Di susun oleh :
YUYUN WIBAWATI ( 143020912196 )
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari Tuhan Yang
Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah mengenai etika dan tanggung jawab profesi hukum
advokat.
Makalah ini disusun berdasarkan sumber dari buku-buku dan sumber lainnya yang berhubungan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan menambah
Penulis menyadari akibat keterbatasan waktu dan pengalaman penulis, maka tulisan ini
masih banyak kekurangan.Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.
Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya tentang etika dan tanggung jawab profesi hukum advokat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
2.1. Sebutkan dan jelasakan Karakteristik Profesi Hukum Advokat Dari Profesi Lain .................. 3
2.2. Sebutkan Dan Jelaskan poin-poin Norma Dan Kode Etik Profesi Advokat ............................. 4
2.3. Sanksi Norma Etika Dari Kode Etik Profesi Advokat ................................................................. 4
3.2. Saran...................................................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Dari kajian yang akan dilakukan dalam makalah ini, penulis
bertujuan untuk :
a. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan sanksi norma etika dari kode etik profesi
advokat dan Sanksinya ?
b. Mengetahui dan memahami karakteristik profesi hukum advokat dari profesi lain ?
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sebutkan dan jelasakan Karakteristik Profesi Hukum Advokat Dari Profesi Lain
Didalam pengertiannya, Advokat diartikan sebagai suatu pekerjaan dibidang hukum yang
didasari oleh keahlian dan sumpah atau ikrar atau komitmen untuk bersedia bekerja demi
tujuan hukum, kebenaraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Keahlian disini
diartikan sebagai suatu kecakapan khusus berdasarkan pengetahuan dan pengalaman profesi
advokat. Sedangkan sumpah atau ikrar diartikan sebagai janji profesi untuk memegang
idealisme, moral, dan integeritas yang dimuat dalam kode etik profesi. Jika kedua hal penting
yang mendasar tersebut diatas dimiliki dan dilaksanankan oleh advokat, maka tercapai apa
yang disebut profesionalisme.
Sebelum kita membahas karakterristik profesi hukum advokat, kita mencoba memahami
pengertian advokat sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No 18 tahun 2003 tentang
advokat dalam ketentuan umum pasal 1 ayat 1 “advokat adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini”. Adapun yang dimaksud Jasa Hukum adalah jasa
yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien.
Sedangkan menurut kode etik advokat indonesia, profesi advokat adalah profesi yang mulia
dan terhormat (officium nobile), dan karenanya dalam menjalankan profesi selaku penegak
hukum di pengadilan sejajar dengan jaksa dan hakim yang dalam melaksanakan profesinya
berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik profesi. Ada beberapa
karakteristik profesi hukum advokat dari profesi lain apabila kita telaah dalam undang-undang
no 18 tahun 2003 tentang advokat sebagai berikut.
1. Pasal 5 ayat (1) “Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang
dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan”.
2. Pasal 14 “Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap
berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan”.
3. Pasal 15 “Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara
yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan
peraturan perundang-undangan”.
4. Pasal 16 “Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien
dalam sidang pengadilan”.
5. Pasal 17 “Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data,
dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan
dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
3
2.2 Sebutkan Dan Jelaskan poin-poin Norma Dan Kode Etik Profesi Advokat
Dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2003 tentang advokat, pasal 26 ayat 1 yang berbunyi
“Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi Advokat, disusun kode etik profesi
Advokat oleh Organisasi Advokat”. Yang dirumuskan dalam Kode Etik Advokat
Indonesia terdiri dari :
1. Advokat Indonesia adalah Warga Negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan dalam melakukan tugasnya menjujung tinggi hukum berdasarkan
kepribadian pancasila dan UUD 1945 serta sumpah jabatannya.
2. Advokat harus bersedia memberikan bantuan hukum kepada siapa saja yang memelurkan,
tanpa memandang agama, suku, ras, keturunan, kedudukan sosial dan keyakinan
politiknya, juga tidak semata-mata untuk mencari imbalan materi.
3. Advokat harus bekerja bebas dan mandiri serta wajib memperjuangkan hak asasi manusia.
4. Advokat wajib memegang teguh solidaritas sesama rekan advokat.
5. Advokat wajib menjujung profesi advokat sebagai profesi terhormat.
6. Advokat harus bersikap teliti (correct) dan sopan terhadadap para pejabat penegak hukum.
Selain mengatur kepribadian advokat, dalam kode etik ini juga diatur norma mengenai
hubungana advokat dengan klien secara lebih rinci, demikian juga dengan sesame profesi.
Kemudiann terdapat pula pengaturan tentang cara bertindak dalam menangani perkara.
Didalamnya tampak jelas bahwa seorang advokat harus benar-benar menegakan nilai
kejujuran, dalam berpekara. Sebagai contoh seorang advokat tidak boleh menghubungi saksi-
saksi pihak lawan jaga tidak boleh menghubungi hakim kecuali sama-sama dengan advokat
pihak lawan. Dalam ketentuan-ketentuan lain disebutkan misalnya advokat tidak boleh
mengiklankan diri untuk promosi, termasuk melalui perkara. Untuk menjaga agar tidak terjadi
benturan kepentingan, seorang advokat yang sebelumnya menjadi hakim atau panitera disuatu
pengadilan, tidak dibenarkan memegang perkara di pengadilan yang bersangkutan, paling
tidak selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan tersebut.
Makna, Fungsi dan Peranan Kode Etik Advokat Indonesia Tiap profesi, termasuk advokat
menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan struktur yang mampu menciptakan
disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang bisa dijadikan acuan para
profesional untuk menyelesaikan dilematik etika yang dihadapi saat menjalankan fungsi
pengembanan profesinya sehari-hari.
Hal senada diungkapkan oleh Bertens yang menyatakan bahwa kode etik ibarat kompas yang
memberikan atau menunjukan arah bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral
profesi di dalam masyarakat. Sedangkan Subekti menilai bahwa fungsi dan tujuan kode etik
adalah untuk menjunjung martabat profesi dan menjaga atau memelihara kesejahteraan para
anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang akan merugikan kesejahteraan materil para anggotanya. Senada dengan Bertens,
Sidharta berpendapat bahwa kode etik profesi adalah seperangkat kaedah prilaku sebagai
pedoman yang harus dpatuhi dalam mengembankan suatu profesi. Dengan demikian maka
paling tidak ada 3 maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik, yaitu :
1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral;
2. Menjaga dan mengingkatkan kualitas keterampilan teknis; dan
3. Melindungi kesejahteraan materiil dari para pengemban profesi.
Sebenarnya kode etik tidak hanya berfungsi sebagai komitmen dan pedoman moral dari para
pengemban profesi hukum atau pun hanya sebagai mekanisme yang dapat menjamin
kelangsungan hidup profesi di dalam masyarakat. Pada intinya, kode etik berfungsi sebagai
alat perjuangan untuk mejawab persoalan-persoalan hukum yang ada di dalam masyarakat..
Penegakan kode etik diartikan sebagai kemampuan komunitas advokat dan organisasinya
untuk memaksakan kepatuhan atas ketentuan-ketentuan etik bagi para anggotanya,
memproses dugaan terjadinya pelanggaran kode etik dan menindak anggota yang melanggar
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kode etik. Beberapa pelanggaran kode etik yang
sering dilakukan oleh advokat antara lain :
1. Berkaitan dengan persaingan yang tidak sehat antar sesama advokat seperti merebut klien,
memasang iklan, menjelek-jelekkan advokat lain, intimidasi terhadap teman sejawat.
2. Berkaitan dengan kualitas pelayanan terhadap klien, seperti konspirasi dengan advokat
lawan tanpa melibatkan klien, menjanjikan kemenangan terhadap klien, menelantarkan
klien, mendiskriminasikan klien berdasarkan bayaran, dan lain sebagainya.
5
3. Melakukan praktek curang seperti menggunakan data palsu, kolusi dengan pegawai
pengadilan dan lain-lain.
6
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dengan apa yang sudah diterangkan diatas, maka kami sebagai penulis akan menyimpulkan
beberapa kesimpulan, yaitu Standar etika profesi advokat saat ini sudah mulai seragam
meskipun dalam enforcementnya tetap kembali pada organisasi advokat masing-masing,
padahal tujuan semula KKAI membentuk kode etik tunggal adalah agar pengawasan perilaku
para advokat diawasi oleh suatu Dewan Kehormatan yang dibentuk bersama, agar
pengawasan advokat menjadi efektif mengingat kesemerawutan pengawasan selama ini
karena adanya delapan organisasi profesi advokat.Etika dirupakan dalam bentuk aturan (code)
tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan
pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala
macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik. Kode etik profesi ini akan dipakai sebagai rujukan (referensi) normatif dari
pelaksanaan pemberian jasa profesi kepada mereka yang memerlukannya. Seberapa jauh
norma-norma etika profesi tersebut telah dipatuhi dan seberapa besar penyimpangan
penerapan keahlian sudah tidak bisa ditenggang-rasa lagi, semuanya akan merujuk pada kode
etik profesi yang telah diikrarkan oleh mereka yang secara sadar mau berhimpun kedalam
masyarakat (society) sesama profesi itu.
1.2 Saran
7
3. Disisi lain, perlunya persatuan organisasi advokat dalam satu wadah organisasi akan
lebih memudahkan Dewan Kehormatan Advokat dalam mengawasi perilaku advokat
agar sesuai dengan Kode Etik Profesi Advokat. Selain itu, tidak akan terjadi konflik
kepentingan antar organisasi profesi advokat.
Seperti halnya kita sebagai insan akademisi yang mengemban visi misi keillahian selalu
berharap tentang hokum yang ideal tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga
menimbulkan keteraturan, ketertiban, dan kesejahteraan.
DAFTAR PUSTAKA
Mohamad Irfan, Etika & Tanggung Jawab Profesi, Fakultas Hukum Universitas Pakuan, Bogor,
2009
8
http://sukasuka.student.umm.ac.id/2010/07/14/kode-etik-advokat/