Anda di halaman 1dari 4

Perbandingan dan Pembelajaran

Perbandingan

Dalam Al Quran, banyak sekali diceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang telah
dibinasakan oleh Allah karena mereka mengingkari utusan-Nya dan melakukan berbagai
penyimpangan yang telah dilarang. Dosa yang mereka lakukan sudah sedemikian kelam.
Sekalipun bangsa-bangsa tersebut dalam kategori/deretan bangsa yang kuat dan maju (secara
pisik), ditandai dengan income yang surplus, memiliki teknologi yang sangat canggih.

Sebagian dari perdaban manusia ini ada yang masih bisa ditemukan oleh ilmu
pengetahuan modern, namun ada pula tak ditemukan jejaknya terutama karena sudah ribuan
tahun lampau telah hancur. Hanya kitab suci yang menceritakannya. Dalam pembahasan kali
ini berfokus pada perbandingan isu-isu sentral diantara kaum-kaum yang termaktub dalam
QS. At Taubah 70, QS. Ibrahim 9 dan QS Al Ankabut 38.

1. Kaum Nuh

Pertama kaum yang dibinasakan secara massaladalah adalah kaum Nabi Nuh
Alaihissallam. Nabi Nuh berdakwah selama satu melenium lebih (950 tahun), namun yang
beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh..
Allah Subhanahu wa ta'ala membinasakan mereka dengan mendatangkan banjir besar yang
menenggelamkan. Mereka adalah kaum yang durhaka dan tidak mau mendengar seruan Nabi
Nuh Alaihissallam.

Banjir besar pertama dan terdahsyat di dunia terjadi pada zaman Nabi Nuh alaihisalam.
Banjir besar itu terjadi pada hari Jumat dan berlangsung selama enam bulan. Azab yang
ditimpakan kepada umat Nabi Nuh itu karena mereka membangkang seruan nabinya untuk
beriman kepada Allah. Kisah tersebut diabadikan dalam Alquran. Nabi Nuh yang jengah
dengan ulah kaumnya kemudian mengadukan masalah yang dihadapinya kepada Allah SWT
sebagaimana yang termaktub dalam Alquran.

2. Kaum Hud

Nabi Hud merupakan keturunan Nabi Nuh AS melalui Sam bin Nuh. Nabi Hud diutus
Allah SWT untuk berdakwah kepada kaum Ad di al-Ahqaf, daerah Yaman antara Aman dan
Hadramaut. Allah SWT memberi karunia yang lebih kepada kaum Ad. Para pria kaum Ad
memliliki postur tubuh yang tinggi dan tegap. Mereka juga hidup dengan bermewah-mewah
hingga dapat membangun benteng dan istana yang besar.
Tanah tempat tinggal mereka pun subur dengan sumber air yang mengalir dari segala
penjuru. Singkatnya, kaum Ad hidup dengan makmur dan sejahtera.

Sayangnya, nikmat yang diberikan Allah SWT itu tak lantas membuat kaum Ad
bersyukur. Mereka menjalani hidup dengan penuh kesombongan. Bukan hanya sombong,
kaum Ad juga menyembah berhala, yaitu Shadan, Shamud, dan Hira. Azab yang diterima
kaum Nabi Nuh seolah tak ampuh untuk menyadarkan mereka akan kebesaran Allah SWT.

Karena itu, Allah mengutus Nabi Hud untuk mengembalikan kaum Ad ke jalan yang
benar. Meski demikian, ajakan dan peringatan Nabi Hud tak dihiraukan. Hingga akhirnya
Allah pun turun tangan dengan mengazab dan memusnahkan kaum Ad.

3. Kaum Tsamud

Allah menurunkan seorang nabi pada kaum Tsamud, yakni nabi Sholeh. Nabi Saleh
diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Kemudian Nabi Shalih
membuat jadual minum. Namun, kaumnya tidak mau antri dengan unta. Bahkan, mereka
membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka.

Penduduk kota Al-Hijr ini ialah kaum Tsamud. Al-Hijr tempat yang terletak di Wadi
Qura antara Madinah dan Suriaah. Yang dimaksud Rasul-rasul di sini ialah shaleh. Mestinya
di sini disebut rasul, tetapi disebut Rasul-rasul (Jama’) karena mendustakan seorang Rasul
sama dengan mendustakan semua rasul-rasul. Kemudian Allah mengazab mereka, Demikian
cepatnya mereka dihancurkan oleh guntur itu, sehingga mereka hancur lebur oleh guntur itu,
tanpa bekas, seakan-akan mereka tidak pernah ada.

4. Kaum Nabi Syuaib

Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh
Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila
membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab
mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung di tempat yang
teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa.

Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah.
Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pepohonannya sangat rimbun. Kaum ini
menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah).

5. Kaum Nabi Ibrahim


Nabi Ibrahim AS adalah nabi yang diutus oleh Allah untuk berdakwah kepada kaum
Kaldan. Kaum ini dikenal dengan penyembah berhala dengan rajanya yang angkuh, Raja
Namrud.

Abdur Razzaq meriwayatkan dari Mamar, dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Raja Namrud
menyimpan makanan pokok dan orang-orang datang kepadanya untuk makanan itu. Lalu
Namrud mengirimkan sejumlah utusannya, mengundang Nabi Ibrahim untuk makanan
tersebut. Setelah terjadi perdebatan di antara keduanya, maka Nabi Ibrahim tidak diberi
makanan itu barang sedikit pun, sebagaimana orang-orang diberi makanan; bahkan dia keluar
tanpa membawa makanan sedikit pun.

Ketika Nabi Ibrahim telah berada di dekat rumah keluarganya, ia menuju ke suatu
gundukan pasir, maka ia memenuhi kedua kantongnya dengan pasir itu, kemudian berkata,
"Aku akan menyibukkan keluargaku dari mengingatku, jika aku datang kepada mereka."
Ketika ia datang, ia langsung meletakkan pelana kendaraannya yang berisikan pasir itu dan
langsung bersandar, lalu tidur. Maka istrinya yaitu Siti Sarah bangkit menuju ke arah kedua
kantong tersebut, dan ternyata ia menjumpai keduanya dipenuhi oleh makanan yang baik.
Ketika Nabi Ibrahim terbangun dari tidurnya, ia menjumpai apa yang telah dimasak oleh
keluarganya, lalu ia bertanya, "Dari manakah kalian memperoleh semua ini?" Sarah
menjawab, "Dari orang yang engkau datang darinya." Maka Nabi Ibrahim menyadari bahwa
hal tersebut merupakan rezeki dari Allah yang dianugerahkan kepadanya.

Setelah itu Allah mengirimkan seorang malaikat kepada raja yang angkara murka itu
untuk menyerunya kepada iman. Tetapi si raja menolak, lalu malaikat itu menyerunya untuk
yang kedua kalinya dan untuk yang ketiga kalinya, tetapi si raja tetap menolak. Akhirnya
malaikat berkata, "Kumpulkanlah semua kekuatanmu dan aku pun akan mengumpulkan
kekuatanku pula." Maka Namrud mengumpulkan semua bala tentara dan pasukannya di saat
matahari terbit, dan Allah mengirimkan kepada mereka pasukan nyamuk yang menutupi
mereka hingga tidak dapat melihat sinar matahari. Lalu Allah menguasakan nyamuk-nyamuk
itu atas mereka. Nyamuk-nyamuk itu memakan daging dan menyedot darah mereka serta
meninggalkan mereka menjadi rulang-belulang. Salah seekor nyamuk memasuki kedua
lubang hidung si raja, lalu ia bercokol di bagian dalam hidung si raja selama empat ratus
tahun sebagai azab dari Allah untuknya. Tersebutlah bahwa Raja Namrud memukuli
kepalanya dengan palu selama masa itu hingga Allah membinasakannya dengan palu
tersebut.
Beberapa kaum yang dibinasakan oleh Allah dikarenakan mereka melakukan atau
berbuat sesuatu yang dimurkai oleh Allah. Seperti halnya kaum Adn dengan keingkaran
mereka terhadap kebenaran yang disampaikan, kaum hud dengan segala kesombongan dan
keangkuhan dan kaum-kaum yang lain yang berbuat hal-hal yang dimurkai Allah. Sehingga
Allah membinasakan serta mengazab mereka dengan azab yang pedih.

Pembelajaran

Dari beberapa kaum yang dibinasakan oleh Allah seperti dijelaskan diatas, dari
beberapa uraian diatas diperoleh beberapa trus isu yang melatarbelakangi azab Allah atas
kaum-kaum tersebut yang kemudian terdapat beberapa hikmah dan pembelajaran bagi kaum-
kaum setelahnya. Dan semua kisah yang terdapat di dalam Alquran itu sejatinya tidak hanya
menjadi cerita yang diperdengarkan kepada anak cucu kita. Melainkan menjadi pengingat dan
ibrah bagi semua orang.

Saat ini, sebagian dari sisa-sisa peradaban mereka masih dapat kita temukan dalam
bentuk puing-puing reruntuhan kota ataupun dalam rupa peninggalan yang lainnya. Namun,
tidak sedikit orang yang berkunjung ke situs-situs sejarah tersebut hanya untuk berwisata atau
sekadar mengambil foto. Padahal, sisa-sisa peradaban pada zaman lampau sengaja dihadirkan
Allah untuk memberikan pesan sekaligus menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada
manusia yang hidup pada masa sesudahnya.

Sunatullah dalam kehidupan ini, bila Allah menimpakan azab kepada para durjana,
maka orang-orang yang tidak ikut berbuat kejahatan juga akan menanggung deritanya. Cukup
kisah yang terjadi pada umat-umat terdahulu, menjadi pelajaran yang tak terlupakan. bahkan
hewan sekecil semut pun tak lepas dari Azab-Nya.

”Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS Al-
Anfal: 25)

Anda mungkin juga menyukai