Anda di halaman 1dari 4

Dunia Nabi ~ Utsman bin Affan adalah seorang sahabat yang sangat menyayangi Allah SWT

dan Rasulullah. Hal ini terlihat dari ketaatannya menjalankan perintah Allah SWT. Ia
menggunakan malam hari untuk membaca Al-Quran, berdzikir, dan shalat malam. Tidak
hanya dalam beribadah, Ustman juga banyak melakukan amal saleh untuk kemaslahatan
umat. Ustman berasal dari keluarga yang kaya raya silsilah Bani Umayyah.

Ustman dikenal sebagai orang yang berakhlak mulia dan berpendidikan tinggi. Kelebihankelebihan pada diri Ustman tidak membuatnya sombong dan bersikap merendahkan orang
lain. Setelah menginjak dewasa, Ustamn menjadi saudagar yang sukses. Dengan usahanya
tersebut, Ustamn memiliki harta yang banyak. Sekalipun demikian, Ustman bukan seorang
saudagar yang menumpuk harta tanpa memberikan sedekah. Ia banyak menyedekahkan harta
untuk fakir miskin. Ia juga hidup sederhana. Ustman pernah menjamu banyak orang dengan
hidangan yang lezat dan terlihat mewah, padahal dirumahnya ia hanya makan roti dengan
minyak.
Pada masa Rasulullah masih hidup, pernah terjadi kekeringan yang menyebabkan sumur
kaum muslim menjadi kering. Umat islam pun menjadi kekurangan air. Ketika itu, sebuah
sumur milik orang Yahudi masih terdapat air. Kemudian, Rasulullah berkata, Siapakah yang
mau membeli sumur milik orang Yahudi itu ? Allah menyediakan surga bagi orang yang
melakukannya. Saat itu pula, Ustman berseru, Ya Rasulullah, aku bersedia membeli sumur
itu. Dengan demikian, kaum muslim dapat memanfaatkan air yang ada di telaga itu. Kisah
kedermawanan Ustman juga terjadi pada masa pemerintahan Abu Bakar ra. Ketika itu,
penduduk Madinah pernah mengalami kelaparan karena terjadinya kekeringan yang panjang.
Mereka mengadu kepada Khalifah mengenai nasib mereka. Khalifah Abu Bakar meminta
mereka
bersabar
dan
berharap
Allah
segera
memberikan
kemudahan.
Pada pagi hari, kafilah niaga Ustman bin Affan datang ke Madinah dengan membawa seribu
unta. Unta-unta itu memuat bahan-bahan makanan yang dibutuhkan oleh penduduk Madinah.
Para pedagang pun menemui Ustman bin Affan. Ustman menanyakan keuntungan yang akan
diberikan oleh para pedagang kepadanya. Salah seorang pedagang menjawab bahwa harga
barang satu dirham dibeli dengan harga dua dirham. Namun, Ustman menolaknya. Pedagang
yang lain menawarkan harga yang lebih tinggi. Ustman tetap menolaknya. Para pedagang
terus memberikan tawaran yang tinggi hingga harga menjadi berlipat-lipat. Para pedagang
berkata, Tidak ada pedagang yang memiliki kemampuan membeli seperti kami. Siapakah
pedagang yang member keuntungan lebih besar dari pada kami ? Ustman berkata, Allah
mampu mmeberikan keuntungan berpuluh kali lipat. Ternyata, Ustman bermaksud

mmeberikan barang daganganya bagi penduduk miskin di Madinah sebagai sedekah. Pada
hari itu, kebutuhan seluruh fakir miskin di Madinah tercukupi.

Ustman Bin Affan Atau Dzun Nurain


Ustman bin Affan mendapat julukan Dzun Nurain yang artinya memiliki dua cahaya. Hal itu
dikarenakan Ustman menikah dengan dua putrid Rasulullah. Keduanya adalah Ruqayah dan
Ummu Kultsum. Pada awalnya, Ustman bin Affan menikah dengan Ruqayah. Ketika itu,
Ruqayah telah bercerai dengan Utbah yang merupakan anak Abu Lahab. Perceraian antara
Ruqayah dan Utbah merupakan desakan dari Abu Lahab dan isterinya.
Hal ini mereka lakukan untuk menghina atau merendahkan keluarga Rasulullah SAW. Setelah
perceraian itu, Rasulullah menikahkan Ruqayah dengan Ustman yang berakhlak mulia. Saat
di Madinah, Ruqayah sakit parah dan akhirnya meninggal. Ustman pun sangat sedih
ditinggalkan oleh isteri yang sangat dicintainya. Selama Ruqayah sakit, Ustman merawat
Ruqayah dengan sabar dan penuh kasih sayang. Kebetulan saat itu, Rasulullah menyeru umat
Islam untuk berjihad memerangi musuh Allah. Ustman dihadapkan oleh dua pilihan yang
sulit. Ia berkeinginan untuk ikut serta berjihad. Namun, ia tidak tega meninggalkan isterinya
yang sedang sakit parah. Akhirnya, Rasulullah mengizinkan Ustamn tidak ikut berperang. Ia
tetap mengurus Ruqayah dan menemaninya hingga ia wafat. Setelah itu, Rasulullah
menikahkan Ustamn dengan adik Ruqayah, Ummu Kultsum. Pernikahan Ustman dan Ummu
Kultsum tidak berlangsung lama karena Ummu Kultsum juga meninggal.

Masa Kekhalifahan Ustman Bin Affan


Pada suatu masa, ketika Utsman bin Affan telah diangkat menjadi Khalifah ketiga
menggantikan Umar bin Khattab yang terbunuh. Sebelum wafat, Umar telah menunjuk enam
orang sahabat. Hasil musyawarah itu menunjuk Ustman bin Affan sebagai Khalifah. Pada
masa kekhalifahannya, ajaran Islam telah tersebar luas. Ketika itu, ajaran Nabi Muhammad
telah menyebar ke wilayah Kaukasus, Afrika, Sind (di Asia Selatan dan Pulau-pulau di sekitar
Laut Mediterania). Pada saat menjabat sebagai Khalifah, Ustman juga melakukan perluasan
Masjid Nabawi. Perluasan itu adalah yang pertama kali dilakukan. Ustman sendiri
mengeluarkan dana sebesar 20.000 dirham untuk memperluas Masjid tersebut. Perluasan
masjid itu dilakukan karena masjid sudah tidak dapat menampung jamaah yang
melaksanakan shalat. Inilah beberapa keutamaan pada masa pemerintahan Khalifah Ustman
Bin Affan.

Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Utsman Bin Affan


Pada suatu ketika, Hudzaifah bin Al-Yaman pulang dari perang di Armenia. Saat itu, ia
merasa harus secepatnya menemui Ustman. Saat berhadapan dengan Ustman, Hudzaifah
menyatakan kekhawatirannya tentang perbedaan cara membaca Al-Quran di kalangan umat
di beberapa wilayah. Hudzaifah pernah mendapati umat muslim membaca Al-Quran
disesuaikan dengan logat masing-masing wilayahnya. Hal itu menyebabkan perselisihan di
antara mereka. Setelah mendapat laporan demikian, Ustman memutuskan untuk melakukan
pengumpulan Al-Quran. Kebijakan Ustman itu didukung para sahabat. Ustman
memerintahkan untuk menyalin lembaran-lembaran Al-Quran dalam satu mushaf. Selain
mengumpulkan dan menyalinnya, susunan surat-surat juga ditertibkan. Bahasa dalam AlQuran juga diturunkan dengan bahasa Quraisy. Dengan demikian, Al-Quran hanya dibaca

dengan satu logat saja. Setelah itu, salinan Al-Quran yang telah diperbanyak disebarkan ke
wilayah-wilayah kekuasaan Islam.

Fitnah Terhadap Ustman Bin Affan


Tokoh utama yang mengakibatkan timbulnya fitnah terhadap Ustman bin Affan adalah
Abdullah bin Saba. Abdullah bin Saba adalah orang Yahudi yang berpura-berpura memeluk
agama Islam. Abdullah bin Saba dan pengikutnya bermaksud untuk menghancurkan Islam.
Oleh karena itu, mereka menyebarkan fitnah keji terhadap Ustman. Ketika itu, penganut
agama Islam berkembang pesat. Namun, di antara pemeluk agama Islam itu masih banyak
yang belum memahami ajaran Islam dengan baik. Mereka tidak memiliki ilmu yang cukup,
fanatic terhadap suatu pendapat, dan berlebih-lebihan dalam menjalankan ajaran islam.
Orang-orang seperti ini termakan oleh hasutan Abdullah bin Saba dan pengikutnya. Abdullah
bin Saba menyebarkan beberapa fitnah keji terhadap Ustman bin Affan. Melalui fitnah-fitnah
itu, Abdullah berhasil mengajak orang-orang muslim untuk melakukan tindakan makar
terhadap
pemerintahan
Ustman
bin
Affan.
Fitnah itu adalah berupa tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Ustman dituduh lebih
mengutamakan keluarganya karena ia mengganti sahabat-sahabat dengan saudara-saudaranya
yang jelas-jelas kualitasnya lebih rendah. Sebenarnya, pengangkatan saudara-saudaranya itu
dilakukan karena pertimbangan keahlian dan pengabdian mereka, bukan karena hubungan
saudara. Selain itu, terdapat fakta-fakta yang dapat digunakan sebagai bantahan. Misalnya,
Rasulullah SAW pernah mengangkat Usamah bin Zaid, padahal ketika itu ada Abu Bakar dan
Umar bin Khattab yang lebih senior. Bahkan sejak dahulu, Rasulullah mengangkat Bani
Umayyah sebagai pejabat-pejabat penting dalam pemerintahan. Ali bin Abu Thalib juga
mengangkat Abbas dan anaknya sendiri sebagai Gubernur di suatu wilayah. Ustman berkata,
Aku tidak mengangkat seorang pun, kecuali Rasulullah pernah mengangkatnya.
Ustman juga difitnah telah banyak member harta kepada kerabatnya. Sebenarnya, Ustman
sedang melaksanakan perintah Allah dalam Surat Al-Isra ayat 26, Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Terhadap
fitnah tersebut, Ustman berkata, Sesungguhnya kedua pendahuluku (Abu Bakar dan Umar
bin Khattab) telah bersikap keras kepada dirinya dan keluarganya, padahal Rasulullah SAW
selalu memberikan sedekah yang banyak terhadap keluarga dekatnya. Aku berada di tengahtengah keluarga yang serba kekurangan. Oleh karena itu, mereka adalah tanggung jawabku.
Akibat fitnah-fitnah itu, orang-orang mengepung rumah Ustman. Mereka menuntut agar
gubernur-gubernur diganti. Ustman hanya mengganti gubernur Mesir. Sesuai dengan
permintaan mereka, gubernur Mesir, Abdullah bin Saad diganti oleh Muhammad bin Abu
Bakar.
Setelah itu, mereka kembali ke wilayah tempat tinggal masing-masing. Namun, orang-orang
munafik itu tidak tinggal diam. Di tengah perjalanan pulang, mereka bertemu dengan
seseorang yang membawa surat dari Ustman bin Affan. Isi surat itu adalah perintah Ustman
bin Affan kepada Abdullah bin Saad untuk membunuh Muhammad bin Abu Bakar. Orangorang itu menjadi murka dan kembali ke rumah Ustman di Madinah. Beberapa di antara
mereka menghadap Ustman bin Affan. Ketika diperlihatkan surat itu, Ustman bersumpah
demi Allah bahwa dirinya tidak menulis surat itu. Setelah diperiksa, penulis surat itu adalah
Marwan bin Hakam. Kali ini, mereka menuntut dua hal. Pertama, Ustman harus menghukum
Marwan bin Hakam dengan hukuman qishas, yaitu hukuman mati bagi orang yang telah

membunuh orang lain. Kedua, Ustman harus meletakkan jabatannya sebagai Khalifah.
Tuntutan pertama ditolaj oleh Ustman dengan alasan Marwan baru merencanakan membunuh
dan belum melaksanakan rencana itu. Tuntutan kedua juga ditolak oleh Ustman. Ia
menolaknya sesuai dengan pesan Rasulullah, Bahsawanya engkau Ustman akan
mengenakan baju kebesaran (kekuasaan). Apabila engkau telah mengenakan baju itu,
janganlah engkau lepaskan. Penolakan tuntutan itu membuat orang-orang melanjutkan
pengepungan terhadap Ustman bin Affan hingga empat puluh hari. Ketika itu, Ustman dijaga
oleh sahabat-sahabatnya, seperti Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin
Thalhah, Hasan dan Husein. Dalam keadaan terkepung, Ustman yang lembut tetap bersabar.
Suatu ketika, beberapa pengepungan berhasil masuk ke rumah Ustman. Mereka membunuh
Ustman yang sedang membaca Al-Quran. Akhirnya, Ustman yang lemah lembut, dermawan,
calon penghuni surga dan pemilik dua cahaya itu mati syahid
posted by Anggo Putra

Anda mungkin juga menyukai