Anda di halaman 1dari 27

A.

Judul

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam tarnsaksi di online market

place akibat penggunaan resi tidak valid yang dilakukan oleh penjual

B. Latar Belakang

Jaman sekarang ini, yang terdapat berbagai macam dan jenis media jejaring

sosial yang sangat canggih di dunia Internet. Seperti adanya twitter, instagram,

facebook, blog, tumblr, multiply dan lain-lain, yang bisa sangat bermanfaat untuk

mempromosikan suatu barang/produk yang akan di jual atau di beli. Pada saat

pertama kali munculannya bisnis online shop di negara Indonesia. Untuk

melakukan kegiatan belanja online shop biasanya hanya dilakukan oleh para

masyarakat yang saat itu berada di kalangan berduit menengah keatas saja. Hal

tersebut disebabkan karena dalam melakukan jual beli online saat itu membutuhkan

komputer yang saat itu butuh mahal. Jaringan internet yang juga mahal. Tetapi

seiring dengan berjalannya waktu yang berputar, karena faktor kecepatan dan

kenyamanan. Saat sekarang ini dimulai dari pejabat sampai mahasiswa sudah

banyak yang mampu untuk memanfaatkan belanja online.

Menurut website Lentera Hidup, Online Shop adalah:

“Sebuah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan antara konsumen
dan penjual, tanpa harus melakukan pelayanan bertatap muka melalui media
internet. Dengan melakukan bisnis online shop kini antara penjual dan pembeli
tidak perlu lagi repot-repot harus bertemu langsung. dalam bisnis online hanya
dilakukan dengan menghadap ke sebuah layar monitor komputer yang
tersambung dengan koneksi internet. Kemudian kita sudah bisa dalam
melakukan suatu kegiatan transaksi jual beli dengan cara yang nyaman, cepat.
Sehingga sangat memudahkan kita dalam mencari suatu barang yang
diinginkan. Toko online atau bisnis online awal kali populer yaitu antara tahun
1999 dan 2000. Toko online pertama dalam bisnis online di internet adalah
Amazon.com yang merupakan sebuah toko buku online yang dahulu pertama
kali didirikan oleh Jeff Bezoz ”.1)

1) Lentera Hidup, “ Pengertian Online Shop Menurut Buku Para Ahli Ilmuan “ dalam

https://lenterahidup.net/pengertianonline-shop-menurut-para-ahli/,diakses tgl. 05 Desember 2017

1
Perkembangan Online Shop atau toko online melalui media internet sudah

menjamur di Indonesia, bahkan sudah sangat dikenal baik oleh khalayak ramai.

Banyaknya beragam kemudahan dalam berbelanja dan bermacam jenis produk dan

jasa yang ditawarkan, membuat masyarakat Indonesia menjadikan Online Shop

sebagai salah satu “tempat berbelanja” baru selain pusat perbelanjaan. Hal ini

membuat banyak penjual Online Shop yang berlomba – lomba menawarkan

produknya dengan berbagai cara untuk menarik konsumen berbelanja.

Menurut Maykhel David dalam artikelnya:

”Dalam dunia Online Shop kita akan sering menemui istilah marketplace dan
e-commerce, dimana keduanya mempunyai pengertian yang berbeda.
e-commerce adalah sebuah website jual beli yang memungkinkan pembeli
untuk memilih barang yang diinginkan pada sebuah website, berdiskusi
dengan penjual, lalu mentransfer sejumlah uang sesuai harga barang ke
penjual. Dan pada e-commerce ini barang yang ditampilkan adalah barang
milik satu penjual ”.2)

Sedangkan mengenai istilah marketplace Menurut Maykhel David dalam

atikel websitenya marketplace adalah :

“Sebuah website jual beli yang mirip dengan e-commerce, dimana website ini
memungkinkan pembeli untuk memilih barang yang diinginkan pada sebuah
website, berdiskusi dengan penjual, lalu mentransfer sejumlah uang sesuai
harga barang ke penjual melalui pemilik/pengelola website. Sistem
marketplace ini adalah sebuah website yang memberikan layanan kepada
pengguna yang awalnya adalah pembeli untuk membuka toko sendiri dan
menjual barang tertentu pada website tersebut. Contohnya adalah seperti
tokopedia, bukalapak, dan shopee”.3)

Perkembangan bisnis melalui media internet semakin hari semakin meningkat,

seiring dengan meningkatnya pengguna internet di dunia terutama di Indonesia.

2) Maykhel David, “ Perbedaan Ecommerce, Marketplace, Dan Online Shop “ dalam

https://www.dumetschool.com/blog/perbedaan-ecommerce-marketplace-dan-online-shop, diakses tgl. 05


Desember 2017

3) Ibid.

2
Media internet telah menjadi salah satu sarana promosi produk yang memiliki

prospek sangat baik saat ini, dimana melalui media internet penjual dapat

menjangkau konsumen secara luas. Bahkan sekarang ini internet telah masuk ke

berbagai pelosok negeri, masyarakat yang tinggal jauh dari kota pun dapat

memanfaatkan fasilitas internet ini.

Hal ini membuat banyak dorongan bagi pelaku usaha untuk membuka peluang

usaha yang bersifat marketplace. Berikut adalah beberapa macam online

marketplace diantaranya:

1. Tokopedia

Menurut website resmi wikipedia mengenai Tokopedia:

“ Tokopedia merupakan salah satu pusat perbelanjaan daring di Indonesia yang


mengusung model bisnis marketplace.Tokopedia memungkinkan setiap
individu, toko kecil, dan brand untuk membuka dan mengelola toko daring.
Sejak diluncurkan hingga akhir 2015, layanan dasar Tokopedia dapat
digunakan oleh semua orang secara gratis “.4)

Daring (bahasa Inggris: online) dan luring (bahasa Inggris: offline) memiliki

makna tertentu dalam hal teknologi komputer dan telekomunikasi. Secara umum,

"online" menunjukkan keadaan terhubung.Daring juga dapat diartikan sebagai

suatu keadaan komputer yang dapat saling bertukar informasi karena sudah

terhubung.5)

2. Bukalapak

Menurut website resmi wikipedia mengenai Bukalapak:

“Bukalapak adalah salah satu pasar daring (online marketplace) terkemuka di


Indonesia (biasa dikenal juga dengan jaringan toko daring ) yang dimiliki dan
dijalankan oleh PT. Bukalapak. Seperti halnya situs layanan jual - beli daring

4) Wikipedia, “ TOKOPEDIA “ dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Tokopedia, diakses tgl. 05

Desember 2017

5) Wikipedia, “ Dalam Jaringan dan Luar Jaringan “, dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Dalam_jaringan_dan_luar_jaringan,diakses tgl. 05 Desember 2017

3
(online) dengan model bisnis customer-to-customer (C2C), Bukalapak
menyediakan sarana penjualan dari konsumen-ke-konsumen di mana pun.
Siapa pun bisa membuka toko daring untuk kemudian melayani calon pembeli
dari seluruh Indonesia baik satuan ataupun dalam jumlah banyak. Pengguna
perorangan ataupun perusahaan dapat membeli dan menjual produk, baik baru
maupun bekas, seperti sepeda, ponsel, perlengkapan bayi, gawai (gadget),
aksesori gawai, komputer, sabak (tablet), perlengkapan rumah tangga, busana,
elektronik, dan lain-lain ”.6)

Bukalapak memiliki program untuk memfasilitasi para UKM yang ada di

Indonesia untuk melakukan transaksi jual beli secara online. Hal ini dikarenakan

transaksi melalui online dapat mempermudah UKM dalam menjual produk-produk

yang mereka miliki tanpa harus memiliki toko offline. Untuk yang telah memiliki

toko offline, Bukalapak mengharapkan dengan adanya situs tersebut dapat

membantu meningkatkan penjualan toko offline tersebut

3. Shopee

Menurut website resmi wikipedia mengenai Shopee:

“Shopee merupakan satu dari banyak pihak yang memanfaatkan peluang


tersebut dengan meramaikan segmen mobile marketplace melalui aplikasi
mobile mereka untuk mempermudah transaksi jual beli melalui perangkat
ponsel. Saat ini aplikasi Shopee telah tersedia untuk perangkat dengan sistem
operasi Android dan iOS. Pada dasarnya, Shopee menyediakan platform
online marketplace yang menjembatani penjual dan pembeli untuk
mempermudah transaksi jual beli online melalui perangkat ponsel mereka.
Shopee sendiri sepertinya merupakan perpanjangan tangan dari Garena untuk
merambah ke segmen e-commerce.”7)

Ketiga toko online shop diatas merupakan marketplace yang menggunakan jasa

“ Rekber “ yaitu Rekening Bersama, dimana dana masuk dari transaksi pembeli

tidak langsung ke penjual melainkan melalui rekening resmi dari online shop

teresebut.

6) Wikipedia, “ BUKALAPAK “ dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Bukalapak,diakses tgl. 05

Desember 2017

7) Adjie Priambada, “Shopee Ramaikan Mobile Marketplace Indonesia “ dalam

https://dailysocial.id/post/shopee, diakses tgl. 05 Desember 2017

4
Kecenderungan masyarakat Indonesia untuk berbelanja melalui Online Shop,

mengurangi tingkat kewaspadaan dalam melakukan transaksi jual beli. Terbukti

dengan banyaknya kasus penipuan dengan modus Online Shopping. Terutama

disebabkan karena pembeli tidak dapat bertatap muka secara langsung dengan

penjual, sehingga sistem kepercayaan menjadi modal utama dalam setiap transaksi

jual beli online.

Beberapa modus kasus penipuan yang marak terjadi di Online Shop

diantaranya adalah penjual yang menghilang setelah pembeli melakukan

pembayaran, barang yang dikirim tidak sesuai dengan yang dijanjikan atau tidak

sesuai dengan gambar yang ada di Online Shop tersebut, penggunaan resi yang

tidak valid agar seolah-olah barang sudah dikirim tapi kenyataannya belum,

pengiriman dilakukan dengan menggunakan eskpedisi diluar yang tersedia di

marketplace tersebut, penyalahgunaan subsidi ongkir dan manipulasi ongkir oleh

penjual yang seharusnya hanya disediakan oleh marketplace untuk konsumen.

Untuk mengurangi resiko terjadinya penipuan oleh penjual Online Shop,

banyak orang yang mencari peluang untuk menawarkan jasa rekber atau rekening

bersama. Dimana rekber disini berperan sebagai pihak ketiga untuk transaksi antara

pembeli dan penjual Online Shop, seperti ketiga toko yang sudah saya jelaskan

diatas yaitu tokopedia,shopee dan bukalapak. Namun hal ini juga masih belum

menjamin keamanan untuk bertransaksi online di sebuah marketplace, oleh karena

itu konsumen membutuhkan perlindungan hukum untuk melindungi hak-hak

mereka dalam betransaksi.

Menurut sebuah artikel websitenya Law Metha bahwa :

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

5
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan Karena posisi
konsumen yang lemah maka ia harus diberikan perlindungan oleh hukum.
Menurut pasal 1 butir 1 UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
yaitu “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”. Kepastian
hukum itu berarti konsumen mempunyai hak untuk memperoleh barang dan
atau jasa yang menjadi kebutuhannya serta menpunyai hak untuk menuntut
apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen
tersebut“.8)

Kepastian hukum tersebut secara umum bertujuan untuk memberikan

perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Dari pengertian itu dapat

disimpulkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah untuk menjamin adanya

kepastian hukum, sehingga perlindungan konsumen tidak dapat terlepas dari

adanya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen.Jadi sebenamya

hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum

yang sulit dipisahkan dan ditarik batasnya.

Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah konsumen dari Online Shop

dan Online Market Place. Online Shop juga berperan sebagai distributor untuk

barang-barang perlengkapan fashion, dapat dilihat dari banyaknya reseller atau

orang yang berbelanja di Online Shop untuk menjual kembali dan mengambil

keuntungan dari hasil penjualan barangbarang tersebut. Juga tidak lepas dari

konsumen-konsumen setia Online Shop yang berbelanja lebih dari satu kali, dan

merekomendasikan Online Shop kepada kerabat dan saudara mereka. Online Shop

juga memiliki sistem tansaksi dan layanan tersendiri yang belum tentu sama dengan

para pesaingnya, sistem layanan yang diterapkan Online Shop ini bertujuan untuk

memberikan kenyamanan dan kepuasan konsumen. Klasifikasi konsumen Online

8) Law Metha, “ Hukum konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen “ dalam


https://lawmetha.wordpress.com/2011/05/27/hukum-konsumen-dan-hukum-perlindungan-konsumen/, diakses
tgl. 05 Desember 2017

6
Shop bertujuan untuk memudahkan memilah dan memantau konsumen baru dan

konsumen yang telah loyal terhadap Online Shop.

Berdasarkan paparan diatas, dapat ditarik dalam sebuah judul penelitian, yaitu

“Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi di Online Market

Place Akibat Penggunaan Resi Yang Dilakukan Oleh Penjual “

C. Rumusan Masalah

Berdasar dari paparan latar belakang dan judul diatas, dapat dirumuskan sebuah

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggung jawab penyedia marketplace terhadap pelanggaran

yang dilakukan oleh penjual dalam pengunaan resi yang tidak valid?

2. Bagaimana pertanggung jawaban hukum penjual yang melakukan

penggunaan resi yang tidak valid terhadap konsumen dalam sistem

marketplace?

3. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen dalam

penggunaan resi yang tidak valid ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan hukum ini adalah :

1. Untuk mengetahui tanggung jawab penyedia marketplace atas pelangaran-

pelanggaran yang dilakukan penjual untuk merugikan konsumen dalam

bertransaksi online.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum penjual yang menggunakan

sistem marketplace dalam penggunaan resi yang tidak valid yang dilakukan

kepada konsumen.

7
3. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum terhadap

konsumen dalam transaksi online terutama dalam hal penggunaan resi yang

tidak valid yang dilakukan oleh penjual.

E. Manfaat Penelitian

Penulisan ini mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi kalangan akademisi dapat mengembangkan bentuk perlindungan

hukum terhadap konsumen

b. Bagi Ilmu Hukum mempunyai manfaat dalam hal menganalisis

perlidungan hukum terhadap konsumen dalam bertransaksi online.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penegak Hukum dapat lebih meningkatkan dan memperhatikan

kualitas penegakan hukum, terutama dalam hal mengenai konsumen

b. Bagi Masyarakat pengguna onlie shop agar dapat mengetahui bentuk-

bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen yang dapat lebih

memperkuat kesadaran hukumnya

F. Tinjauan Pustaka

1. Teori Perlindungan Hukum

Pada hakikatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari

hukum. Oleh karena itu, terdapat banyak macam perlindungan hukum. Dari

sekian banyak jenis dan macam perlindungan hukum, terdapat beberapa

diantaranya yang cukup populer dan telah akrab di telinga kalian, seperti

perlindungan hukum terhadap konsumen. Perlindungan hukum terhadap

konsumen ini telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang pengaturannya mencakup

segala hal yang menjadi hak dan kewajiban antara produsen dan konsumen.

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip Satjipto Raharjo bahwa:

“Awal mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari
teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato,
Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran
hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang
bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh
dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral
adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan
manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral”.9)

Perlindungan hukum memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia

yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada

masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum. Selain itu masih banyak lagi beberapa pendapat para ahli mengenai

perlindungan hukum.

Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum Salmond bahwa:

“Hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai


kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,
perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan
cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum
adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki
otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur
dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni
perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan
hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan
kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara
anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah
yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat”.10)

Sesuai dengan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa fungsi hukum

adalah melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan yang dapat merugikan

9) Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum,( Bandung, 2000),hlm.53


10) Ibid, hlm.54

9
danmenderitakan hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa.

Selain itu berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta menjadi sarana

untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Menurut Satijipto Raharjo, bahwa perlindungan hukum adalah:

“Memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang


dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat
agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Hukum
dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak
sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif.
Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial,
ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial”.11)

Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pertanyaan yang

kemudian meragukan keberadaan hukum. Hukum harus memberikan

perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena

setiap orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Aparat penegak

hukum wajib menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan hukum,

maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan perlindungan pada

tiap hubungan hukum atau segala aspek dalam kehidupan masyarakat yang

diatur oleh hukum

Menurut pendapat Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum

adalah:

“Bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan


represif. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah
terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-
hati dalam pengambilan keputusan bwedasarkan diskresi, dan perlindungan
yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk
penangananya di lembaga peradilan”.12)

11)
Ibid, hlm.55

12) Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia (Surabaya,1987) hlm.29

10
Perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia merupakan

implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan

martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara Hukum

yang berdasarkan Pancasila. Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan

dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan

dari hukum. Oleh karena itu terdapat banyak macam perlindungan hukum.

Menurut Sudikno Mertokusumo perlindungan hukum yaitu:

“Bila dijelaskan harfiah dapat menimbulkan banyak persepsi. Sebelum


mengurai perlindungan hukum dalam makna yang sebenarnya dalam ilmu
hukum, menarik pula untuk mengurai sedikit mengenai pengertian-
pengertian yang dapat timbul dari penggunaan istilah perlindungan hukum,
yakni Perlindungan hukum bisa berarti perlindungan yang diberikan
terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh aparat
penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh
hukum terhadap sesuatu”.13)

Perlindungan hukum dalam hal ini sesuai dengan teori interprestasi hukum

sebagaimana dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo, bahwa interpretasi

atau penafsiran merupakan salah satu metode penemuan hukum yang memberi

penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup

kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Penafsiran oleh

hakim merupakan penjelasan yang harus menuju kepada pelaksanaan yang

dapat diterima oleh masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa

konkrit. Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna

Undang- Undang. Pembenarannya terletak pada kegunaan untuk melaksanakan

ketentuan yang konkrit dan bukan untuk kepentingan metode itu sendiri

“Penafsiran sebagai salah satu metode dalam penemuan hukum


(rechtsvinding), berangkat dari pemikiran, bahwa pekerjaan kehakiman
memiliki karakter logikal. Interpretasi atau penafsiran oleh hakim

13)
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum (Bandung, 2009) hlm.38

11
merupakan penjelasan yang harus menuju kepada pelaksanaan yang dapat
diterima oleh masyarakat mengenai peraturan hukum terhadap peristiwa
yang konkrit. Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk
mengetahui makna undang-undang”.14)

Perlindungan hukum bagi rakyat meliputi dua hal, yakni:

a. Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum di


mana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan
atau pendapat sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk
yang definitif.15)

b. Perlindungan hukum represif, yakni bentuk perlindungan hukum di


mana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.16)

2. Hukum Perlindungan Konsumen

Dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia, menjelaskan bahwa hak

konsumen diantaranya adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa; hak untuk memilih

barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak untuk

diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak

untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian, apabila

barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya.17)

Hak dan kewajiban konsumen menurut undang-undang perlindungan

konsumen. Resolusi perserikatan bangsa-bangsa nomor 39/235 tahun 1985

14) Ibid, hlm.40


15) Ibid, hlm.41
16) Ibid
17) Gunawan & Ahmad Yani,Hukum Tentang Perlindungan Konsumen ( Jakarta,2000 ),hlm.28

12
tentang perlindungan konsumen, juga merumuskan berbagai kepentingan

konsumen yang perlu dilindungi, yang meliputi :

“Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan


keamanannya, promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi social
konsumen, tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk
memberikan kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai
kehendak dan kebutuhan pribadi, pendidikan konsumen, tersedianya upaya
ganti rugi yang efektif, kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen
atau organisasi lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan kepada
organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka”.18)

Undang-undang tentang perlindungan konsumen tidak hanya

mencantumkan , hak-hak dan kewajiban dari konsumen, melainkan juga hak-hak

dan kewajiban- kewajiban dari pelaku usaha. Namun kelihatan bahwa hak yang

di berikan kepada konsumen (yang diatur dalam pasal 4) lebih banyak

dibandingkan dengan hak pelaku usaha (yang di muat dalam pasal 6) dan

kewajiban pelaku usaha (dalam pasal 7) lebih banyak dari kewajiban konsumen

(yang termuat dalam pasal 5).

Berikut ini adalah hak dan kewajiban konsumen yang diberikan/dibebankan

oleh undang undang tentang perlindungan konsumen :

“Menurut ketentuan pasal 5 Undang-undang perlindungan tentang konsumen,


konsumen memiliki hak sebagai berikut:
a) Hak atas kenyamanan, keamanan,dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang /jasa;
b) Hak untuk memilih barang/ jasa, serta mendapatkan barang/jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar kondisi, serta jaminan yang di janjikan;
c) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
d) Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang di gunakan;
e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patu;
f) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

18) Ibid, hlm.29

13
g) Hak untuk diperlakukan dan di layani secara benar, jujur serta tidak
diskriminatif;
h) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang di terima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
i) Hak-hak yang di atur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya”. 19)

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang

berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun

di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum

Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan

Indonesia.

Dalam Wikipedia, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau

Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU ITE adalah :

“Secara umum, materi Undang-Undang Informasi dan Transaksi


Elektronik (UUITE) dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pengaturan
mengenai informasi dan transaksi elektronik dan pengaturan mengenai
perbuatan yang dilarang. Beberapa materi perbuatan yang dilarang
(cybercrimes) yang diatur dalam UU ITE, antara lain: 1. konten ilegal, yang
terdiri dari, antara lain: kesusilaan, perjudian, penghinaan/pencemaran nama
baik, pengancaman dan pemerasan (Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE);
2. akses ilegal (Pasal 30); 3. intersepsi ilegal (Pasal 31); 4. gangguan terhadap
data (data interference, Pasal 32 UU ITE); 5. gangguan terhadap sistem
(system interference, Pasal 33 UU ITE); 6. penyalahgunaan alat dan perangkat
(misuse of device, Pasal 34 UU ITE)”.20)

3. Transaksi Bisnis Online

Bisnis online di Indonesia semakin hari semakin menunjukkan perkembangan

yang signifikan. Bisnis online, tidak hanya dimonopoli oleh belanja barang, namun

19)
Ibid, hlm.30

20) Wikipedia, “ Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik “ dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik , diakses tgl 04 Januari


2017

14
juga layanan jasa seperti perbankan yang memperkenalkan teknik e-banking.

Melalui teknik e-bankin pelanggan dapat melakukan kegiatan seperti transfer

uang, membayar tagihan listrik, air,telepon, Internet, pembelian pulsa,

pembayaran uang kuliah dan lain sebagainya.

Bisnis online di Indonesia untuk pembelian suatu barang mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Mulai dari situs yang menjual handphone, gitar,

butik, toko buku, makanan, bahkan hingga ke alat elektronik pun mulai dirambah

oleh layanan bisnis online

Menurut Anatasia dan Fandy Tjiptono dalam Bukunya mengenai E-Bussines

dalam era milineum baru yaitu :

“Era milineum baru ditandai dengan revolusibaru yang berdampak


transformasional lebih dahsyat dibandingkan revolusi industri. Namun yang
paling popular adalah era informasi. Faktor pemicu utama perubahan dalam era
informasi adalah teknologi informasi dan pemasaran. Dibandingkan dengan
revolusi industri yang bercirikan produksi massal, revolusi informasi lebih
menekankan mass customization dan knowledge-intensive. Oleh karena itu.
Revolusi informasi juga disebut revolusi idustri berbasis pengetahuan. Salah
satu karaktristik utama era informasi adalah bisnis-elektronik atau yang lebih
dikenal dengan istilah e-business atau e-commerce. Model bisnis ini
menekankan pertukaran informasi. Transaksi bisnis, dan yang bersifat
paperless, baik melalui Electronic Data Interchange (EDI), e-mail, dan
electronic funds transfer, maupun teknologi lainnya yang juga berebasis
jaringan”.21)

“Pesatnya perkembangan e-bussines pada gilirannya membawa perubahan


dramatis pada cara perusahaan berinovasi, berkomunikasi, berinteraksi, dan
bertransaksi dengan pelanggan dan stakeholder lainnya. Dalam konteks
pemasaran, misalnya, Sheth & Sisodia (1999) mengidentifikasikan tiga
kapabilitas utama internet yang berdampak signifikan terhadap praktik
pemasaran: content (internet memfasilitasi penyediaan informasi multimedia
secara langsung sesuai permintaan dari penyedia jasa atau produk kepada
pelanggan dimanapun dan kapanpun), communication (Internet memudahkan
komunikasi interaktif dua arah antara organisasi dan pelanggannya), dan
commerce (Internet membuka peluang bisnis online)”.22)

21) Anastasia Diana & Fandy Tjiptono, E-Bussines,(Yogyakart,,2007),hlm.7

22)
Ibid, hlm.2

15
Sebelum kita berbicara lebih lanjut tentang perdagangan eletronik, kita akan

mencoba terlebih dahulu memahami bagaimana mekanisme perdagangan

tradisional sehingga selanjutnya dapat mekakukan perbandingan-perbandingan

dengan perdagangan elektronik.

Perdagangan tradisional pada dasarnya adalah tindakan perusahaan-

perusahaan menjual barang-barang dan/atau jasa untuk menghasilkan pendapatan

dalam bentuk uang, yang pada gilirannya menghasilkan laba bersih dari selisih

pendapatan dikurangi harga dasar plus biaya-biaya operasional.23)

Untuk menyampaikan barang dan jasanya ke pasar, pertama kali perusahaan-

perusahaan harus merancang dan membuat barang-barang (dan juga jasa) atau

mendapatkannya dari perusahaan-perusahaan terkait lainnya,

mendistribusikannya, dan menyediakan layanan terhadap konsumen (customer

support), serta, yang terakhir, menghasilkan pendapatan. Kemudian para

konsumen pertama kali akan mengidentifikasi kebutuhannya akan barang dan jasa,

kemudian meraka mencari informasi-informasi tentang barang serta jasa yang

mereka butuhkan, menemukan tempat-tempat penjualan barang dan jasa tersebut,

serta melakukan pemilihan-pemilihan berdasarkan harga, manfaat terbesar,

tampilan, kemasan, layanan purna jual, reputasi pembuat, dan sebagainya, sebelum

akhirnya memutuskan membeli (atau tidak membeli) barang atau jasa yang

bersangkutan. Akhirnya siklus penjualan berakhir dengan pengiriman barang serta

jasa (delivery) ke sisi konsumen. Dalam hal ini, dukungan terhadap konsumen

(customer support) menambahkan siklus penjualan dengan memberikan

23) Adi Nugroho, e-Commerce Memahami Perdagangan Modern Di Dunia Maya,(Bandung,

2006),hlm.7

16
keuntungan baik dari sisi penjual maupu pembeli. Penjual mempunyai keuntungan

dalam hal mengetahui respon pembeli terhadap barang/jasa yang mereka

tawarkan, pemahaman akan kualitas barang yang dijualnya, tingkat penetrasi

pasar, dan sebagainya. Sedangkan pembeli akan mendapatkan keuntungan dengan

terjaminnya penggunaan yang layak atas barang dan jasa yang dibelinya selama

kurun waktu tertentu.

Menurut Maykhel David dalam artikel websitenya, bahwa:

“E-commerce adalah suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronik yang
memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan
menggunakan internet (teknologi berbasis jaringan digital) sebagaimedium
pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (business to
business) dan konsumen langsung (business to consumer), melewati kendala
ruang dan waktu yang selama ini merupakan hal-hal yang dominan. Dapat
juga diartikan suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau
directselling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website
yangdapat menyediakan layanan "get and deliver". E-commerce akan
merubahsemua kegiatan marketing dan juga sekaligus memangkas biaya2
operasional untuk kegiatan trading (perdagangan)”.24)

Pada masa persaingan ketat di era globalisasi saat ini, maka persaingan

yangsebenarnya adalah terletak pada bagaimana sebuah perusahaan dapat

memanfaatkan e-commerce untuk meningkatkan kinerja dan eksistensi dalam

bisnis inti.

Dengan aplikasi e-commerce, seyogyanya hubungan antar perusahaan dengan

entitas eksternal lainnya (pemasok, distributor, rekanan, konsumen) dapat

dilakukan secara lebih cepat, lebih intensif, dan lebih murah daripada aplikasi

prinsip manajemen secara konvensional (door to door, one-to-one relationship).

Maka e-commerce bukanlah sekedar suatu mekanisme penjualan barang atau jasa

24)
Maykhel David, “ Perbedaan Ecommerce, Marketplace, Dan Online Shop “ dalam
https://www.dumetschool.com/blog/perbedaan-ecommerce-marketplace-dan-online-shop, diakses tgl. 05
Desember 2017

17
melalui medium internet, tetapi juga terhadap terjadinya sebuah transformasi

bisnis yang mengubah cara pandang perusahaan dalam melakukan aktivitas

usahanya. Membangun dan mengimplementasikan sebuah system e-commerce

bukanlahmerupakan proses instant, namun merupakan transformasi strategi dan

system bisnis yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan perusahaan

dan teknologi.

Saat ini jarang sekali hubungan antara perusahaan dengan pembeli berakhir

setelah terjadi penjualan. Kenyataanya, penjualan diharapkan menjadi awal dari

hubungan panjang dan saling menguntungkan yang terjadi antara perusahaan dan

konsumen. Tidak hanya konsumen yang membutuhkan bantuan atas produk

barang/jasa yang dibelinya, tetapi perusahaan juga membutuhkan masukan-

masukan dari para konsumen untuk mengembangkan produk/jasanya dimasa yang

akan dating.

Dalam hal ini perusahaan dapat menaruh di situs Webnya segala sesuatu tentang

fitur-fitur produk dan bagaimana mengoptimalkan penggunaanya. Sitem yang

dirancang dengan baik dapat menyediakan informasi-informasi diatas dengan

berbagai cara, misalnya: surat elektronik, faksimil, atau informasi-infiormasi yang

diletakkan disitus Web. Sistem Web yang bersangkutan seharusnya juga tidak

bersifat statis; perusahaan dapat meminta masukan masukan dari para konsumen

demi perbaikan situs. Dalam berbagai hal, langkah yang sangat baik adalah

menyediakan form-form pernyataan di situs Web perusahaan.

Perdagangan secara elektronik menawarkan kepada perusahaan keuntungan

jangka pendek dan jangka panjang. Perdagangan elektronik tidak hanya membuka

18
pasar baru bagi produk dan/jasa yang ditawarkan, mencapai konsumen baru, tetapi

ia juga dapat mempermudah cara perusahaan melakukan bisnis.

“Keuntungan perdagangan elektronik Bagi Konsumen yaitu pertama efektif,


konsumen dapat memperoleh informasi tentang produk/jasa yang
dibutuhkannya dan bertransaksi dengan cara cepat dan murah.Kedua, Aman
secara Fisik dan Ketiga lebih fleksibel, dimana konsumen dapat melakukan
transaksi dari berbagai lokasi, baik dari rumah, kantor, warnet, atau tempat-
tempat lainnya. Konsumen juga tidak perlu berdandan rapi seperti pada
perdagangan tradisional pada umumnya. Dan keuntungan bagi masyarakat
umum adalah mengurangi polusi dan pencemaran lingkungan, membuka
peluang kerja baru, menguntungkan dunia akademis dan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia”.25

Selain keuntungan, perdagangan elektronik juga memiliki beberapa kerugian,

diantaranya :

a. Meningkatkan Individualisme : pada perdagangan elektronik seseorang dapat

bertransaksi dan mendapatkan barang/jasa yang diperlukannya tanpa perlu

bertemu dengan siapa pun. Ini yang membuat beberapa orang menjadi berpusat

pada diri sendiri (egois) serta individualistis dan merasa dirinya tidak terlalu

membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidupnya.

b. Terkadang menimbulkan kekecewaan : apa yang dilihat di layar monitor

computer kadang berbeda dengan apa yang dilihat secara kasat mata.

Seseorang yang membeli sofa di internet adalah contoh yang lain. Di layar

monitor sofa yang akan dibelinya terlihat begitu nyaman untuk diduduki.

Kenyatannya ? sangat mungkin, apa yang terlihat di layar monitor ternyata

pada kenyataanya tidak begitu adanya.

c. Tidak Manusiawi : sering sekali orang pergi ke toko-toko dan pusat-pusat

perbelanjaan tidak sekedar ingin memuaskan kebutuhannya akan barang/jasa

25)
Ibid, hlm.21

19
melainkan ingin melakukan penyegaran (refresing) atau bersosialisai dengan

rekan-rekan atau keluarganya. Perdagangan elektronik gagal dipandang dari

sudut pandang seperti ini . Di internet, meski dapat mengobrol (chatting)

dengan orang lain, kita mungkin tidak dapat merasakan jabat tangannya,

senyuman ramahnya dan candanya.

4. Resi/Bukti pengiriman transaksi

Sejak maraknya penjualan secara online atau e-commerce, kata resi seolah

mengalampi penyempitan makna, begitu mendengar kata resi, orang akan

berfikir bahwa resi adalah bukti kiriman. Padahal menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), Resi adalah tanda terima secara tertulis, artinya apapun itu

yang berupa tanda terima tertulis adalah resi, termasuk resi kiriman. Sebagai

contoh saat kita membuat KTP, setelah proses pemotretan selesai, kita akan

diberikan tanda terima, dan tanda terima tersebut yang akan kita gunakan untuk

mengambil KTP kita setelah selesai, tanda terima itu juga disebut resi.

Jika anda melakukan transaksi belanja produk yang berupa barang, mintalah

selalu bukti pengiriman kepada penjual, bahwa barang pesanan anda sudah

dikirim, Jika dikirim menggunakan ekspedisi (JNE, TIKI, Pos, dlsb) bukti

kiriman pasti berupa resi yang ada kode atau nomor, nomor atau kode ini lah

yang disebut dengan nomor resi kiriman, nantinya nomor resi kiriman tersebut

bisa digunakan untuk melacak status atau posisi barang yang anda beli. Apabila

anda berbelanja disitus marketplace (Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dlsb)

dengan sistem mereka yang sudah terintegrasi, sudah pasti nomor resi anda

dapatkan (biasanya dikirim melalui email atau SMS) saat seller (penjual yang

berjualan dimarketplace) memasukkan nomor resi kiriman dalam system admin

20
seller nya. Dan Anda pun bisa langsung melacak status kiriman anda langsung

dari halaman akun anda di website marketplace tersebut. nomor resi sangat

penting dan wajib diinformasikan kepada pembeli/konsumen.

Setelah mendapatkan nomor resi kiriman, selanjutnya Anda bisa cek status

kiriman barang Anda, pengecekan status kiriman bisa langsung melalui website

resmi penyedia jasa layanan ekspedisi, Caranya sangat mudah, Anda buka web

resmi ekspedisi, misal untuk JNE websitenya www.jne.co.id, kemudian

masukkan nomor resi kiriman Anda ke kolom lacak kiriman / tracking

yang ada diweb tersebut, tekan enter, jika diminta memasukkan kode captcha,

silakan ketikkan kode yang Anda lihat. Selanjutnya akan muncul riwayat

kiriman dan status barang anda ada dimana.

Selain untuk melacak status posisi barang kiriman anda, resi kiriman juga

berfungsi untuk bukti bahwa barang sudah dikirim oleh penjual, sebagai alat

untuk komplain ke pihak ekspedisi, apabila barang kiriman anda tidak sampai-

sampai, rusak, tertukar, ataupun hilang dalam proses pengiriman. Dan berfungsi

mengambil barang kiriman kita dari ekspedisi (Apabila kita sudah mengetahui

barang sudah sampai dikantor perwakilan ekspedisi didaerah kita, dan kita akan

ambil langsung kekantor tersebut)

G. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis yaitu suatu

metode pendekatan yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai

dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat.26) karena dalam melakukan

26) Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu

Hukum(Bandung,1995).hlm 61

21
penulisan hukum ini dibutuhkan data yang kuat dan informasi yang akurat

untuk memperoleh jawaban yang valid terhadap permasalahan diawal.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang Perlindungan konsumen ini akan dilakukan di sebuah

toko online sistem marketplace CV. Souvenir Unike, yang merupakan toko

souvenir online yang sudah mempunyai reputasi cukup bagus di salah satu

sistem marketplace di Indonesia. CV. Souvenir Unike bergerak dalam bidang

perdagangan elektronik seperti yang sudah saya jelaskan diatas. Penelitian ini

akan dilakukan melalui online shop CV. Souvenir Unike yang ada di

marketplace Tokopedia, Shopee dan Bukalapak.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis menggunakan dua

macam data sebagai berikut :

1) Data Primer, adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara


langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat
dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu
obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti
membutuhkan pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan
riset (metode survei) atau penelitian benda (metode observasi).
2) Data Sekunder, adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui
media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan,
bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang
tidak dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti
membutuhkan pengumpulan data dengan cara berkunjung ke
perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca banyak buku yang
berhubungan dengan penelitiannya.27)

b. Sumber Data

27) Ahmad Maulidi, “ Pengertian Data Primer Dan Data Skunder “ dalam
https://www.kanalinfo.web.id/2016/10/pengertian-data-primer-dan-data-sekunder.html,diakses tgl. 06
Desember 2017

22
Sebagai sumber data dalam penulisan hukum ini adalah :

1) Data Primer, adalah data diperoleh dari responden yang telah

ditentukan.

2) Data Skunder, adalah data diperoleh dari literature, artikel penelitian,

jurnal hukum, makalah, dan peraturan perundang-undangan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data, ada tiga teknik pengumpulan data yang akan

dikupas, yaitu teknik wawancara, observasi, dan kuesioner.

“Teknik wawancara (interview) adalah teknik penelitian yang dilaksanakan


dengan cara dialog baik secara langsung ataupun melalui antara
pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data. Teknik
wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara
individual, namun adakalanya juga wawancara dilakukan secara
berkelompok, kalau memang tujuan wawancaranya adalah menghimpun
data dari kelompok. Teknik Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti,
baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium)
maupun situasi alamiah yang sebenarnya (lapangan).Teknik kuesioner bisa
disebut juga sebagai angket, yang merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui
sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan
pertanyaan tersebut harus diisi oleh responden”.28)

5. Penentuan Responden

Penulisan Hukum yang melakukan penelitian langsung perlu adanya

penentuan responden yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan non

random sampling yang penentuannya menggunakan cara purporsive sampling

atau tidak diacak.29)

28)Anonim , “ Teknik Pengumpulan Data “ dalam http://www.ruangwacana.com/2017/03/teknik-


pengumpulan-data.html,diakses tgl. 06 Desember 2017
29) Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian ( Jakarta,2001),hlm..81

23
Dengan demikian, hal ini bertujuan agar dalam mendapatkan data lebih

menghemat waktu, biaya, maupun tenaga dengan hasil penelitian lebih optimal

dan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

Adapun yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini, yaitu :

a. Direktur CV.Souvenir Unike

b. 3 orang admin Online Shop CV.Souvenir Unike

c. 1 orang Penegak Hukum bidang IT Polres Kepanjen

d. 3 konsumen korban penyalahgunaan resi pada Online Shop

6. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif. Data yang telah

diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik kualitatif yang didukung

dengan data kuantitatif kemudian dipaparkan secara deskriptif berupa

penjelasan dan uraian terkait dengan permasalahan dalam penelitian baik data

primer maupun data skunder.

7. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode

penelitian.

BAB II : HASIL PENELITIANB, berisi tentang Tanggung jawab hukum

penyedia marketplace online terhadap pelanggaran yang dilkakukan oleh penjual

dalam penggunaan resi yang tidak valid atas transaksi jual beli online Tanggung

jawab hukum selaku penjual akibat penggunaan resi yang tidak valid menurut

24
Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Bentuk perlindungan hukum terhadap

konsumen dalam transaksi online termasuk korban penggunaan resi yang tidak

valid yang dilakukan oleh penjual, Mekanisme dan Prosedur yang dapat dilakukan

oelk konsumen dalam menanggapi pengisian resi yang tidak valid oleh penjual

dalam Marketplace online, Shopee, Tokopedia , dan Buka Lapak

BAB III : ANALISIS HASIL PENELITIAN, berisi tentang Perlindungan

hukum bagi konsumen yang menggunakan jasa rekber dalam online market place,

Efek jera yang diberikan oleh penyedia lapak kepada pemilik lapak yang melakukan

kecurangan dan pembuktian tindak kejahatan E-Commerce dalam sistem market

place

BAB IV : PENUTUP, berisi Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Adi Nugroho.2006.e-Commerce Memahami Perdagangan Modern Di Dunia


Maya.Bandung:Informatika Bandung

Anastasia Diana & Fandy Tjiptono.2007.E-Bussines.Yogyakarta:C.V Andi Offset

Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief.2010.Terampil Mengolah Data Kualitatif


Dengan NVIVO.Jakarta:Prenada Media Group

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi.2001.Metodologi Penelitian.Jakarta:Bumi


Aksara

25
Gunawan Widjaja. 2000. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama

Hilman Hadikusuma.1995.Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu


Hukum.Bandung:Mandar Maju

Phillipus M.Hadjon.1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat


Indonesia.Surabaya:PT. Bina Ilmu

Resa Raditio. 2014. Aspek Hukum Transaksi elektronik; Perikatan, Pembuktian


dan Penyelesaian Sengketa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Satjipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung:PT. Citra Aditya

Sudikno Mertokusumo.2009.Penemuan Hukum.Bandung:Citra Aditya Bakti

Undang-Undang :

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (


UU PK )

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik (ITE).

Website :

Lentera Hidup, “ Pengertian Online Shop Menurut Buku Para Ahli Ilmuan “
dalam https://lenterahidup.net/pengertianonline-shop-menurut-para-
ahli/,diakses tgl. 05 Desember 2017
Maykhel David, “ Perbedaan Ecommerce, Marketplace, Dan Online Shop “
dalam https://www.dumetschool.com/blog/perbedaan-ecommerce-
marketplace-dan-online-shop, diakses tgl. 05 Desember 2017
Wikipedia, “ TOKOPEDIA “ dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Tokopedia,
diakses tgl. 05 Desember 2017
Wikipedia, “ Dalam Jaringan dan Luar Jaringan “, dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Dalam_jaringan_dan_luar_jaringan,diakses tgl.
05 Desember 2017

Wikipedia, “ BUKALAPAK “ dalam


https://id.wikipedia.org/wiki/Bukalapak,diakses tgl. 05 Desember 2017
Adjie Priambada, “Shopee Ramaikan Mobile Marketplace Indonesia “ dalam
https://dailysocial.id/post/shopee, diakses tgl. 05 Desember 2017

26
Law Metha, “ Hukum konsumen dan Hukum Perlindungan Konsumen “
dalam https://lawmetha.wordpress.com/2011/05/27/hukum-konsumen-dan-
hukum-perlindungan-konsumen/, diakses tgl. 05 Desember 2017
Wikipedia, “ Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik “ dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-
undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik , diakses tgl 04 Januari 2017

Ahmad Maulidi, “ Pengertian Data Primer Dan Data Skunder “ dalam


https://www.kanalinfo.web.id/2016/10/pengertian-data-primer-dan-data-
sekunder.html,diakses tgl. 06 Desember 2017
Anonim , “ Teknik Pengumpulan Data “ dalam
http://www.ruangwacana.com/2017/03/teknik-pengumpulan-
data.html,diakses tgl. 06 Desember 2017

27

Anda mungkin juga menyukai