Anda di halaman 1dari 5

Kisah Nabi Shaleh AS, Balasan Allah terhadap Kaum Tsamud

Tak henti-hentinya ia berdakwah di jalan Allah, siang dan malam. Dengan penuh kesabaran
dan cinta, ia berusaha menunjukkan kaumnya kembali kejalan yang benar. Kaumnya
meminta bukti kenabian, lalu Allah SWT memberikannya, berupa Unta Betina yang amat
Elok. Tetapi kaumnya tetap ingkar.

Nabi Shaleh AS adalah anak Ubaid bin Jabir bin Tsamut. Kaumnya bernama “Tsamut” nama
yang dibangsakan kepada kakeknya yang bernama Tsamut bin Amir bin Iram bin Sam bin
Nuh. Jadi Nabi Saleh itu adalah keturunan Nabi Nuh AS yang keenam.

Mereka tinggal di pegunungan dan bukit-bukit yang mereka jadikan sebagai tempat tinggal,
yang terletak antara Hejaz dan Syam, di sebelah tenggara negeri Madyan.

Nabi Shaleh AS berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, yang tiada
tuhan lain bagi kalian selain Dia.” (QS. Hud: 61). Kalimat yang sama yang disampaikan oleh
para Nabi. Kalimat tersebut tidak pernah berubah, sebagaimana kebenaran juga tidak
pernah berubah.

Nabi Shaleh AS menyatakan, tuhan yang mereka sembah, yakni patung-patung dan berhala
itu, tidak memiliki nilai apa-apa. Nabi lalu melarang mereka untuk menyembahnya dan
meminta kepada kaumnya supaya hanya menyembah Allah SWT.

Rupa-rupanya seruan dan dakwah Nabi Shaleh AS itu cukup menggemparkan kaumnya.
Mereka terkejut dengan apa yang dikatakannya. Mereka tidak percaya, kenapa tiba-tiba ada
sebagian dari bangsa Tsamud yang melarang mereka menyembah berhala. Padahal
kebiasaan ini sudah berlangsung lama dan mereka mewarisinya dari nenek moyang
mereka.

Yang lebih mengagetkan mereka, kenapa yang menyampaikan berita tersebut justru
Shaleh, orang yang selama ini mereka anggap dan sangat terkenal karena kejujuran dan
kebaikannya. Kaumnya sangat menghormatinya, karena Shalih dikenal memiliki keluasan
ilmu, kematangan akal, dan kejernihan hati. Dan mereka sangat berharap kelak dia akan
bersedia menjadi pemimpin mereka.

“Hai Shalih, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang diantara kami yang kami
harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh
bapak-bapak kami? Dan sesungguhnya kami betul-betul dalam keraguan yang
menggelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami.” (QS. Hud: 62). Lebih
keras lagi sebagian pemuka kaumnya berkata, “Alangkah celakanya! Kami tidak berharap
engkau mencela tuhan-tuhan kami yang kami mendapati orangtua-orangtua kami
menyembahnya!”

Demikianlah kaum Nabi Shalih AS merasa bingung berhadapan dengan kebenaran. Mereka
heran terhadap saudara mereka, Shaleh yang mengajak mereka untuk menyembah Allah
SWT. Mengapa bisa demikian? Tiada lain, karena mereka tidak memiliki alasan dan
pemikiran yang benar. Mereka hanya beralasan bahwa kakek-nenek mereka menyembah
tuhan-tuhan berhala sebagaimana yang mereka lakukan sekarang. Mereka hanya mengikuti
secara membabi buta, alias taklid, sehingga mereka terjerumus ke dalam kekufuran dan
kesesatan.

Di tengah-tengah kekufuran kaumnya itulah, Allah mengutus seorang Nabi, yakni Nabi
Shaleh AS. Ia diutus untuk menghilangkan taklid buta itu. Sebagai gantinya, Nabi Shaleh
menyebarkan akidah Tauhid, untuk membebaskan segala pikiran dan belenggu kesesatan.
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada tuhan bagimu selain Dia.” (QS. Hud: 61).

Namun demikian, meskipun disampaikan dengan penuh ketulusan, kasih sayang dan cinta,
dakwah Nabi Shaleh AS tetap saja ditentang oleh kaumnya. Mereka meragukan dakwahnya.
Mereka mengira, Nabi Shaleh telah terkena sihir sehingga menyampaikan dakwah yang
terasa asing di telinga kaumnya.

Mendapat perlawanan dari kaumnya, Nabi Shaleh tidak putus asa, bertahun-tahun ia terus
menyampaikan ajaran-ajarannya. Ia sabar dan tabah menerima segala cobaan dari
kaumnya. Biarpun tidak banyak, Nabi Sahleh akhirnya mempunyai pengikut juga. Mereka
kebanyakan adalah orang-orang miskin.

Kisah Nabi Shaleh AS dan Unta Betina

Kenyataan tersebut membuat para pemimpin masyarakat Tsamud gusar. Mereka lalu
mencari akal, bagaimana cara mempengaruhi pengikut Nabi Shaleh itu. Mereka
menginginkan agar Nabi Shaleh tidak mempunyai pengikut sama sekali. Caranya ialah
menentang Nabi Shaleh AS untuk membuktikan kemampuannya mendatangkan mukjizat.

Menurut pendapat mereka, kalau Nabi Shaleh itu tidak dapat menunjukkan suatu Mukjizat,
tentulah pengikutnya akan menjauhinya. Para pemuka masyarakat Tsamud lalu mendatangi
Nabi Shaleh. “Hai Shaleh, kalau engkau benar-benar seorang Nabi, perlihatkanlah kepada
kami suatu Mukjizat! Kalau tidak, tentulah engkau pembohong!” kata salah seorang pemuka
masyarakat itu.

Nabi Shaleh AS memang tidak mampu mendatangkan suatu Mukjizat, akan tetapi ia yakin,
kalau itu syarat agar kaumnya mau mengikuti ajarannya, ia akan memohon kepada Allah
SWT. Ia percaya Allah SWT pasti akan mengabulkan permohonannya.

“Akan kutunjukkan kepadamu suatu Mukjizat! Tetapi dengan satu syarat, kalian semua
harus mengikutiku menyembah Allah!” kata Nabi Shaleh AS. Ia mengajukan syarat itu
kepada tokoh-tokoh masyarakatnya, syarat itu mereka setujui, ia yakin kalau pemuka-
pemuka masyarakatnya sudah bertobat dan menyembah Allah, rakyat akan mengikutinya.

Nabi Shaleh lalu berdoa sepenuh hati kepada Allah. “Ya Tuhanku! Kaumku tetap
mendustakan kenabianku. Hanya sedikit orang yang mau mendengar kata-kataku. Untuk
meyakinkan mereka, sudilah Engkau memberikan kepadaku suatu Mukjizat sebagai tanda
kebenaranku. Mudah-mudahan mereka akan mengikutiku di jalan-Mu yang lurus!”

Allah mengabulkan permohonan Nabi Shaleh AS. Seekor Unta Betina yang luar biasa
indahnya akan muncul dari puncak bukit. Unta itu gemuk, sehat dan bagus sekali. Belum
pernah ada unta seindah itu dipermukaan bumi ini. Unta itu mempunyai air susu yang tidak
habis-habisnya. Setiap orang boleh mengambil air susunya. Akan tetapi unta itu harus
dibiarkan bebas berkeliaran. Ia tidak boleh diganggu. Dan pada hari-hari tertentu unta itu
harus diberi kesempatan untuk minum sepuas-puasnya pada sumur penduduk.

Ilham yang diturunkan oleh Allah itu diberitahukannya kepada para pemuka masyarakat
Tsamud. Lalu Nabi Shaleh menyuruh mereka berkumpul di kaki sebuah bukit di pinggiran
kota Alhijir. Para pemuka masyarakat dan penduduk pun ramai berkumpul di kaki bukit itu.
Mereka semua ingin menyaksikan keajaiban yang akan diperlihatkan oleh Nabi Shaleh AS.

Setelah penduduk berkumpul semuanya, Nabi Shaleh berdoa, menadahkan tangannya ke


langit. Selesai berdoa, kilat menyambar-nyambar di puncak bukit itu. Kilat itu terang sekali,
cahayanya sangat menyilaukan. Tak lama kemudian di puncak bukit itu bergemuruh. Tanah
terguncang seperti gempa. Tiba-tiba puncak bukit itu terbelah. Bersamaan dengan itu,
seekor unta betina yang sangat indah keluar dari dalam tanah. Unta itu berdiri dengan
megahnya.

Para pemuka masyarakat dan semua yang hadir sama-sama tercengang. Unta itu lalu turun
dari atas bukit, langsung menuju sumur penduduk. Ia minum sepuas-puasnya. Benar
seperti yang dikatakan Nabi Shaleh AS, Unta itu selalu mengeluarkan air susu yang tidak
habis-habisnya.

Kepada semua penduduk, Nabi Shaleh mengatakan agar menjaga keselamatan unta itu,
lalu berseru, “Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang
menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah ia makan di bumi Allah, dan
janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun yang akan menyebabkan kamu
ditimpa azab yang dekat.” (QS. Hud: 64).

Tetapi apakah dengan Mukjizat unta itu mereka akan mengakui kebesaran Allah? Ternyata
tidak! Para pemuka masyarakat itu malah menuduh Nabi Shaleh tukang sihir. Namun
begitu, sejak peristiwa itu, pengaruh Nabi Shaleh di kalangan kaumnya makin besar. Para
pengikutnya semakin yakin akan kebenaran yang diajarkan Nabi Shaleh AS. Pengikutnya
pun makin bertambah. Sementara itu Unta yang dalam Al-Qur’an disebut Naqatullah, Unta
Allah, bebas berkeliaran. Penduduk takut mengganggunya. Mereka takut akan azab yang di
ancamkan oleh Nabi Shaleh AS.

Peristiwa tersebut sangat mencemaskan para pemuka masyarakat Tsamud. Hal itu tidak
boleh dibiarkan. Unta itu jadi perlambang kemenangan Nabi Shaleh AS, maka itu harus
segera dilenyapkan.

Kisah Nabi Shaleh AS dan Siasat Janda Cantik

Para pemuka kaum Tsamud lalu mengadakan persekongkolan. Mereka menjalankan siasat
busuk lagi hina. Seorang janda kaya raya lagi sangat cantik, bernama Shaduk binti Mahya
dijadikan sebagai umpan. Perempuan itu mengumumkan kepada penduduk bahwa ia
bersedia menyediakan dirinya kepada laki-laki manapun yang dapat membunuh unta Nabi
Shaleh itu. Ushadda bin Muharrij, seorang pemuda kekar yang sangat pemberani
menyatakan kesanggupannya membunuh unta itu. Bahkan ia mau melakukan apa saja, asal
ia dapat memperoleh janda yang kaya raya lagi molek itu.

Ada lagi seorang tua yang mempunyai beberapa gadis cantik. Di hadapan para pemuka
Tsamud ia mengatakan bahwa ia akan menyerahkan seorang gadisnya kepada Gudar bin
Salif kalau ia mau membunuh unta Nabi Shaleh AS. Gudar memang seorang pemberani.
Tentu saja ia menyanggupi karena ia ingin sekali menyunting gadis itu

Mushadda dan Gudar mencari tujuh orang teman lagi. Mereka pun lalu pergi mencari unta
itu. Kebetulan unta tersebut sedang menuju sebuah sumur. Para pembunuh itu lalu
bersembunyi dalam semak-semak. Saat unta melintas di depan mereka, Mushadda
membidikkan panahnya, paha unta itu kena. Unta itu menjerit kesakitan dan berlari, akan
tetapi Gudar dengan cepat melompat. Pedangnya ditikamkan ke perut unta itu. Unta itupun
roboh dengan pekikan yang menyedihkan. Ususnya berhamburan. Tak lama kemudian unta
itu mati.

Mushadda dan Gudar menunggu dengan hati berdebar. Apakah akan terjadi sesuatu setelah
unta itu terbunuh? Bukankah Nabi Shaleh telah menyatakan akan datang azab tuhan kalau
unta itu dibunuh?

Mereka menunggu beberapa lama, namun tidak terjadi apa-apa legalah hati mereka.
Mereka lalu kembali ke kota. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, memberitahukan
bahwa unta Nabi Shaleh telah mereka bunuh. Mereka merasa dirinya sebagai pahlawan.
Mereka disambut dan dielu-elukan oleh para pemuka masyarakat Tsamud. Pada saat itu
juga mereka mendatangi Nabi Shaleh AS.

“Hai Shaleh, kami telah membunuh untamu itu! Datangkanlah azab yang kau ancamkan
kepada kami itu! Kalau tidak, tentulah kau hanya pembohong besar! Kata mereka dengan
pongahnya.

“Aku telah bersusah payah mengajak kalian ke jalan yang benar, tetapi kalian tetap
menjadi orang yang durhaka kepada Allah. Aku sudah memperingatkan kalian agar tidak
menggnggu unta itu, karena unta itu adalah unta Allah, yang hanya mendatangkan
keuntungan bagi kalian, tetapi sekarang ia kalian bunuh. Sekarang kalian malah minta agar
azab Allah segera dijatuhkan kepada kalian. Sesungguhnya kalian memang patut
dibinasakan, karena kalian hanya membuat kerusakan dan membuat kekacauan.”

Setelah itu Nabi Shaleh menyuruh mereka pulang. “Tunggulah azab Tuhan yang akan
segera datang. Akan datang petir mengguntur dari langit. Rumah-rumah kalian akan runtuh
dan mayat kalian akan bergelimpangan di dalamnya. Akan tetapi bagi mereka yang
mengikuti menyembah Allah akan selamat. Tunggulah! Pulanglah kerumah kalian masing-
masing. Bersenang-senanglah kalian selama tiga hari, setelah itu kalian akan binasa
semuanya!”

“Hai Shaleh, mengapa mesti tiga hari? Kalau engkau memang kuasa, datangkanlah
sekarang juga! Kami ingin melihatnya segera!”

Lalu Nabi Shaleh menjawab. “Sungguh kalian ini menjadi orang yang paling durhaka di
muka bumi. Neraka jehanamlah yang pantas menjadi tempat kalian kelak. Tunggulah azab
itu pasti datang dan tidak satupun diantara kalian yang akan selamat. Tidak ada yang dapat
menolong kalian. Apalagi berhala kalian itu. Bukan aku yang mendatangkan azab, tetapi
tuhanku, Azza wa jalla!”

Penangguhan waktu tiga hari itu membuat bangsa Tsamud menjadi sangat gelisah.
Rupanya Nabi Shaleh AS bermaksud memberi kesempatan berpikir bagi kaumnya yang
durhaka itu. Namun percuma saja, mereka bukannya sadar dan bertobat, tapi malah
merencanakan untuk membunuh Nabi Shaleh AS.

Mashadda dan Gudar serta ketujuh temannya, pada malam pertama menjelang hari kedua
mendatangi rumah Nabi Shaleh AS. Mereka berikrar akan membunuhnya malam itu. Akan
tetapi Allah melindungi utusan-Nya. Batu-batu besar berjatuhan dari langit menimpa kepala
mereka satu persatu. Mereka bersembilan mati saat itu juga.

Nabi Shaleh akhirnya memutuskan tidak ada lagi gunanya tinggal bersama orang-orang
durhaka itu. Sehari sebelum turunnya azab, berangkatlah Nabi shaleh AS bersama
pengikutnya meningglkan Alhijir, negeri mereka, menuju tanah Palestina. Tatkala Nabi
Shaleh dan pengikutnya sudah berada di tempat aman, tampaklah awan hitam yang sangat
tebal menggantung di atas kota kaum Tsamud. Kemudian terdengar suara mengguntur
sangat dahsyat di langit. Petir dan halilintar menyambar dan meruntuhkan seluruh
bangunan dan kebun mereka.

Bangsa Tsamud yang durhaka kepada Allah SWT itu semuanya binasa. Terbakar hangus
laksana rumput kering. Bumi pun berguncang keras sekali dan akhirnya tempat itu meledak
dengan suara yang sangat dahsyat. Semuanya menjadi abu, berterbangan di tiup angin.

“Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya kami


menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur. Maka jadilah mereka seperti
rumput kering (yang di kumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.” (QS. Al-Qomar:
30-31).

Bangsa Tsamud dan peradabannya lenyap, seperti tidak pernah ada di permukaan bumi.
Mereka hancur sebelum mengetahui apa yang terjadi. Yang tinggal hanyalah sejarahnya
yang di nukilkan dalam kitab suci, agar menjadi peringatan bagi umat manusia sesudahnya.
Sedangkan orang-orang yang beriman bersama Nabi Shaleh AS, telah meninggalkan tempat
itu sehingga mereka selamat.

Anda mungkin juga menyukai