga menyembah berhala dan hidup bebas untuk memuaskan hawa nafsunya.
Kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena banyak terjadi penyimpangan. Oleh
karena itu, Nabi Hud diutus untuk membawa peringatan sekaligus pedoman hidup agar
mereka mau beriman kepada Allah SWT.
Mendengar pengakuan Nabi Hud yang menyebut dirinya sebagai utusan Allah maka
membuat kaum ‘Aad marah. Bahkan mereka juga berani meminta Nabi Hud untuk
mendatangkan azab dari Allah. Selain itu, mereka juga beranggap bahwa kehadiran Nabi
Hud menjadi penghalang bagi mereka sehingga mereka menyusun
rencana untuk menyingkirkan Nabi Hud.
Meski diperlakukan seperti itu maka Nabi Hud tetap bersabar dan terus memberi
peringatan yang isinya adalah ajakan untuk bertaubat dan beriman kepada Allah. Hal ini
dikarenakan jika mereka tidak bertaubat maka akan mendapatkan azab dari Allah SWT.
Namun, peringatan yang diberikan oleh Nabi Hud tidak dihiraukan oleh kaum ‘Aad.
Nabi Hud lalu berdoa untuk meminta pertolongan kepada Allah. Allah pun berkata
bahwa kaum ‘Aad akan menyesal dengan perbuatannya. Nabi Hud dan pengikutnya
diminta untuk pergi meninggalkan daerah yang dihuni kaum ‘Aad. Tak lama kemudian
apa yang dikatakan oleh Nabi Hud benar – benar terjadi. Saat itu terjadi kekeringan yang
melanda kaum ‘Aad dalam waktu yang panjang.
Banyak diantara kaum ‘Aad yang gelisah karena hujan pun tak kunjung datang. Setelah
itu, mereka mendatangi Nabi Hud. Beliau berkata bahwa apa yang terjadi itu merupakan
murka Allah kepada kaum ‘Aad. Namun, mereka tidak percaya. Saat Nabi Hud meminta
mereka untuk bertobat maka mereka hanya menganggap apa yang dikatakan oleh Nabi
Hud hanyalah sebuah kebohongan. Ketidak percayaan kaum ‘Aad terhadap Nabi Hud
menjadikan Allah menurunkan azab. Saat itu langit menjadi hitam, namun oleh kaum
‘Aad peristiwa tersebut mereka anggap akan menandai turunnya hujan. Namun, justru
yang terjadi adalah muncul angin dingin yang kencang menghancurkan dan memporak
porandakan bangunan dan lainnya. Hal ini membuat semua orang panik.
Alhasil kaum ‘Aad meninggal, mereka semua musnah beserta harta benda yang mereka
miliki. Bahkan harta yang mereka miliki tidak mampu menolong mereka. Allah
menyelamatkan Nabi Hud dan pengikutnya. Mereka tinggal di Hadramaut. Di sanalah
nabi hud berdakwah untuk mengajak umat manusia pada zamannya untuk beriman dan
menyembah Allah.
Oleh karena itu, Nabi Hud diberi tugas untuk meluruskan mereka agar mengikuti jalan
yang benar dengan beriman kepada Allah yang Maha Esa. Pertama – tama Nabi Hud
menunjukkan kepada kaum ‘Aad tentang tanda – tanda kekuasaan Allah di alam ini serta
hanya Allahlah yang sanggup menciptakan makhluk hidup termasuk di dalamnya adalah
manusia. Namun, ajakan Nabi Hud tidak dihiraukan oleh kaum ‘Aad. Mereka
beranggapan bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud tersebut dapat mengubah tradisi,
peraturan dan adat yang telah mereka lakukan selama ini. Mereka tetap menyembah
berhala.
Allah berfirman di dalam surat Al Ahqaf ayat 21 yang meminta Nabi Hud untuk
memperingatkan kaumnya. Arti dari ayat tersebut adalah sebagai berikut:
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad, yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang
bukit – bukit pasir dan sesungguhnya telah berlalu beberapa orang pemberi peringatan
sebelumnya dan setelahnya (dengan berkata), “Janganlah kamu menyembah selain Allah,
aku sungguh khawatir nanti kamu ditimpa azab pada hari yang besar.”
Mereka berkata, “Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah
kepada Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami?
Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!” Nabi Hud telah
menggunakan berbagai macam cara untuk memperingatkan kaumnya, namun usahanya
sia – sia. Bahkan kaumnya kini telah menentang ajaran Allah yang diturunkan lewat
Nabi Hud. Hal ini dapat dilihat di dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara ayat 136 hingga
138 yang artinya adalah sebagai berikut:
Mereka menjawab, “Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat atau tidak
memberi nasihat. (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang – orang
terdahulu,dan kami (sama sekali) tidak akan diazab. Suatu hari terlihat gumpalan awan
hitam yang oleh kaum ‘Aad dianggap sebagai pertanda akan turunnya hujan. Mereka
sangat gembira menyambutnya karena mereka berharap ladang dan perkebunannya akan
terkena hujan sehingga terbebas dari kekeringan.
Namun, di tengah kegembiraan tersebut Nabi Hud berkata bahwa awan hitam tersebut
bukanlah pertanda akan turunnya hujan, melainkan sebuah kehancuran yang merupakan
pembalasan dari Allah yang pernah dikatakan oleh Nabi Hud. Nabi Hud pun pernah
mengingatkan mereka namun mereka tidak percaya dan meminta bukti atas perkataan
yang diucapkan Nabi Hud.