Anda di halaman 1dari 24

Musnahnya Kaum Tsamud Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta

Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu. Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan untuk meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh. Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya. Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibukota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan soraksorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gemilang. Berkata mereka kepada Nabi Saleh : Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya. Nabi Saleh menjawab : Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dpt ditunda atau dihalang. Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya. Akan tetapi dalam kenyataannya tempo tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi. Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mereka menjadi kuning dan berubah

menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih. Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan rahasia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri. Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindungi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hambaNya yang kafir. Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan. Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah AlAraaf, ayat 73 hingga 79 , surah Hud ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah AlQamar ayat 23 sehingga ayat 32. Tsamud adalah nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bahagian dari bangsa Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal di suatu dataran bernama " Alhijir " terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S. Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumahrumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram ,sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka. Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berqurban, tempat mrk minta perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.

Mereka tidak dpt melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka jangkau dengan pancaindera. Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum Tsamud Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hambahamba_Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mrk keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum mrk diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasulNya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mrk telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mrk sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan. Dikenalkan mrk oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatut mrk sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mrk, menciptakan alam sekitar mrk, menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bhn-bhn keperluan hidup mrk, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mrk dan dengan demikian memberi kepada mrk kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mrk sembah dan bukan patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mrk atau melindungi mrk dari ketakutan dan bahaya. Nabi Saleh memperingatkan mrk bahwa ia adlah seorang drp mrk, terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mrk adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mrk.Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mrk dan sesekali tidak akan menjerumuskan mrk ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mrk. Ia menerangkan kepada mrk bahwa ianya adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mrk adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mrk untuk kebaikan mrk semasa hidup mrk dan sesudah mrk mati di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar mrk segera meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon ampun kepadaNya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mrk lakukan.Allah maha dekat kepada mrk mendengarkan doa mrk dan memberi ampun kepada yang salah bila dimintanya. Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mrk merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mrk sendiri.Maka serentak ditolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:"Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpinkami menyelesaikan halhal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan.Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan

dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai omong kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan mrk dan mengikuti jejakmu." Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mrk rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mrk kisah kaum-kaum yang mendapat seksa dan azab dari Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dpt terjadi di atas mrk jika mrk tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga besar mrk dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah drp mrk atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka. Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakkannya terdiri dari orang-orang yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mrk yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:" Wahai Saleh! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan dan terkena sihir.Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau dengan tidak sedar telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu drp kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul drp engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.Jika engkau merasa bahwa engkau sihat badan dan sihat fikiran dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca persembahan kami dan nenek moyangmu sendiri.Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu. Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun drpmu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunandan penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan drp-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku.Jgnlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan persembahan nenek moyang kami yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu." Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutinya dan berpihak kepadanya para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus

dakwahnya yang makin lama makin mendpt perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mrk menentang Nabi Saleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia. Allah Memberi Mukjizat Kepada Nabi Saleh A.S. Nabi Saleh sedar bahwa tentangan kaumnya yang menuntut bukti drpnya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mrk. Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mrk akan meninggalkan agama dan persembahan mrk dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya. Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk. Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina. Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mrk:" Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah ia mempunyai giliran untuk mendptkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendaptkan minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini." Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilikpemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong. Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendtgkan mukjizat yang mrk tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pegaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mrk pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebunkebun mrk serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya. Unta Nabi Saleh Dibunuh Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh. Dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh bila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu

dari atas bumi mrk, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan menyerah dirinya kepada siapa yang dpt membunuh unta Saleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteriputerinya kepada orang yang berhasil membunuh unta itu. Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh. Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ianya minum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya. Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendpt sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mrk kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang. Berkata merek kepada Nabi Saleh:" Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya." Nabi Saleh menjawab:" Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya.Janji Allah tidak akan meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dpt ditunda atau dihalang." Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mrk sedar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya. Akan tetapi dalam kenyataannya tempo tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi. Turunnya Azab Allah Yang Dijanjikan Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah mrk menjadi kuning dan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih. Mendebgar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan

atas diri Nabu Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mrk mengadakan pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri. Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hambaNya yang kafir. Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan. Kisah Nabi Saleh Dalam Al-Quran Kisah Nabi Saleh diceritakan oleh 72 ayat dalam 11 surah di antaranya surah AlAraaf, ayat 73 hingga 79 , surah " Hud " ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah " AlQamar " ayat 23 sehingga ayat 32. Pengajaran Dari Kisah Nabi Saleh A.S. Pengajaran yang menonjol yang dpt dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga masyarakat dpt berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya. Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S. Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap perbuatan mungkar itu. (ar/kisah) Belajar Menjadi Entrepreneur dari Kaum Tsamud (1) By M. Suyanto Kita dapat belajar entrepreneur dari Kaum Tsamud. Kaum Tsamud merupakan orang Arab kuno, baik sebagai suku atau kelompok yang hidup dari 2300 SM sampai 200 SM. Meskipun kaum Tsamud kemungkinan berasal dari Arab Selatan, sekelompok besar rupa-rupanya berpindah menuju ke utara pada awal tahun tersebut, secara tradisional menempati lereng Gunung Athlab. Hasil temuan dari para arkeolog, sejumlah batu karang dari hasil budaya kaum Tsamud tidak hanya di

temukan di Gunung Athlab, tetapi juga di seluruh Arab Tengah. Berdasarkan sumber Al-Quran, Catatan orang Assyiria dan prasasti di candi Yunani dari Barat Laut Hijaz pada 169 Masehi. Sumber sejarah menyatakan bahwa orang yang disebut Tsamud sungguh-sungguh ada. Komunitas al-Hijr dimuat di dalam Al-Quran dianggap sama dengan orang Thamud. Nama lain orang Thamud adalah Ashab al-Hijr. Maka, kata Tsamud merupakan nama orang atau kaum, sementara kota al-Hijr merupakan satu dari kota yang didirikan oleh orang ini. Penjelasan ahli geografi Yunani, Pliny sepakat dengan pendapat ini. Pliny menulis bahwa Domatha dan Hegra (Hijr) berlokasi di tempat tinggal Thamud dan kemudian membuat kota Hijr yang sekarang ini. Hijr merupakan jalur utama perdagangan, karena pada 1900 SM sampai 200 SM berhubungan dagang dengan kaum Nabasia. Produk utama kaum Tsamud adalah barang pecah belah (tembikar) yang unik, berkualitas tinggi dan mempunyai seni yang tinggi serta mempunyai kemampuan berproduksi dalam jumlah yang besar. Produk yang diperdagangkan kaum Tsamud antara lain kemenyan, myrrh dan rempah-rempah dari Arab Selatan. Dari hasil perdagangan tersebut memberikan kekayaan, sehingga memungkinkan mereka membangun istana, rumah yang dipahat dan makam pada batu karang. Kota tersebut berada 347 km di sebelah utara Medinah. Pada sekitar 200 SM, kaum Nabasia menggantikan kaum Tsamud menguasai kota Dedan (Al Ula) sampai Al Hijr (Madain Saleh). Situs arkeologi penting ditemukan di kota Al Ula yang telah dihuni sampai 1970, yang merupakan sebuah percontohan kota Islam yang dikenali kembali pada abad ke-11 Masehi. Khuraibah merupakan sebuah situs Kerajaan Lihyanite, yang terdapat sejumlah besar makam. Ditemukan pula, Ikmah yang merupakan sebuah sungai (wadi) pada batunya memuat prasasti Lihyanite dan Minea. Al Mabiyat yang merupakan bangunan sebuah kota Islam yang luas yang telah digali dan memang benar Al Hijr merupakan kota kematian. Juga ditemukan peninggalan Jalam Kereta Api Hijaz yang digunakan untuk mengangkut jamaah haji dari Damaskus ke Medinah. Al Hijr merupakan lembah tempat kaum Tsamud mengambil air pegunungan Madain Saleh, sehingga kota ini dikenal pula dengan sebutan Madain Saleh (kota Nabi Saleh). Dataran tingginya terhampar lembah Al-Qura dengan aliran airnya melewati alUla yang berjarak 25 km dari arah utara. Sumber paling kuno yang terkenal yang meberi referensi terhadap Thamud adalah sejarah kemanangan Raja Babilonia, Sargon II (abad ke-8 SM), yang menundukkan orang Thamud di Arab Utara. Yunani juga memberi referensi bahwa orang ini sebagai Tamudaei atau Thamud dalam tulisan Aristpteles, Ptolomeus dan Pliny. Kaum Tsamud hidup pada masa Nabi Saleh dan kaum Tsamud sebagai penyembah berhala dan menjadi pemakmur bumi dengan melakukan perdagangan. Kemudian Allah SWT mengutus Nabi Saleh untuk menyembah Allah kepada mereka. Dalam Al Quran surat Al Araaf ayat 73 : Dan (Kami telah mengutus), kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan pedih. Dalam surat Huud ayat 61-62 : Dan kepada kaum Tsamud (Kami telah mengutus) saudara mereka, Saleh. Ia berkata Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). KAUM AD DAN UBAR Kaum Ad dan Ubar, Atlantis di Padang Pasir

Adapun kaum Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka. (QS. Al Haaqqah, 69: 6-8) ! Kaum lain yang dimusnahkan dan diberitakan dalam berbagai surat dalam Al Quran adalah kaum Ad, yang disebutkan sete-lah kaum Nuh. Nabi Hud yang diutus untuk kaum Ad meme-rintahkan mereka, sebagaimana yang telah dilakukan nabi-nabi lainnya, untuk beriman kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dan mematuhi dirinya sebagai nabi pada waktu itu. Namun mereka menang-gapinya dengan rasa permusuhan. Ia didakwa sebagai seorang bodoh, pembohong, dan berusaha mengubah apa yang telah dilakukan para leluhur mereka. Dalam Surat Hud semua hal yang terjadi antara Hud dengan kaum-nya diceritakan secara terperinci: Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka Hud. Ia berkata, Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)? Dan (dia berkata): Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu, lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. Kaum Ad berkata: Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada ka-mi suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perbuatanmu, dan kami tidak akan sekali-kali mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan pe-nyakit gila atas dirimu. Hud menjawab: Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalan-kanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.

Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orangorang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. Dan itulah (kisah) kaum Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menantang (kebenaran). Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Ad (yaitu) kaum Hud itu. (QS. Huud, 11: 50-60) ! Surat lain yang menyebutkan tentang kaum Ad adalah surat AsySyuaraa. Dalam surat ini ditekankan beberapa karakteristik dari kaum Ad. Menurut surat ini kaum Ad adalah kaum yang mendirikan ba-ngunan di setiap tempat yang tinggi dan orang-orangnya membangun gedung-gedung yang indah dengan harapan mereka akan hidup di dalamnya (selamanya). Disamping itu, mereka berbuat kejahatan dan berlaku bengis. Ketika Hud memperingatkan kaumnya, mereka mengo-mentari kata-katanya sebagai kebiasaan kuno. Mereka sangat yakin bahwa tidak ada hal yang akan terjadi terhadap mereka. Kaum Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul; kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan sekalikali aku tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan un-tuk bermain-main, dan kamu membuat benteng-benteng dengan mak-sud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orangorang yang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepa-damu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air,

sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar. Mereka menjawab: Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu, dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (QS. Asy-Syuaraa, 26: 123-140) ! Kaum yang menunjukkan permusuhan kepada Hud dan melawan Allah itu benar-benar dibinasakan. Badai pasir yang mengerikan membi-nasakan kaum Ad seakan-akan mereka tidak pernah ada. Temuan Arkeologis di Kota Iram Pada awal tahun 1990 muncul keterangan pers dalam beberapa surat kabar terkemuka di dunia yang menyatakan Kota Legenda Arabia yang Hilang Telah Ditemukan, Kota Legenda Arabia Ditemukan, Ubar, Atlantis di Padang Pasir. Yang membuat temuan arkeologis ini lebih menarik adalah kenyataan bahwa kota ini juga disebut dalam Al Quran. Banyak orang, yang sejak dahulu beranggapan bahwa kaum Ad sebagai-mana diceritakan dalam Al Quran hanyalah sebuah legenda atau berang-gapan bahwa lokasi mereka tidak akan pernah ditemukan, tidak dapat menyembunyikan keheranan mereka atas penemuan ini. Penemuan kota ini, yang hanya disebutkan dalam cerita lisan Suku Badui, membangkit-kan minat dan rasa keingintahuan yang besar. Adalah Nicholas Clapp, seorang arkeolog amatir yang menemukan kota legendaris yang disebutkan dalam Al Quran ini19. Sebagai seorang Arabophile dan pembuat film dokumenter berkualitas, Clapp telah men-jumpai sebuah buku yang sangat menarik selama penelitiannya tentang sejarah Arab. Buku ini berjudul Arabia Felix yang ditulis oleh seorang pe-neliti Inggris bernama Bertram Thomas pada tahun 1932. Arabia Felix adalah penamaan Romawi untuk bagian selatan semenanjung Arabia yang dewasa ini mencakup Yaman dan sebagian besar Oman. Bangsa Yunani menyebut daerah ini Eudaimon Arabia. Sarjana Arab abad per-tengahan menyebutnya sebagai Al Yaman As-Saidah20. Semua nama tersebut berarti Arabia yang Beruntung, karena orangorang yang hidup di daerah tersebut di masa lalu dikenal sebagai orang-orang yang paling beruntung pada zamannya. Lalu, apakah yang menjadi alasan bagi penamaan seperti itu? Keberuntungan mereka sebagian berkaitan dengan letak mereka yang strategis menjadi perantara dalam perdagangan rempah-rempah antara India dengan tempat-tempat di utara semenanjung Arab. Di sam-ping itu, orang-orang yang berdiam di daerah ini memproduksi dan men-distribusikan frankincense sejenis getah wangi dari pepohonan langka. Karena sangat disukai oleh masyarakat kuno, tanaman ini digunakan sebagai dupa dalam berbagai ritus keagamaan. Pada saat itu, tanaman tersebut setidaknya sama berharganya dengan emas.

Thomas, sang peneliti Inggris memaparkan tentang suku-suku yang beruntung ini dengan panjang lebar dan menyatakan bahwa ia telah menemukan jejak sebuah kota kuno yang dibangun oleh salah satu dari sukusuku ini21. Itulah kota yang dikenal suku Badui dengan sebutan Ubar. Pada salah satu perjalanannya ke daerah tersebut, orang-orang Badui yang hidup di padang pasir itu menunjukkan jalur-jalur usang dan menyatakan bahwa jalur-jalur tersebut mengarah ke kota kuno Ubar. Thomas, yang sangat berminat dengan hal ini meninggal sebelum mampu menuntaskan penelitiannya. Clapp, setelah mengkaji tulisan Thomas, meyakini keberadaan kota yang hilang tersebut. Tanpa banyak membuang waktu, ia memulai pene-litiannya. Clapp membuktikan keberadaan Ubar dengan dua cara. Perta-ma, ia menemukan jalur-jalur yang menurut suku Badui benar-benar ada. Ia meminta NASA (Badan Luar Angkasa Nasional Amerika Serikat) un-tuk menyediakan foto satelit daerah tersebut. Setelah perjuangan yang panjang, ia berhasil membujuk pihak yang berwenang untuk memotret daerah tersebut22. Clapp melanjutkan mempelajari berbagai manuskrip dan peta kuno di perpustakan Huntington di California. Tujuannya adalah untuk mene-mukan peta dari daerah tesebut. Setelah melalui penelitian singkat, ia me-nemukannya. Yang ditemukannya adalah sebuah peta yang digambar oleh Ptolomeus, ahli geografi Yunani-Mesir di tahun 200 M. Pada peta ini ditunjukkan lokasi sebuah kota tua yang ditemukan di daerah tersebut dan jalan-jalan yang menuju kota tersebut. Sementara itu, ia menerima kabar bahwa NASA telah melakukan pemotretan. Dalam foto-foto tersebut, beberapa jalur kafilah menjadi ter-lihat, suatu hal yang sulit dikenali dengan mata telanjang, namun dapat dilihat sebagai satu kesatuan dari luar angkasa. Dengan membandingkan foto-foto ini dengan peta tua yang di tangannya, akhirnya Clapp menca-pai kesimpulan yang ia cari: jalur-jalur dalam peta tua sesuai dengan jalur-jalur dalam gambar yang diambil dengan satelit. Tujuan akhir dari jejak-jejak ini adalah sebuah situs yang luas yang ditengarai dahulunya merupakan sebuah kota. Akhirnya, lokasi kota legendaris yang menjadi subjek cerita-cerita lisan suku Badui ditemukan. Tidak berapa lama kemudian, penggalian dimulai dan peninggalan dari sebuah kota mulai tampak di bawah gurun pasir. Demikianlah, kota yang hilang ini disebut sebagai Ubar, Atlantis di Padang Pasir. Lalu, apakah yang membuktikan kota ini sebagai kota kaum Ad yang disebutkan dalam Al Quran? Begitu reruntuhan-reruntuhan mulai digali, diketahui bahwa kota yang hancur ini adalah milik kaum Ad dan berupa pilar-pilar Iram yang disebutkan dalam Al Quran, karena di antara berbagai struktur yang di-gali terdapat menaramenara yang secara khusus disebutkan dalam Al Quran. Dr. Zarins, seorang anggota tim penelitian yang memimpin peng-galian mengatakan bahwa karena menara-menara itu disebut sebagai bentuk khas kota Ubar, dan karena Iram disebut mempunyai menara-menara atau tiang-tiang, maka itulah bukti terkuat sejauh ini, bahwa situs yang mereka gali adalah Iram, kota kaum Ad yang disebutkan dalam Al Quran: Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai ba-ngunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. (QS. Al Fajr, 89: 6-8) !

Kaum Ad Sejauh ini kita telah melihat kemungkinan Ubar sebagai kota Iram yang disebutkan dalam Al Quran. Menurut Al Quran, warga kota terse-but tidak mengindahkan seruan Nabi Hud yang membawakan risalah kepada mereka dan memberi peringatan mereka, maka akhirnya mereka pun dibinasakan. Identitas kaum Ad yang membangun kota Iram juga telah menim-bulkan banyak perdebatan. Dalam berbagai catatan sejarah tidak pernah disebutkan tentang suatu kaum pun yang telah memiliki kebudayaan yang begitu maju atau tentang peradaban yang mereka kembangkan. Mungkin akan dianggap aneh bahwa nama dari sebuah kaum semacam itu tidak ditemukan dalam catatan sejarah. Di sisi lain, seharusnya tidak terlalu mengherankan bila tidak di-temukan keberadaan kaum ini dalam berbagai catatan dan arsip pera-daban lama. Alasannya adalah bahwa kaum ini tinggal di Arabia Selatan, sebuah daerah yang jauh dari kaum lain yang hidup di daerah Mesopo-tamia dan Timur Tengah, dan hanya memiliki hubungan yang terbatas dengan mereka. Adalah hal yang umum bagi sebuah negara, yang sangat jarang dikenal, untuk tidak tercantum dalam catatan sejarah. Namun di samping itu, sangat mungkin untuk menemukan cerita-cerita tentang kaum Ad di antara orang-orang yang hidup di sekitar Timur Tengah. Alasan terpenting mengapa kaum Ad tidak disebutkan dalam catatan tertulis adalah karena saat itu komunikasi tertulis tidak lazim di daerah tersebut. Sehingga, sangat mungkin kaum Ad telah membangun sebuah peradaban, namun belum pernah disebutkan dalam catatan seja-rah dari peradaban lain yang melakukan dokumentasi. Jika saja kebuda-yaan ini berlangsung sedikit lebih lama, mungkin lebih banyak lagi yang dapat diketahui tentang kaum Ad di saat ini. Tidak ada catatan tertulis tentang kaum Ad, namun memungkinkan untuk menemukan informasi penting tentang keturunan mereka dan untuk mendapatkan gambaran tentang kaum Ad dari informasi ini. Bangsa Hadram, Anak Cucu Ad Tempat pertama yang diamati untuk mencari kemungkinan jejak-jejak peradaban yang didirikan kaum Ad atau anak cucu mereka, adalah Yaman Selatan di mana Ubar, Atlantis di padang pasir ditemukan dan yang disebut sebagai Arabia yang Beruntung. Di Yaman selatan, empat bangsa telah hidup sebelum zaman kita, dan disebut orang Yunani sebagai Arab yang Beruntung. Mereka adalah bangsa Hadram, Saba, Mina, dan Qataba. Keempat bangsa ini berkuasa dalam waktu yang sing-kat pada daerah-daerah yang saling berdekatan. Banyak ilmuwan kontemporer mengatakan bahwa kaum Ad telah memasuki satu periode perubahan dan kemudian muncul kembali di panggung sejarah. Dr. Mikhail H. Rahman seorang peneliti dari Univer-sity of Ohio merasa yakin bahwa kaum Ad adalah nenek moyang dari bangsa Hadram, salah satu dari empat bangsa yang pernah menghuni Yaman Selatan. Bangsa Hadramaut, yang muncul sekitar 500 SM, setidaknya dikenal di antara bangsa-bangsa yang dinamai Arabia yang Beruntung. Bangsa-bangsa ini berkuasa di wilayah Yaman

Selatan cukup lama dan menghilang sepenuhnya pada 240 M pada akhir dari periode panjang kemunduran. Nama Hadram mengisyaratkan bahwa mereka mungkin merupakan keturuan dari kaum Ad. Penulis Yunani Pliny, yang hidup pada abad ke-3 SM, menyebut suku bangsa ini sebagai Adramitai yang berarti bangsa Hadram. Pengistilahan nama dalam bahasa Yunani adalah akhiran kata benda, kata benda Adram langsung mengisyaratkan bahwa ia merupa-kan perubahan dari kata Ad-i Ram yang disebutkan dalam Al Quran. Ptolomeus, seorang ahli geografi Yunani (150-100 SM) menunjukkan bagian selatan Semenanjung Arabia sebagai tempat kaum yang disebut Adramitai pernah hidup. Daerah ini sampai sekarang dikenal dengan nama Hadhramaut23. Ibu kota negara Hadram, Shabwah terletak di barat Lembah Hadhramaut. Menurut berbagai legenda tua, Nabi Hud yang diutus kepada kaum Ad dimakamkan di Hadhramaut. Faktor lain yang membenarkan pemikiran bahwa Hadhramaut ada-lah penerus dari kaum Ad adalah kekayaan mereka. Bangsa Yunani me-negaskan kaum Hadram sebagai suku bangsa terkaya di dunia. Ca-tatan sejarah mengatakan bahwa Hadram sangat maju dalam pertanian frankincense, salah satu tanaman paling berharga waktu itu. Mereka telah menemukan cara-cara penggunaan baru bagi tanaman ini dan memper-luas penggunaannya. Hasil pertanian bangsa Hadram jauh lebih banyak daripada produksi tanaman tersebut di masa kini. Apa yang ditemukan pada penggalian di Shabwah yang dikenal seba-gai ibu kota Hadram sangatlah menarik. Dalam berbagai penggalian yang dimulai pada tahun 1975 para ahli arkeologi sangat sulit mencapai sisa-sisa kota tersebut karena tertimbun di bawah gurun pasir. Temuan yang dihasilkan di akhir penggalian amat menakjubkan, karena kota kuno yang belum tergali itu merupakan salah satu kota yang teramat luar biasa menarik yang ditemukan hingga saat itu. Kota dikelilingi dinding yang berhasil diungkap memiliki ukuran lebih luas daripada situs kuno Yaman mana pun dan istananya merupakan bangunan yang sangat menakjub-kan. Tidak diragukan lagi, sangat logis untuk menduga bahwa bangsa Hadram telah mewarisi keunggulan arsitektur ini dari pendahulunya kaum Ad. Hud berkata kepada kaum Ad ketika memperingatkan mere-ka: Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermainmain? Dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dalamnya)? (QS. Asy-Syuaraa, 26: 128-129) ! Ciri menarik lainnya dari bangunan-bangunan di Shabwah adalah tiangtiang yang sangat rumit. Tiang-tiang di Shabwah tampak sangat unik karena bundar dan disusun dalam serambi-serambi melengkung, semen-tara semua situs di Yaman sejauh itu baru ditemukan memiliki tiang-tiang monolit berbentuk persegi. Orang-orang Shabwah tentunya mewarisi gaya arsitektur dari para leluhurnya, kaum Ad. Fotius, Patriach Yunani Bizantium dari Konstantinopel pada awal abad ke-9 M, melaku-kan penelitian besar-besaran tentang Arabia Selatan dan aktivitas perda-gangan mereka, karena ia mempunyai akses pada manuskrip Yunani Kuno yang sudah musnah saat ini, dan khususnya karya Agatharachides (132 SM) tentang Laut Eritrea (Laut Merah). Fotius menyebutkan dalam salah satu artikel-nya: Diwartakan bahwa mereka (bangsa Arab Selatan) telah

membangun banyak tiang berlapis emas atau terbuat dari perak. Ruanganruangan di antara tiang-tiang tersebut sangat mengagumkan untuk dilihat24. Walaupun tidak langsung merujuk kepada bangsa Hadram, tetap sa-ja pernyataan Fotius tersebut memberikan gambaran tentang kemakmur-an dan kecakapan membangun orang-orang yang tinggal di wilayah itu. Penulis klasik Yunani, Pliny dan Strabo menggambarkan kota-kota ini sebagai dihiasi oleh berbagai kuil dan istana yang indah. Ketika kita memikirkan bahwa para penghuni kota ini adalah keturunan kaum Ad, jelaslah mengapa Al Quran menyebutkan tempat tinggal kaum Ad sebagai kota Iram dengan tiang-tiangnya yang tinggi. (QS. Al Fajr, 89: 7). Sumber-Sumber Mata Air dan Kebun-Kebun Kaum Ad Saat ini, pemandangan paling sering ditemui seseorang yang mela-kukan perjalanan ke Arab Selatan adalah padang pasir teramat luas. Hampir semua tempat dihampari pasir, kecuali kota-kota dan daerah-daerah yang telah dihijaukan kemudian. Gurun pasir ini telah ada sejak ratusan dan mungkin ribuan tahun. Namun dalam Al Quran, terdapat informasi menarik dalam salah satu ayat yang berkenaan dengan kaum Ad. Ketika memperingatkan kaumnya, Nabi Hud mengingatkan tentang mata air dan kebun yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum Ad: Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan ber-takwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu bina-tang-binatang ternak dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar. (QS. Asy-Syuaraa, 26: 131-135) ! Namun sebagaimana telah kita catat sebelumnya, Ubar, yang dikenal dengan kota Iram dan tempat-tempat lainnya yang berkemungkinan sebagai daerah hunian kaum Ad, saat ini tertutup pasir seluruhnya. Lalu, mengapa Hud menggunakan ungkapan semacam itu ketika memper-ingatkan kaumnya? Jawabannya tersembunyi dalam sejarah perubahan iklim. Berbagai catatan sejarah mengungkapkan bahwa daerah-daerah yang sekarang telah menjadi gurun pasir, pada suatu ketika pernah merupakan tanah yang sangat hijau dan produktif. Kurang dari seribu tahun yang lampau, sebagian besar wilayah tersebut dihampari kawasan hijau dan mata-mata air sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, dan penghuninya meman-faatkan karunia itu. Hutan-hutan melunakkan kerasnya iklim wilayah tersebut dan membuatnya dapat dihuni. Padang pasir memang ada, namun tidak seluas seperti saat ini. Di Arabia Selatan, bukti-bukti penting telah diperoleh di wilayah tempat kaum Ad pernah hidup, yang dapat memberikan titik terang atas persoalan ini. Di sini nampak bahwa penduduk dari daerah ini menggu-nakan sistem pengairan yang sudah sangat maju. Sistem pengairan ini kemungkinan besar hanya dimaksudkan untuk satu tujuan, yaitu perta-nian. Wilayah-wilayah tersebut, yang sekarang tak lagi layak huni, pada suatu masa pernah diolah manusia.

Pencitraan satelit juga telah mengungkapkan suatu sistem saluran-saluran air kuno yang luas dan bendungan-bendungan yang digunakan untuk pengairan di sekitar Ramlat As Sabatayan yang diperkirakan mampu menghidupi sekitar 200.000 orang di kota-kota yang berdekatan25. Seperti dinyatakan Doe, salah seorang peneliti yang melakukan riset: Begitu suburnya daerah di sekitar Marib, sehingga seseorang akan menganggap bahwa seluruh daerah di antara Marib dan Hadhramaut dahulunya pernah berada di bawah satu pengelolaan26. Seorang penulis klasik Yunani, Pliny menggambarkan bahwa wila-yah ini dahulunya sangat subur dengan gunung berhutan lebat berse-limut kabut, sungai dan hutan yang tidak ada putusnya. Dalam berbagai prasasti yang ditemukan di beberapa kuil kuno dekat Shabwah, ibu kota Hadram, dikatakan bahwa binatangbinatang diburu di daerah tersebut dan sebagiannya tersebut untuk dikorbankan. Semua ini mengungkap-kan bahwa daerah tersebut pernah dihampari tanah yang subur, di sam-ping gurun pasir. Kecepatan gurun pasir itu berkembang, dapat dilihat pada beberapa riset terbaru yang dilakukan oleh Institut Smithsonian di Pakistan. Se-buah kawasan yang dikenal sangat subur di abad pertengahan telah ber-ubah menjadi gurun pasir dengan bukit-bukit pasir setinggi enam meter; gurun tersebut diketahui bertambah rata-rata 6 inci per harinya. Dengan kecepatan seperti ini pasir dapat menelan bangunan tertinggi sekalipun dan menguburnya sehingga bangunan itu bagaikan tidak pernah ada. Dengan demikian penggalian di Timna, Yaman pada tahun 1950 hampir seluruhnya tertimbun lagi oleh pasir. Piramid-piramid di Mesir dulunya juga pernah tertimbun pasir dan baru muncul ke permukaan setelah melalui penggalian yang sangat lama. Singkatnya, jelaslah bahwa daerah yang kini dikenal sebagai gurun pasir mungkin memiliki tampilan yang sangat jauh berbeda di masa lalu. Bagaimana Kaum Ad Dihancurkan? Di dalam Al Quran, dituturkan bahwa kaum Ad telah dibinasakan dengan angin badai yang dahsyat. Dalam ayat-ayat ini disebutkan bah-wa angin badai yang hebat berlangsung selama tujuh malam delapan hari dan menghancurkan kaum Ad keseluruhannya: Kaum Ad pun telah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyat-nya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari yang naas terus-menerus. (QS. Al Qamar, 54: 18-20) ! Adapun kaum Ad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum Ad pada waktu itu mati berge-limpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (QS. Al Haaqqah, 69: 6-7) ! Meskipun telah diperingatkan sebelumnya, mereka tidak mengin-dahkan peringatan dan terus menolak nabi mereka. Mereka berada dalam angan-angan seperti itu, sehingga mereka tidak memahami apa yang sedang terjadi ketika melihat penghancuran tersebut menghampiri mereka, dan tetap dalam keingkarannya :

Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembahlembah mereka, berkatalah mereka: Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. (QS. Al Ahqaaf, 46: 24) ! Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka melihat awan yang akan menghancurkan mereka, namun tidak dapat memahaminya dan berpikir bahwa itu merupakan awan yang membawa hujan. Ini merupakan pe-tunjuk penting bagaimana bencana itu saat mendekati mereka, karena sebuah badai topan yang sedang menyapu sepanjang gurun pasir juga akan tampak seperti sebuah awan hujan dari kejauhan. Mungkin kaum Ad tertipu oleh pemunculan ini dan tidak menyadari bencana tersebut. Doe memberikan sebuah deskripsi tentang badai pasir (yang sepertinya berdasarkan pengalaman pribadinya): Tanda pertama (dari badai debu atau pasir) adalah mendekatnya tembok udara mengandung pasir yang tingginya mungkin mencapai ribuan kaki, yang diangkat oleh aliran yang meninggi dengan kuat dan diaduk oleh angin yang cukup kuat27. Ubar, Atlantis di padang pasir yang dianggap sebagai sisa-sisa peninggalan kaum Ad telah ditemukan kembali dari bawah lapisan pasir yang bermeter-meter tebalnya. Tampaknya angin dahsyat yang berlang-sung selama tujuh malam dan delapan hari sebagaimana disebutkan Al Quran, menumpuk berton-ton pasir di atas kota itu dan menimbun pen-duduknya hidup-hidup. Penggalian-penggalian di Ubar menunjukkan kemungkinan yang sama. Majalah Prancis, Ca MInteresse menyatakan hal yang serupa; Ubar terkubur di bawah pasir setebal 12 meter karena sebuah badai28. Bukti paling penting yang menunjukkan bahwa kaum Ad dikubur oleh sebuah badai pasir adalah kata ahqaf yang digunakan dalam Al Quran untuk menandai lokasi dari kaum Ad. Deskripsi yang digunakan dalam ayat 21 surat Al Ahqaaf adalah sebagai berikut: Dan ingatlah (Hud) saudara kaum Ad yaitu ketika ia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesu-dahnya (dengan mengatakan): Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar. Ahqaaf dalam bahasa Arab berarti bukit-bukti pasir adalah bentuk plural dari kata hiqf yang berarti sebuah bukit pasir. Ini menunjukkan bahwa kaum Ad hidup di daerah yang penuh dengan bukit-bukit pasir yang memberikan landasan paling masuk akal untuk sebuah fakta bahwa mereka dikubur oleh sebuah badai pasir. Menurut sebuah interpretasi, ahqaaf kehilangan artinya sebagai bukit-bukit pasir dan menjadi nama sebuah tempat di selatan Yaman di mana kaum Ad hidup. Ini tidak mengubah fakta bahwa akar kata ini adalah bukitbukit pasir, namun hanya menunjukkan bahwa kata ini telah menjadi khas untuk daerah ini karena banyaknya bukit pasir. Penghancuran yang menimpa kaum Ad yang berasal dari badai pasir yang mencabut orang-orang seakan mereka adalah akar pohon palem yang tercerabut (dari dalam tanah), tentunya telah memusnahkan seluruh penduduk dalam waktu yang sangat singkat, mereka yang hing-ga saat itu hidup dengan mengolah lahan-lahan subur dan membangun bendungan-bendungan serta saluran-saluran air irigasi untuk mereka sendiri. Semua ladang olahan yang subur, saluran irigasi, dan bendungan milik masyarakat yang pernah hidup di sana tertutup oleh pasir, dan seluruh kota dan penduduknya terkubur hidup-

hidup dalam pasir, setelah mereka dihancurkan, padang pasir berkembang di sana dan menutupinya tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sebagai akibatnya dapat dikatakan bahwa temuan sejarah dan arkeo-logi mengindikasikan bahwa kaum Ad dan kota Iram benar-benar per-nah ada dan dihancurkan seperti disebutkan dalam Al Quran. Berdasar-kan penelitian lebih lanjut, sisa-sisa dari kaum ini telah ditemukan kem-bali dari dalam gurun pasir. Apa yang seharusnya dilakukan seseorang kala memperhatikan sisa-sisa yang terkubur di dalam pasir adalah mengambil peringatan sebagai-mana ditegaskan dalam Al Quran. Al Quran menyatakan bahwa kaum Ad telah sesat karena kesombongan mereka dan berkata: Siapakah kekuatannya yang lebih besar dari kami?. Di akhir ayat, dikatakan, Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah Yang mencipta-kan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka? (QS. Al Fushilaat, 41 : 15). ! Yang seharusnya dilakukan oleh seorang insan adalah mengingat kenyataan yang tidak berubah sepanjang waktu ini dan memahami bahwa Allah Yang Mahabesar dan Mahamulia; seorang insan hanya dapat menjadi sejahtera dengan menyembah-Nya. Sisa-sisa dari kota Ubar, tempat tinggal kaum Ad, ditemukan di suatu tempat dekat tanjung Oman. Banyak karya seni dan monumen dari peradaban maju pernah dibangun di Ubar sebagaimana disebutkan dalam Al Quran. Saat ini, hanya peningggalanpeninggalan di atas yang tersisa. Penggalian yang dilakukan di Ubar. Lokasi kota Ad ditemukan dengan foto-foto yang diambil dari pesawat ulang alik. Dalam foto tersebut, tempat jalur-jalur kafilah bertemu ditandai, dan mengarah ke Ubar. 1. Ubar, hanya dapat dilihat dari luar angkasa sebelum dilakukan penggalian. 2. Kota yang berada 12 meter di bawah pasir ditemukan dengan penggalian. Saat ini, daerah dimana kaum Ad pernah hidup penuh dengan gundukan

pasir.

Penggalian-penggalian yang dilakukan di Ubar, di mana sisa-sisa sebuah kota ditemukan di bawah lapisan pasir yang ketebalannya bermeter-meter. Di daerah ini, diketahui bahwa bencana badai pasir dapat menyebabkan pasir dalam jumlah yang sangat besar terkumpul dalam waktu sekejap. Hal ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan dengan cara yang tidak terduga-duga. Penemuan Tengkorak Kaum Aad Semoga dapat menambah keimanan kita. Amin.

Baru-baru ini dalam kegiatan eksplorasi gas digurun pasir di Arab tenggara, ditemukan sebuah tengkorak dengan ukuran yang sangat luar biasa. Wilayah gurun pasir ini disebut juga sebagai wilayah kosong. Penemuan ini ditemukan oleh tim eksplolasi ARAMCO. Seperti tertulis dalam Al-Quran bahwa Allah (SWT) pernah menciptakan manusia dengan ukuran yang luar biasa. Mereka adalah kaum Aad dimana Nabi Hud (AS) diutus. Mereka sangat tinggi, besar dan kuat sebagaimana mereka mampu menumbangkan batang pohon hanya dengan menggunakan tangan. Kaum Aad kemudian membangkang perintah Allah (SWT) dan nabi dan mereka melanggar batas-batas yang telah digariskan Allah (SWT). Mereka kemudian dimusnahkan. Orang-orang Saudia Arabia percaya bahwa tengkorak tersebut berasal dari kaum Aad. Pihak kemiliteran Saudi Arabia menutup seluruh wilayah tsb dan tidak mengizinkan seorangpun memasukinya kecuali pihak ARAMCO. Berita ini disimpan secara rahasia tetapi sebuah helicopter militer mengambil beberapa gambar dari udara dan kemudian salah satu gambar tsb bocor ke internet di Saudi Arabia. Perhatikan gambar ini dan bandingkan ukuran lelaki yang sedang berdiri dengan ukuran tengkorak tsb QS 9:70 Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, kaum Nuh, Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? . Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. QS 11:100 Itu adalah sebahagian dan berita-berita negeri yang Kami ceritakan kepadamu; di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada yang telah musnah. QS 6:133 Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu, sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orangorang lain Kaum 'Ad Kaum 'Ad tinggal di Yaman. Mereka dikenal sebagai kaum yang kuat, kaya, dan besar.Mereka menjadi kaum yang besar berkat nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka yang tidak terbatas jumlahnya. Akan tetapi, mereka melupakan Pencipta nikmat-nikmat dan Pemilik karunia-karunia itu, bahkan mereka kafir kepada-Nya dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya. Kemudian Allah Ta'ala mengutus rasul-Nya, Hud a.s., untuk memberikan hidayah kepada mereka. Akan tetapi, mereka menolak beriman kepada Hud a.s., bahkan mengganggu dan menyakitinya. Allah Azza wa jalla berfirman: Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja. Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini, upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka

tidakkah kamu memikirkannya? "Dan dia berkata, "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa. "(QS 11: 50-52) Akan tetapi, jawaban mereka kepada Hud a.s. adalah: "Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. "(QS 11: 53-54). Hud a.s. menjawab: "Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai Saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selainNya. Oleh sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun". Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. "(QS 11:54-57) Akan tetapi, mereka menyombongkan diri mereka dan tetap berada di dalam kekafiran. Bahkan, mereka mengganggu Hud a.s., menyiksa dan melukai badannya yang mulia. Mereka berkali-kali mencekik Hud a.s. hingga pada suatu kali mereka mengira bahwasanya Hud a. . telah mati karena kerasnya cekikan itu, lalu meninggalkannya dalam keadaan tergeletak di atas tanah, tetapi Allah menyembuhkannya tidak lama kemudian Nabi Hud a.s. terus-menerus menjalankan dakwahnya kepada kaumnya selama tujuh ratus lima puluh tahun, tetapi orangorang yang beriman kepadanya hanyalah beberapa gelintir saja. Kaum'Ad dikenal memiliki postur tubuh yang tinggi dan tubuh yang kuat. Mereka biasa membangun rumah mereka di tempat-tempat yang tinggi di antara bebatuan yang besar. Oleh karena itu, mereka tidak mengira bahwa pada suatu hari akan ada orang yang dapat merusaknya. Mereka juga memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang menghasilkan buah-buahan yang berlimpah dan binatangbinatang ternak dalam jumlah yang sangat besar. Seharusnya mereka mengingatkan kepada Tuhan yang melimpahkan nikmat kepada mereka, Pemilik segala pemberian yang baik, tetapi mereka justru terusmenerus berada di dalam kekafiran, kezaliman, dan kesewenang-wenangan. Ketika Nabi Hud a.s. putus harapan untuk memberikan dakwah kepada mereka, maka dia memohon kepada Allah SWT agar membinasakan mereka. Maka mulailah azab itu ditimpakan kepada mereka secara berangsur-angsur, yang dimulai dengan tidak turunnya hujan kepada mereka selama tiga tahun sehingga kekeringan hebat menimpa mereka dan kelaparan pun menyebar ke rumah-rumah mereka. Akan tetapi, mereka tetap tidak menyadari kelalaian mereka itu dan tidak menyesali atas apa yang menimpa mereka serta tidak man beriman kepada Hud a.s. Kemudian Allah SWr menguasakan kepada mereka makhluk-Nya yang paling kecil, yaitu semut. Bilangan semut itu terus bertambah besar di negeri mereka sehingga di mana saja mereka duduk, maka wajah dan kepala mereka dipenuhi semut. Hal yang demikian itu memaksa orang-orang kaya di antara mereka berlindung di guagua di gunung supaya terhindar dari semut-semut itu.

Kemudian Allah SWT memerintahkan pasir menumpuk di pinggiran negeri mereka itu. Hud a. s. merasa bahwasanya sudah dekat waktu turunnya azab Tuhan yang menyeluruh. Hud a.s. berkata kepada mereka: "Sesungguhnya sudah dekat saatnya diturunkan azab kepada kalian, dan inilah permulaannya. Oleh karena itu, hendaklah kalian beriman kepada Allah agar Dia menjauhkan azab itu dari kalian." Sementara kaki-kaki mereka sudah tertutup pasir, mereka menjawab: "Siapakah orang yang dapat mengguncangkan kekuatan kami dan mengusir kami dari tempat kami?" Beberapa hari kemudian, badai dan angin yang keras mulai berembus kepada mereka, lalu badai menerbangkan pasir yang telah menumpuk di pinggiran kota mereka ke tengah kota sehingga pasir itu mengubur kota mereka sedikit demi sedikit. Badai dan angin kencang itu terus berembus kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari. Allah Azza wajalla berfirman:"Dan juga pada (kisah) Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan. Angin itu tidak membiarkan suatu pun yang dilandanya melainkan dijadikannya seperti serbuk". (QS 51:41-42). Dan cukuplah gambaran kerasnya angin itu adalah firman Allah Ta'a-la: "Adapun kaum Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon korma yang telah kosong (lapuk)." (QS 69: 6-8). Begitu kerasnya angin itu sampai-sampai menerbangkan salah seorang di antara mereka ke udara, orang-orang yang melihatnya dari bawah mengira bahwa dia adalah seekor burung, kemudian angin itu menghempaskan orang itu ke bumi dan menubrukkan kepalanya dengan tanah sehingga remuklah kepalanya. Adapun yang berlindung di gua-gua, mereka binasa karena kelaparan dan kehausan hebat yang menimpa mereka sehingga tidak ada seorang pun di antara mereka yang tersisa. Setelah kaum 'Ad itu binasa semuanya, Nabi Hud a. s. dan segelintir orang yang beriman kepadanya menyingkir ke Makkh al-Mukarramah dan menetap di sana hingga wafat.

Kisah Teladan Saidina Abu Bakar as-Shiddiq Posted on 16 Mei 2010 by dwi prayoga AKU MERASA RIDHA Pada suatu hari, Abu Bakar r.a duduk di sisi Rasulullah saw dengan menggunakan jubah yang lusuh, tua, dan robek-robek, bahkan hingga pinggir-pinggirnya disambung dengan pelepah kurma dan ranting pepohonan. Kemudian Jibril as turun kepada mereka dan berkata, Wahai Muhammad, mengapa Abu Bakar mengenakan jubah dengan kayu-kayu? Maka Rasulullah saw menjawab pertanyaan itu,Wahai Jibril, ia telah menginfaqkan semua hartanya untukku sebelum kejadian fathu Mekkah. Kemudian Jibril as kembali berkata,Allah memberikan salam kepadamu dan memerintahkan aku bertanya kepadamu, apakah kamu ridha denganKu dengan kondisi kemiskinanmu ini ataukah kamu merasa marah? Mendengar perkataan jibril itu, Rasulullah saw berkata kepada Abu Bakar,Wahai Abu Bakar, Allah memberikan salam kepadamu dan bertanya kepadamu, apakah kamu ridha denganku dengan kondisi kemiskinanmu ini ataukah kamu merasa marah? Maka Abu Bakar r.a menjawab pertanyaan Rasulullah itu dengan suara yang dipenuhi rasa cinta yang meluap-luap, Bagaimana aku bisa marah dengan Tuhanku? setelah itu ia melanjutkan kata-katanya, Aku merasa ridha dengan ketentuan Tuhanku.Aku merasa ridha dengan ketentuan TuhankuAku merasa ridha dengan semua ketentuan Tuhanku. Sumber : 100 Qishshatin wa Qishshati min Hayaati Abu Bakar ash-Shiddiiq r.a Karya Muhammad siddiq al-Minsyawi Abu Bakar mengungguli kamu semua bukan kerana banyaknya sembahyang dan banyaknya puasa, tapi kerana sesuatu yang bersemayam di hatinya. (Hadis Riwayat at-Tirmidzi dan Imam Ghazali di Ihya Ulumuddn) Setiap malam Jumaat, selesai sembahyang Isyak, tubuh yang dibalut jubah kasar itu duduk berzikir. Kepalanya menunduk sangat rendah sampai menyentuh lutut. Begitu khusyuk dan khidmat, tidak sedikit pun bergerak untuk mendongak. Menjelang fajar terbit, kepalanya baru diangkat, menghela nafas yang panjang dan tersendat-sendat. Seluruh aroma di ruangan itu berubah. Tercium bau hati yang terpanggang. Itulah ibadah khusus Abu Bakar Radhiallhuanhu yang diceritakan oleh isteri beliau setelah mendapat permintaan dari Umar bin al-Khatthab. Umar menitikkan air mata, terharu mendengar cerita dari isteri pendahulunya itu. Bagaimana putra alKhatthab boleh memiliki hati yang terpanggang, ujarnya. Hati yang terbakar oleh rasa takut melihat kebesaran Allah, terbakar oleh rasa cinta kerana memandang keindahan Allah, juga terbakar oleh harapan yang memuncak akan belas kasih Allah.

Abu Bakar ash-Siddiq r.a dinobatkan sebagai orang terbaik dari kalangan umat Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah SAW juga menobatkannya khall atau kekasih terdekat bagi beliau. Faktor utamanya bukan kerana banyaknya amal yang beliau lakukan, tapi kerana hatinya. Hatinya diserahkan khusus untuk Allah dan Rasul-Nya. Pada saat Rasulullah SAW mengumumkan agar kaum Muslimin menyumbangkan harta mereka untuk dana perang menentang tentera Rom di Tabuk, Abu Bakar membawa seluruh hartanya kepada Rasulullah SAW. Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu? tanya Rasulullah kepada Abu Bakar. Allah dan Rasul-Nya? jawab Abu Bakar tanpa keraguan sedikit pun. Inilah ketulusan hati Abu Bakar. Sayidina Abu Bakar As-Siddiq berkata kepada para sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkanlah aku!" Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati tak meninggalkan apa pun melainkan apa yang ia cintai, demikian disebut oleh Imam al-Ghazali tentang kisah beliau ini. Ketulusan sepenuh hati itu membawa Abu Bakar SAW menjadi orang yang paling makrifat kepada Allah di antara umat Rasulullah SAW yang lain. Abu Bakar Radhiallhuanhu mengorbankan segalanya untuk Allah dan Rasulullah SAW hingga, hidupnya begitu miskin setelah mengucapkan ikrar Islam di hadapan Rasulullah padahal, sebelumnya Abu Bakar adalah saudagar yang disegani di Quraisy. Abdullah bin Umar bercerita: Suatu ketika Rasulullah SAW duduk. Di samping beliau ada Abu Bakar memakai jubah kasar, di bahagian dadanya ditutupi dengan tambalan. Malaikat Jibril turun menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan salam Allah kepada Abu Bakar. Hai Rasulullah, kenapa aku lihat Abu Bakar memakai jubah kasar dengan tambalan penutup di bagian dadanya? tanya Malaikat Jibril. Ia telah menginfakkan hartanya untukku sebelum Penaklukan Makkah. Sabda beliau Sampaikan kepadanya salam dari Allah dan sampaikan kepadanya: Tuhanmu bertanya: Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah tidak rela? Rasulullah SAW menoleh kepada Abu Bakar. Hai Abu Bakar, ini Jibril menyampaikan salam dari Allah kepadamu, dan Allah bertanya: Apakah engkau rela dengan kefakiranmu ini ataukah tidak rela? Abu Bakar menangis: Apakah aku akan murka kepada (takdir) Tuhanku!? (Tidak!) Aku redha dengan (takdir) Tuhanku, Aku redha akan (takdir) Tuhanku. Semua miliknya habis dikorbankan untuk Allah dan Rasulullah SAW.

Inilah cinta yang hakiki. Cinta yang mengorbankan segalanya untuk Sang Kekasih, dia tak memerlukan apa-apa lagi selain Dia di hatinya. Orang yang merasakan kemurnian cinta kepada Allah, maka cinta itu akan membuatnya berpaling dari pencarian terhadap dunia dan membuatnya merasa tidak asyik bersama dengan segenap manusia. Demikian untaian kalimat tentang tasawuf cinta yang pernah terucap dari mulut mulia Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. Oleh kerana itu, Sayidina Abu Bakar r.a memilih zuhud sebagai jalan hidup utama beliau. Dunia bukanlah matlamat utama yang hendak dinikmati, tapi godaan yang harus dihindari. Faktor utama yang menyebabkan manusia lupa kepada Allah adalah kesukaannya terhadap hal-hal duniawi.Faktor utama yang menyebabkan manusia mendurhakai Allah juga adalah cinta dunia. Cinta atau gila dunia merupakan ibu dari segala kesalahan yang dilakukan manusia

Anda mungkin juga menyukai