Anda di halaman 1dari 8

Cerita Kaum Ad, Kaum Tsamud,

Kaum Fir’Aun

DIBUAT OLEH :

Guru Mata Pelajaran : Ibu Nur Rahma

Nama : Muhammad Abduhrahman


Kelas : VII.U.3
No Absen : 16

SMP MUHAMMADIYAH 4 PALEMBANG


TAHUN PELAJARAN 2021-2022
Cerita Kaum Ad
Kaum ‘Ad hidup sangat makmur. Mereka memiliki peradaban yang tinggi
dan unggul dalam bidang pertanian karena air yang melimpah. Mereka juga
memiliki harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka juga menjadi
ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air.
Upaya keras Nabi Hud AS dalam berdakwah dan mengajak umatnya,
kaum ‘Ad, untuk kembali ke jalan yang benar diabadikan Allah SWT dalam
Alquran surah Hud ayat 50-52. Allah SWT berfirman, “Dan kepada kaum ‘Ad
(Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaum-ku! Sembahlah
Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) Kamu hanyalah mengada-
ada’.” (QS Hud [11]:50).
Upaya keras Nabi Hud AS dalam berdakwah juga diabadikan oleh Allah
SWT dalam surat Asy-Syu’ara ayat 128-135. Allah SWT berfirman, “Apakah
kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan
tanpa ditempati? Dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu
hidup kekal? Dan apabila kamu menyiksa maka kamu lakukan secara kejam dan
bengis. Maka bertakwalah kepada Alah dan taatlah kepadaku.” (QS Asy Syu’ara
[26]: 128-135).
Dalam Tafsierul Quranil Adziem karya Ibnu Katsir, sebagaimana dikutip
Sholahuddin Hamid dalam bukunya, Kisah-Kisah Islami, disebutkan kaum ‘Ad
benar-benar tidak mau beriman. Mereka tidak mau berhenti berbuat durhaka dan
jahat serta berbuat apa saja yang mereka kehendaki. Sifat takabur kaum ‘Ad sudah
demikian hebatnya sehingga tidak dapat diubah oleh siapa pun.
Saking hebatnya sifat ingkar mereka, Allah SWT memberikan laknat
berupa langit dan awan yang hitam pekat. Melihat keadaan yang begitu ganjil,
mereka semua keluar rumah untuk melihat awan itu. Akhirnya mereka berkata,
“Itulah awan panjang, menandakan sebentar lagi hujan akan turun untuk
menyiram tanah tanaman kita, memberi minum kepada binatang-binatang ternak
kita.”
Nabi Hud AS lalu berkata kepada mereka, “Itu bukan awan rahmat, tetapi
awan yang membawa angin samun yang akan menewaskan kamu semua, angin
yang penuh dengan siksa yang sepedih-pedihnya.”
Kemudian, angin dahsyat itu berembus luar biasa hebatnya. Binatang
ternak mereka yang sedang berkeliaran di padang terbang berhamburan. Yang
kecil dan yang besar terbang meninggi ke angkasa.
Allah SWT mengabadikan kisah azab terhadap kaum ‘Ad dalam Alquran
surah al-Haqqah ayat 6-8. Allah SWT Berfirman, “Sedangkan kaum ‘Ad, mereka
telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan
angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka
kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-
batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat
seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS al-Haqqah [69]: 6-8).
Adapun Nabi Hud AS dan pengikut-pengikutnya tetap saja di rumah
mereka tanpa merasakan sedikit pun bahaya angin ribut yang dahsyat itu. Setelah
peristiwa tersebut, Nabi Hud AS pindah dari negeri kaum ‘Ad karena sudah rusak
binasa. Nabi Hud AS dan pengikutnya pindah ke daerah Hadramaut dan tinggal di
sana hingga wafat.

Cerita Kaum Tsamud

Kaum Samud ada sesudah kaum Ad, tempat tinggal mereka terkenal, yaitu
terletak di antara Hijaz dan negeri Syam serta Wadil Qura dan daerah sekitarnya.
Rasulullah Saw pernah melalui bekas tempat tinggal mereka ketika dalam
perjalanannya menuju medan Tabuk, yaitu pada tahun sembilan Hijriah. Dalam
Alqur'an, Nabi Saleh disebut sebanyak sembilan kali.

Kisah Nabi Saleh AS ini salah satunya termaktub dalam Surat Hud ayat 61-68

‫َو ِاٰل ى َثُم ْو َد َاَخ اُهْم ٰص ِلًحاۘ َقاَل ٰي َقْو ِم اْع ُبُدوا َهّٰللا َم ا َلُك ْم ِّم ْن ِاٰل ٍه َغْي ُر ٗه ۗ ُه َو َاْنَش َاُك ْم ِّم َن اَاْلْر ِض َو اْس َتْع َم َر ُك ْم ِفْيَه ا‬
‫َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه ُثَّم ُتْو ُبْٓو ا ِاَلْيِهۗ ِاَّن َر ِّبْي َقِرْيٌب ُّم ِج ْيٌب‬

Artinya: "Dan kepada Samud (Kami utus) saudara mereka. Saleh. Saleh berkata,
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagi kalian Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kalian dari bumi (tanah) dan menjadikan kalian
pemakmurnya. Karena itu, mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi
memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS. Surat Hud: 61)

Mufasir Ibnu Katsir menerangkan, Kaum Tsamud adalah orang-orang


yang bertempat tinggal di kota-kota Hajar yang terletak di antara Tabuk dan
Madinah. Mereka hidup sesudah kaum Ad, lalu Allah mengutus seorang rasul
kepada mereka yang juga dari kalangan mereka.
Lalu Nabi Saleh datang dan memerintahkan kaumnya agar menyembah
Allah SWT. Karena itu, Saleh AS berkata kepada mereka: "Dia (Allah) telah
menciptakan kalian dari tanah. (Hud: 6,1). Nabi Saleh melanjutkan "Karena itu,
mohonlah ampunan-Nya atas dosa-dosa kalian yang telah lalu".
Namun ajakan Nabi Saleh itu dicibir kaumnya. Mereka berkata, "Hai
Saleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami
harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah
oleh bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan
yang menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami."
Nabi Saleh berkata, "Hai kaumku, bagaimana pikiran kalian jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat dari-Nya,
maka siapakah yang akan menolong aku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-
Nya. Sebab itu, kalian tidak menambah apa pun kepadaku selain dari kerugian.”
Allah SWT menceritakan pembicaraan antara Nabi Saleh AS dan
kaumnya, serta keadaan kaumnya yang bodoh lagi pengingkar karena mereka
mengatakan: Sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang
kami harapkan. Apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang
disembah oleh bapak-bapak kami? (Hud: 62).
Saleh berkata, "Hai kaumku, bagaimana pikiran kalian jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku. (Hud: 63)
Maksudnya, bukti yang meyakinkan dan tanda yang pasti yang
membenarkan apa yang aku sampaikan kepada kalian ini.
Nabi Saleh berkata lagi "Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah,
sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untuk kalian. Sebab itu,
biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kalian mengganggunya
dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kalian ditimpa azab yang
dekat.
Dalam Surat Asy-Syu'ara, Allah berfirman: "Ini seekor unta betina, ia
mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula
untuk mendapatkan air di hari yang tertentu.” (Asy-Syuara: 155)
Tersebutlah bahwa unta betina itu hidup bebas di lembah-lembah tempat
mereka tinggal, datang dari suatu lembah dan keluar menuju lembah yang lain
mencari kebebasan. Unta tersebut konon hidup dari air, dan menurut kisahnya
unta betina itu sangat besar tubuhnya dan mempunyai penampilan yang sangat
cantik. Apabila unta betina itu melewati ternak milik mereka, maka semua ternak
mereka memisahkan diri darinya karena ketakutan.
Setelah hal tersebut berlangsung cukup lama di kalangan mereka, dan
mereka makin gencar dalam mendustakan Nabi Saleh as, maka mereka bertekad
membunuh unta betina itu dengan tujuan agar bagian airnya dapat mereka peroleh
setiap harinya.
Setelah hal tersebut berlangsung cukup lama di kalangan mereka, dan
mereka makin gencar dalam mendustakan Nabi Saleh as, maka mereka bertekad
membunuh unta betina itu dengan tujuan agar bagian airnya dapat mereka peroleh
setiap harinya.
Namun, unta itu malah dibunuh Kaum Tsamud. Imam Abu Jafar ibnu Jarir
dan lain-lainnya dari kalangan ulama tafsir mengatakan bahwa penyebab
terbunuhnya unta betina itu ialah karena ulah seorang wanita dari kalangan
mereka yang dikenal dengan nama Unaizah binti Ganam ibnu Mijlaz yang
dijuluki dengan sebutan Ummu Usman.
Dia adalah seorang nenek-nenek yang kafir, juga seorang yang sangat
sengit dalam memusuhi Nabi Saleh as. Dia seorang wanita yang berharta dan
mempunyai banyak anak perempuan yang semuanya cantik. Suaminya bernama
Zuab ibnu Amr, salah seorang pemuka kaum Samud.
Juga karena ulah seorang wanita lainnya yang dikenal dengan nama
Sadaqah binti Al-Muhayya ibnu Zuhair ibnul Mukhtar, seorang wanita yang
mempunyai kedudukan tinggi, berharta, lagi cantik. Pada asalnya ia menjadi istri
seorang lelaki muslim dari kaum Samud, tetapi suaminya telah menceraikannya.
Kedua wanita itulah biang keladi yang menyebabkan terbunuhnya unta betina
tersebut, dan keduanya menyediakan hadiah buat orang yang mau membunuhnya.
Ketika Nabi Saleh melihat bahwa unta betina itu telah disembelih, ia
menangis dan berkata, seperti yang dikisahkan oleh firman-Nya: "Bersuku rialah
kalian di rumah kalian selama tiga hari. (Hud: 65).
Pembunuhan unta tersebut terjadi pada hari Rabu. Pada petang harinya
kesembilan orang lelaki itu bertekad akan membunuh Nabi Saleh. Mereka
mengatakan, "Jika dia benar, maka berarti kita mendahuluinya mati sebelum kita
mati (karena azab). Jika dia dusta,~maka kita timpakan kepadanya nasib yang
sama seperti yang dialami untanya itu."
Mereka berkata, "Bersumpahlah kalian dengan nama Allah, bahwa kita
sungguh-sungguh akan menyerangnya dengan tiba-tiba beserta keluarganya di
malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak
menyaksikan kematian keluarganya itu, dan sesungguhnya kita adalah orang-
orang yang benar.”
Mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh, dan Kami
merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari. Maka
perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu. (An-Naml: 49-51).
Ketika mereka bertekad melaksanakan niatnya dan telah sepakat, maka
mereka datang di malam hari untuk membunuh Nabi Saleh secara mengejutkan.
Tetapi Allah mengirimkan batu-batuan yang membendung mereka sampai kepada
Nabi Saleh.
Pada pagi hari Kamis (yaitu hari pertama penangguhan tersebut) wajah
mereka berubah warnanya menjadi kuning, persis seperti apa yang dijanjikan oleh
Nabi Saleh kepada mereka. Selanjutnya pada hari keduanya dari hari-hari tersebut
(yakni hari Jumat) wajah mereka berubah menjadi merah.
Pada hari ketiganya (yaitu hari Sabtu) wajah mereka berubah menjadi
hitam. Dan pada pagi hari Ahadnya mereka dalam keadaan kaku dan duduk
seraya memandang kepada azab Allah dan siksa-Nya. Mereka tidak mengetahui
apakah yang harus mereka lakukan dan tidak mengerti pula bagaimanakah azab
itu dapat datang menimpa mereka.
Matahari terbit dengan cerahnya, dan datanglah kepada mereka suatu
teriakan dari langit dan gempa yang dahsyat dari bagian bawah mereka. Maka
semua roh mereka sekaligus tercabut dalam masa yang sama saat itu juga. Maka
jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumahnya. (Al-Araf:
78)
Ulama tafsir mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tersisa dari
keturunan kaum Samud, selain Nabi Saleh as beserta orang-orang yang
mengikutinya. Wallahu A'lam Bishowab.

Cerita Kaum Fir’aun

Nabi Musa AS merupakan nabi ke-14 dalam silsilah 25 nabi yang wajib
kita imani. Kisah Nabi Musa AS diceritakan dalam Al Quran dan berbagai
riwayat. Diceritakan dalam buku Musa 'Alaihissalam karya Abu Haafizh
Abdurrahman, Raja Firaun adalah raja yang berkuasa di Mesir pada waktu itu.
Bahkan ia mengaku sebagai Tuhan. Sehingga seluruh rakyat harus tunduk
padanya.
Raja Firaun juga memperlakukan rakyat dengan kejam tanpa belas
kasihan. Ia memeras pajak yang tinggi dan menjadikan kaum Bani Israil sebagai
budak-budak kerajaan.
Kekejaman Raja Firaun juga diikuti dengan kesombongannya. Ia enggan
bersyukur atas kemakmuran yang dianugerahkan Allah SWT. Ia justru
menjadikan negeri Mesir penuh dengan kemusyrikan.
1. Mimpi Buruk Raja Firaun
Pada suatu malam, Firaun mendapat mimpi yang sangat mengerikan. Ia
bahkan tak bisa tidur tenang. Ia langsung memerintahkan para pembatunya untuk
mengumpulkan seluruh peramal.
Firaun lalu menceritakan mimpi yang menghantuinya kepada para
peramal. Dia berkata melihat api yang berkobar hebat di Mesir yang membakar
dan memusnahkan seluruh rumah orang-orang Mesir rumah bani Israil. Tidak ada
satupun dari mereka yang ikut terbakar.
Seperti diketahui, kaum Bani Israil adalah kaum Nabi Ibrahim AS dan
keturunannya. Mereka sudah berada di jalan Allah dan mendapatkan rahmat-Nya.
Selama menetap di Mesir mereka mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari
Firaun.
Salah seorang peramal lalu berkata bahwa akan ada anak laki-laki yang
lahir dari kalangan Bani Israil yang kelak akan menghancurkan kekuasaannya.
Firaun merasa heran. Bagaimana mungkin kaum Bani Israil bisa mengalahkannya.
Sementara, di mata Firaun Bani Israil adalah kaum yang lemah tidak punya daya
apapun. Lantas ia memerintahkan kepada pasukan kerajaan untuk membunuh
setiap bayi laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil.
2. Dikisahkan Nabi Musa AS
Merupakan bayi laki-laki dari kalangan Bani Israil yang selamat dari
kekejaman Firaun. Musa ditemukan oleh isteri Firaun saat dihanyutkan oleh
ibunya di sungai.
Saat sudah menginjak dewasa, tanda-tanda mimpi buruk yang pernah
dialami Raja Firaun kian nyata. Nabi Musa AS mulai mengingatkan Raja Firaun
untuk kembali ke jalan yang benar. Namun, Firaun tidak menghiraukan bahkan
memeranginya.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Araf ayat 103,

‫ُثَّم َبَع ْثَنا ِم ۢن َبْع ِدِهم ُّم وَس ٰى ِبَٔـاَٰي ِتَنآ ِإَلٰى ِفْر َعْو َن َو َمِإَل ۟ي ِهۦ َفَظَلُم و۟ا ِبَهاۖ َفٱنُظْر َكْيَف َك اَن َٰع ِقَبُة ٱْلُم ْفِسِد يَن‬

Artinya: "Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa
ayat-ayat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka
mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang
yang membuat kerusakan."

Allah SWT memberikan mukjizat kepada Nabi Musa AS berupa tongkat.


Tongkat itulah yang membantu Nabi Musa AS dalam menyelamatkan kaum Bani
Israil.
Diceritakan dalam berbagai riwayat, tongkat milik Nabi Musa AS dapat
berubah menjadi ular saat melawan penyihir kerajaan. Pukulan tongkatnya juga
bisa mengeluarkan air saat nabi Musa AS dan kaumnya hidup di gurun yang
tandus. Hingga tongkat itulah yang ia gunakan untuk membelah laut merah saat
dalam kejaran pasukan Firaun.
Pada suatu hari, Firaun mengundang seluruh penyihir terkuat dan terkenal
di Mesir untuk melawan Nabi Musa AS. Peperangan itu digelar di aula kerajaan
dan disaksikan oleh rakyat pada waktu itu.
Kisah Nabi Musa AS dan para penyihir kerajaan diceritakan dalam Al
Quran Surat Al-A'raf.
"Dan Musa berkata: "Hai Fir'aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang
utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap
Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa
bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama
aku." (Q.S Al-Araf:104-105).
"Fir'aun menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka
datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar." (Q.S
Al-A'raf: 106).
"Maka Musa menjatuhkan tongkat-nya, lalu seketika itu juga tongkat itu
menjadi ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu
juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang
melihatnya." (Q.S Al-A'raf: 107-108)
"Pemuka-pemuka kaum Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah
ahli sihir yang pandai, yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari
negerimu." (Fir'aun berkata): "Maka apakah yang kamu anjurkan?" Pemuka-
pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke
kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir) supaya
mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai." (Q.S Al-A'raf: 109-
112).
Maka para penyihir pun datang dengan mengeluarkan semua tipu daya dan
kekuatannya. Nabi Musa AS meminta mereka untuk mengeluarkan sihirnya
terlebih dahulu. Kemudian atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS melemparkan
tongkatnya dan menelan seluruh apa yang dikeluarkan oleh penyihir.
"Ahli-ahli sihir berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan
lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?" (Q.S Al-A'raf: 115)
"Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka
melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu
takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan)." (Q.S Al-A'raf:
116)
"Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!. Maka
sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu
nyatalah yang benar dan batalah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah
di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina." (Q.S Al-A'raf: 117-119).
Akhirnya para ahli sihir kerajaan tunduk dan bersujud kepada Nabi Musa
AS. Saat itulah mereka langsung mengatakan keimanannya kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai