Anda di halaman 1dari 6

BIOGRAFI ABU BAKAR AS-SHIDIQ

AKU SELALU DEKAT DENGAN ALLAH


Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam
Bapak Sanusi, S.Pd.I
Tahun Ajaran 2014/2015
Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Faaiz Al Ghifari
Zubaidah Ainy
Riska Dwi Rahayu
Emma Sospa Devitasari
Ella Septia Anggraeni
Cheyza Indah Puspita
Febriyanti Putri Nastiti

(
(
(
(
(
(
(

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 PAGAK
KELAS X-PEMINATAN-MIA-3
AGUSTUS 2014
0

)
)
)
)
)
)
)

Abu Bakar Ash-Shiddiq


1. Sejarah
Abu Bakar As-Shiddiq, lahir dengan nama Abdullah bin Abi Quhaifah dan memiliki
nama lengkap 'Abd Allah bin 'Utsman bin Amir bi Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin
Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy, lahir pada Oktober 573, Makkah, Jazirah
Arab atau yang sekarang dikenal sebagai Arab Saudi. Beliau dikenal sebagai sahabat paling
dekat Nabi Muhammad SAW, dan tidak ada orang yg lebih mengenal Nabi SAW selain
beliau. Beliau berasal dari kabilah Taim, sub suku Quraisy, beberapa sejarawan Islam
mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang
terpelajar, serta dipercaya sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Beliaulah orang yang pertama kali masuk Islam serta orang yang pertama kali
membenarkan peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsa ke Masjidil
Haram. Karena menjadi orang yang pertama kali membenarkan peristiwa tersebut, maka
beliau diberi gelas Ash-Shiddiq yang berarti yang berkata benar. Setelah masuk Islam
dan mempelajari Islam, Abubakar kemudian mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin
Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas dan beberapa tokoh
penting dalam Islam lainnya. Istrinya Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima Islam
sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Ummu Ruman,
menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia
dan 'Abd Rahman berpisah.

2. Menjadi Sahabat Nabi Muhammad SAW


Saat Nabi Muhammad SAW menikah dengan Siti Khadijah binti Khuwailid, Nabi pindah ke
dekat rumah Abu Bakar dan menjadi tetangga. Sejak saat itulah mereka saling mengenal
sampai menjadi sahabat dekat. Mereka cepat mengenal dekat karena selain usia mereka sama,
mereka juga sama-sama pedagang, dan juga sama-sama ahli dalam berdagang.

3. Kedermawanan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga
mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih
memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka
yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih
dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya.
Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari
tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.

4. Terikat Dengan Nabi SAW Secara Kekeluargaan


Saat peristiwa Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah pada saat 622 M, Abu
Bakar adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Sesaat setelah Hijrah, putri dari Abu
Bakar, Aisyah dinikahi oleh Nabi Muhammad, sehingga Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah
mertua sekaligus sahabat dekat dari Nabi Muhammad SAW.

5. Pengganti Nabi SAW Sebagai Khalifah Umat Islam saat itu


Selama masa sakit Rasulullah saat menjelang wafat, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk
untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi
bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Bahkan setelah Nabi SAW telah meninggal
dunia, Abu Bakar Ash-Shiddiq dianggap sebagai sahabat Nabi yang paling tabah menghadapi
meninggalnya Nabi SAW ini. Segera setelah kematiannya, dilakukan musyawarah di
kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan
penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam pada tahun
(632) M.
Walau pun akhirnya Beliau yang menjadi pengganti Nabi Muhammad sebagai khalifah
umat islam pada saat itu, namun pada saat musyawarah yang dilakukan oleh pemuka Kaum
Anshar dan Muhajirin terjadi sedikit perbedaan pendapat. Apa yang terjadi saat musyawarah
tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek
kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam
terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya
Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai
ini adalah keputusan Rasulullah sendiri, sementara kaum sunni berpendapat bahwa
Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa
Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim
syi'ah berpendapat bahwa nabi dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan,
minum, tidur, dan lain-lain, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan
apalagi masalah kepemimpinan umat terahir. Banyak hadits yang menjadi rujukan dari kaum
Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal rasulullah, serta jumlah pemimpin
Islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing
kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu
Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni
menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung
setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan
baiat tersebut secara pro forma, mengingat ia berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istrinya
yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari
kehidupan publik.

6. Partisipasi Dalam Berbagai Pertempuran dan Perang


Abu Bakar adalah sekutu terdekat Nabi SAW dan selalu ikut dalam semua pertempuran
yang dilalui oleh Nabi Muhammad SAW.
Pada saat pertempuran 'Uhud dan Hunayn, beberapa anggota tentara Muslim
menunjukkan tanda-tanda kekalahan, bagaimanapun, Abu Bakar tidak pernah bimbang,
Beliau selalu berdiri tegak bagai batu di samping Nabi Muhammad SAW.
Kebulatan tekad Abu Bakar benar-benar besar dalam menegakkan Islam saat perang
Badar, dibuktikan ketika salah satu anaknya yang belum masuk Islam berperang di antara
musuh, Abu Bakar sangat ingin menemukan anaknya di antara para musuh dengan tujuan
untuk membunuhnya seketika.
Kecintaan Abu Bakar kepada Nabi ditunjukkan saat perundingan dengan musuh saat itu.
Saat prosesi negoisasi, wakil dari musuh menyentuh jenggot Nabi Muhammad. Kecintaan
Abu Bakar sangat besar sehingga Beliau tidak bisa lagi menahan amarahnya, Beliau menarik
pedangnya dan dengan terlihat sangat marah berkata kepada wakil musuh tersebut, ...Jika
tangan itu menyentuh jenggot Nabi sekali lagi, maka tangan itu tak akan kembali lagi.."
Dan akhirnya Perang Badar adalah perang terbesar yang membuktikan bahwa Allah SWT
senantiasa melindungi dan membela mereka yang benar di jalan-Nya, serta meng-adzab
mereka yang Dzalim
Segera setelah sukses menjadi khalifah, Abu Bakar, muncul beberapa masalah yang
mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa
suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem
yang ada. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama
Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni
penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen
dengan Nabi Muhammad dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi.
Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan
nama perang Riddah.
Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang
lebih dikenal dengan nama Musailamah al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang
mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad. Pasukan Musailamah
kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid. Sedangkan
Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dibebaskan
oleh Hindun istri Abu Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam
Perang Uhud. Al Wahsyi kemudian bertaubat dan memeluk Islam serta mengakui
kesalahannya atas pembunuhan terhadap Hamzah. Al Wahsyi pernah berkata, "Dahulu aku
membunuh seorang yang sangat dicintai Rasulullah (Hamzah) dan kini aku telah membunuh
orang yang sangat dibenci rasulullah (yaitu nabi palsu Musailamah al-Kazab)."

7. Ekspedisi ke utara
Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar
memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid.
Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga
meraih sukses.

8. Qur'an
Abu Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Dikatakan bahwa
setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah al-kadzab dalam perang
Riddah, banyak para penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Umar lantas
meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang
diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran al-Qur'an
dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti
tulang, kulit dan lain sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh
Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan
kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad.
Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan
teks al-Qur'an yang dikenal saat ini.

9. Kematian
Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah karena sakit yang dideritanya
pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid
Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.

DAFTAR PUSTAKA
Sunnah Online
http://www.sunnahonline.com/linrary/history-of-islam/305-abu-bakr-assiddiq
Wikipedia
http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq

Anda mungkin juga menyukai