Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI


“ADVOKAT”
DOSEN : Dr.Miftachus Sjuhad SH., MH.

Di susun oleh :
YUYUN WIBAWATI ( 143020912196 )

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas limpahan berkat dan Rahmat-Nya dari Tuhan Yang

Maha Esa atas selesainya penyusunan makalah mengenai etika dan tanggung jawab profesi hukum

advokat.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber dari buku-buku dan sumber lainnya yang berhubungan

dengan etika dan tanggung jawab profesi hukum advokat.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman dan menambah

wawasan bagi orang yang membacanya.

Penulis menyadari akibat keterbatasan waktu dan pengalaman penulis, maka tulisan ini

masih banyak kekurangan.Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membacanya tentang etika dan tanggung jawab profesi hukum advokat.

Malang, 16 Juli 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................................................ 1

1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 2

1.4. Metode Penulisan ................................................................................................................................ 2

1.5. Manfaat Penulisan ............................................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 3

2.1. Sebutkan dan jelasakan Karakteristik Profesi Hukum Advokat Dari Profesi Lain .................. 3

2.2. Sebutkan Dan Jelaskan poin-poin Norma Dan Kode Etik Profesi Advokat ............................. 4

2.3. Sanksi Norma Etika Dari Kode Etik Profesi Advokat ................................................................. 4

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................................... 7

3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................................... 7

3.2. Saran...................................................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Modernisasi telah mengundang kegerahan seorang Guru besar kriminologi dari Universitas
Indonesia, Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara yang menyebut fenomena perkembangan
hukum di Indonesia sebagai „law as a tool of crime‟ berarti Hukum yang berfungsi sebagai
alat kejahatan. Beliau bahkan juga berpendapat: “Proses hukum menjadi ajang beradu teknik
dan keterampilan. Siapa yang lebih pandai menggunakan hukum akan keluar sebagai
pemenang dalam berperkara. Bahkan, advokat dapat membangun konstruksi hukum yang
dituangkan dalam kontrak sedemikian canggihnya sehingga kliennya meraih kemenangan
tanpa melalui pengadilan.” Pada jaman modern seperti sekarang tidak jarang kejahatan yang
kerap kali terjadi belakangan ini motivnya karena keadaan ekonomi, sosial maupun moral.
Selain itu juga kejahatan membuat masyarakat menjadi resah dan takut serta dapat pula
merusak tatanan hidup masyarakat. Dengan semakin terbukanya mata masyarakat terhadap
masalah hukum makaperan advokat menjadi semakin penting. Hal ini menempatkan
kedudukan advokat menjadi sama pentingnya dengan lembaga penegakan hukum lainnya
seperti Kepolisian, Jaksa dan Hakim. Kondisi masyarakat yang seperti ini menuntut para
advokat untuk semakin meningkatkan kemampuan dan profesionalitas mereka. Advokat
mempunyai tugas memberi jasa hukum antara lain berupa konsultasi hukum, bantuan hukum,
ataupun mendampingi dan membela klien, di luar maupun di dalam pengadilan baik itu Badan
Peradilan Agama, Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara atau Peradilan Militer.
Oleh karena itu peran advokat merupakan suatu profesi yang penting dan mulia sepanjang
dilakukan untuk mencapai keadilan dalam masyarakat. Dikatakan penting karena advokat
merupakan salah satu unsur dalam peradilan. Untuk dapat menjawab realita profesi hukum ini
seobyektif mungkin,maka mau tak mau harus kita tengok kembali konsep-konsep etika
profesi hukum yang melandasi tindakan profesional hukum tersebut. Sekaligus dalam rangka
mempersiapkan diri sebagai seorang profesional dalam bidang hukum serta untuk mengetahui
tentang bagaimana cara memperaktikkan hukum, sehingga kami memilih judul
“Etika dan Tanggung Jawab Profesi Advokat” yang merupakan Tugas Mata Kuliah Etika dan
Tanggung Jawab Profesi .

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sekaligus
merupakan pembahasan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
a. Karakteristik Profesi Hukum Advokat Dari Profesi Lain ?
b. Norma Dan Kode Etik Profesi Advokat ?
c. Sanksi Norma Etika Dari Kode Etik Profesi Advokat ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Dari kajian yang akan dilakukan dalam makalah ini, penulis
bertujuan untuk :
a. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan sanksi norma etika dari kode etik profesi
advokat dan Sanksinya ?
b. Mengetahui dan memahami karakteristik profesi hukum advokat dari profesi lain ?

1.4 Metode Penulisan


Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini yang bersumber pada buku-buku
referensi yang berhubungan dengan hukum kepegawaian dan situs internet.

1.5 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai media untuk menambah wawasan.
b. Bahan referensi aktual .
c. Bahan bacaan dan pengetahuan.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sebutkan dan jelasakan Karakteristik Profesi Hukum Advokat Dari Profesi Lain
Didalam pengertiannya, Advokat diartikan sebagai suatu pekerjaan dibidang hukum yang
didasari oleh keahlian dan sumpah atau ikrar atau komitmen untuk bersedia bekerja demi
tujuan hukum, kebenaraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Keahlian disini
diartikan sebagai suatu kecakapan khusus berdasarkan pengetahuan dan pengalaman profesi
advokat. Sedangkan sumpah atau ikrar diartikan sebagai janji profesi untuk memegang
idealisme, moral, dan integeritas yang dimuat dalam kode etik profesi. Jika kedua hal penting
yang mendasar tersebut diatas dimiliki dan dilaksanankan oleh advokat, maka tercapai apa
yang disebut profesionalisme.
Sebelum kita membahas karakterristik profesi hukum advokat, kita mencoba memahami
pengertian advokat sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No 18 tahun 2003 tentang
advokat dalam ketentuan umum pasal 1 ayat 1 “advokat adalah orang yang berprofesi
memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini”. Adapun yang dimaksud Jasa Hukum adalah jasa
yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien.
Sedangkan menurut kode etik advokat indonesia, profesi advokat adalah profesi yang mulia
dan terhormat (officium nobile), dan karenanya dalam menjalankan profesi selaku penegak
hukum di pengadilan sejajar dengan jaksa dan hakim yang dalam melaksanakan profesinya
berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik profesi. Ada beberapa
karakteristik profesi hukum advokat dari profesi lain apabila kita telaah dalam undang-undang
no 18 tahun 2003 tentang advokat sebagai berikut.
1. Pasal 5 ayat (1) “Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang
dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan”.
2. Pasal 14 “Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela
perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap
berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan”.
3. Pasal 15 “Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara
yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan
peraturan perundang-undangan”.
4. Pasal 16 “Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam
menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien
dalam sidang pengadilan”.
5. Pasal 17 “Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data,
dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan
dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

3
2.2 Sebutkan Dan Jelaskan poin-poin Norma Dan Kode Etik Profesi Advokat
Dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2003 tentang advokat, pasal 26 ayat 1 yang berbunyi
“Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi Advokat, disusun kode etik profesi
Advokat oleh Organisasi Advokat”. Yang dirumuskan dalam Kode Etik Advokat
Indonesia terdiri dari :
1. Advokat Indonesia adalah Warga Negara Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan dalam melakukan tugasnya menjujung tinggi hukum berdasarkan
kepribadian pancasila dan UUD 1945 serta sumpah jabatannya.
2. Advokat harus bersedia memberikan bantuan hukum kepada siapa saja yang memelurkan,
tanpa memandang agama, suku, ras, keturunan, kedudukan sosial dan keyakinan
politiknya, juga tidak semata-mata untuk mencari imbalan materi.
3. Advokat harus bekerja bebas dan mandiri serta wajib memperjuangkan hak asasi manusia.
4. Advokat wajib memegang teguh solidaritas sesama rekan advokat.
5. Advokat wajib menjujung profesi advokat sebagai profesi terhormat.
6. Advokat harus bersikap teliti (correct) dan sopan terhadadap para pejabat penegak hukum.

Selain mengatur kepribadian advokat, dalam kode etik ini juga diatur norma mengenai
hubungana advokat dengan klien secara lebih rinci, demikian juga dengan sesame profesi.
Kemudiann terdapat pula pengaturan tentang cara bertindak dalam menangani perkara.
Didalamnya tampak jelas bahwa seorang advokat harus benar-benar menegakan nilai
kejujuran, dalam berpekara. Sebagai contoh seorang advokat tidak boleh menghubungi saksi-
saksi pihak lawan jaga tidak boleh menghubungi hakim kecuali sama-sama dengan advokat
pihak lawan. Dalam ketentuan-ketentuan lain disebutkan misalnya advokat tidak boleh
mengiklankan diri untuk promosi, termasuk melalui perkara. Untuk menjaga agar tidak terjadi
benturan kepentingan, seorang advokat yang sebelumnya menjadi hakim atau panitera disuatu
pengadilan, tidak dibenarkan memegang perkara di pengadilan yang bersangkutan, paling
tidak selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan tersebut.

2.3 Sanksi Norma Etika Dari Kode Etik Profesi Advokat


Sebelum mengulas sanksi norma etika dari kode etik profesi advokat, kita ulas apa yang
dimaksud dengan etika. Apabila kita runut Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos
atau ta etha yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan atau adat istiadat.Kata yang
agak dekat dengan pengertian etika adalah moral. Kata moral berasal dari bahasa Latin yaitu
mos atau mores yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, tabiat, watak, akhlak dan cara
hidup. Secara etimologi, kata etika (bahasa Yunani) sama dengan arti kata moral (bahasa
Latin), yaitu adat istiadat mengenai baik-buruk suatu perbuatan. Yang dimaksud etika profesi
adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh
sekelompok orang yang disebut kalangan professional.
Fungsi dan Peranan Advokat Secara garis besar dapat disebutkan di bawah ini mengenai
fungsi dan peranan advokat antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia.
2. Memperjuangkan hak asasi manusia.
4
3. Melaksanakan Kode Etik Advokat.
4. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan dan
kebenaran.
5. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan, kebenaran dan
moralitas).
6. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat advokat.
7. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat dengan cara
belajar terus-menerus (continuous legal education) untuk memperluas wawasan dan ilmu
hukum.

Makna, Fungsi dan Peranan Kode Etik Advokat Indonesia Tiap profesi, termasuk advokat
menggunakan sistem etika terutama untuk menyediakan struktur yang mampu menciptakan
disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang bisa dijadikan acuan para
profesional untuk menyelesaikan dilematik etika yang dihadapi saat menjalankan fungsi
pengembanan profesinya sehari-hari.
Hal senada diungkapkan oleh Bertens yang menyatakan bahwa kode etik ibarat kompas yang
memberikan atau menunjukan arah bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin mutu moral
profesi di dalam masyarakat. Sedangkan Subekti menilai bahwa fungsi dan tujuan kode etik
adalah untuk menjunjung martabat profesi dan menjaga atau memelihara kesejahteraan para
anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang akan merugikan kesejahteraan materil para anggotanya. Senada dengan Bertens,
Sidharta berpendapat bahwa kode etik profesi adalah seperangkat kaedah prilaku sebagai
pedoman yang harus dpatuhi dalam mengembankan suatu profesi. Dengan demikian maka
paling tidak ada 3 maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik, yaitu :
1. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral;
2. Menjaga dan mengingkatkan kualitas keterampilan teknis; dan
3. Melindungi kesejahteraan materiil dari para pengemban profesi.
Sebenarnya kode etik tidak hanya berfungsi sebagai komitmen dan pedoman moral dari para
pengemban profesi hukum atau pun hanya sebagai mekanisme yang dapat menjamin
kelangsungan hidup profesi di dalam masyarakat. Pada intinya, kode etik berfungsi sebagai
alat perjuangan untuk mejawab persoalan-persoalan hukum yang ada di dalam masyarakat..
Penegakan kode etik diartikan sebagai kemampuan komunitas advokat dan organisasinya
untuk memaksakan kepatuhan atas ketentuan-ketentuan etik bagi para anggotanya,
memproses dugaan terjadinya pelanggaran kode etik dan menindak anggota yang melanggar
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kode etik. Beberapa pelanggaran kode etik yang
sering dilakukan oleh advokat antara lain :
1. Berkaitan dengan persaingan yang tidak sehat antar sesama advokat seperti merebut klien,
memasang iklan, menjelek-jelekkan advokat lain, intimidasi terhadap teman sejawat.
2. Berkaitan dengan kualitas pelayanan terhadap klien, seperti konspirasi dengan advokat
lawan tanpa melibatkan klien, menjanjikan kemenangan terhadap klien, menelantarkan
klien, mendiskriminasikan klien berdasarkan bayaran, dan lain sebagainya.

5
3. Melakukan praktek curang seperti menggunakan data palsu, kolusi dengan pegawai
pengadilan dan lain-lain.

Pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas seringkali terjadi karena kurangnya pengetahuan


dan pemahaman seorang advokat mengenai substansi kode etik profesi advokat, baik yang
bersifat nasional maupun internasional. Selain itu, apabila kita telaah kode etik advokat
Indonesia, tidak ada pengaturan mengenai sanksi dalam kode etik advokat Indonesia sehingga
hal ini juga yang merupakan hambatan pokok bagi penegakan kode etik. Namun, bila dilihat
dari sudut pandang lain, kelemahan substansi kode etik bukan berasal dari tidak adanya sanksi,
tapi lebih pada ketidakmampuan norma-norma dalam kode etik tersebut untuk menimbulkan
kepatuhan pada para advokat anggotanya. Dalam kode etik sebenarnya ada bagian khusus
yang memuat pengaturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat diberikan kepada advokat yang
melanggar kode etik, yaitu antara lain berupa teguran, peringatan, peringatan keras,
pemberhentian sementara untuk waktu tertentu, pemberhentian selamanya dan pemecatan dari
keanggotaan organisasi profesi. Masing-masing sanksi ditentukan oleh berat ringannya
pelanggaran yang dilakukan oleh advokat dan sifat pengulangan pelanggarannya.
Dengan demikian yang seharusnya dianalisis adalah apakah muatan dalam kode etik advokat
yang ada sekarang ini memang tidak menyediakan secara memadai kebutuhan akan nilai-nilai
profesi yang mampu memantapkan fungsi dan peran advokat di dalam sistem hukum dan
interaksinya dengan masyarakat. Faktor lain yang menentukan efektivitas penegakan kode
etik adalah “budaya” advokat Indonesia dalam memandang dan menyikapi kode etik yang
diberlakukan terhadapnya. “Budaya” solidaritas korps disinyalir merupakan salah satu
penghambat utama dari tidak berhasilnya kode etik ditegakkan secara efektif. Solidaritas ini
lebih dikenal dengan “Spirit of the Corps” yang bermakna luas sebagai semangat untuk
membela kelompok atau korpsnya. Selain semangat membela kelompok, ada faktor perilaku
advokat yang dipandang lebih menonjol ketika ia menemukan pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh teman sejawatnya atau oleh aparat penegak hukum lainnya, yakni budaya
skeptis. Kecenderungan untuk berperilaku tidak acuh tampak jelas. Hal ini disebabkan karena
berkembangnya ketidakpercayaan terhadap sistem peradilan yang sudah sangat korup dan
rasa segan untuk bertindak “heroik‟ secara individual dalam tekanan suatu komunitas yang
justru seringkali bergantung pada rusaknya sistem peradilan itu sendiri. Akibatnya, para
advokat cenderung untuk berpraktek di luar pengadilan dan/atau membentuk kelompoknya
sendiri

6
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dengan apa yang sudah diterangkan diatas, maka kami sebagai penulis akan menyimpulkan
beberapa kesimpulan, yaitu Standar etika profesi advokat saat ini sudah mulai seragam
meskipun dalam enforcementnya tetap kembali pada organisasi advokat masing-masing,
padahal tujuan semula KKAI membentuk kode etik tunggal adalah agar pengawasan perilaku
para advokat diawasi oleh suatu Dewan Kehormatan yang dibentuk bersama, agar
pengawasan advokat menjadi efektif mengingat kesemerawutan pengawasan selama ini
karena adanya delapan organisasi profesi advokat.Etika dirupakan dalam bentuk aturan (code)
tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada; dan
pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala
macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari
kode etik. Kode etik profesi ini akan dipakai sebagai rujukan (referensi) normatif dari
pelaksanaan pemberian jasa profesi kepada mereka yang memerlukannya. Seberapa jauh
norma-norma etika profesi tersebut telah dipatuhi dan seberapa besar penyimpangan
penerapan keahlian sudah tidak bisa ditenggang-rasa lagi, semuanya akan merujuk pada kode
etik profesi yang telah diikrarkan oleh mereka yang secara sadar mau berhimpun kedalam
masyarakat (society) sesama profesi itu.

1.2 Saran

1. Pasal 5 Undang-Undang tentang Advokat, jika dibaca bersamaan dengan Pasal 4 UU


Advokat tentang Sumpah Advokat, akan terlihat, profesi advokat yang dikenal sebagai
officium nobelium adalah profesi luhur, mulia, dan bermartabat. Sumpah itu antara lain
berbunyi, "Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar
pengadilan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat
pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau menguntungkan bagi perkara
yang sedang atau akan saya tangani". Bila Sumpah Advokat ini dibaca dengan teliti, kita
seharusnya tak melihat advokat berkolusi dengan polisi, jaksa, hakim, atau sesama
advokat. Seharusnya tak ada korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang merongrong
wajah penegakan hukum kita sehingga organisasi seperti Transparency International
menggarisbawahi betapa maraknya judicial corruption (mafia peradilan) di Indonesia.
2. Disinilah sebenarnya peran Dewan Kehormatan Advokat dibutuhkan yang telah
ditunjang oleh Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Kita pun sebagai
bagian dari masyarakat tidak boleh membiarkan penyimpangan perilaku advokat yang
semakin „menggila‟ ini. Dengan adanya Dewan Kehormatan Advokat, kita bisa
melaporkan penyimpangan tersebut sekaligus mengawasi kerja Dewan Kehormatan
Advokat dalam menangani laporan yang telah kita berikan.

7
3. Disisi lain, perlunya persatuan organisasi advokat dalam satu wadah organisasi akan
lebih memudahkan Dewan Kehormatan Advokat dalam mengawasi perilaku advokat
agar sesuai dengan Kode Etik Profesi Advokat. Selain itu, tidak akan terjadi konflik
kepentingan antar organisasi profesi advokat.

Seperti halnya kita sebagai insan akademisi yang mengemban visi misi keillahian selalu
berharap tentang hokum yang ideal tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga
menimbulkan keteraturan, ketertiban, dan kesejahteraan.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

Mohamad Irfan, Etika & Tanggung Jawab Profesi, Fakultas Hukum Universitas Pakuan, Bogor,
2009

8
http://sukasuka.student.umm.ac.id/2010/07/14/kode-etik-advokat/

Anda mungkin juga menyukai