Anda di halaman 1dari 7

NAMA : DODI ANDIKA SUHAMDI

KELAS : 9 C
MAPEL : PAI ( PENDIDIKAN AGAMA ISLAM )

Sejarah Nabi Saleh


Nabi Saleh Alaihissalam (keselamatan atasnya) merupakan salah satu dari 25 Nabi utusan
Allah SWT yang menerima wahyu untuk dirinya sendiri. Nabi Saleh AS merupakan nabi ke-
lima yang diutus untuk menyebarkan ajaran menyembah Allah SWT setelah kehancuran
kaum ‘Ad yang hidup di zaman Nabi Hud AS.
Beberapa ulama meriwayatkan jika Nabi Saleh AS memiliki seorang ayahanda bernama
Ubaid. Nabi Saleh AS diangkat oleh Allah SWT sebagai seorang Nabi pada tahun 2100 SM.
Apabila diruntutkan maka silsilah dari Nabi Saleh yaitu Saleh bin Ubaid bin Masih bin Ubaid
bin Hadir bin Tsamud bin Atsir bin Aram/Iram bin Sem/Sam bin Nuh.
Jadi dapat disimpulkan jika Nabi Saleh AS masih memiliki darah keturunan dari Nabi Nuh
AS. Nabi Saleh AS berasal dari bangsa Arab, tepatnya suku Tsamud. Diriwayatkan dari Abu
Dzar, nabi-nabi lain yang berasal dari bangsa Arab selain Nabi Saleh AS adalah Nabi Syu’aib
AS, Nabi Hud AS, dan Nabi Muhammad SAW.
Nabi Saleh AS adalah nabi yang diutus setelah Nabi Hud AS dan sebelum Nabi Ibrahim AS.
Semasa hidupnya, Nabi Saleh AS menetap di daerah Arab Utara tepatnya di Al-Hijr. Selama
di Al-Hijr, Nabi Saleh AS merupakan salah satu orang yang sangat dihormati dan dijunjung
tinggi oleh penduduk Al-Hijr, yaitu kaum Tsamud.
Kaum Tsamud sangat pandai dalam hal memahat batu terutama batu-batu pegunungan. Hal
tersebut dikarenakan daerah Hadramaut yang merupakan tempat tinggal kaum Tsamud adalah
pegunungan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Fajr ayat 9.
“Dan (terhadap) kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah.” (Q.S. Al-
Fajr ayat 9).

Ilustrasi Al-Hijr (sumber: istockphoto.com)


Perjalanan Dakwah Nabi Saleh
Kaum Tsamud yang menjadi target dakwah dari Nabi Saleh AS adalah kaum yang
menyambung hidup mereka melalui bercocok tanam, arsitektur, dan berternak. Kemampuan
yang dimiliki kaum Tsamud di bidang arsitektur sangatlah mengagumkan.
Mereka memahat bukit berbatu yang banyak ditemukan di Al-Hijr menjadi bangunan indah
nan megah. Sedangkan pada hamparan tanah yang datar mereka membangun istana-istana.
Bukit-bukit batu yang dipahat oleh kaum Tsamud membentuk bangunan-bangunan rumah
yang mereka tinggali dengan gaya khas peninggalan Yunani dan Romawi Kuno.

Kaum Tsamud yang Ingkar Kepada Nabi Saleh AS


Pada saat itu diketahui kaum Tsamud menyembah berhala sesuai yang dilakukan secara turun
temurun oleh nenek moyang mereka. Awalnya kaum Tsamud sangat menghormati Nabi
Saleh AS karena mereka menaruh harapan pada beliau untuk meneruskan tradisi kaum
Tsamud, yaitu menyembah berhala.
Namun ketika Nabi Saleh AS mulai menyampaikan ajakan untuk menyembah Allah SWT
dan bertakwa kepada-Nya, maka kaum Tsamud menjadi kecewa dan murka. Mereka mulai
memusuhi Nabi Saleh AS karena beliau meminta untuk meninggalkan sesembahan berhala
yang sudah menjadi bagian dari tradisi mereka secara turun-temurun.
Selain memiliki kebiasaan menyembah berhala, tabiat lainnya yang dimiliki oleh kaum
Tsamud adalah angkuh dan sombong. Mereka seringkali meremehkan dan memandang
rendah kaum lainnya.
Bahkan dalam kesehariannya mereka selalu berbuat maksiat seperti, berzina dan mabuk-
mabukkan. Gaya hidup kaum Tsamud tersebut telah menyimpang jauh dari ajaran Allah
SWT.
Oleh karena alasan tersebutlah Allah SWT mengangkat Saleh menjadi nabi dan ditugaskan
untuk berdakwah kepada kaum Tsamud. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam
Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 73.
“Dan kepada kaum Tsamud, (Kami utus) saudara mereka Saleh. Dia berkata, ‘Wahai
kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia.
Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor)
unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah,
janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.’”
(Q.S. Al-A’raf ayat 73).
Ketika Nabi Saleh AS mulai menyeru kepada kaum Tsamud tentang ajaran tauhid untuk
menyembah Allah SWT semata, maka kaum Tsamud terbelah menjadi dua kelompok yang
saling bertentangan.
Kelompok pertama yaitu yang mengikuti Nabi Saleh AS dipimpin oleh Junda’ bin Amru bin
Mahlab bin Lubaid bin Jawwas. Junda’ bin Amru adalah salah satu tokoh pemuka di kaum
Tsamud.
Sedangkan kelompok yang menentang Nabi Saleh AS dipimpin oleh Dzu’ab bin Amru bin
Lubaid Al-Habbab dan Rabbab bin Sha’r bin Julmas. Dzu’ab dan Rabbab bahkan
menghalang-halangi ketika Nabi Saleh AS hendak mengajak sepupunya yaitu Junda’ bin
Syihab untuk mengikuti ajarannya.
Kelompok penentang yang diketuai oleh Dzu’ab dan Rabbab berpendapat bahwa Nabi Saleh
AS terkena sihir. Mereka tidak terima dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Saleh AS.
Selain itu Nabi Saleh AS juga dianggap sebagai penipu karena mereka tidak percaya apabila
utusan Allah SWT adalah manusia biasa sama seperti mereka, sehingga mereka menuntut
mukjizat sebagai bukti kerasulannya.

Mukjizat Nabi Saleh


Unta Betina yang Keluar dari Batu Sebagai Salah Satu Mukjizat Nabi Saleh AS
Dijelaskan oleh para mufassir bahwa sebagai bukti kerasulan Nabi Saleh AS, kaum Tsamud
menantang beliau untuk dapat mengeluarkan seekor unta betina yang sedang hamil 10 bulan
dari sebuah batu besar yang ditunjuk oleh mereka.
Nabi Saleh AS pun menyanggupi permintaan kaum Tsamud tersebut dan mulai berdoa
kepada Allah SWT. Kemudian dengan kuasa Allah SWT, dari permukaan batu yang dipukul
oleh tangan Nabi Saleh AS keluarlah unta betina dengan ciri-ciri sama persis seperti yang
disebutkan oleh kaum Tsamud. Unta tersebut dikenal dengan sebutan “Unta Betina Allah”.

Ilustrasi hewan unta (sumber: istockphoto.com)


Maka terperanjatlah mereka. Kejadian mukjizat tersebut membuat sebagian dari kaum
Tsamud yang menyaksikannya menjadi pengikut Nabi Saleh AS. Namun ada pula yang
masih pada pendiriannya untuk menentang Nabi Saleh AS. Maka bersabdalah Nabi Saleh AS.
“Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang menunjukkan)
kebenaran untukmu, sebab itu biarlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah
kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu
ditimpa azab yang dekat.” (Q.S. Hud ayat 64).
“Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang
menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar,” (Q.S. Asy-Syu’ara ayat
156).
Seperti yang diriwayatkan dalam Al-Qur’an, Nabi Saleh AS berpesan kepada umatnya untuk
tidak berbuat jahat kepada Unta Betina Allah. Bahkan Nabi Saleh AS mengizinkan kaumnya
untuk memerah dan mengkonsumsi susu unta tersebut secara bergantian.
Namun hal tersebut tidak serta merta membuat mereka bersyukur dan berterimakasih. Para
penentang Nabi Saleh AS bahkan tidak suka akan kehadiran unta tersebut karena dianggap
meminum banyak air di sumber mata air milik mereka.

Terbunuhnya Unta Betina Allah


Para kaum Tsamud yang menentang Nabi Saleh AS merasa kesal karena banyak ternak
mereka yang kekurangan air.
Mereka menganggap kehadiran unta betina hanya menambah beban mereka karena
menghabiskan jatah air di sumber mata air. Mereka pun segera memikirkan rencana jahat
untuk membunuh unta betina tersebut.
Diantara orang-orang yang berencana melakukan pembunuhan terhadap Unta Betina Allah,
terdapat dua wanita yang menjadi provokator rencana tersebut. Dua wanita tersebut adalah
Shaduq binti Mahya bin Zuhair Al-Mukhtar dan ‘Unaizah binti Ghunaim bin Mijlaz.
‘Unaizah merupakan istri dari Dzu’ab, salah satu pemimpin kelompok penentang Nabi Saleh
AS. ‘Unaizah dan Dzu’ab memiliki 4 orang anak perempuan dan membentuk perjanjian
dengan Qudar bin Salif untuk dapat memilih salah satu anaknya apabila berhasil membunuh
unta betina.
Shaduq pun melakukan hal yang sama, yaitu menawarkan dirinya sendiri pada Mishra’ bin
Mahraj bin Mahya apabila Mishra’ mampu membunuh unta tersebut.
Qudar dan Mishra’ yang tergiur dengan tawaran kedua wanita tersebut pun bertekad penuh
untuk membunuh unta betina dengan mengajak 7 pemuda yang lain.
Mereka mengawasi ketika unta betina sedang minum air di mata air, lalu secara kilat
memanah betis unta tersebut sembari menikam bagian perut unta dengan menggunakan
pedang. Dengan begitu terbunuhlah Unta Betina Allah yang merupakan mukjizat milik Nabi
Saleh AS.

Azab yang Mendatangi Kaum Tsamud yang Ingkar dan Keji


Nabi Saleh AS sangat sedih ketika mendapati bahwa Unta Betina Allah telah dibunuh oleh
kelompok penentangnya. Nabi Saleh AS pun segera mengingatkan para pembunuh unta agar
segera bertaubat atau azab yang pedih akan datang.
Namun mereka justru meremehkan peringatan dari Nabi Saleh AS bahkan menantang agar
azab segera diturunkan. Maka Nabi Saleh AS pun berpesan kepada mereka untuk bersuka ria
selama 3 hari sebelum datangnya azab. Seperti yang diriwayatkan dalam Al-Qur’an surat
Hud ayat 65.
“Maka mereka menyembelih unta itu, kemudian dia (Salih) berkata, ‘Bersukarialah
kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat
didustakan.’” (Q.S. Hud ayat 65).
Perbuatan mereka membunuh unta tersebut adalah suatu pelanggaran terhadap larangan Nabi
Saleh AS. Oleh sebab itu Allah SWT menjatuhkan kepada mereka hukuman yaitu membatasi
hidup mereka hanya dalam tempo tiga hari, maka sebagai ejekan mereka disuruh bersuka ria
selama tiga hari itu.
Pada hari pertama sebelum datangnya azab yang menewaskan pembunuh unta dan para kaum
Tsamud yang ingkar, wajah mereka berubah warna menjadi kuning. Pada hari kedua, wajah
mereka menjadi merah. Dan pada hari ketiga, wajah mereka menjadi berwarna hitam.
Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir, pada hari keempat setelah matahari terbit maka datanglah
azab Allah SWT yang dahsyat kepada kaum Tsamud yang ingkar. Azab yang diterima oleh
mereka adalah terdengarnya suara keras dari langit dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat
sekali. Para pembunuh unta dan kelompok penentang Nabi Saleh AS pun mati
bergelimpangan di rumah mereka masing-masing.
Diceritakan bahwa tidak ada satupun kelompok penentang Nabi Saleh AS yang selamat,
kecuali Kalbah binti As-Salq. Kalbah adalah seorang budak perempuan yang pada saat azab
terjadi melarikan diri ke arah perkampungan Arab lalu menceritakan kejadian azab tersebut
kepada penduduk di sana.
Kalbah diberi minum oleh salah satu warga perkampungan tersebut. Namun setelah minum,
Kalba langsung tewas seketika. Begitulah azab Allah SWT.
Sedangkan Nabi Saleh AS dan para pengikutnya yang beriman kepada Allah SWT selamat
dari kejadian tersebut.
Meskipun tidak diceritakan dalam Al-Qur’an mengenai kehidupan Nabi Saleh AS dan
pengikutnya setelah kejadian yang menimpa kaum Tsamud, namun terdapat sumber yang
mengatakan bahwa mereka berpindah ke daerah Ramlah di Kawasan Palestina.
Ayat Dalam Al-Qur’an Yang Berkisah Mengenai Nabi Saleh AS
Kisah perjalanan Nabi Saleh AS dalam berdakwah tercantum dan diabadikan dalam beberapa
surat Al-Qur’an, diantaranya:
1. Al-Qur’an surat Asy-Syams ayat 11-15
“(Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas,” (Q.S.
Asy-Syams ayat 11).
“Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka,” (Q.S. Asy-Syams ayat 12).
“Lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: (Biarkanlah) unta betina Allah dan
minumannya.” (Q.S. Asy-Syams ayat 13).
“Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka
membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyamaratakan mereka
(dengan tanah),” (Q.S. Asy-Syams ayat 14).
“dan Allah tidak takut terhadap akibat Tindakan-Nya itu.” (Q.S. Asy-Syams ayat 15).
2. Al-Qur’an surat Hud ayat 61-68
“Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia berkata, “Wahai
kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu
dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-
Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-
Nya).” (Q.S. Hud ayat 61).
“Mereka (kaum Tsamud) berkata, “Wahai Saleh! Sungguh, engkau sebelum ini berada di
tengah-tengah kami merupakan orang yang diharapkan, mengapa engkau melarang kami
menyembah apa yang disembah nenek moyang kami? Sungguh, kami benar-benar dalam
keraguan dan kegelisahan terhadap apa (agama) yang engkau serukan kepada kami.” (Q.S.
Hud ayat 62).
“Dia (Saleh) berkata, “Wahai kaumku! Terangkanlah kepadaku jika aku mempunyai bukti
yang nyata dari Tuhanku dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-Nya, maka siapa yang
akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya? Maka kamu hanya akan
menambah kerugian kepadaku.” (Q.S. Hud ayat 63).
“Dan wahai kaumku! Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat untukmu, sebab itu
biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan
gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa (azab).” (Q.S. Hud ayat
64).
“Maka mereka menyembelih unta itu, kemudian dia (Saleh) berkata, “Bersukarialah kamu
semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” (Q.S.
Hud ayat 65).
“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh dan orang-orang yang
beriman bersamanya dengan rahmat Kami dan (Kami selamatkan) dari kehinaan pada hari
itu. Sungguh, Tuhanmu, Dia Mahakuat, Mahaperkasa.” (Q.S. Hud ayat 66).
“Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu, sehingga mereka mati
bergelimpangan di rumahnya,” (Q.S. Hud ayat 67).
“seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, kaum Tsamud
mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum Tsamud.” (Q.S. Hud ayat 68).
Selain terdapat dalam surat Asy-Syams dan surat Hud, kisah mengenai Nabi Saleh AS juga
diriwayatkan dalam surat Al-Qamar ayat 23-32, surat Fushshilat ayat 17-18, surat An-Naml
ayat 45-53, surat Asy-Syu’ara’ ayat 141-159, surat Al-Isra’ ayat 59, surat Al-Hijr ayat 80-84,
dan surat Al-A’raf ayat 73-79.

Anda mungkin juga menyukai