Jadi, Tsamud adalah keturunan Ad. Tsamud ini kemudian beranak pinak, bercucu banyak sehingga
terbentuklah suatu kaum atau suku yang disebut kaum Tsamud. Sedangkan, Shaleh adalah anak dari
Abid, keturunan Tsamud.
Kaum Tsamud menghuni daerah Hadramaut, yakni daratan antara Yaman dan Syam (Syria). Kaum
Tsamud ini mempunyai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan dalam bercocok tanam dan
beternak. Dengan keahlian itu, mereka hidup makmur di Hadramaut. Semua itu adalah karunia Allah
yang diberikan kepada mereka.
Tidak hanya itu, mereka pun diberi kekuatan fisik yang tangguh. Mereka sanggup mengukir gunung-
gunung untuk dijadikan pemandangan indah. Mereka membangun gedung-gedung tinggi. Mereka
juga membuat rumah-rumah di tebing-tebing gunung yang dilubangi dan dipahat.
Namun, kaum Tsamud tidak mengenal tuhan. Berhala yang mereka buat sendirilah yang mereka
jadikan tuhan. Hukum yang berlaku pun hukum rimba. Hukum yang bertentangan dengan
kemanusiaan. Gaya hidup mereka menyimpang jauh dari kebenaran dan kemanusiaan. Orang-orang
kaya hidup berfoya-foya, bermabuk-mabukan, berzina, dan lain-lain. Perampokan terjadi disana-sini.
Penganiayaan dan perbuatan zalim dapat dijumpai setiap hari. Orang yang lemah menjadi budak dan
diperlakukan tidak manusiawi.
Kemudian, Allah mengutus Shaleh kepada kaum Tsamud. Nabi Shaleh berkata, "Wahai Saudaraku,
kaum Tsamud, kebiasaanmu menyembah berhala itu sangat keliru. Sesungguhnya, Tuhan yang wajib
kalian sembah adalah Allah."
"Hai Shaleh! Siapakah Allah itu?" tanya salah seorang dari mereka.
"Dia adalah Tuhan sekalian manusia, sekalian makhluk. Dialah yang berkuasa atas segala-galanya.
Dialah tempat meminta ampunan, tempat memohon pertolongan dari kesulitan," kata Nabi Shaleh
menjelaskan.
"Coba tunjukkan dimana Tuhanmu itu. Bagaimana wujudnya, apakah sama dengan tuhan-tuhan
kami?"
"Masya Allah, kalian sungguh keterlaluan. Kalian tidak akan mampu melihat wujud Allah," jawab Nabi
Shaleh.
"Pembual! Omong kosong kau, hai Shaleh. Aku tidak memercayai omonganmu sedikit pun sebelum
kau menunjukkan bukti, mukjizatmu kepada kami. Tunjukkanlah bukti-bukti kehebatanmu sebagai
nabi utusan Tuhanmu itu! Baru kami akan memercayai dan mengikutimu!" kata orang-orang Tsamud.
Dialog ini diterangkan di dalam Al Quran Surah Huud (11):61-62.
Kaum Tsamud tidak menghiraukan perkataan Nabi Shaleh. Mereka bahkan menganggap Nabi
Shaleh gila, terkena sihir atau kerasukan setan sehingga omongannya ngawur. Mereka hanya akan
percaya bila Nabi Shaleh bisa menunjukkan tanda-tanda kenabiannya. Maka, Nabi Shaleh pun
memohon kepada Allah untuk memberikan mukjizat.
Saat itu pula Allah memerintahkan Nabi Shaleh untuk memukulkan tangannya ke atas permukaan
batu yang ada di depannya. Setelah Nabi Shaleh melakukannya, muncullah unta yang gemuk, besar,
dan bagus. Tentu saja, kandungan susunya banyak. Orang-orang Tsamud terperanjat semuanya.
Saking herannya, mereka bergumam bagaikan suara lebah.
Nabi Shaleh lalu berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, inilah tanda bahwa aku adalah Nabi
pesuruh Allah. Sembahlah Allah, dan tinggalkanlah berhala-berhala itu. Kalian jangan mengganggu
unta ajaib ini. Binatang ini perlu minum sebagaimana kalian minum. Jika kalian menginginkan
susunya, silakan memerahnya!" kata Nabi Shaleh menerangkan. Kisah tentang unta ajaib ini ada di
dalam Al Quran Surah Asy-Syu'araa' 26:155-159.
Sejak awal, Nabi Shaleh telah memperingatkan kaum Tsamud. Mereka dilarang mengganggu unta
itu, apalagi membunuhnya. Sebab, unta itu bukan sembarang unta, melainkan mukjizat dari Allah.
Jika sampai ada yang membunuhnya, dikhawatirkan Allah akan murka.
Sejak itulah, sang unta berkeliaran. Ia berpindah-pindah tempat kemana pun ia suka. Setiap hari,
orang-orang antre untuk mendapatkan susunya. Anehnya, susu itu keluar terus walaupun banyak
orang yang memerahnya.
Pembunuhan Unta
Dengan hadirnya unta itu, sebagian dari mereka merasa senang. Hal ini karena mereka bisa
mendapatkan susu setiap hari. Namun demikian, diam-diam ternyata ada beberapa orang yang
sangat tidak menyukai kehadiran unta ajaib itu. Mereka adalah orang-orang yang sudah sejak lama
tidak menyukai Nabi Shaleh.
Pada suatu malam, mereka berunding untuk membunuh unta tersebut. Mereka khawatir jika unta itu
dibiarkan terus hidup, akan semakin banyak orang yang beriman dan mengikuti nabi Shaleh.
Akhirnya, para pemimpin orang-orang kafir sepakat untuk melenyapkan unta Nabi Shaleh. Kemudian,
mereka menunjuk seorang pemuda berbadan kekar untuk melaksanakan tugas itu.
Setelah mengetahui untanya disembelih, Nabi Shaleh marah bukan main. Ia segera menuju telaga.
Sesampainya disana, Nabi Shaleh berkata, "Wahai kaumku! Siapakah yang berani-beraninya
membunuh unta ajaib itu?"
Pemuda yang membunuh unta itu berkata, "Akibat untamu itu, telaga menjadi kotor. Orang-orang
tergila-gila pada air susunya. Kamilah yang membinasakannya."
"Apakah engkau tidak ingat? Aku telah memperingatkan, jangan sekali-kali kalian mengganggu unta
itu. Apalagi sampai membunuhnya. Bila kalian melakukannya, berarti kalian siap menerima azab dari
Allah," kata Nabi Shaleh.
"Mana mungkin Tuhanmu bisa mengirim azab. Buktikan! Kami ingin tahu dan merasakan!" tantang
mereka.
Kehancuran Kaum Tsamud
Setelah tantangan kaum Tsamud itu, Nabi Shaleh memberi tahu bahwa azab akan datang tiga hari
lagi. Hal ini dijelaskan Allah dalam Surah Huud (11):65, "Mereka membunuh unta itu. Maka
berkatalah Nabi Shaleh, "Bersukarialah kamu sekalian di rumah selama tiga hari. Itu adalah janji yang
tidak dapat didustakan."
Pada hari pertama setelah pembunuhan unta, masih terasa biasa-biasa saja. Hari kedua pun sama.
Akhirnya, pada hari ketiga, janji Allah datang. Langit menjadi gelap. Orang-orang mulai panik.
Sementara Nabi Shaleh dan pengikutnya, orang-orang beriman sudah pergi menyelamatkan diri.
Petir pun menyambar orang-orang kafir.
Al Quran mengatakan, "Maka mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhanny, lalu mereka di
sambar petir sedang mereka melihatnya." (QS. Adz-Dzaariyaat (51):44).
Mereka juga diguncang gempa. Mereka pun mati di dalam rumah mereka. Allah berfirman, "Karena
itu mereka ditimpa gempa. Karena itu, jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat
tinggal mereka." (QS. Al-A'raaf[7]:78).
Sumber : Google
Shaleh
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Bagian dari seri tentang
Islam
Iman[tampilkan]
Ritual[tampilkan]
Teks dan hukum[tampilkan]
Sejarah dan pemimpin[tampilkan]
Mazhab[tampilkan]
Budaya dan masyarakat[tampilkan]
Topik terkait[tampilkan]
Portal Islam
l
b
s
Untuk Nabi yang sama dari sudut pandang Agama Yahudi & Kristen, lihat Selah.
Shālih (bahasa Arab: صالح, Al Kitab: Shelah) (sekitar 2150-2080 SM) adalah salah
seorang nabi dan rasul dalam agama Islam yang diutus kepada Kaum Tsamūd. Ia diangkat
menjadi nabi pada tahun 2100 SM. Dia telah diberikan mukjizat yaitu seekor unta betina yang
dikeluarkan dari celah batu dengan izin Allah yakni bagi menunjukkan kebesaran Allah kepada
kaum Tsamud. Malangnya kaum Tsamud masih mengingkari ajaran Shaleh, mereka membunuh
unta betina tersebut. Akhirnya kaum Tsamud dibalas dengan azab yang amat dahsyat yaitu
dengan satu tempikan dari Malaikat Jibril yang menyebabkan tubuh mereka hancur berai.
Daftar isi
1Etimologi
2Genealogi
3Kisah Shaleh
o 3.1Dakwah kepada kaum Tsamud
o 3.2Mukjizat Saleh
o 3.3Unta Nabi Saleh dibunuh
o 3.4Turunnya azab Allah yang dijanjikan
4Kisah Saleh dalam al-Quran
5Pengajaran dari kisah Nabi Saleh
6Kesamaan dengan kisah Injil
7Lihat pula
8Pranala luar
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Nama Shaleh kemungkinan besar berasal dari sejarah Petra Se'lah yang berarti "batu"
dalam bahasa Ibrani, yang lain meyakini bahwa namanya berasal dari bahasa Arab, sali'h yang
berarti "orang baik".
Genealogi[sunting | sunting sumber]
Salleh bin Ubaid bin 'Ashif bin Masih bin 'Abid bin Hazir bin Samud bin Amir bin Irim bin Syam
bin Nuh. Saleh merupakan anak tertua dan memiliki dua orang adik yang bernama Aanar dan
Ashkol.
— Al-A'raf 7:73-79
Ketidak jelasan dalam hipotesis periode waktu dan kesamaan dari nama, telah membuat orang
memiliki opini bahwa Shaleh adalah seorang nabi yang bernama Shelah dalam Injil; Sedangkan
kontroversinya adalah sejak tidak adanya kesamaan kisah di antara kisah Shaleh di Al Qur'an
dan kisah Shelah di Injil.
Banyak cendekiawan muslim menyamakan kisah kaum Tsamud dengan sejarah Petra, sesuai
dengan kisah mereka yang hidup di dalam batu-batuan cadas untuk dijadikan tempat tinggal.
https://id.wikipedia.org/wiki/Shaleh