Memahami pendidikan secara umum adalah upaya sadar dan pembelajaran untuk
menciptakan suasana belajar dan proses di mana siswa dapat secara aktif
mengembangkan potensi mereka untuk kekuatan spiritual, kecerdasan, karakter
mulia, pengendalian diri dan keterampilan yang diperlukan diri sendiri atau
komunitas.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya sadar dan sistematis untuk mencapai
standar hidup atau meningkatkan kemajuan. Pendidikan dapat mengembangkan
karakter melalui berbagai kegiatan, seperti menanamkan nilai-nilai,
mengembangkan karakter, nilai-nilai agama, belajar dan membangun nilai-nilai
moral, dan sebagainya.
Hakikat Pendidikan
Berikut adalah hakikat dari pendidikan:
• Sosialisasi
Jika anak-anak diharapkan untuk hidup mandiri di masyarakat, nilai-nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat harus diberikan kepada anak-anak. Siswa diminta
mempelajari norma atau nilai yang selalu ada di masyarakat.
Proses belajar nilai dan norma yang berlaku disebut sosialisasi. Institusi sosial
seperti keluarga dan sekolah memiliki fungsi memenuhi fungsi ini. Sebagai contoh,
kami ingin anak-anak kami tidak memukul anak-anak lain.
Di sekolah, guru mengajar siswa bahwa memukul teman mereka adalah kejahatan
dan dapat dijatuhi hukuman penjara. Jika siswa memahami apa yang ditransmisikan
dari guru, anak akan ragu untuk memukul orang tua bahkan jika mereka dimarahi.
• Integrasi sosial
Misalnya, fakta bahwa pencurian adalah tindak pidana yang berlaku untuk
masyarakat, sehingga pelanggar harus dihukum. Seorang anak diajarkan untuk tidak
mencuri, meskipun sebelumnya tumbuh di desa pencuri yang percaya bahwa
mencuri adalah tugas sehari-hari. Keputusan untuk berhenti adalah prasyarat untuk
mencapai integrasi sosial. Peran pendidikan adalah untuk mendukung keputusan
anak untuk berhenti mencuri.
• Penempatan sosial
• Inovasi sosial
Peran pendidikan sebagai inovasi sosial terkait dengan semua jenis penemuan baru
di berbagai bidang yang dapat memengaruhi kehidupan sosial. Kita tidak dapat
mengharapkan penemuan baru yang akan mengubah dunia, baik kecil maupun
besar, jika orang yang terlibat dalam penemuan itu tidak mengalami proses
pendidikan terlebih dahulu.
Oleh karena itu, historiografi membuat sulit untuk membedakan sejarah pendidikan
dari sejarah ketika diperiksa untuk ide-ide pendidikan (Supriatna, 2006).
Sementara dalam pendekatan sinkron yang biasa digunakan dalam ilmu sosial
lainnya, dapat dibandingkan dengan cross-section atau horizontal. Ini berarti bahwa
dengan pendekatan ini, fenomena yang dilihat sebagai suatu unit atau sistem