Anda di halaman 1dari 14

KISAH SA’AD BIN ABI WAQASH

Sa'ad bin Abi Waqash merupakan seorang sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk
surga. Dia memeluk Islam ketika berumur 17 tahun. Suatu hari dalam hidupnya, ia didatangi
Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dikenal sebagai orang yang ramah.
Abu Bakar lantas mengajak Sa'ad untuk menemui Nabi Muhammad SAW di sebuah
perbukitan dekat Makkah. Pertemuan itu mengesankan bagi Sa'ad. Ia pun segera menerima
risalah Nabi Muhammad SAW dengan tangan terbuka. Sejak saat itu, Sa'ad menjadi salah
satu sahabat yang pertama masuk Islam, yakni dalam era Makkah atau sebelum Hijrah.
Silsilahnya secara tidak langsung bersambung dengan Rasulullah SAW. Aminah binti Wahhab,
yakni ibunda Nabi Muhammad SAW, berasal dari suku yang sama dengan Sa'ad, yaitu Bani
Zuhrah.
Karena itu, Sa'ad juga sering disebut sebagai Sa'ad Zuhrah atau Sa'ad dari Zuhrah. Pria
ini memiliki banyak keutamaan. Suatu saat dia pernah disambut Rasulullah SAW dengan
gembira.
Rasulullah SAW begitu membanggakan Sa'ad. Beliau bersabda, "Ini dia pamanku...! Siapa orang
yang punya paman seperti pamanku ini?" Kakeknya Sa'ad adalah Uhaib, putra dari manaf yang
menjadi paman dari Ibunda Rasulullah SAW.
 
Sa'ad dan Anak Panah Pertama
Selain itu, Sa'ad bin Abi Waqash juga merupakan orang Muslim yang pertama kali
melepas anak panah dalam jihad Islam. Dia pula yang mula-mula terkena anak panah dalam
kancah jihad.
Pernah suatu kali Rasulullah SAW bersabda di tengah Perang Uhud, "Panahlah hai Sa'ad! Ibu
bapakku menjadi jaminan bagimu!" Ali bin Abi Thalib juga mengatakan: "Tidak pernah saya
dengar Rasulullah mengatakan ibu bapaknya sebagai jaminan seseorang kecuali untuk Sa'ad."
Sa'ad adalah seorang kesatria Muslim yang paling berani. Ia mempunyai dua kekuatan
yang sangat ampuh: panah dan doanya. Jika ia memanah, pasti tepat sasaran. Jika ia berdoa, akan
dikabulkan-Nya. Hal ini tak lepas dari doa Rasulullah untuk Sa'ad. Suatu hari Rasulullah SAW
menyaksikan sesuatu dari Sa'ad yang menyenangkan hati beliau. Maka Rasulullah SAW pun
bermunajat, "Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya (Sa'ad bin Abi Waqash) dan kabulkanlah
doanya..!"
Demikianlah, diri Sa'ad menjadi ma syhur lantaran doanya disebut makbul. Kelak ketika
fitnah terjadi pada zaman kekhilafahan Ali bin Abi Thalib, Sa'ad mendengar seorang laki-laki
memaki Ali, Thalhah, dan Zubair. Orang itu bahkan terus menolak berhenti mencaci-maki.

Maka, Sa'ad pun berkata, "Kalau begitu, akan saya doakan kamu kepada Allah." Laki-laki tadi
lantas berkata, "Rupanya kamu hendak menakutiku, seolah-olah kamu seorang Nabi."
Maka, Sa'ad pun pergi wudhu dan melakukan shalat dua rakaat kemudian berdoa: "Ya
Allah, kiranya menurut ilmu-Mu, laki-laki ini telah memaki segolongan orang yang telah
memeroleh kebaikan-Mu dan tindakan mereka mengundang amarah murka-Mu. Maka mohonlah
dijadikan hal ini sebagai pertanda dan pelajaran."Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari salah satu
pekarangan rumah muncul seekor unta liar dan menabrak laki-laki tadi sehingga meninggal.

Memuliakan Orang Tua


Sa'ad adalah teladan istiqamah dalam iman dan hidayah. Betapa mahalnya hidayah itu bahkan
harus dipertahankan dengan susah payah. Terkisahlah ibunda Sa'ad yang melakukan mo gok
makan berhari-hari demi menentang keislaman anaknya.
Semakin hari semakin parahlah kondisi ibu Sa'ad ini. Dalam ujian keimanan yang berat
seperti ini, keimanan sang sahabat kokoh menghujam dan keluarlah kalimat yang abadi itu.
"Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda, seandainya bunda memiliki seratus nyawa, lalu ia keluar
satu per satu, maka tidak lah anakmu ini akan meninggalkan agama ini (Islam) walau ditebus
dengan apa pun."
Akhirnya, hati ibundanya itu luluh. Tak lama berselang, turunlah ayat Alquran
terkait kisah Sa'ad ini, surah Luqman ayat ke-15. Artinya, "Dan seandainya kedua orang tua
memaksamu untuk mempersekutukan Aku (Allah), padahal itu tidak sesuai dengan pendapatmu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya."
Di antara cerita kepahlawanan Sa'ad yang lainnya adalah ketika pasukan Muslimin yang
sedang dipimpinnya teradang Sungai Tigris. Kala itu, umat Islam akan membebaskan Irak.
Padahal, wilayah itu belum banyak dikenal oleh kaum Muslimin umumnya yang berasal dari
Jazirah Arab.
Alih-alih mundur, Sa'ad memerintahkan pasukannya untuk terus menyeberangi sungai demi
menyukseskan jihad ini. Berkatalah ia kepada pasukan, "Bacalah Hasbunallahu wa ni'mal
wakiil."
kemudian dikerahkan kudanya menerjuni sungai yang diikuti orang-orang setelahnya. Maka,
berduyun-duyun pasukan Muslim menyeberangi sungai. Ketika ada salah seorang prajurit yang
menjatuhkan air minumnya, dilandasi semangat fastabiqul khairat, pasukan Muslimin berebut
mencarikan tempat air itu. Demi melihat pemandangan ini dan betapa tinggi semangat
perjuangan kaum Muslimin, para musuh gentar dan ketakutan.
Salman al-Farisi yang berada dalam pasukan Sa'ad pun takjub dan berkata Agama islam
masih baru, tetapi lautan telah dapat mereka taklukkan, sebagai halnya daratan telah mereka
kuasai. Demi Allah nyawa Salman berada di tangan-Nya, pastilah mereka akan dapat keluar
dengan selamat dengan ber bondong-bondong sebagaimana mereka memasukinya berbondong-
bondong.

KISAH ABDULLAH BIN RAWAHAH


Abdullah bin Rawahah merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia salah satu dari dua
belas orang pertama yang menyatakan keislaman dari kalangan Anshar sebelum terjadinya
Hijrah.
Abdullah bin Rawahah mahir membuat puisi. Nabi Muhammad sangat menyukai dan menikmati
rangkaian kata-kata dalam syair-syair yang dibuatnya.
Semenjak masuk Islam, Rasulullah mendorongnya agar lebih tekun membuat syair.
Kemampuan membuat syair kemudian Abdullah bin Rawahah baktikan untuk kejayaan Islam.
Tak hanya dikenal sebagai penyair, Abdullah bin Rawahah rupanya sosok yang jujur dan tegas.
Suatu ketika, Nabi Muhammad menugaskan Abdullah bin Rawahah untuk mengecek harta benda
masyarakat Khaibar untuk keperluan penarikan jizyah (pajak bagi penduduk non-Muslim).
Khaibar merupakan tempat tinggal kaum Yahudi.
Abdullah bin Rawahah langsung datang ke wilayah tersebut. Di sana, ia memeriksa dan
menaksir jumlah kurma yang masih menggantung di atas pohon milik masyarakat Khaibar.
Sesuai kesepakatan, masyarakat Khaibar harus membayar pajak karena tinggal di wilayah
kekuasaan Islam.
Saat tengah memeriksa jumlah kurma, masyarakat Khaibar mencoba memberi suap
kepada pria yang berasal dari Bani Kharaj itu. Mereka menyerahkan perhiasan dengan harapan
Abdullah bin Rawahah mengurangi taksiran dan memberikan keringanan pajak. Demikian dalam
buku Akhlak Rasul menurut Al-Bukhari dan Muslim.
Namun, Abdullah bin Rahawah secara tegas langsung menolak suap yang ditawarkan
penduduk Khaibar. Ia menegaskan, harta suap adalah harta haram.
"Harta sogokan (risyhwah) yang kalian tawarkan kepadaku adalah harta haram. Kami
tidak akan memakannya," tegas Abdullah bin Rawahah.

KESIMPULAN : sebagai umat manusia sebaik dan sewajarnya kita mentauladani semua
kisah yang baik dari para sahabat nabi Muhammad.
KISAH SAHABAT NABI

1. Abu Bakar As Shiddiq


Sahabat Rasulullah yang meneruskan perjuangan Islam setelah nabi Muhammad wafat adalah
Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu bakar merupakan sahabat nabi yang kaya raya dan kaya harta.
Sifatnya yang hampir mirip dengan nabi Muhammad ini membuat Abu Bakar sering dianggap
mempunyai karakteristik yang mirip dengan nabi. Begitu banyak kemiripan antara beliau dengan
Rasulullah sehingga tak heran kemudian beliau menjadi khalifah pertama setelah Rasulullah
wafat.

2. Umar Bin Khattab


Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat perjuangan Islam kini dilanjutkan oleh Umar bin Khatab.
Sebelum menjadi seorang pemimpin Umat menjadi salah satu orang yang memusuhi Islam.
Namun, setelah berubah dan memilih Islam sebagai agamanya membuat Umar begitu gigih
dalam melakukan perjuangan Islam dengan mensejahterakan para rakyatnya. Ketika ia menjadi
seorang pemimpin ia selalu berkeliling tiap hari ke rumah-rumah warga untuk mengecek apakah 
yang membutuhkan mendapatkan uang atau sedikit makanan kebut pokok untuk kebutuhan
sehari-hari.

3. Ustman bin Affan


Ustman bin Affan merupakan sahabat nabi yang sangat dermawan. Dalam setiap kali berperang
Ustman selalu membiayai untuk berperang memerangi kaum musyrikin. Selain itu, ketika
masyarakat hijrah Ustman bin Affan memfasilitasi sebuah sumur untuk dijadikan air minum
sehari-hari bagi masyarakat yang berhijrah.

4. Thalhah bin Ubaidillah


Sahabat Rasulullah yang di jamin masuk surga adalah Thalhah bin Ubaidillah. Thalhah rela
berkorban demi melindungi nabi dari serangan musuh. Ia berkorban dan akhirnya wafat dengan
tikaman yang sangat banyak diseluruh sekujur tubuhnya. Sahabat Rasulullah ini mempunyai
perawakan tubuh yang besar. Sehingga saat bertarung di Medan perang dia terlihat sangat gagah.
Cerita singkat perjuangan sahabat nabi Muhammad yang memperjuangkan Islam untuk
mencapai kejayaan yang tentu saja bisa kamu ambil pelajaran dari cerita tersebut.
Kisah sahabat nabi yang pertama adalah Abu Bakar Ash-
Shiddiq. Beliau merupakan salah satu sahabat nabi yang
pertama kali masuk islam. Lahir di Mekah dengan nama Abdul
Ka’bah. Setelah menjadi mualaf, namanya berubah menjadi
Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri diberikan oleh Rasulullah
yang artinya "Bapak anak unta muda".

Abu bakar diangkat menjadi khalifah menggantikan Rasullulah


yang telah wafat. Pada masa kepemimpinannya, Abu Bakar
mempunyai peran penting dalam menyebarkan agama Islam di
luar jazirah Arab seperti penyebaran ke arah utara di antaranya
Iraq dan Syiria.

Abu Bakar memiliki banyak kemuliaan salah satunya karena


loyalitasnya. Abu Bakar pernah melindungi Rasul pada saat
terjadi serangan bertubi-tubi dalam perang Uhud. Selain itu,
beliau memiliki kepiawaian saat berdiplomasi sehingga mampu
menyelesaikan problematika termasuk saat kabilah-kabilah
bangsa Arab enggan membayar zakat sepeninggal Rasulullah
SAW.

Abu Bakar meninggal pada tahun 634 M di kota Madinah dan


dimakamkan tepat di samping makam Rasulullah SAW. Dari
kisah sahabat nabi ini, kita dapat meneladani loyalitas dan
kerendahan hati Abu Bakar Ash-Shiddiq.

 2. Kisah Umar bin Khattab masuk Islam hingga wafatnya beliau
Umar bin Khattab lahir di Mekah dari Bani Adi, salah satu
rumpun suku Quraisy. Pada suatu hari, Umar hendak ingin
membunuh Rasulullah SAW. Saat itu juga ia mendengar kabar
bahwa saudara perempuannya telah memeluk Islam. Akhirnya,
Umar kembali ke rumah dan mendapatkan saudaranya sedang
melantunkan surah Thaha. Umar pun luluh dengan isi dari
surah tersebut dan memutuskan untuk menjadi mualaf.
Pada tahun 622 Masehi, Umar ikut berhijrah dengan Rasulullah
SAW ke Yastrib Madinah. Beliau ikut serta dalam beberapa
peperangan di antaranya perang Badar, perang Uhud, dan
perang Khaybar. Umar dikenal sebagai orang yang sangat
membela Rasullulah SAW. Bahkan, ia juga ikut menentang
kawan lamanya yang menentang Rasullulah SAW.

Umar bin Khattab merupakan khalifah kedua yang


menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada masa
kepemimpinanya, beliau punya peran penting dalam
menyebarkan agama Islam ke Mesopotamia. Umar dikenal
sebagai pemimpin yang bergaya hidup sederhana di saat banyak
penguasa bergaya hidup mewah. Beliau dikenal sebagai
pemimpin yang cerdas. Sehingga ia juga banyak berperan
dalam perkembangan hukum Islam.

Umar bin Khattab wafat karena dibunuh oleh Abu Lukluk. Ia


merupakan seorang budak yang sakit hati karena Persia
berhasil ditaklukan oleh Umar. Dari kisah sahabat nabi yang
bernama Umar bin Khattab, kita bisa meneladani
kesederhanaan, kecerdasan, dan ketangguhan beliau.

3. Utsman bin Affan sang pemilik dua cahaya


Lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Utsman
bin Affan merupakan saudagar kaya yang amat dermawan.
Beliau menjadi mualaf setelah mendengar dakwah Abu Bakar
Ash-Shiddiq. Utsman juga merupakan khalifah ketiga yang
menggantikan Umar bin Khattab setelah wafat.

Utsman bin Affan dijuluki pemilik dua cahaya karena menikah


dengan dua putri Rasulullah SAW. Beliau memimpin
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah dan dikenal sebagai
pemimpin yang lembut serta bijaksana. Banyak pencapaian
yang telah diraih pada saat masa kepemimpinanya. Di
antaranya perluasan wilayah kekuasaan Islam hingga
penyeragaman penulisan Al Qur’an.

Suatu hari para pemberontak datang dan meminta agar Utsman


meninggalkan kekhalifahannya. Jika tidak, mereka akan
membunuhnya. Utsman meminta para sahabat untuk
meninggalkan rumahnya tanpa melakukan pembelaan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari pertumpahan darah. Hingga
akhirnya pedang-pedang itu menyayat tubuh Utsman yang hari
itu tengah berpuasa. Utsman terus membaca kitabullah hingga
akhirnya wafat.

Utsman bin Affan menjadi teladan bagi kita untuk bersikap


dermawan dan menggunakan harta bendanya di jalan Allah
SWT.

Nah, itu dia kumpulan kisah sahabat nabi yang penuh


perjuangan. Semoga kumpulan kisah sahabat nabi tersebut bisa
menjadi inspirasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik
dari sebelumnya.
Salah satu seorang yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW adalah
Abu Qilabah. Selain empat sahabat Nabi, yakni Abu Bakar As Shidiq,
Uman bin Khattab, Ustman bin Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah,
sosok Abu Qilabah merupakan seorang lelaki yang terakhir kali wafat

Bernama lengkap Abdullah bin Zaid al-Jarmi, sepanjang hidupnya


dikenal sebagai ahli ibadah. Kisah kematiannya dituturkan oleh
Abdullah bin Muhammad, seperti dirangkum sebagai berikut.
Ketika terjadi suatu peperangan di daerah Syam, Abdullah yang
merupakan prajurit Muslim terlepas dari rombongan dan terdampar
di sebuah tanah lapang dekat pesisir. Kian hari, bekal makanannya
semakin menipis, di saat dirinya tidak tahu harus ke mana. Hingga
akhirnya, dia melihat satu tenda yang berdiri di atas tanah lapang.
Tanpa pikir panjang, Abdullah menghampiri tenda yang tampak
kumuh itu. Dia mendapati seorang pria tua yang tidak memiliki kedua
tangan dan kaki. Abdullah juga menyadari bahwa pendengaran orang
tersebut tidak normal, mata rabun, dan hanya lidah yang masih bisa
berbicara.
Sembunyi-sembunyi, Abdullah menyimak setiap kata yang keluar dari
mulut orang tua tersebut.
"Wahai Allah, berilah petunjuk agar aku dapat terus memuji-Mu,
sehingga aku dapat bersyukur atas nikmat yang Engkau berikan.
Sungguh, Engkau telah melebihkan diriku atas kebanyakan manusia,"
begitu ucap orang itu.
Tak dapat menahan rasa heran, Abdullah yang sebelumnya sudah
mengucapkan salam berkata, "“Wahai, Tuan. Aku mendengarmu tadi
berkata demikian. Dan kau baru saja menyatakan, Allah telah
melebihkanmu atas banyak orang. Nikmat Allah mana yang telah
engkau syukuri?”
Bapak tua itu menjawab, "Apa kau tidak melihat apa yang telah Allah
lakukan padaku? Demi Allah, seandainya ada halilintar datang
menghanguskan tubuhku, atau gunung-gunung menindihku, laut
menenggelamkanku, dan bumi menelan tubuhku. Aku tetap
bersyukur." Lalu, orang tua itu menunjuk bibirnya.
"Aku memang tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongmu. Aku
bahkan tidak bisa bergerak walau bahaya bisa saja datang. Tapi, aku
punya seorang anak laki-laki. Dialah yang menolongku, membantuku
untuk berwudhu, menyuapiku ketika lapar, dan memberiku minum
saat haus," lanjutnya.
Aneh. Abdullah bahkan tidak melihat satu orang pun dalam tenda ini.
Orang tua ini seperti tahu apa yang dipikirkan Abdullah. Lantas,
pemilik tenda ini menjelaskan lebih lanjut.
"Tapi, sudah tiga hari aku tidak mendengarnya. Aku kehilangan
dirinya. Wahai musafir, bisa kah kau menemukannya? ucap pemilik
tenda.
Di tengah daerah pesisir pantai yang tidak ada satu orang pun.
Dengan baik hati, Abdullah pun menolong orang tua tersebut. Ia
mencari anak hilang itu, hingga sekian lama mencari, dia melihat
pemandangan yang memilukan. Anak laki-laki yang dicari sudah tidak
bernyawa, meninggal akibat diterkam hewan buas.
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Bagaimana caraku
memberitahukan ini kepada orang tua itu?”
Dengan wajah terkejut ketika menemukan anak laki-laki tersebut
sudah tidak bernapas. Abdullah memberanikan diri untuk
menyampaikan hal ini. Bagaimana pun, orang tua itu harus tahu apa
yang sudah terjadi pada anak laki-laki yang dicarinya tersebut.
Bagaimana pun juga, hanya Allah SWT lah yang dapat menentukan
nasib seseorang.
Abdullah pun memasuki tenda, " Assalamualaikum," ujarnya.
"“Waalaikum salam. Engkaukah itu yang tadi menemuiku?” jawab
orang tua ini.
"Ya," kata Abdullah.
"Bagaimana pencariannya? Apakah engkau berhasil menemukan
anakku?" Tanya si bapak tua.
Namun, Abdullah seperti tidak sanggup menyatakan apa yang terjadi
pada anak si bapak tua ini.
"Apakah Tuan pernah mendengar kisah Nabi Ayyub SAW?" Abdullah
mencoba untuk mulai membuka penjelasan.
Ya, dia merupakan salah satu rasul yang mulia."
"Apakah kau tahu bagaimana Allah SWT menguji Nabi Ayyub SAW
dengan harta, keluarga bahkan anak-anaknya?
"Ya, tentu saja aku tahu," jawab orang tua ini yang heran dengan
maksud obrolan ini.
"Lantas, apa kau juga tahu bagaimana Nabi Ayyub SAW menyikapi
cobaan-cobaan yang diberikan Allah SWT?" tanya Abdullah.
"Ia selalu bersabar, bersyukur, dan memuji Allah,” jawab orang tua
tersebut.
"Bahkan, Nabi Ayyub AS pun dijauhi sahabat-sahabatnya?"
"Benar, ia pun tetap bersyukur kepada Allah SWT. Apa maksudmu
menceritakan soal Nabi Ayyub AS secara tiba-tiba?" Akhirnya orang
tua itu bertanya akan maksud dari perbincangan dengan tamunya.
"Aku telah menemukan anakmu. Namun sayang, saat kutemukan,
dirinya sudah tidak bernapas. Jasadnya ada di antara gundukan pasir
dan diterkam kawanan binatang buas. Semoga Allah SWT
melipatgandakan pahala engkau yang bersabar atas musibah ini," jelas
Abdullah.
“Segala puji bagi Allah. Dia telah menciptakan bagiku keturunan yang
tidak bermaksiat kepada-Nya,” jawab orang tua itu.
Selang beberapa waktu, orang tua sekaligus pemilik tenda tersebut
meninggal dunia.
"“Inna lillah wa inna ilaihi roji’un,” ujar Abdullah.
Kisah Rasulullah SAW dengan para sahabatnya tentu menjadi sangat menarik untuk
disimak. 

Salah satunya adalah kisah sahabat Rasulullah yang tak bisa membaca dan menulis
yaitu Zakaria bin Yahya.

Dikisahkan, Zakaria bin Yahya merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang
memang tak banyak menyampaikan hadits seperti sahabat yang lain.

Salah satunya adalah dikarenakan Zakaria bin Yahya tak menguasai baca dan tulis.

Meski demikian, tak berarti Zakaria bin Yahya hilang dari sejarah. 

Sosoknya pun masih banyak dikisahkan hingga saat ini.

"Jadi ini Zakaria bin Yahya, sahabat Rasulullah SAW," kata Dr. Khalid Zeed Abdullah
Basalamah, Lc., M.A. atau lebih dikenal sebagai Ustadz Khalid Basalamah.

Dalam tausiahnya, Ustadz Khalid Basalamah menyampaikan, Rasulullah SAW dalam


sebuah kesempatan pernah menaiki sebuah mimbar masjid dan menunjukkan kepada
umat muslim para pemimpin yang munafik. 

Saat itu, Zakaria bin Yahya datang di antara para sahabat.

Saat itu, Rasulullah memanggil satu persatu nama pemimpin munafik hingga berjumlah
36 orang. 

Bukan hanya menyampaikan kabar tentang pemimpin munafik, saat itu Rasulullah SAW
juga menyampaikan kabar gembira untuk umat muslim.

Rasulullah SAW saat itu menegaskan jika umat muslim akan selalu memenangkan
peperangan dan jihad dalam Perang Tabuk. 

Hingga pada masa Khilafah Umar bin Khattab, pasukan muslim akan memenangkan
peperangan di wilayah Hiro wilayah Jazirah Arab yang warganya memeluk nasrani.

"Rasulullah saat itu sampaikan, jika yang akan menyerah pertama adalah seorang
perempuan yang menunggangi unta merah bercadar hitam. Dia adalah Syaimak binti
Nufaila Al-usdila yang juga adik dari kepala suku," kata Ustadz Basalamah.

Mendengar ucapan Rasulullah SAW, Zakaria bin Yahya yang berada di Masjid itu
langsung menyampaikan permintaan kepada Rasulullah agar Syaimak binti Nufaila Al-
usdila dalam peperangan yang akan terjadi berikutnya itu bisa menjadi tawanannya. 

Rasulullah pun mengiyakan permintaan tersebut.


Hingga pada akhirnya, peperangan itu benar terjadi beberapa tahun setelah Rasulullah
SAW wafat.

Ketika itu, benar saja ada seorang perempuan bercadar hitam dan menunggangi unta
merah sebagaimana yang digambarkan Rasulullah SAW telah menyerahkan diri.

"Saat itu Zakaria bin Yahya bilang, 'ini bagian saya'," terang Ustadz Basalamah.

Saat itu, para prajurit merasa bingung. Bahkan, Khalid bin Walid yang memimpin
peperangan turut dibingungkan dengan ucapan Zakaria bin Yahya yang membawa
nama Rasulullah SAW dan menjadikan Syaimak binti Nufaila Al-usdila sebagai
tawanan.

Hingga akhirnya Khalid bin Walid pun mengumpulkan para sahabat dan saksi. 

Lantas dua sahabat membenarkan hak itu, karena memang hadir bersama dengan
Zakaria bin Yahya saat Rasulullah SAW menyampaikan kisah tersebut sebelum wafat.

Tak lama, kakak dari Syaimak binti Nufaila Al-usdila yang juga kepala suku bernama
Abdul Masih keluar dan membuat kesepakatan damai. 

Saat itu, Abdul Masih menanyai keberadaan sang adik, dan dijawab lah jika adiknya
menjadi tawanan Zakaria bin Yahya.

Abdul Masih pun mendatangi Zakaria bin Yahya dan meminta agar adiknya
dikembalikan. 

Abdul Masih saat itu menjanjikan akan membayar berapapun sesuai permintaan
Zakaria bin Yahya. 

Saat itu, Zakaria bin Yahya menyampaikan dia akan mengembalikan adiknya dengan
senilai 100 dirham.

"100 dirham ini kan kecil," tambah ustadz Basalamah.

Tak berfikir panjang, Abdul Masih langsung menyerahkan 100 Dirham kepada Zakaria
bin Yahya.

Pasca kejadian itu, para prajurit mendatangi Zakaria dan menanyai mengapa Zakaria
tak meminta lebih dari 100 dirham. 

Bahkan jika Zakaria meminta 100 ribu dirham pasti akan dikasih, karena Abdul Masih
merupakan kepala suku yang kaya raya.
"Lantas Zakaria pun menjawab pertanyaan ara prajurit seperti ini, 'Apakah masih ada
angka di atas 100?'. Sahabat Rasulullah SAW yaitu Zakaria bin Yahya ini memang
sangat luar biasa polosnya," terang ustadz Basalamah.

Anda mungkin juga menyukai