Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Dyah Retno Wahyuningrum

NIM : 143020912198

MATKUL : METPEN

DOSEN : DR. Sirajuddin SH,MH.

A. SENGKETA HAK ATAS MEREK

B. LATAR BELAKANG

Perlindungan hak kekayaan intelektual sanagt penting bagi pembangunan yang


sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang dilindungi di
Indonesia bisa saja berupa merek, lisensi, hak cipta, paten maupun desain industri. Kata,
huruf, angka, gambar, foto, bentuk, warna, jenis logo, label atau gabungannya yang dapat
digunakan untuk membedakan barang dan jasa dapat dianggap sebagai sebuah merek.

Di sebagian negara, slogan iklan juga dianggap sebagai merek dan dapat didaftarkan pada
Kantor Hak dan Kekayaan Inteletual (HaKI). Jumlah negara yang membuka kemungkinan
untuk pendaftaran bentuk-bentuk merek yang kurang biasa didaftarkan seperti warna
tunggal, tanda tiga dimensi (bentuk produk atau kemasan), tanda-tanda yang dapat
didengar (bunyi) atau tanda olfactory (bau). Namun demikian, sebagian besar negara telah
menentukan batasan-batasan mengenai hal apa saja yang dapat didaftarkan sebagai
sebuah merek, secara umum adalah untuk tanda-tanda yang memang secara visual dapat
dirasakan atau yang dapat ditunjukkan dengan gambar atau tulisan.

Pemahaman yang harus dibentuk ketika menempatkan merek sebagai hak kekayaan
intelektual adalah kelahiran hak atas merek yang diawali dengan temuan-temuan barang
atau jasa yang lebih dikenal dengan penciptaan. Pada merek ada unsur ciptaan yakni :
desain logo maupun huruf. Dalam merek, bukan hak atas ciptaan itu yang dilindungi tetapi
merek itu sendiri sebagai tanda pembeda.

Merek pada saat ini bukan hanya sebagai suatu nama atau simbol saja, melainkan merek
memiliki aset kekayaan yang sangat besar. Merek yang tepat dan dipilih secara hati-hati
merupakan aset bisnis yang berharga untuk sebagian besar perusahaan. Perkiraan nilai dari
merek-merek terkenal di dunia seperti Coca-Cola atau IBM melebihi 50 (lima puluh) milyar
dollar masing-masingnya. Hal ini karena konsumen menilai merek, reputasi, citra dan
sejumlah kualitaskualitas yang konsumen inginkan yang berhubungan dengan merek.
Konsumen dalam hal ini mau membayar lebih untuk produk dengan merek tertentu yang
telah diakui dunia dan yang dapat memenuhi harapan mereka. Oleh karena itu, memiliki
sebuah merek dengan citra dan reputasi yang baik menjadikan sebuah perusahaan lebih
kompetitif. Bahkan bagi beberapa negara di Amerika Selatan, merek dijadikan sebagai
simbol asosiasi kultural dan sentuhan mistik.

Fungsi utama dari sebuah merek adalah agar konsumen dapat mencirikan suatu produk
(baik itu barang maupun jasa) yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dibedakan dari
produk perusahaan lain yang serupa atau yang mirip yang dimiliki oleh pesaingnya.
Konsumen yang merasa puas dengan suatu produk tertentu akan membeli atau memakai
kembali produk tersebut di masa yang akan datang. Untuk dapat melakukan hal tersebut
pemakai harus mampu membedakan dengan mudah antara-produki yang asli dengan
produk-produk yang identik atau yang mirip.

Untuk memungkinkan satu perusahaan dapat membedakan dirinya dan produk yang dimiliki
terhadap apa yang dimiliki oleh para pesaingnya, maka merek menjadi peran penting dalam
pencitraan dan strategi pemasaran perusahaan, pemberian kontribusi terhadap citra dan
reputasi terhadap produk dari sebuah perusahaan di mata konsumen. Citra dan reputasi
perusahaan untuk menciptakan kepercayaan merupakan dasar untuk mendapatkan pembeli
yang setia dan meningkatkan nama baik perusahaan. Konsumen sering memakai faktor
emosional pada merek tertentu, berdasarkan serentetan kualitas yang diinginkan atau fitur-
fitur yang terwujud dalam produk-produk yang dimiliki merek tersebut, contoh : Mobil Toyota
yang merupakan top best seller selama satu dasawarsa terakhir ini di Indonesia telah
mempunyai reputasi yang legendaris sebagai mobil yang tahan segala kondisi dan cuaca
serta suku cadang yang murah dan mudah terjangkau.

Merek juga dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam
memelihara dan meningkatkan kualitas produk yang mereka miliki guna menjamin bahwa
merek produk yang mereka miliki memiliki reputasi yang baik. Hal ini terbukti bahwa
beberapa merek terkenal, seperti : sepatu dan sandal Pakalolo yang mempunyai kualitas
yang bagus senantiasa berinvestasi dan mengembangkan produk mereka dengan berbagai
model dan inovasi yang mutakhir sehingga masyarakat sudah meyakini kualitas dari
Pakalolo.

Walaupun sebagian besar pelaku bisnis menyadari pentingnya penggunaan merek untuk
membedakan produk yang mereka miliki dengan produk para pesaing mereka, tapi tidak
semua dari mereka yang menyadari mengenai pentingnya perlindungan merek melalui
pendaftaran. Dalam banyak kejadian, merek yang terdaftar dan dengan memiliki reputasi
yang baik pada konsumen, juga dipergunakan untuk mendapatkan dana, dari institusi
keuangan yang menyadari arti pentingnya sebuah merek dalam sukses-nya bisnis sebuah
usaha pendaftaran, menurut Undang-Undang Merek memberikan hak eksklusif kepada
perusahaan pemilik merek guna mencegah pihak-pihak lain untuk memasarkan produk-
produk yang identik atau mirip dengan merek yang dimiliki oleh perusahaan bersangkutan
dengan menggunakan merek yang sama atau merek yang dapat membingungkan
konsumen.

Tanpa adanya pendaftaran merek, investasi yang dimiliki dalam memasarkan sebuah
produk dapat menjadi sesuatu yang sia-sia karena perusahaan pesaing dapat
memanfaatkan merek yang sama atau merek yang mirip tersebut untuk membuat atau
memasarkan produk yang identik atau produk yang mirip. Jika seorang pesaing
menggunakan merek yang identik atau mirip, pelanggan dapat menjadi bingung sehingga
membeli produk pesaingnya tersebut yang dikiranya produk dari perusahan sebenarnya.

Hal ini tidak saja mengurangi keuntungan perusahaan dan membuat bingung pelanggannya,
tetapi dapat juga merusak reputasi dan citra perusahaan yang bersangkutan, khususnya jika
produk pesaing kualitasnya lebih rendah. Mengingat nilai dari merek dan peran yang dimiliki
oleh sebuah merek dalam menentukan suksesnya sebuah produk di pasar, maka perlu
dipastikan bahwa merek tersebut sudah terdaftar, guna mendapat perlindungan dalam pasar
yang bersangkutan.

Dalam kegiatan perekonomian, kadang bisa saja terjadi jika merek yang telah terdaftar
ternyata tidak pernah digunakan dalam kegiatan perdagangan. Merek yang tidak pernah
digunakan tersebut biasanya dikenal dengan merek non use. Merek non use merupakan
penyimpangan terhadap definisi merek karena dapat diartikan dengan merek yang tidak lagi
sebagai satu kesatuan yang utuh akibat tidak dipergunakannya merek tersebut dalam
perdagangan barang dan jasa meskipun merek tersebut sudah didaftarkan dalam Daftar
Umum Merek serta telah diberikan hak atas merek tersebut.

Jika pemilik merek tidak memenuhi unsur adanya penggunaan merek baik digunakan oleh
dirinya sendiri atau penggunaannya diberikan kepada orang lain dengan izin, maka hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek dapat dimintakan penghapusan
merek. Pengertian adanya pelanggaran hak atas merek yang disebabkan oleh adanya
merek non use adalah pelanggaran terhadap kewajiban yang dimiliki pemilik merek untuk
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
menggunakannya.

Permasalahan yang cukup penting dalam merek non use adalah adanya itikad tidak baik
dari pemegang merek non use untuk merugikan konsumen maupun menyesatkan pihak lain.
Undang-Undang Merek menyatakan bahwa merek tidak dapat didaftarkan atas dasar
permohonan yang diajukan oleh pemohon yang tidak beritikad baik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis akan meninjau permasalahan merek
dalam sebuah skripsi dengan judul sebagai berikut Tinjauan Yuridis Terhadap
Penghapusan Pendaftaran Merek Akibat Merek Tidak Dipergunakan Dalam Kegiatan
Perdagangan. Penulis dalam meneliti skripsi ini mempunyai 2 (dua) alasan, yakni : Alasan
pertama adalah karena adanya keinginan untuk memperluas cakrawala berpikir tentang Hak
atas Kekayaan Intelektual khususnya mengenai masalah merek. Dengan dasar
pertimbangan bahwa untuk masa masa yang akan datang kebutuhan mengenai hukum
merek ini mutlak diperlukan bagi para pelaku usaha.

Alasan kedua adalah bahwa kepentingan praktik dalam bidang merek dapat menjangkau
perkembangan ke depan sehingga memerlukan pemahaman yuridis. Paling tidak keinginan
untuk mendalami bidang hukum tentang merek, akan menambah pemahaman dalam
menyongsong kebutuhan praktik di masyarakat.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menentukan suatu merek telah tidak dipergunakan dalam kegiatan


perdagangan barang dan jasa ?

2. Mengapa diperlukan pengaturan mengenai masalah penghapusan pendaftaran merek ?


3.Bagaimana implementasi penghapusan pendaftaran merek di Indonesia, berbagai negara
lain dan menurut TRIPs ?

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk menentukan suatu merek telah tidak dipergunakan dalam kegiatan


perdagangan barang dan jasa.
2. Untuk mengkaji pengaturan mengenai masalah penghapusan pendaftaran merek.
3. Untuk mengkaji implementasi penghapusan pendaftaran merek di Indonesia,
berbagai negara lain dan menurut TRIPs.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa salah satu bagian hak cipta intelektual yang mendapatkan
perlindungan adalah merek, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang No.15 Tahun 2001
tentang merek. Pengertian merek secara yuridis adalah pengertian yang diberikan oleh undang-undang.
Pasal 1 ayat (1) UU Merek, yaitu Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Sedangkan pengertian hak atas merek terdapat pada pasal 3 UU Merek, yang menyatakan bahwa hak
atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam
Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Hak khusus memakai merek ini dapat dikatakan berfungsi seperti suatu monopoli, yang hanya berlaku
untuk barang atau jasa tertentu. Oleh karena itu suatu merek memberi hak khusus atau hak mutlak kepada
pemilik merek, maka hak atas merek itu dapat dipertahankan terhadap siapapun.

Mengenai kasus antara Gudang Garam dan Gudang Baru diatas, menurut pendapat penulis Mahkamah
Agung sudah tepat dalam mengabulkan permohonan kasasi dari pemohon. Hal ini dikarenakan pihak
penggugat selaku pemilik merek Gudang Garam tidak melakukan upaya tuntutan ketika merek Tergugat,
yaitu Gudang Baru, diajukan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Namun, di sisi lain, penulis
ingin memberikan kritik kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, yang tetap memberikan izin
penerbitan merek kepada Gudang Baru meskipun memiliki kemiripan dengan merek Gudang Garam.
Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) UU Merek, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual seharusnya
menolak permohonan pembuatan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek telah terdaftar terlebih dahulu dan merek yang sudah terkenal milik pihak
lain untuk barang dan /atau jasa yang sejenis.

Penerbitan merek baru seharusnya lebih dicermati lagi oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
agar kasus sengketa merek tidak sering terjadi dikemudian hari, mengingat merek merupakan kekayaan
yang seringkali diperebutkan karena berkaitan dengan motif ekonomi dari para pihak. Belum lagi konflik
mengenai merek biasanya menguras banyak biaya, baik secara materiil maupun immateriil.

F. KAJIAN PUSTAKA

1. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Merek

Pelanggaran di bidang merek meliputi:

a. Pendaftaran merek tanpa hak

Pelanggaran ini dilakukan dengan cara mendaftarkan merek-merek yang sama baik pada pokoknya
ataupun pada keseluruhannya dengan merek-merek umumnya adalah pemakaian merek terkenal tanpa
izin, atau peniruan terhadap merek terkenal dengan tujuan untuk memudahkan pemasaran. Adapun
bentuk bentuk pelanggaran itu diantaranya adalah dari luar negeri, khususnya yang terkenal atas nama
mereka sendiri kemudian diperdagangkan si pelanggar sendiri kemudian tidak menggunakan merek yang
mereka daftarkan.Pelanggaran ini sangat merugikan pemilik merek.

b. Pendaftaran merek tanpa hak disertai pemakaian

Pada pelanggaran ini, si pelanggar tidak saja melanggar hak orang lain tetapi juga melakukan penyesatan
dan pengelabuhan atas sumber dan kualitas dari barang yang dibubuhi merek tersebut. Yang dirugikan
tidak hanya pemilik merek tetapi juga masyarakat sebagai konsumen. Pemilik merek dirugikan karena
terjadi perusakan citra atas merek mereka.
c. Pemakaian merek tanpa hak

Pelanggaran jenis ini sebetulnya sama dengan kedua jenis pelanggaran yang tersebut diatas.
Perbedaannya ialah yang terjadi pemakaian tanpa hak adalah bahwa produk yang dipalsukan benar benar
diusahakan sama dengan aslinya. Dalam pelanggaran ini yang dirugikan adalah pemilik merek dan
konsumen.

Jangka Waktu Perlindungan Merek

Menurut pasal 28 UU Merek No. 15 Tahun 2001, merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek yang
bersangkutan.

Berdasarkan Pasal 35 UU Merek No. 15 Tahun 2001, pemilik merek dapat mengajukan permohonan
perpanjangan jangka waktu perlindungan untuk jangka waktu yang sama. Pada Pasal 36 UU Merek No. 15
Tahun 2001, Permohonan perpanjangan jangka waktu perlindungan ini dapat disetujui jika merek yang
bersangkutan masih dipakai pada barang atau jasa sebagaimana diproduksi dan diperdagangkan oleh
pemilik merek atau kuasanya.

Permohonan perpanjangan waktu perlindungan merek terdaftar juga dapat ditolak. Menurut Pasal 37 UU
Merek No. 15 Tahun 2001, cara yang dilakukan yaitu dengan pemberitahuan secara tertulis kepada pemilik
atau kuasanya dengan menyebutkan alasannya. Alasan penolakan itu antara lain karena telah melewati
atau kurang dari jangka waktu yang ditetapkan untuk pengajuan kembali, tidak membayar biaya pengajuan
perpanjangan, merek tersebut sudah tidak dipakai pada barang atau jasa sebagaimana disebut dalam
sertifikat merek atau karena barang atau jasa tersebut sudah tidak diproduksi dan diperdagangkan lagi.

Anda mungkin juga menyukai