Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah satu orang
yang mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama kali masuk
Islam. Beliau juga mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang
membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah. Nabi Muhammad SAW wafat pada
tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur
63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam sempat kacau. Hal
itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti,
dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai pengganti nabi
Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi
Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah
orang-orang pertama yang menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad
SAW. Untuk itu, kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai
pengganti Nabi SAW. Mereka memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar
Ash-Shiddiq adalah orang yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika
beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat
menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa
islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah
dan mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad
bin Ubadah sebagai pengganti.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan
secara damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar
menegaskan bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah
orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah
bin Khatab membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad
bin Ubadah.
Setelah pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat islam
mendapat pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan kehidupan. Di masa
pemerintahan beliau terdapat beberapa peristiwa penting seperti munculnya nabi palsu,
penolakan untuk mengeluarkan zakat dan sebagainya. Gejolak dan pembangkangan
yang ada dapat ditangani beliau dengan baik. Bahkan kekuasaan Islam tetap tumbuh
pada masa pemerintahan beliau walaupun banyak hambatan dan rintangan meliputi era
kekhalifahan beliau.

1
BAB II
PEMBAHASAN
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

A. Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Silsilahnya


1. Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar As-Sidiq adalah orang yang paling awal memeluk agama Islam
(assabiqunal awwalun), sahabat Rasullullah Saw., dan juga khalifah pertama yang
dibaiat (ditunjuk) oleh umat Islam. Beliau lahir bersamaan dengan tahun kelahiran Nabi
Muhammad Saw. pada 572 Masehi di Mekah, berasal dari keturunan Bani Taim, suku
Quraisy. Nama aslinya adalah Abdullah ibni Abi Quhaafah. Berdasarkan beberapa
sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang
yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Berdasarkan keadaan saat itu dimana kepercayaan yang diajarkan Nabi Muhammad
SAW lebih banyak menarik minat anak-anak muda, orang miskin, kaum marjinal dan
para budak, sulit diterima bahwa Abu Bakar justru termasuk dalam mereka yang
memeluk Islam dalam periode awal dan juga berhasil mengajak penduduk mekkah dan
kaum Quraish lainnya mengikutinya (memeluk Islam).
Abu Bakar berarti ‘ayah si gadis’, yaitu ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad
SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah (artinya ‘hamba Ka’bah’), yang
kemudian diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah (artinya ‘hamba Allah’). Sumber
lain menyebutkan namanya adalah Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Quhafah adalah
kunya atau nama panggilan ayahnya). Gelar As-Sidiq (yang dipercaya) diberikan Nabi
Muhammad SAW sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sebagaimana orang-orang yang pertama masuk Islam, cobaan yang diderita Abu Bakar
As-Sidiq cukup banyak. Namun ia senantiasa tetap setia menemani Nabi dan bersama
beliau menjadi satu-satunya teman hijrah ke Madinah pada 622 Masehi.
Menjelang wafatnya Rasullullah, Abu Bakar ditunjuk sebagai imam shalat
menggantikannya. Hal ini diindikasikan bahwa Abu Bakar kelak akan menggantikan
posisi Nabi memimpin umat. Setelah wafatnya Rasullullah,
B. Perjuangan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Berdakwah
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam
Sosok Abu Bakar Ash Shiddiq dikenal sebagai sahabat dekat Rasulullah, dan
merupakan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Beliau menjadi orang yang
sangat berjasa besar dalam penyebaran risalah Islam.
Abu Bakar dilahirkan setelah tahun Gajah, maka beliau lebih muda dari
Rasulullah karena Rosul dilahirkan di tahun Gajah. Tetapi para ulama bersilang
pendapat mengenai jarak waktu antara tahun gajah denga waktu kelahiran beliau.
Diantara ulama ada yang berpendapat bahwa beliau dilahirkan 3 tahun selepas tahun
Gajah, ada yang mengatakan 2 tahun 6 bulan, ada yang berpendapat 2 tahun beberapa
bulan tanpa menetapkan jumlah bulannya.

2
Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia di antara kaumnya.
Bahkan Abu Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari Bani Taim. Dia menjadi
orang yang mulia dan terkemuka di kaumnya. Bahkan sebelum Islam Abu Bakar
terkenal sebagai orang yang mampu menjaga diri dari perilaku-perilaku jahiliyah seperti
minum khamar, zina, dan bahkan diriwayatkan bahwa beliau termasuk orang yang tidak
pernah bersujud kepada berhala.
Dalam hal keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli nasab. Dia bahkan
menjadi rujukan dan guru para ahli nasab di zamannya seperti ‘Uqail bin Abi Thalib dan
yang lainnya.

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam


Abu Bakar termasuk orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah
bersujud kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai
dengan fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering melakukan
perjalanan jauh ke berbagai wilayah. Dalam perjalanannya inilah beliau selalu
berhubungan dengan penganut berbagai agama demi mencari agama yang paling benar
sesuai fitrah manusia. Maka banyak penulis yang sering menuliskan bahwa keimanan
Abu Bakar lahir dari perjalanan perncariannya terhadap agama yang lurus sesuai fitrah.
a. Sampainya Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang sangat dekat dan memiliki hubungan yang
kuat dengan Rasulullah Muhammad Saw di masa jahiliyah. Maka ketika Rasulullah
mengajaknya kepada Islam Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang langsung
menerima Islam tanpa sedikitpun keraguan. Adapun kisah keislaman beliau adalah
sebagai berikut:
 Kemudian Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya bertanya: “Apakah
benar yang dikatakan oleh kaum Quraisy wahai Muhammad? Bahwa engkau telah
meninggalkan tuhan-tuhan kami, membodohkan akal kami, dan mengkafirkan orang tua
kami?” Rasulullah menjawab: “Benar, sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-
Nya, Allah mengutusku untuk menyampaikan risalahNya dan mengajakmu menuju
Allah swt dengan benar. Demi Allah swt ini adalah risalah yang benar. Aku
mengajakmu wahai Abu Bakar kepada Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan
janganlah engkau menyembah selainNya dan agar selalu setia dalam ketaatan kepada-
Nya. Kemudian rasul membacakan Al-Quran dan Abu Bakar tidak  mengakui dan tidak
pula mengingkari. Kemudian dia masuk Islam dan mengingkari berhala dan mengakui
kebenaran Islam. Dan Abu Bakar pun pulang dalam keadaan sebagai seorang mukmin.

b. Perannya setelah masuk Islam


Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi orang yang sangat
besar peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam. Banyak dari sahabat-
sahabat besar yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ash Shiddiq. Diantaranya adalah
Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash,

3
Utsman bin Math’un, Abi Ubaidah bin Jarah, Abi salamah bin Abdul Asad, Al Arqam
ibnu Abi’l Arqam. Abu Bakar juga mengajak keluarganya untuk memeluk Islam.
Abu Bakar menjadi pendamping Rasulullah dalam perjalanan dakwah beliau.
Abu Bakar belajar bahwa Islam adalah amal, dakwah dan jihad. Keimanan baginya tak
hanya cukup dengan sekedar percaya belaka, namun lebih dari itu keimanan takkan
pernah sempurna sehingga seorang muslim menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada
Allah SWT
Dan Abu Bakar pun menjadi sahabat Rasulullah yang berperan sangat besar
dalam penyebaran risalah Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah
RA. Bahwa ketika umat Islam masih berjumlah 38 orang, Abu Bakar mendesak
Rasulullah agar umat Islam tidak lagi menyembunyikan keislamannya. Meski Rasul
sendiri awalnya menolak usulan ini, namun Abu Bakar terus mendesak hingga Rasul
pun menerima usulan ini. kemudian ketika berada di Masjidil Haram Abu Bakar pun
berpidato sedang Rasulullah duduk. Maka dari itu Abu Bakar adalah orang yang
pertama kali berpidato mengajak kepada Islam. Ketika itu orang-orang musyrik segera
mengeroyok beliau hingga beliau pun babak belur, tapi beruntung Bani Taim segera
datang dan menyelamatkannya dari amukan kaum musyrikin. Ketika itu bani Taim yang
melihat luka-luka Abu Bakar yang parah mengkhawatirkan kalau Abu Bakar akan
meninggal. Sehingga mereka kembali ke Masjid dan memberikan pengumuman bahwa
kalau sampai Abu Bakar meninggal maka mereka akan membunuh Uqbah bin Rabi’ah.
Saat abu bakar siuman, bani Taim pun berusaha menanyainya namun Abu Bakar
terus menanyakan bagaimana keadaan Rasulullah. Dan Ummu Khair (ibu Abu Bakar)
diminta untuk membujuknya agar mau makan. Namun ia tetap saja terus menanyakan
Nabi Muhammad Saw. karena ibunya memang tak tau menahu tentang keadaan Rasul,
maka Abu Bakar memintanya untuk menanyakannya kepada Ummu Jamil binti
Khattab. Ummu Jamil pun datang menemui Abu Bakar dan mengabarkan padanya
bahwa Rasulullah selamat, baik-baik saja dan sekarang sedang berada di Darul Arqam.
Ketika itu Abu bakar pun meminta untuk menemui Rasulullah di Darul Arqam.
Rasulullah dan kaum Muslimin menyambut hangat kedatangan beliau. Saat itulah ia
meminta agar Rasulullah mengajak ibunya untuk masuk Islam dan mendoakannya agar
bisa terselamatkan dari siksa neraka. Kemudian Rasulpun mendoakan dan mengajaknya
kepada Islam. Ummu Khair pun masuk Islam.
 Itu hanyalah salah satu contoh kecil dari ribuan kisah perjuangan Abu Bakar
dalam dakwah dan penyebaran Risalah Islam bersama Rasulullah. Masih ada banyak
lagi kisah-kisah perjuangan Abu Bakar dalam membela Islam dan Rasulullah Saw.
mulai dari sikapnya yang selalu membela dan pendamping Rasulullah dari berbagai
intimidasi dan hinaan kaum musyrikin, pengorbanan beliau dalam menginfakkan
hartanya di jalan Allah, membebaskan budak muslim dari siksaan kaum musyrik, infak
beliau dalam persiapan Jihad di jalan Allah, keberaniannya dalam berbagai pertempuran
dan peperangan, perjalanan beliau menemani Rosululah dalam hijrahnya menuju
Madinah yang penuh tantangan sekaligus hikmah dan pelajaran.

4
Keteguhan beliau dalam membela dan mendampingi Rasulullah ini menjadikan
beliau menjadi orang yang paling dekat dan dicintai oleh Rasulullah. Sehingga tak heran
ketika kabar Isra’ Mi’raj sampai kepadanya tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya
seraya mengatakan  “Jika yang mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu pasti
benar”. Tak heran ketika QS. An-Nasr turun, beliau menjadi orang pertama yang
menangis karena menyadari bahwa sahabat dekatnya akan segera meninggalkannya
menghadap sang Khaliq. Tak heran juga jika Rasulullah pun menjadikan beliau sebagai
Imam menggantikan Rasulullah saat terbaring sakit. Dan tak heran pula, jika umat islam
pun membaiat beliau menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah Saw.

C. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah


Wafatnya Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan banyak dari
kalangan shahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga banyak yang bingung
menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para Shahabat yang tertunduk lesu tak
mampu menegakkan kakinya, banyak yang lidahnya kelu tak bisa berkata-kata, bahkan
ada yang mengingkari hal ini dan bahkan ada pula yang sampai mengatakan bahwa
Rasulullah tidaklah meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui Rabbnya sebagaiman
Musa AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan Umar pun mengangkat pedangnya
dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan Rasulullah meninggal.
Bahkan Imam Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini, seraya
menjelaskan bahwa sebesar-besar musibah adalah musibah yang menimpa agama. Dan
wafatnya Rasulullah merupakan musibah besar yang menimpa agama ini.
 karena umat Islam ketika ditinggalkan oleh beliau mulai menghadapi musibah
besar yang tiada henti. Karena dengan wafatnya Rasulullah maka terputuslah wahyu,
berakhirlah kenabian, dan merupakan awal munculnya para nabi palsu, banyak umat
Islam yanng murtad, dan ini menjadi titik kemunduran pertama setelah sebelumnya
umat Islam berhasil mencapai puncaknya.

1. Pertemuan di Saqifah Bani Sa’idah


Setelah berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya
mengenai siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya.
Mengingat bahwa ini merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di
hari itu pula, berkumpullah kaum Anshar di Saqifah atau tempat pertemuan Bani
Sa’idah. Saat kaum Muhajirin mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk
mengikuti pertemuan ini.
Di dalam perjalanannya menuju Saqifah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan
bahwa mereka bertemu dengan dua orang laki-laki shalih. Dua orang ini bertanya:
“Hendak kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin?” kami menjawab: “Kami hendak
menemui saudara-saudara kami di Saqifah bani Sa’idah.”  Keduanya pun mengingatkan
agar kaum Muhajirin mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqifah ini. Namun kami
tetap bersikukuh untuk pergi kesana. Ketika sampai kami melihat seseorang yang
sedang terbaring berselimut berada dalam majelis itu. Aku (Umar) bertanya: “Siapa

5
ini?” mereka menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.” Setelah kami duduk sejenak
salah seorang dari mereka berpidato dengan menyatakan akan keutamaan kaum Anshar
yang telah menjadi penolong Rasulullah dan membawa Islam menuju kemajuan seraya
mengingatkan agar kaum Muhajirin tidak mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah
khilafah. Saat itu aku telah menyiapkan kata-kata yang menurutku paling indah untuk
aku sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegahku dan dia menyampaikan kata-
kata yang jauh lebih indah dari yang hendak kusampaikan. Kemudian ia
menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam perkara ini. Maka Kaum
Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu Bakar selesai berpidato dalam saqifah Bani Sa’idah dia pun
mengajukan Umar dan Abu Ubaidah sebagai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan
membenci hal itu. Umar juga mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu
tidaklah cukup untuk dibandingkan jika dia harus menjadi pemimpin dimana Abu Bakar
ada di dalam kaum tersebut. Maka ketika itu Umar pun membai’at Abu Bakar dan kaum
Muhajirin pun mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.
2.      Bai’at ‘Ammah terhadap Abu Bakar
Setelah Abu Bakar mendapat bai’at dalam pertemuan di saqifah Bani Sa’idah, di
hari berikutnya umat Islam pun melaksanakan bai’at Ammah terhadap Abu Bakar.
Dalam riwayat dari Annas bin Malik ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang
Abu Bakar duduk,  dia berpidato seraya menyebutkan keutamaan Abu bakar yang telah
menjadi orang terdekat Rasulullah, yang menemani beliau dalam gua, yang
menggantikan beliau sebagai iman saat beliau sakit. Kemudian Umar pun meminta agar
kaum muslimin untuk membai’at Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam. Saat itulah
kaum muslimin membai’at Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun ganti berpidato di
hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah seluruh umat Islam dalam
kepemimpinan Abu Bakar.

D. Permasalahan dan Langkah-Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq


1. Kebijakan dalam Urusan Keagamaan
Ada beberapa kebijakan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama
antara lain :
a. Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan
zakat
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari
ummat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan
tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang
tidak mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti
Musailamah Al Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al
Aswad al Ansi dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa
pemberontakan dari beberapa kabilah.
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-
Shiddiq membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap

6
pemimpin pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas
daerah yang ditentukan.  Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak
berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak
membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau
unta kecuali untuk dimakan.
Adapun sebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1) Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang
mengaku sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan
dai al-Battah, suatu daerah di Arab tengah.
2) Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab
seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah
bani Hanifah yang terletak dipesisir timur Arab (Yamamah).
3) Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan
cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung
menuju pusat wilayah Yamamah.
4) Muhajir bin Umayyah diutus untuk  menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-
Ansi (orang yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia
harus menuju Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais
bin Maksyuh di Jazirah Arab selatan.
5) Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba
yang terletak diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin
mereka mengaku Nabi.
6) Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah
Muhrah dan Oman yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka
membangkang terhadap Islam dibawa pemimpinan Abu Bakar.
7) Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang
terletak sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap
pimpinan Abu Bakar.
8) Al-Alla’ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang
yang murtad dari Islam.
9) Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak
di barat laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan
Islam.
10) Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang
ada diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga
menunjukkan pembangkangan terhadap Islam.
11) Ma’an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal
dari suku Salim dan Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap
kepemimpinan Islam.

Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke
Dzil Qishshah, tetapi Ali Radhiyallahu ‘anhu bersikeras untuk mencegah seraya berkata,

7
“Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu
dan senangkanlah kami dengan dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami
musibah karena kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi
sepeninggalanmu.”
Abu Bakar kemudian kembali. Allah memberikan dukungan kepada kaum
Muslimin dalam pertempuran ini sehingga berhasil menumpas kemurtadan,
memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah dan memaksa semua kabilah untuk
membayar zakat.
b. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas.
Karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas
jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-
Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu
“kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn
Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa
pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.
c. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari
segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri
dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan
Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid,
selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang
Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah,
sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul terdekat.

E. Kemajuan Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar


1. Penyebaran dan Kekuasaan Islam
Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus
dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam,
yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan
jazirah Arabiah, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri.
Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang
dinilai dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua
kerajaan itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam
untuk memerangi orang-orang persia dan Romawi, karena sikap mereka sangat
membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat
perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi.
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan
Muharram tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan
pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan

8
Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang
sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna.
Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah
yang terletak di pantai teluk Persia, segera diserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-
porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil
artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan
membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang
panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah ditentukan. Perjuangan tentara-
tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru tuntas pada masa
ke khalifaan Umar bin khathab.
2. Peradaban Islam
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja
besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-
Qur’an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk
menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaum
muslimin. Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an
setelah Syahidnya beberapa orang pengfapal Al-Qur’an pada perang Yamamah.
Umarlah yang mengusulkan pertama kalinya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-
Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada prak  pemerintahan Abu Bakar
terbagi pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat,
infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang
dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai
sumber pendapatan baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber
pendapatan negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai
negara, dan kepada rakyat yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-
Qur’an.
b. pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah sukses
kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya.
Ada beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah.
Faktor utama adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat
menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang  nyaris menyulut umat Islam kejurang
perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.
Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :
a. Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan musyawarah. Ia lebih
dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui
tokoh-tokoh kaum muslimin.
b. Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya,
melainkan memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat

9
dihati masyarakat serta disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang
dimilikinya.
c. Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan
baik dalam suatu bai’at umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan
kaum muslimin.

Wafat Abu Bakar


Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di kota Madinah karena sakit
yang dideritanya pada usia 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah
di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang pintu perpecahan. Abu
Bakar yang saat itu berada dalam pihak yang benar, ketika melihat kondisi yang cukup
tegang, beliau berhasil menarik hati kaum Anshar dan mengawali pidatonya dengan
melunakkan hati Anshar. Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran akan hadits
tentang siapa yang berhak dalam urusan kekhalifahan ini.
Kita semua tentu menyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar. Namun
dalam dakwah, Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa kebenaran haruslah
disampaikan dengan cara yang benar sehingga tidak malah menimbulkan perpecahan
yang justru merugikan. Begitulah kebenaran yang disampaikan dengan jalan yang tidak
benar akan sulit untuk membuahkan kebaikan.
Pemerintahan Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya yang
sempurna, mencakup kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan sangat
menakjubkan. Kita sudah melihat betapa tingginya kesadaran Abu Bakar terhadap
prinsip-prinsip yang berpedoman pada Al-Qur'an sehingga ia dapat memastikan untuk
menanamkan pada dirinya batas antara kebenaran untuk kebenaran dengan kebohongan
untuk kebenaran.
Prinsip-prinsip dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong kaum
Muslimin memerangi orang-orang yang ingin menghancurkan Islam seperti halnya
orang-orang murtad, orang-orang yang enggan membayar zakat, dan orang-orang yang
mengaku dirinya sebagai nabi. Oleh karena itu Abu Bakar melaksanakan perang Riddah
untuk menyelamatkan Islam dari kehancuran.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31645723/Biografi_Abu_Bakar_As-
Sidiq._Strategi_dakwah_abu_bakr_ash-shiddiq
https://munmakalah.blogspot.com/2017/02/makalah-tentang-masa-abu-bakar-as-
siddiq.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq

12

Anda mungkin juga menyukai