Anda di halaman 1dari 2

KISAH NABI HUD ALAIHIS SALAM

Abu Ishaq bin Yasar berpendapat bahwa nasab nabi Hud adalah Hud bin Amir bin Syalikh bin
Arfakhsyadz bin Sam, bin Nuh. Nabi Hud hidup sekitar 2450-2320 SM. Nabi Hud dikenal dalam
ajaran agama Islam, Yahudi dan Kristen. Dalam kitab Perjanjian Lama dikenal sebagai Eber.
Nabi Hud diutus oleh Allah kepada kaum ‘Ad. Kaum ‘Ad ini bertempat tinggal di pepohonan
dan bukit pasir (Al-Ahqaf) sebagaimana firman Allah “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Ad
yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang bukit-bukit pasir dan sesungguhnya telah
berlalu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan setelahnya (dengan berkata),
“Janganlah kamu menyembah selain Allah, aku sungguh khawatir nanti kamu ditimpa azab
pada hari yang besar.” (Al-Ahqaf ayat 21). Bukit-bukit pasir ini terletak antara di Oman hingga
Hadramaut. Kaum ‘Ad ini orangnya tinggi-tinggi dan sangat kuat sebagaimana firman Allah
“Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-
laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu? Ingatlah ketika Dia
menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah setelah kaum Nuh, dan Dia lebihkan kamu dalam
kekuatan tubuh dan perawakan” (Al-A’raf: 69).
Kaum ‘Aad dikurniai oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang mengalir
dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercocok tanam. Berkat kurnia Tuhan itu
mereka hidup menjadi makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang singkat mereka
menjadi suku yang terbesar diantara suku-suku yang hidup di sekelilingnya. Sebagai mana
dengan kaum Nabi Nuh, kaum Aad ini tidak mengenal Allah. Mereka membuat patung-patung
yang diberi nama “Shamud” dan “Alhattar” dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka. Ajaran
dan agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas dalam hati, jiwa, serta cara hidup
mereka sehari-hari. Mereka tenggelam dalam kenikmatan hidup berkat tanah yang subur dan
menurut anggapan mereka adalah karunia dari kedua berhala tersebut. Karenanya mereka tidak
putus-putus sujud kepada kedua berhala itu mensyukurinya sambil memohon perlindungannya
dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.
Nabi Hud berdakwah kepada kaum ‘Ad untuk mengesakan Allah dan tidak berbuat kedzaliman
kepada sesama. Namun mereka tidak mengindahkan dakwah Nabi Hud. Bahkan mereka dengan
sombongnya mengatakan: “Siapa yang lebih kuat dari kita”. Kemudian Allah memberi siksa
kepada mereka dengan tidak menurunkan hujan selama 3 tahun (Sumber: kitab Qoshoshul
Anbiya’ karya Imam Ahmad bin Muhammad An-Nisabury hal 66).
Bagi kaum Aad, seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan hal yang tidak pernah mereka
dengar. Mereka melihat bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara
hidup mereka dan menyalahi peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari
nenek moyang mereka. Mereka tercengang bahwa seorang dari suku mereka sendiri telah berani
berusaha merombak tata cara hidup mereka dan menggantikan agama mereka dengan sesuatu
yang baru yang mereka tidak kenal. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi
Hud itu dengan berbagai alasan dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan
hinaan.
Siksaan dari Allah untuk kaum ‘Aad
Siksaan Allah terhadap kaum Aad itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa
kekeringan yang melanda ladang-ladang dan kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan
kecemasan dan kegelisahan. Dalam keadaan ini Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka
bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan seksaan dari Allah yang dijanjikan dan bahwa
Allah masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan mereka dan
kembali beriman kepada Allah dengan meninggalkan persembahan mereka kemudian bertaubat
dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali. Akan tetapi mereka tetap
tidak percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka. Mereka bahkan
pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka
hadapi.
Siksaan tahap kedua dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan hitam yang tebal di atas mereka
yang disambut mereka dengan, karena mereka mengira bahwa hujan akan segera turun
membasahi ladang-ladang mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum Aad
yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud dengan nada mengejek: “Awan hitam itu
bukanlah awan rahmat bagi kamu tetapi awan yang akan membawa kehancuran sebagai
pembalasan Allah yang telah aku janjikan”.
Awan itu tidak menurunkan hujan, namun membawa angin topan dahsyat disertai petir dan
gemuruh yang menghancurkan segala rumah mereka, bencana ini berlangsung selama 8 hari 7
malam sebagaimana di surah Al-Haqqah ayat 6-8.
Adapun Nabi Hud dan kaumnya yang beriman, mereka selamat dari adzab itu. Setelah keadaan
cuaca kembali tenang dan tanah “Al-Ahqaf” sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad, Nabi
Hud pergi berhijrah ke Hadramaut hingga wafat di sana. Makamnya terletak di atas sebuah bukit
di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun.

Anda mungkin juga menyukai