Anda di halaman 1dari 24

BAB 41

KOTA SALEH

Prolog.
Abdullah bin Umar RA (2980) menceritakan, “Pada
tahun ke-9 Hijrah (631 M) ketika perjalanaan Rasulullah SAW
bersama 30 ribu tentera ke Tabuk untuk mempertahankan
Madinah dari kemungkinan serangan tentera Rom, kami
melalui kawasan Al-Hijr (negeri kaum Tsamud yang
dimusnahkan Allah), Baginda Rasulullah SAW bersabda…”
“Janganlah kalian memasuki tempat yang penghuninya
diseksa kecuali kalian menangis. Jika tidak mampu menangis
maka janganlah kalian memasukinya agar kalian tidak
mendapat musibah sebagaimana mereka mendapatkanya”,
Riwayat Bukhari 4419 & Ahmad 5466.
Mengapa perlu menangis ketika melalui tempat
sebegini? Mungkin hanya dengan tangisan yang bisanya
akan muncul waktu sedih dan perasaan takut yang timbul di
dalam sanubari. Mungkin “tangisan” itu sesatu yang tersirat
dan perlu ditafsir serta difahami atas larangan yang
100
memungkinkan kita perlu berfikir dan mengambil pengajaran
dari musibah yang menimpa mereka.
Kegentaran dalam hati melihat kesan kemusnahan di
depan mata sendiri pasti mendatangkan tangisan keinsafan.
Keinsafan yang timbul dari penghayatan peristiwa, kejadian
dan kesan di sebalik peninggalan sejarah di depan mata
pastinya lebih membekas di jiwa.
“Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu (contoh
kejadian-kejadian berdasarkan) peraturan-peraturan Allah
yang tetap; oleh itu mengembaralah kamu di muka bumi,
kemudian perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (Rasul-rasul)”, (Ali 'Imran: 137).
Janganlah hanya melihat tempat mereka dalam
bergelak ketawa, bersuka ria, mengumpul gambar atau
berswafoto tanpa mengukuhkan jiwa dan iman kepada
kebenaran agama Allah. Jadikan ia satu perjalanan itu
mengukukuhkan keimanan, kerana kebaikan untuk
mendapat manafat, untuk dapat berfikir dan mengambil
pelajaran-pelajaran disebalik bencana yang telah menimpa
kaum-kaum yang terdahulu.
“Maka bukan sedikit negeri-negeri yang Kami binasakan
dengan sebab kezaliman penduduknya, lalu runtuh ranaplah
bangunan-bangunannya; dan bukan sedikit pula telaga yang
telah terbiar, dan istana yang tersergam (telah kosong,
ditinggalkan). Oleh itu, bukankah ada baiknya mereka
mengembara di muka bumi supaya - dengan melihat kesan-
kesan yang tersebut - mereka menjadi orang-orang yang ada
hati yang dengannya mereka dapat memahami, atau ada
telinga yang dengannya mereka dapat mendengar? (Tetapi
kalaulah mereka mengembara pun tidak juga berguna)
kerana keadaan yang sebenarnya bukanlah mata kepala

101
yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di
dalam dada”, (Al-Hajj: 45-46).
Perjalanan darat dari kota Madinah ke Al Ula dan Al-
Hijr mengambil masa hampir 6 jam tanpa henti menempuh
jarak sejauh hampir 400km menggunakan Laluan 15 dan
Laluan 375 melewati Kota Khaybar (Bab 42), satu tempat di
mana berlakunya perang Khaybar pada Mac 628M.
Nama ‘Tsamud’ dan ‘Al-Hijr’ disebut dalam Al-Quran
bersama-sama dengan kisah yang berlaku kepada penduduk
wilayah yang terletak 22km dari kota lama Al-Ula. Ia juga
dikenal dengan nama Wadi Al-Qura, Hegra dan juga dengan
nama Mada'in Saleh atau Kota Saleh sempena nama Saleh
AS, rasul yang diutus kepada kaum Tsamud.
Kota Mada'in Saleh secara kasarnya terletak di titik
tengah antara Mekah dan Petra. Ia berlokasi di dataran rata,
berhampiran sebuah oasis. Kawasan ini turut ditandakan
dengan batu-batu pasir yang menjadi sebahagian daripada
Pergunungan Hijaz. Mada’in Saleh sekarang ini memiliki
runtuhan-runtuhan yang sama seperti yang terdapat di Petra.
Salasiah Nabi Saleh AS dalam kaum Tsamud
adalah Saleh bin Ubaid bin Masih bin Ubaid bin Hadir bin
Tsamud bin Atsir bin Aram (Iram) bin Sam bin Nuh
AS. Semasa hidupnya, Nabi Saleh AS menetap di Al-Hijr.
Kaum Tsamud sangat pandai dan mahir dalam hal memahat
dan mengukir batu terutama batu-batu pegunungan menjadi
rumah, kuil dan makam.
“Dan (terhadap) kaum Tsamud yang memotong batu-batu
besar di lembah”, (Al-Fajr: 9)
“Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung batu (yang
didiami) dengan aman”, (Al-Hijr: 82).

102
Pada awalnya kaum Tsamud sangat menghormati
Nabi Saleh AS karena mereka menaruh harapan pada beliau
untuk meneruskan tradisi kaum Tsamud, masyarakat
pagan iaitu menyembah berhala sehingga Nabi Saleh AS
mulai menyampaikan ajakan untuk menyembah Allah SWT
dan bertakwa kepada-Nya, maka kaum Tsamud menjadi
kecewa, murka dan mulai memusuhi Nabi Saleh AS.

"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh.


Saleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
kerana itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah
kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-
Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”, (Al Hud: 61).
Kaum Tsamud berkata: “Hai Saleh, sesungguhnya kamu
sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami
harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah
apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan
sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan terhadap
agama yang kamu serukan kepada kami”, (Al Hud: 62).
Maka kaum Tsamud meminta sesatu tanda dari Nabi
Saleh AS akan kelebihannya.
"Dan kepada kaum Thamud (Kami utuskan) saudara mereka:
Nabi Saleh. Ia berkata: “Wahai kaumku! Sembahlah kamu
akan Allah, tiada ilah bagi kamu selain daripadaNya.
Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang
nyata dari Tuhan kamu; ini adalah seekor unta betina (dari)
Allah sebagai keterangan bagi kamu (membuktikan
kebenaranku). Oleh itu, biarkanlah unta itu mencari makan di
bumi Allah, dan janganlah kamu menyentuhnya dengan
sesuatu yang menyakitinya; (kalau kamu menyentuhnya)

103
maka kamu akan ditimpa azab seksa yang tidak terperi
sakitnya", (Al-A’raaf: 73).
"Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepada kalian
dari Tuhan kalian. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagi
kalian", (Al-A'raf: 73).
Mereka meminta kepada Nabi Saleh untuk
mengeluarkan seekor unta betina yang unggul, sedang hamil
10 bulan dari satu batu besar yang menjadi sembahan
mereka (dalam 'The Greatest Stories of Al-Quran' oleh Syeikh
Kamal As Sayyid); batu itu dinamakan Al-Katibah.
Maka Nabi Saleh membuat perjanjian dan ikrar
terhadap mereka, "Jika Allah mengabulkan permintaan kamu,
maka aku mahu kamu semua beriman kepada Allah dan serta
benar-benar akan mengikuti Ku".
"Kami semua bersedia dan memberikan janji dan ikrar kami
semua kepada mu wahai Saleh", jawap kaum Tsamud
kepada Nabi Saleh AS.
Maka Nabi Saleh a.s. bangkit menuju ke tempat
solatnya dan berdoa memohon kepada Allah SWT. Kemudian
dengan kuasa Allah SWT, dari permukaan batu yang dipukul
oleh tangan Nabi Saleh AS mendadak bergerak dan terbelah,
kemudian keluarlah darinya seekor unta betina yang janinnya
bergerak pada kedua sisi lambungnya (yakni sedang
mengandung), seperti apa yang diminta oleh kaum Tsamud.
Maka terperanjatlah mereka. Kejadian mukjizat
tersebut membuat sebahagian dari kaum Tsamud yang
menyaksikannya menjadi pengikut Nabi Saleh AS dan
beriman kepada Allah SWT. Namun ada pula yang masih
pada pendiriannya untuk menentang Nabi Saleh AS.

104
"Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat
(yang menunjukkan) kebenaran untukmu, sebab itu biarlah
dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu
mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan
menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.” (Hud: 64).
Pada saat itu juga berimanlah kepada Nabi Saleh AS
pemimpin mereka iaitu Junda' bin Amru bin Mahlab bin
Lubaid bin Jawas bersama para pengikutnya yang taat
kepada perintahnya.
Ketika orang-orang terhormat yang lainnya dari
kalangan kaum Tsamud hendak beriman, mereka dihalang-
halangi oleh Zuab bin Amru bin Lubaid bin Habbab, Al-Hubab,
pengurus berhala mereka dan juga dihalangi oleh Rabab bin
Sa'r bin Jahlas.
"Dan sesungguhnya penduduk (kota) Al-Hijr telah
mendustakan para rasul, dan Kami telah mendatangkan
kepada mereka (tanda-tanda) kekuasaan Kami, tetapi
mereka selalu berpaling darinya", (Al-Hijr: 80 – 81).
Junda’ bin Amru mempunyai saudara sepupu yang
dikenal dengan nama Syihab bin Khalifah bin Mihlah bin
Labid bin Hiras, dan dia adalah salah seorang yang terhormat
dan terkemuka di kalangan kaum Tsamud. Ketika dia mahu
masuk Islam, ia dihalang-halangi oleh ketiga-tiga pemuka
kaum Tsamud tadi, dan akhirnya dia menuruti kemahuan
mereka.
Tiga hari kemudian unta betina itu melahirkan anak
(tempoh normal hamil unta adalah 13 bulan) dan
kemudiannya tinggal bersama kaum Tsamud di dalam
permukiman Al-Hijr. Unta itu minum dari air pergi mereka
sehari, dan hari yang berikutnya, air perigi itu merupakan
bahagian untuk kegunaan kaum Tsamud pula.

105
"Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk
mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula untuk
mendapatkan air di hari yang tertentu.” (Asy-Syu'ara: 155).
Pada masa hari unta minum dari air mata kaum
Tsamud, maka kaum Tsamud bolehlah dapat meminum dari
air susu unta yang mereka perah. Bahkan Nabi Saleh AS
mengizinkan kaum Tsamud memerah air susu unta tersebut
bagi memenuhi kesemua bekas simpanan mereka dan
menurut sekehendak mereka tanpa ada halangan jumlahnya.
"Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air
itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap
giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran)", (Al-Qamar:
28).
Namun hal tersebut tidak serta merta membuat
mereka bersyukur dan berterimakasih. Setelah hal tersebut
berlangsung cukup lama di kalangan mereka, dan mereka
semangkin dalam mendustakan Nabi Saleh AS.
Tersebutlah bahawa unta betina itu hidup bebas di
lembah-lembah tempat mereka tinggal, datang dari suatu
lembah dan keluar menuju lembah yang lain mencari
kebebasan.
"Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu
kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab
hari yang besar,” (Asy-Syu’ara: 156).
Unta tersebut dikatakan hidup dari air, dan menurut
kisahnya unta betina itu sangat besar tubuhnya dan
mempunyai penampilan yang sangat cantik. Apabila unta
betina itu melewati haiwan ternak milik kaum Tsamud, maka
semua haiwan ternak mereka memisahkan diri darinya
kerana ketakutan.

106
Maka mereka bertekad membunuh unta betina itu
dengan tujuan agar bahagian airnya dapat mereka peroleh
setiap harinya tanpa bergilir. Mereka menganggap kehadiran
unta betina hanya menambah beban kerana dianggap
meminum banyak air di sumber mata air milik mereka dan
menyebabkan haiwan ternakan mereka ketakutan.
Di antara orang-orang yang merancang melakukan
pembunuhan terhadap unta tersebut, terdapat dua wanita
yang menjadi penggalak terhadap rancangan pembunuhan
tersebut. Dua wanita tersebut adalah Shaduq binti Mahya bin
Zuhair Al-Mukhtar dan Unaizah binti Ghunaim bin Mijlaz.
Unaizah merupakan isteri dari Zuab, salah satu
pemimpin kelompok penentang Nabi Saleh AS. Unaizah dan
Zuab memiliki 4 orang anak perempuan dan membentuk
perjanjian dengan Qudar bin Salif untuk dapat memilih salah
satu anaknya apabila berjaya membunuh unta betina tersebut.
Shaduq pun melakukan hal yang sama, iaitu
menawarkan dirinya sendiri pada Mishra’ bin Mahraj bin
Mahya apabila Mishra’ mampu membunuh unta tersebut.
Qudar dan Mishra’ yang tergiur dengan tawaran
kedua wanita tersebut pun bertekad penuh untuk membunuh
unta betina dengan mengajak 7 pemuda yang lain.
“Dan di bandar (tempat tinggal kaum Thamud) itu, ada
sembilan orang yang semata-mata melakukan kerosakan di
bumi (dengan berbagai-bagai maksiat) dan tidak melakukan
kebaikan sedikit pun.” (An-Naml: 48).
Dikatakan bahawa pembunuhan untuk itu dilakukan
secara beramai-ramai dan diketuai oleh Qadar bin Salaf
berserta 8 lagi iaitu Mishra’, Da'ma, Da'im, Harma, Harim, Da-
ab, Sawab dan Riyab. Mereka mengawasi ketika unta betina
sedang minum air di mata air, lalu sepantas kilat memanah
107
betis unta tersebut sehinga ia rebah sebelum menikam
bahagian perut unta dengan menggunakan pedang. Dengan
itu terbunuhlah unta yang merupakan mukjizat milik Nabi
Saleh AS.
"Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu
(sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka
menganiaya unta betina itu", (Al-Isra: 59).
"(Ingatlah), kaum Tsamud telah mendustakan (Rasulnya)
dengan sebab perbuatan derhaka mereka yang melampaui
batas;" (Asy-Syams: 11).
"Ketika orang yang paling jahat di antara mereka menerima
perintah dari mereka (supaya membunuh unta yang menjadi
mukjizat)", (Asy-Syams: 12).
"Maka berkatalah Rasul Allah (Nabi Saleh) kepada mereka: ”
(Janganlah kamu ganggu) unta betina dari Allah itu, dan
(janganlah kamu menyekatnya daripada mendapat) air
minumnya (supaya kamu tidak ditimpa azab)”, (Asy-Syams:
13).
"Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu,
maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan
dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka (dengan
tanah)", (Asy-Syams: 14).
"Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka
berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka
berkata, Hai Salleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan
itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang
diutus (Allah)." (Al A'raaf: 77).
Setelah mereka melakukan penyembelihan unta
betina itu selesai mereka lakukan, beritanya terdengar oleh
Nabi Saleh AS, maka Nabi Saleh AS mendatangi mereka di

108
saat mereka sedang berkumpul. Nabi Saleh AS pun segera
mengingatkan para pembunuh unta agar segera bertaubat
atau azab yang pedih akan datang. Namun mereka
mempermainkan dan meremehkan peringatan dari Nabi
Saleh AS bahkan meminta agar azab segera diturunkan.
Pembunuhan unta tersebut terjadi pada hari Rabu.
Pada petang harinya kesembilan orang lelaki itu bertekad
akan membunuh Nabi Saleh AS dan keluarganya. Mereka
mengatakan, "Jika dia benar, maka bererti kita
mendahuluinya mati sebelum kita mati (karena azab). Jika dia
dusta, maka kita timpakan kepadanya (Saleh AS) nasib yang
sama seperti yang dialami untanya itu." Namun Allah telah
menggagalkan rancangan jahat mereka itu dengan
menurunkan hujan batu.
Pada pagi hari Khamis, iaitu hari pertama
penangguhan azab tersebut, wajah mereka berubah
warnanya menjadi kuning, seperti apa yang dijanjikan oleh
Nabi Saleh AS kepada mereka.
Selanjutnya pada hari keduanya iaitu hari Jumat,
wajah mereka berubah menjadi merah. Pada hari ketiganya
wajah mereka berubah menjadi hitam.
Pada pagi hari Ahad mereka dalam keadaan kaku dan
duduk seraya memandang kepada azab Allah dan siksa-Nya
yang akan menimpa mereka. Matahari terbit dengan
cerahnya, dan datanglah kepada mereka suatu teriakan dari
langit dan gempa yang dahsyat dari bahagian bawah mereka.
Maka semua roh mereka sekaligus tercabut dalam masa
yang sama saat itu juga.
“Kerana itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka
mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.”
(Al-A’raaf: 78).

109
"Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri
petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari
petunjuk itu, maka mereka disambar petir azab yang
menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan."
(Fushilat: 17).
"Dan orang-orang yang zalim itu, dibinasakan oleh satu
letusan suara yang menggempakan bumi, lalu menjadilah
mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat tinggal
masing-masing (67). "(Mereka punah-ranah) seolah-olah
mereka tidak pernah tinggal di situ. Ketahuilah!
Sesungguhnya kaum Tsamud itu kufurkan Tuhan mereka.
Ketahuilah! Sesungguhnya kebinasaanlah akhirnya bagi
kaum Tsamud (68)", (Hud: 67- 68).
“Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh
disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang
demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang
mengetahui." (An Naml: 52).
Diceritakan bahawa tiada seorang pun kelompok
penentang Nabi Saleh AS yang selamat, kecuali dua orang.
Kalbah binti As-Salq, seorang budak perempuan yang pada
saat azab terjadi melarikan diri ke arah perkampungan Arab
lalu menceritakan kejadian azab tersebut kepada penduduk
di sana. Kalbah diberi minum oleh salah satu warga
perkampungan tersebut, namun setelah minum, Kalba tetap
menerima azab dan tewas juga.
Sementara seorang lagi, Abu Regal atau Abu Tsaqif
karena ia bermukim di wilayah Haram (sekarang Masjidil
Haram) sehingga ia selamat dari azab untuk seketika
sehingga ia keluar dari wilayah Haram, langsung terkena
azab yang sama.
"Dan bahawa sesungguhnya, Dia lah yang membinasakan
kaum "Aad" yang pertama (kaum Nabi Hud)", (An-Najm: 50).
110
"Dan kaum "Tsamud" (kaum Nabi Salleh). Maka tidak ada
seorangpun (dari kedua-dua kaum itu) yang dibiarkan hidup",
(An-Najm: 51).
Begitulah azab Allah SWT.
Berbalik kepada Kota Saleh, lokasi ini sekarang
merupakan kawasan pertama diwartakan sebagai Tapak
Warisan UNESCO di Arab Saudi pada tahun 2008.
Menyelusuri perjalanan merentas masa, terdapat pelbagai
tamadun pernah wujud di sekitar Kota Saleh dan Al Ula
seperti kaum Tsamud (SM3000 yang mana kelahiran Nabi
Saleh AS pada SM2150 dan kerasulan pada SM2100),
Tamadun Dadan (SM700), Tamadun Lihyan (SM700 – 600)
dan Tamadun Nabateans (SM100) sebelum pihak Rom
mengambil alih Kerajaan Nabateans di Petra pada 106M.
Pengembaraan perjalanan merentas masa hampir
5,000 tahun terkebelakang dari waktu kewujudan kaum
Tsamud di sekitar Al Ula tertumpu kepada 5 kawasan iaitu
Daerah Kota Lama Al Ula, Daerah Dadan, Daerah Jabal
Ikmah, Daerah Nabataean Horizon dan Kota Saleh (Hegra).

111
Perjalanan merentas masa Al Ula bermula di Kota
Lama Al Ula. Untuk melihat pemandangan terbuka kota lama
ini pelawat perlu mendaki satu kubu lama, kota Musa Bin
Nusayr. Kebanyakan asas bangunan kediaman di kota lama
Al Ula dibuat mengunakan batu bata yang diperkuatkan
dengan campuran lumpur, manakala pelepah pokok kurma
dan kayu digunakan untuk bahagian atap rumah.

112
Pekan lama Al Ula telah didiami dari abad ke-12 dan
dikatakan keluarga terakhir telah meninggalkan penempatan
lama ini pada tahun 1983 untuk ke tempat yang lebih moden
ke arah selatan. Kota lama ini dibina di atas tapak bandar
lama Dadan, yang diasaskan oleh Kerajaan Lihyan.

Terdapat dua buah masjid di kota lama Al Ula iaitu


Masjid Al-Izam (Masjid Tulang) dan Masjid Al-Sakhrah
(Masjid Batu) yang terletak berdekatan dengan kota Musa bin
Nusayr. Sejarah menyebutkan baginda Rasullulah SAW
pernah bersembayang di kawasan Al Ula sewaktu perjalanan
menuju ke Tabuk pada tahun 631M.

113
Nabi Muhammad SAW telah menandai kiblat dengan
menggunakan tulang. Untuk mengingati peristiwa tersebut,
penduduk di daerah Al Ula kemudian membangunkan sebuah
masjid di tempat itu dan menamakannya Masjid Al-Izam.
Tapak arkeologi seterusnya adalah "Ancient Oasis
City of Dadan", lokasi yang kini dikenali sebagai Al-
Khuraybah, terletak di bawah kaki bukit "Jabal Ath-Thumayd"
(Jabal Dadan). Di sini terletaknya dua kubur lama dikenali
dengan nama “the Lion Tombs”. Makam-makam (kubur) di
sini diukir dari batuan gunung dan berbentuk segi empat.

114
Transkripsi yang terdapat di tapak bawah makam
yang mana terdapat ukiran singa menunjukkan bahawa dua
orang yang dimakamkan di situ adalah orang yang datang
dari Kerajaan Minaean, yang terletak di Yeman.

Makam Dadan yang terdiri daripada relung persegi


yang dipahat ke dalam batu. Menurut agama mereka, roh
orang mati akan mencapai syurga dengan lebih cepat jika
dikebumikan di pergunungan, kepercayaan yang juga
dikongsi pada masa yang sama oleh Tamadun Lycian, yang
terletak di Turkiye moden hari ini.
Dadan menjadi satu stesen hentian perjalanan dan
sebagai titik persinggahan bagi pelbagai karavan kafilah
perdagangan jarak jauh, dari destinasi yang terletak di utara
Jazirah Arab menuju ke selatan merakam sejarah penting
kawasan ini menjadi antara Laluan Sutera yang
menghubungkan tamadun dunia selain ia terletak di tengah-
tengah perjalanan kabilah untuk menunaikan haji di Mekah.

115
Destinasi perjalanan merentas masa yang ke-3
adalah Jabal Ikmah yang terkenal dengan jolokan "the Open
Library of Lihyan". Pelawat ke tapak akan berjalan di
sepanjang laluan lembah berbatu jingga yang dipenuhi oleh
inskripsi catatan batu bersurat dan ukiran menceritakan
perjalanan kehidupan seharian masyarakat, kebudayaan
serta catatan keagamaan yang boleh didapat dalam bahasa
Aramaic, Dadanitic, Thamudic, Minaic dan Nabataean.

116
Nama Kota Saleh, Mada’in Saleh, Al Hijr atau Hegra
adalah merujuk kepada lokasi tumpuan yang sama di Al Ula.
Persoalanya, adakah Kota Saleh yang ada sekarang ini kota
kaum Tsamud semasa zaman Nabi Saleh AS. Jika kita masih
menyakini Kota Saleh ini kota kaum Tsamud, maka dalil
dalam surah al-A'raf ayat 78 mengenai kehancuran kaum
Tsamud boleh membutikan sebaliknya.

117
Robert Hoyland di dalam bukunya, Arabia and the
Arabs: From the Bronze Age to the Coming of Islam,
berpendapat setelah kemusnahan bangsa asli Tsamud,
kawasan ini didiami oleh bangsa yang lain seperti Dadan,
Lihyan dan Nabateans. Bangsa Lihyan dan Nabateans
digelar sebagai Tsamud bukan disebabkan identiti bangsa
mereka, tetapi disebabkan kawasan yang mereka diami
terkenal dengan gelaran 'Ardh Thamud' (Bumi Tsamud) atau
'Bayt Thamud' (Rumah Tsamud). Jadinya, bangsa Lihyan dan
bangsa Nabateans bukanlah bangsa Tsamud yang sebenar-
benarnya tapi hanya bangsa yang menduduki tanah asal
kaum Tsamud sebelum lenyap kesemuanya disebabkan
azab Allah SWT.

Mengikut penemuan inskripsi dan catatan yang ada


pada sekitar kota Hegra, ahli arkeologi berpendapat kota
batuan ini sebenarnya dibina oleh bangsa Nabateans.
Penelitian lanjut di atas pendapat daripada sejarawan, Dedor
Al Saqali, yang menyatakan bangsa Nabateans yang
sebenarnya membina kota di Hegra dan batu-batuan yang
diukir menjadi rumah adalah hasil kerja tangan bangsa
mereka sendiri.
118
Pada zaman penaklukan oleh bangsa Nabateans
yang berpusat di kota Petra, mereka telah mengambil alih
daerah Hegra dan menjadikan ia sebagai ibukota kedua
mereka berikutan pada waktu itu daerah Hegra dikenalpasti
sebagai pusat perhubungan para pedagang dari
Mesopotamia dan Mesir.

Pembinaan semula Hegra oleh bangsa Nabateans di


kawasan Kota Saleh bermula pada tahun SM 65 melalui Raja
119
Aretas IV Philopatris setelah baginda berjaya mengalahkan
kerajaan Lihyan. Terdapat pelbagai lokasi peninggalan bagi
struktur utama bangsa Nabateans yang menjadi tarikan di
Hegra seperti Jebal al-Muhjar, Jebal Ithlib, Jebal al-Ahmar,
Jebal al-Khraymat, Jebal al-Banat (Qasr al-Bint), Qasr al-
Farid (Lihyan son of Kuza) dan Qasr as-Saneh.

Ancaman Rom akhirnya menjadi kenyataan pada 106


M apabila seluruh kerajaan Nabataens dan tamadunnya,
termasuk Hegra, telah dirampas oleh Empayar Rom.
Kemerosotan bandar itu, bagaimanapun, telah pun bermula
apabila pada 70 M, bila Raja Rabbel II memindahkan ibu kota
Nabataens dari Petra ke Bosra di Syria, dan bukannya
mengekalkan Hegra seperti rancangan yang asal.
Walaupun Hegra terus wujud sekurang-kurangnya
satu abad lagi selepas pengambilalihan oleh Kerajaan Rom,
namum ia kemudiannya secara misteri hilang dari sejarah,
120
dan hanya meninggalkan banyak makam batu yang
tersergam indah sebagai peringatan tentang tamadun yang
gemilang.

Jebal al-Ahmar

Qasr al-Farid

121
Al Diwan, Jebal Ithlib

Al Diwan, Jebal Ithlib


Bagi pelawat yang ingin melawati Hegra, dinasihatkan
untuk mendapatkan tiket lawatan terlebih dahulu dengan

122
Qasr al-Bint

Qasr al-Bint
menetapkan jadual masa lawatan yang ditentukan sebelum
ke lokasi. Tiket dewasa berharga SAR 95 dan SAR 45 bagi
yang berumur 12 tahun ke bawah. Keseluruhan lawatan akan
menggunakan bas yang disediakan bermula dari Visitor
Information Center di Winter Park dan akan mengambil masa
lawatan di antara 3 hingga 4 jam.
123

Anda mungkin juga menyukai