Anda di halaman 1dari 35

Bunda Khadijah Wanita Sempurna

Adik-Adik tersayang, sebelum kedatangan islam, Bundha Khadijah dijuluki Ratu Mekah.
Namun, ketika cahaya islam terbit, Allah SWT memberi beliau kedudukan sebagai ibu bagi kaum
beriman (ummulmukminin). Saat itu, sebagaikaum muslimin adalah orang-orang miskin. Orang –
orang itu tidak memberikan kesempatan bagi kaum Muslimin untuk bekerja. Pada saat – saat itu,
kaum muslimin bisa terhindar dari kelaparan berkat bantuan Bunda Khadijah.

Bunda Khadijah juga memberi merekan tempat tinggal. Bunda Khadijah menggunakan
begitu banyak uangnya untuk orang-orang Muslim di Mekah akibat boikot orang-orang musyrik.
Pertolongan Bundha Khadijah telah mematahkan tujuan orang-orang musyrik untuk menarik para
pengikut Rasulullah SAW yang miskin pada kekafiran lagi.

Bunda Khadijah tidak pernah menyiksakan sampai uang terakhir yang dimilikinya demi
kesejahteraan para pemeluk Islam. Cinta Bunda Khadijah kepada mereka tidak berbeda dengan cinta
ibu kepada anaknya. Kalian tahu, seorang ibu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi
keselamatan anak-anaknya. Seorang ibu bisa merasakan lapar, tetapi jika anak-anaknya kelaparan, ia
akan mengutamakan anak-anaknya lebih dulu. Ia akan memberikan jatah makanannya untuk anak-
anaknya dan rela menahan lapa. Bahkan, jika anak –anaknya merasa kenyan dan senang, itu sudah
cukup membuat seorang ibu juga merasa kenyang dan senang sehingga lupa rasa lapar yang di
deritanya sendiri. Cinta seorang ibu tidak mengenal syarat. Cinta seorang ibu penuh perlindungan,
penuh kasih.

Dengan keluhuran budi istrinya yang begitu agung, sangat wajar jika Rasulullah SAW merasa
amat berduka ketika Bunda Khadijah wafat. Adik-adik tersayang, lalu apa yang dilakukan orang-
orang kafir setelah setelah kedua pelindung Rasulullah SAW itu wafat?

Rasulullah SAW amat mencintai Bunda Khadijah

Begitu besarnya cinta Rasulullah SAW kepada Bunda Khadijah sampai kelak beliau bersabda, “ Demi
Allah! Allah SAW tidak menggantikan khadijah dengan seseorang yang lebih baik. Ia telah beriman
kepadaku pada saat orang-orang mengingkari risalahku. Ia percaya kepadaku pada saat orang-orang
mendustaiku. Ia telah mengorbankan hartanya, padahal orang lain tidak mau melakukanya, dan
Allah SWT telah melimpahkan karunia bagiku berupa anak-anak melalui Khadijah...”
Tha’if
Rasulullah SAW mencoba mengalihkan dakwah secara langsung ke luar Kota Mekah.
Bersama Zaid Bin Haritsah, Rasulullah SAW pergi ke Kota Tha’if. Tiba di kota itu, Rasulullah SAW
menemui tiga orang pembesar kota dan menawarkan islam kepada mereka. Apa tanggapan mereka?

“ Bahkan akan kusobek –sobek selubung Ka’bah untuk membuktikan bahwa demikian tidak
percayanya aku kepadamu!” ujar seseorang.

Mendengar temanya bicara seperti itu, yang lain tersenyum mengejek sambil berkata “
Apakah tuhan tidak mendapatkan orang yang lebih baik darimu? Kalau engkau seorang nabi, pastilah
engkau terlalu mulia ntuk menjadi teman bicaraku, kalau bukan, dan tampaknya memang demikian,
maka engkau terlalu rendah untuk kulayani .”

Setelah berkata begitu, mereka keluar dan berteriak kepada orang banyak, “Wahai
penduduk Tha’if ! Lihat orang ini! Ia mencoba mengganti para berhala kita dengan satu Tuhan baru
yang tidak terlihat!”

Para pemuda mulai datang dan bergerombol dengan wajah memerah karena murka. ”Orang
ini rupanya berniat menipu dan membodohi kalian! Apa yang akan kalian perbuat?”

“Usir dia!”

“Jangan Cuma diusir, lempar dia dengan batu agar jera dan tidak berani lagi membawa
kegilaanya kemari!”

Kemudian, mulailah para pemuda melempari Rasulullah SAW dengan batu. Melihat hal itu,
orang-orang kaya tidak ketinggalan. Mereka menyuruh budak-budaknya, “Hei , tunggu apalagi?
Ambil batu dan lempari dia! Sekarang lah saatnya kalian bersenang-senang!”

Kota Tha’if

Rasulullah SAW berda’wah ke Tha’if pada tahun 10 kenabian (akhir mei 619). Tha’if adalah
kota pegunungan dengan ketinggian hampir 2.000 meter diatas permukaan laut. Thaif adalah kota
dagang dengan hasil bumi dan perkebunan buah seperti anggur.

Rasulullah SAW dan Zaid berlari di sepanjang jalan keluar Kota Tha’if. Mereka diikuti hujan
batu disertai gemuruh caci maki dan cemo’oh gerombolan pemuda dan budak. Batu-batu terbang
berbunyi bergedebak-gedebuk menghantam seluruh tubuh Rasulullah SAW meski sudah demikian
rupa dilindungi Zaid. Darah suci Rasulullah SAW berceceran disepanjang jalan.
Do’a Rasulullah SAW

Stetelah jauh keluar kota, gerombolan orang yang mengejar Rasulullah SAW pun
membubarkan diri dengan senyum puas mengejek. Saat itu, Rasulullah SAW bertemu dengan
seorang istri pembesar Tha’if dan bani Jumah yang sedang lewat. Perempuan itu memandang
Rasulullah SAW dengan raa kasian bercampur heran.

“Lihatlah, apa yang ditimpakan kepada kami oleh rakyat suamimu,” Sabda Rasulullah SAW.

Tiga pembesar Tha’if

Rasulullah SAW meminta agar pembesar Tha’if, yaitu Mas’ud, Abdu Yalail, dan Habib, tidak
mengumumkan kepada masyarakat penolakan mereka terhadap beliau. Namun, ketiga pembesar itu
tidak mengabulkan permintaan Rasulullah SAW. Mereka malah menghasut agar para pemuda dan
budak mengolok-olok Rasulullah SAW.

Mengetahui orang Tha’iflah yang menganiaya beliau, perempuan itu berlalu dengan
perasaan takut jika diketahui orang bahwa ia menunjukkan belas kasihan kepada Rasulullah SAW.

Untuk melepas lelah dan mengapus luka, Rasulullah SAW dan zaid berlindung di sebuah
kebun anggur milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak Rabi’ah, seorang pembesar Quraisy. Saat itu,
keluarga Rabi’ah memerhatikan Rasulullah SAW dari jauh, tetapi mereka tidak berbuat apapun.

Setelah nafasnya kembali normal, Rasulullah mengangkat kepala dan menengadah ke langit.
Beliau memanjatkan doa. Beliau memanjatkan do’a yang amat haru,

“Allahumma ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahanku, kurangnya


kemampuanku, serta kehinaan diriku dihadapan manusia.

Oh Tuhan Maha pengasih, Maha Penyayang

Engkaulah yang melindungi si lemah dan Engkaulah Pelindungku.

Kepada siapa hendak Engkau serahkan daku? Kepada orang jauh yang berwajah muram,
kepadaku, atau kepada musuh yang akan menguasai diriku?

Asalkan Engkau tidak murka padaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang
Engkau limpahkan kepadaku.

Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dunia, dan akhirat.

Janganlah Kemurkaan-Mu menimpa aku.

Kepada-Mulah aku menghamba sampai Engkau puas sesuai kehendak-Mu.

Tiada yang lebih kuat dan kuasa dari pada-Mu”.


Di Kebun Anggur
Melihat penderitaan yang begitu buruk dialami Rasulullah SAW. Utbah dan Syaibah merasa
iba . mereka menyuruh seorang budak mereka untuk memberikan buah anggur kepada Rasulullah
SAW. Rasulullah SAW menjulurkan tangan untuk mengambil anggur seraya mengucap, “Bismillah.”

Budak itu mendongak keheranan mendengar bacaan itu.

“Kata-kata itu tidak pernah di ucapkan oleh penduduk negeri ini.” Ujarnya.

Kemudian, Rasulullah SAW bertanya kepada sang budak siapa namanya, dari negeri mana ia berasal,
serta apa agamanya?”

“Namaku Addas, aku berasal dari Niniveh di Mesopotamia, Aku beragama Nasrani.”

Rasulullah SAW kemudian berkata lagi, “Dari negeri orang baik-baik, Yunus bin Matta.”

Dengan rasa heran yang lebih besar dari pada sebelumnya , Addas bertanya, “Dari mana tuan tahu
nama Yunus bin Matta?”

“Dia saudaraku,” Jawab Rasulullah SAW, “dia seorang nabi dan aku juga seorang nabi.”

Mendengar itu, hati Addas dipenuhi rasa haru yang menyengat. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia
mencium kepala, tangan, dan kaki Rasulullah SAW.

Utbah dan Syaibah memperhatikan hal itu dengan heran’

“Lihat dia merusak budakmu,” kata syaibah

Ketika Addas kembali, mereka bertanya dengan marah, “Mengapa pula engkau mencium kepala,
kaki, dan tangan orang itu?”

“Itulah laki-laki yang paling baik di negeri ini,” jawab Addas. “ia mengatakan sesuatu yang
hanya diketahui oleh nabi”

Utbah dan syaibah saling pandang sebelum berkata dengan keras “Addas, jangan sampai
orang itu memalingkan engkau dari agamamu. Agamamu itu lebih baik dari pada agamanya.”

Adik-adik tersayang, bertahun tahun kemudian, Addas ikut wajib militer pasukan Quraisy, ia
terbunuh oleh pasukan muslim dalam Perang Badar.

Saat Paling Getir

Jibril dan Malaikat Penjaga Gunung menawarkan diri untuk mengancurkan Tha’if. Tetapi Rasulullah
menolak, beliau bahkan mendoakan kebaikan bagi penduduk Tha’if. Padahal ketika Bunda Aisyah
bertanya tentang saat paling getir dalam perjalanan da’wah Rasulullah SAW, beliau menjawab
tentang pengusiran di Tha’if
Kembali Ke Mekah
Adik-adik tersayang, setelah Abu Thalib meninggal, Abu lahablah yang terpilih sebagai
pemimpin kabilah Bani Hasyim. Abu Lahab langsung mengumumkan kepada khalayak bahwa Bani
Hasyim kini tidak lagi melindungi Rasulullah SAW. Hal itu berarti Rasulullah SWT boleh di aniaya,
bahkan sampai dbunuh oleh siapa pun tanpa akan ada yang menuntut balas kematianya.

Dalam perjalanan kembali Ke Mekah, keadaan nabi yang tanpa pelindung ini merisaukan
Zaid. Zaid pun bertanya,”Wahai Rasulullah, apa yang akan kita lakukan jika kita kembali ke Mekah
tanpa perlindungan? Aku khawatir jika orang akan berbuat semena-mena terhadap Anda?”

Rasulullah SAW menatap Zaid dengan pandangan menghibur sambil berkata dengan keyakinan
penuh, “Allah SWT akan melindungi agama dan rasul-Nya.”

Tiba diluar Mekah, melalui seorang penduduk Rasulullah SAW menghubungi Al Akhnas bin
Syariq untuk menanyakan apakah ia mau memberi perlindungan. Namun, Al Akhnas menolak.
Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dan Bani Amr bin Lu’ay, tetapi ia juga menolak.
Akhirnya Al Muth’im bin Adi bersedia memberi perlindungan.

Esok paginya, Al Muth’im pergi menuju Ka’bah dan mengumumkan perlindunganya. Abu
lahab datang dan memprotes dengan ejekan “ kamu memberi perlindungan atau menjadi
pengikutnya?”

“Kami memberi perlindungan kepada orang yang seharusnya engkau lindungi” jawab Al
Muth’im

Suatu hari, Rasulullah pergike Ka’bah. Abu jahal melihatnya dan berseru kepada sekumpulan orang
Quraisy dengan nada menhina, “Wahai keturunan Abdu Manaf, inilah nabi kalian,”

Menanggapi olok-olok itu, Utbah bin Rabi’ah berkata “Tetapi peduli apa engkau , apakah kita ini
mempunyai nabi atau raja?”

Rasulullah mendekati keduanya dan berkata “ Wahai Utbah, Demi Allah, ucapanmu adalah
tanggapanmu sendiri, sementara untukmu, Abu Jahal, Nasib jelek akan menimpamu sehingga kelak
engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Pemimpin Kabilah

Bani Hasyim adalah satu diantara sekiat banyak kabilah. Pemimpin sebuah kabilah dipilih
karna bijak,berani, dan tegas. Pemimpin kabilah biasanya dipilih setelah berusia 40 tahun. Dalam
pertempuran, kaum muda berjuang di garis depan melindungi pemimpin kabilah dan sesepuh di
garis belakang.
Bunda Aisyah dan Bunda Saudah
Setelah Abu Thalib meninggal, ruang gerak dakwah Rasulullah SAW di Mekah semakin
sempit. Beliau pun mencoba mengalihkan dakwah islam ke suku-suku Arab lainya yng sering
berdatangan ke Mekah pada bulan-bulan suci.

Setiap kali Rasulullah SAW mengunjungi perkemahan Badui, setiapkali itu pula Abu Lahab
mengikuti beliau. Setelah beliau beranjak pergi, Abu lahab mendekat dan berkata, “Orang yang tadi
itu hanya ingin Anda menukar kepercayaan kepada Lata dan Uzza, serta jin-jin sekutu Anda, dengan
agama sesat yang dibawanya.”

Seorang pemuka kabilah Badui pernah bertanya kepada Rasulullah “Kalau kami jadi
pengikutmu dan Tuhan memberimu kemenangan menghadapi lawanmu, apakah kami akan
berkuasa setelah anda?”

Rasulullah menjawab, “Kekuasaan adalah pemberian Allah ketika ia menghrndaki.”

Dengan muka masam, pemimpin kabilah itu berkata ketus, “Dugaan saya, anda ini
mengharap kami melindungi Anda dari orang badui dengan dada kami, lalu kalau anda menang,
orang lain akan memetik untung! Tidak, terimakasih.”

Walau keadaan beraat. Rasulullah tetap berjuang dengan gigih. Namun demikian, semakin
gigih pula suku-suku pengebara Arab itu menolak beliau. Pada saat penuh prjuangan itulah,
Rasulullah menikah dengan bunda Aiayah, putru Abu Bakar. Pernikahan itu bertujuan untuk
mempererat tali persaudaraan dengan para pendukung islam yang setia. Tali persaudaraan yang erat
ini sangat penting dalam saat-saat sulit seperti itu.

Sebelumnya, Rasulullah menikahi bunda Saudah. Saat itu, Bunda Saudah telah menjadi janda
setelah suaminya meninggal di Habsyah. Tujuan pernikahan itu adalah untuk menolong Bunda
Saudah yang hampir terlunta-lunta setelah suaminya wafat. Bunda Saudah adalah wanita pertama
yang di nikahi oleh Rasulullah setelah sepeninggalnya Bunda Khadijah

Adik-adik tersayang, setelah berduka ditinggal Abu Thalib dan Bunda Khadijah. Kesukaran
yang dihadapi Rasulullah bertambah dengan semakin kerasnya Quraisy memusuhi beliau. Pada saat
itulah, Allah menghibur Rasulullah dengan sebuah perjalanan luar biasa yang tidak akan pernah kita
temui lagi kedashyatannya dalam sejarah.

Perjalanan seperti apakah itu?

Penghargaan Paling Tinggi Abu Bakar.

Pernikahan Rasulullah SAW dengan Bunda Aisyah merupakan penghargaan setinggi-tingginya bagi
Abu Bakar, Ayaah Bunda Aisyah sekaligus sahabat Rasulullah SAW. Pernikahan ini merupakan suatu
bentuk kemenangan dalam persaudaraan yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah
sejak sebelum masa Islam.
Isra’
Pada suatu malam yang hening, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah SAW. Wajahnya putih berseri
dan berkilau bagai salju. Demikian heningnya saat itu sampai tidak terdengar suara burung malam,
gemercik an air, dan siulan angin.

“Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!” sapa Malaikat Jibril.

Rasulullah bangun saat itu, beliau sedang tidur di rumah sepupunya, Ummu Hani binti Abu Thalib.

Jibril membawa Buroq kehadapan Rasulullah SAW. Buraq adalah hewan berbentuk setengah keledai
setengah bighaq dengan sayap dikedua sisi tubuhnya. Warnanya putih. Setiap kali ia melangkah,
jauhnya sama dengan jarak pandang.

Setelah Rasulullah naik ke punggungnya, Buraq pun meluncur seperti anak panah, sedangkan Jibril
terbang mengiringi dalam jarak yang dekat sekali. Mereka terbang melintasi padang-padang pasir
menuju ke utara.

Adik-adik tersayang, akhirnya Rasulullah tiba di Baitul Maqdis, Yerussalem, Palestina. Di Baitul
Maqdis itulah Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, kKetiga nabi mulia itu
di temani nabi-nabi lain. Rasulullah kemudian memimpin sholat semua Nabi dan Rasul itu.

Waktu Isra’ Mi’raj

Para ulama berbeda pendapat mengenai hari terjadinya Isra’ dan Mi’raj. Hari sabtu malam, Jum’at
malam, atau Senin malam. Begitu pula dengan tanggalnya. 27 Rabi’ul Awwal, 17 Rabi’ul Awwal, 29
Ramadhan atau 27 Rajab. Namun, pendapat terkuat mengacu pada 27 Rajab.

Selesai sholat, dibawakan ke hadapan Rasulullah tiga buah bejana. Satu berisi khamar, satu berisi air,
dan satu berisi susu. Manakah yang akan di ambil Rasulullah?
Mi’raj
Rasulullah mendengar sebuah suara berkata “Kalau ia mengambil air, maka ia akan tenggelam dan
begitu juga umatnya. Kalau ia mengambil khamar, ia akan tersesat begitu juga umatnya. Kalau ia
mengambil susu, ia akan di bimbing dan begitu juga umatnya.”

Oleh karena itu, Rasulullah mengambil bejana berisi susu dan meminumnya dengan
menyebut nama Allah. Jibril pun berkata kepada Rasulullah. “Anda telah diberkati dan begitu pula
umat Anda. Muhammad.”

Setelah itu, beliau dibawa naik ke langit. Tanngga itu dipancangkan di atas batu Ya’qub.
Denagn tannga itu. Rasulullah naik kelangit yang berlapis tujuh. Setiap tingkatan langit dijaga oleh
malaikat agar tidak ada seatan yang mencuri dengan rahasia – rahasia langit.

Di langit pertama. Rasulullah melihat semua malaikat tersenyum, kecuali satu saja.
Rasulullah bertanya kepada Jibril , lalu Jibril menjawab bahwa itu adalah malik, malaikat penjaga
neraka. Rasulullah bertanya lagi kepada Jibril, “Bisakah engkau memerintahkannya memperlihatkan
neraka?”.

“Malik perlihatkan neraka kepada Muhammad”

Lalu, Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar tinggi sampai Rasulullah mengira
bahwa ia akan membakar segalanya. Rasulullah meminta agar Jibril memerintahkan Malik
mengendalikan kobaran api yang sangat dahsyat itu. Malaikat Malik pun melakukannya dan penutup
kembali pintu neraka.

Setelah Rasulullah melihat seorang laki laki sedang duduk melihat roh-roh manusia yang
lewat di hadapanya. Jika roh yang lewat itu baik, ia akan mengucapkan selamat seraya berkata, “Roh
yang baik dari tubuh yang baik.” Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki – laki itu jadi keruh
sambil berkata, “Huff! Roh yang jelek dari tubuh yang jelek dari tubuh yang jelek!”

“Siapa laki – laki itu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah

Jibril menjelaskan bahwa itu adalah Nabi Adam yang sedang menilai Roh keturunanya. Roh
orang yang beriman membuat Nabi Adam gembira, sedangkan roh orang kafir dan murtad membuat
beliau kesal dan murunng.

Ifrit

Dalam perjalanan Isra’, satu Ifrit mengejar Rasulullah sambil membawa obor. Ifrit adalah bangsa jin
yang amat jahat. Jibril mengajarkan sebuah do’a kepada Rasulullah yang membuat obor Ifrit padam
dan Ifrit tersungkur jatuh.
Ke Langit Berikutnya
Rasulullah melanjutkan perjalananya bersama Jibril. Beliau melihat orang – orang berbibir seperti
unta. Di mulut mereka ada potongan api berbentuk batu yaang mereka telan lalu keluar lagi lewat
duburnya, kemudian di telan lagi, begitu seterusnya.

“Siapakah mereka ini?” Rasulullah bertanya – tanya.

Adik – adik tersayang, ternyata mereka adalah para pendosa yang memakan harta anak
yatim.

Setelah itu, beliau melihat orang – orang seperti keluarga Fir’aun. Perut mereka membesar,
sedangkan serombongan unta – unta gila menginjak - injak perut mereka di neraka. Orang – orang
itu tidak mampu lagi menghindar.

“Siapakah Orang itu?” tanya Rasulullah

Ternyata, orang – orang itu adalah para pemakan Riba, mereka biasa meminjamkan uang kepada
orang lain, tetapi meminta uang pinjaman itu dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar di
bandingkan uang yang dipinjam’.

Setelah itu, Rasulullah melihatr orang – orang yang dihadapan mereka dua jenis daging, yang
satu empuk dan lezat, sedang yang satu lagi kesat dan busuk. Namun, orang – orang itu memakan
daging yang busuk.

“Siapakah mereka ini?” kembali Rasulullah bertanya.

Di jelaskan kepada beliau bahwa orang – orang itu menelantarkan istrinya dan mendekati
perempuan lain yang tidak halal.

Dalam perjalanan berikutnya, Rasulullah dibawa kelangit kedua. Beliau berjumpa dengan
Nabi Isa dan Nabi Yahya (Putra Nabi Zakaria). Keduanya adalah saudara sepupu dari garis ibu.

Di langit ke tiga, Beliau berjumpa dengan seorang Nabi yang wajahnya begitu tampan seperti
bulan purnama. Itu adalah Nabi Yusuf.

Di langit ke empat, Rasulullah bertemu dengan Nabi Idris yang telah dimuliakan Allah
dengan di angkat dari dunia ke tempat yang tinggi.

Di langit ke lima, Rasulullah bertemu nabi Harun ( Putra Imran). Nabi Harun adalah nabi yang
dikasihi kaumnya.

“Belum pernah saya bertemu orang segagah dia,” demikian sabda Rasulullah tentang Nabi
Harun.
Mi’raj

Mi’raj berarti tangga. Saat naik ke langit, Rasulullah meniti Mi’raj, bukan lagi menaiki Buraq
menunggu ke bawah, di tambatkan di pintu Baitul Maq’dis. Oleh Jibril, tangga ini di letakkan di atas
batu besar dan ujungnya terus menjulang sampai ke langit.
Menerima Perintah Sholat
Adik – adik tersayang, dilangit ke enam, Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa lalu, di langit
ke tujuh, beliau bertemu dengan seorang laiki – laki yang sedang duduk di atas singgasana gerbang
surga ( Baitul makmur) . setiap hari, 70.000 Malaikat masuk lewat gerbang itu dan tidak keluar lagi
sampai hari kebangkitan.

“Belum pernah saya melihat orang yang lebih menyerupai saya” demikianlah sabda
Rasulullah kepada para sahabatnya tentang laki – laki itu. “ Inilah ayah saya, Nabi Ibrahim”.

Kemudian ia kembali membawa saya ke surga dan disitu saya melihat seorang gadis berbibir merah
gelap, dan saya tanyakan dia, milik siapa ia sebab ia begitu gembira ketika melihat saya, dan
jawabanya.”Saya milik Zaid bin Haritsah.”

Rasulullah pun kemudian menyampaikan berita gembira ini kepada Zaid bin Haritsah.

Adik – adik tersayang, kemudian Rasulullah dibawa kehadapan Arasy sehingga bertemu dengan
Allah. Segalanya tidak dapat dilukiskan dengan lidah dan di luar jangkauan daya tangkap otak
manusia. Bertemu Allah Yang Maha Agung membuat Rasulullah merasakan kesejukan sampai ke
tulang punggungnya. Kemudian, rasa tenang dan damai membanjiri perasaan beliau, begitu terasa
nikmat. Pada saat itulah, Allah memerintahkan agar setiap muslim melakukan Sholat lima puluh kali
sehari semalam.

Begitu Rasulullah turun dari Arasy, beliau bertemu Nabi Musa yang berkata, “Bagaimana
engkau mengharapkan pengikut – pengikutmu akan dapat melakukan sholat lima puluh kali setiap
hari? Sebelum engkau, aku sudah punya pengalaman , sudah kucoba terhadap Bani Isra’il sekuat
daya, percayalah dan kembali kepada Allah, minta supaya dikurangi jumlah sholat itu”

Adik – adik tersayang, kemudian Rasulullah kembali menemui Allah . kemudian, jumlah
shalat dikurangi jadi empat puluh kali dalam sehari. Namun, nabi Musa menganggap itu masih diluar
kemampuan orang. Disarankanya lagi Rasulullah kembali meminta keringanan. Demikianlah,
beberapakali Rasulullah bolak balik menemui Allah sampai akhirnya jumlah Sholat di tetapkan
menjadi lima kali sehari semalam.

Kemudian, Rasulullah kembali kebumi dengan menuruni tangga. Buraq pun membawa
Rasulullah kembali ke Mekah. Apa yang akan dikatakan orang jika Rasulullah menceritakan Isra’
Mi’raj ini?

Illiyin dan Saijjin

Dalam Miraj, Rasulullah meninjau surga dan neraka. Illiyin adalah nama untuk suatu tempat di surga
tertinggi. Sementara itu, Sijjin adalah tempat yang terletak di bagian bawah neraka jahannam.
Mengabarkan Isra Mi’raj
Menjelang fajar, Rasulullah membangunkan Ummu Hani dan seluruh keluarganya. “Oh,
Ummu Hani,” Sabda Rasulullah SAW, “seperti engkau maklum, semalam saya shalat malam terakhir
bersama anda. Kemudian, saya ke Baitul Maqdis dan sholat disana . barusan ini, kita sholat subuh
bersama.”

Rasulullah SAW kemudian bangkit, meninggalkan Ummu Hani yang masih terperangah.
Ummu Hani tahu tahu beliau akan keluar dan mengabarkan Isra Miraj kepada orang banyak.
Rasulullah berdiri dan berjalan ke pintu begitu cepat seolah – olah tidak sabar lagi untuk
mengabarkan perjalanan ini. Padahal, beliau tahu apa yang akan dikatakan orang Quraisy yang
selama ini memusuhinya. Namun, semangat Rasulullah tidak terhalangi oleh hal hal semacam itu.

Rasa khawatir Ummu Hani menggunung seketika. Begitu cepatnya langkah Rasulullah
sehingga Ummu Hani terpaksa menarik jubah Rasulullah SAW dengan tergesa – gesa.

“Ya Rasulullah, jangan meengatakan kepada khlayak ramai. Nanti mereka akan menuduh
engkau berdusta dan mereka akan menghinamu”

Rasulullah terenyum menenteramkan, “Demi Allah , saya akan tetap mengatakanya.”

Ummu Hani tidak bisa berkata apa apa lagi melihat tekad Rasulullah SAW yang sudah
demikian kuat. Ketika Rasulullah pergi, dilihatnya beliau dengan perasaan khawatir. Ummu Hani
segera memanggil hamba sahayanya, seorang perempuan dari Habasyah.

“Pergilah! Ikuti Rasulullah dan dengar apa yang dikatakan kaumnya kepada beliau.”

Hamba sahaya itupun bergegas pergi. Adik – adik tersayang, bagaimana tanggapan orang
banyak terhadap Isra dan Mi’raj Rasulullah?

Kautsar

Kautsar adalah nama dari satu sungai yang ada di surga. Tepinya terbuat dari emas . airnya lebih
putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Baunya lebih harum dari Katsuri. Dasarnya
berupa mutiara dan permata. Peminum airnya tidak akan lagi merasa haus buat selama – lamanya.
Quraisy Gempar
Saat itu, di dekat Ka’bah telah berkumpul para pembesar Quraisy. Ketika melihat Rasulullah,
Abu jahal bertanya dengan congkak, “Hai Muhammad! Adakah engkau mendapat suatu perkara
lagi?”

“ Ya, aku baru saja mendapat suatu perkara lyang baru.”

“Apa Itu? Ceritakanlah,” Abu jahal bersiap mengejek.

“Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis”

Senyum Abu Jahal melebar, “Ke Baitul Maqdis dan pagi – pagi beginni sudah kembali tiba
disini?”

“Ya, semalam aku pergi ke Baitul Maqdis”

Abu Jahal tertawa sambil menggeleng – geleng heran, “apa kamu berani menyatakan hal ini
di muka kaummu? Kalau memang berani, saya akan memanggil mereka . ceritakanlah kepada
mereka apa yang telah kau katakan kepadaku tadi!”

“Baik, panggil mereka kemari,” tegas Rasulullah.

Seketika itu jua, Abu Jahal pergi memanggil semua pembesar Quraisy dan orang – orang
biasa.

“Hai Muhammad!” seru Abu Jahal “Katakanlah kepada kaumku sekarang seperti yang kamu
katakan tadi kepadaku!”

Rasulullah pun bersabda “ Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis”

Orang – orang terperangah. Semua orang yang hadir disitu bersikap seolah olah kurang jelas
mendengar kata – kata Rasulullah.

“Pergi kemana, Muhammad?”

“Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis”

Seketika itu gemparlah suasana. Suara tawa dan cemo’oh menggemuruh mengalahkan suara
– suara itu. Abu Jahal berteriak, “Wah, Muhammad itu memang selalu mengada – ada dengan
ucapanya!”

Olok – olok makin ribut terdengar, ada yang mengejek. Ada yang tertawa. Ada yang
bertepuk tangan. Orang – orang itu memanggil Abu Bakar. Mereka ingin tahu apa yang dikatakan
Abu Bakar, orang yang selama ini kukuh kepercayaannya kepada Rasulullah.
Tepuk Tangan Bangsa Arab

Bagi bangsa arab, tepuk tangan bukanlah tanda semangat. Tepuk tangan atau menaruh tangan di
atas kepala adalah tanda mengejek dan hinaan bagi seseorang yang kata – katanya di anggap tidak
bisa di percaya.
Abu Bakar Membenarkan Cerita Rasulullah SAW.
“Kalian berdusta, “ kata Abu Bakar kepada Orang – orang yang datang kepadanya.

“Sungguh, muhammad kini berada di Ka’bah sedang berbicara dengan orang


banyak”

“Kalaupun itu yang dikatakanya,” kata Abu Bakar, “Tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia
mengatakan kepadaku bahwa ada berita dari tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau
siang, aku percaya. Padahal tadi itu lebih mengherankan daripada berita sekarang ini.”

Abu Bakar Kemudian mendatangi Rasulullah. Saat itu, orang – orang Quraisy sedang
meminta Rasulullah menggambar bentuk Baitul Maqdis. Mereka tau, Rasulullah belum pernah
satukalipun berkunjung ke tempat itu. Sementara itu, beberapa orang dari mereka telah terbiasa
berdagang sampai ke syam dan melewati Baitul Maqdis berkali – kali. Abu Bakar adalah orang yang
pernah berdagang kesana.

Mendengar Rasulullah begitu tepat menggambarkan keadaan Baitul Maqdis, Abu Bakar
berkata di hadapan semua orang, “Rasulullah, saya percaya,”

Bahkan, orang – orang kafir sekalipun menggeleng – geleng kepala, heran bercampur kagum
mendengar kata – kata Abu Bakar. Mereka menghormati kesetiaan dan tingginya rasa percaya Abu
Bakar kepada Rasulullah.

Rasulullah sendiri sangat gembira mendengar perkataan Abu Bakar. Padahal saat itu, semua
orang dihadapanya tengah bertanya – tanya, mengejek, dan mencaci. Bahkan yang lebih
menyakitkan, bebrapa orang yang sudah memeluk islam kembali murtad karena tidak percaya
drengan ap yang di sampaikan Rasulullah SAW.

Adik – adik tersayang, sejak saat itu Rasulullah memberi julukan kehormatan dan
kesayangan “Ash Shiddiq” kepada Abu Bakar. Artinya adalah ‘yang tulus hati’, ‘yang sangat jujur’.

Amal Yang pertama di hisab

Amal yang pertama di hisab pada hari kebangkitan nanti adalah sholat, jika sholat kita bagus, bagus
pulalah seluruh amalan kiat. Jika sholat kita jelek, jelek pulalah amalan yang lain. Surga firdaus
adalah surga tertinggi yang disediakan bagi orang – orang yang mengerjakan sholat di samping
amalan yang lain.
Bukti dari Khafilah
Adik – adik tersayang, merasa belum cukup mendengar betrapa tepat gambaran Rasulullah
tentang Baitul Maqdis, orang – orang Quraisy meminta bukyi lain. Rasulullah mengatakan bahwa
dalam perjalanan, beliu melewati beberapa kafilah yang sedang dalam perjalanan menuju mekkah
atau syam. Rasulullah mengatakan bahwa pada salah satu khalifah, seekor unta unta jatuh
terjerambap karena terkejut oleh kehadiran buraq. Rasulullah tempat kafilah itu berbeda.

“Saya melanjutkan perjalanan,”demikian Sabda Rasulullah, “sampai tiba di Dhajanan,


melewati sebuah kafilah dan bani fulan. Kutemukan mereka sedang tertidur. Mereka mempunyai
sebuah guci yang tertutup. Saya membuka tutupnya. Meminum air itu, lalu menutupnya kembali.

“Sebagai bukti, kafilah itu sekarang sedang menuruni dataran tinggi Baydya di celah Tan’im.
Kafilah itu dipimpin seekor unta berwarna kelabu dengan muatan dua kantong, yang satu hitam dan
yang lain belang.”

Orang – orang kemudian bergegas ke tempat itu, mereka menemukan bahwa unta pertama
yang mereka jumpai sedang memimpin khafilah memang persis seperti yang di gambarkan
Rasulullah SAW.

Orang – orang juga bertanya kepada anggota kafilah itu tentang guci air.

“Ketika kami bangun pada pagi hari tadi, guci itu memang masih tertutup, tetapi isinya
kosong. Padahal semalam, guci itu penuh berisi air.” Jawab anggota kafilah.

Orang – orang saling berpandang mengakui apa yang rasulullah katakan. Terlebih lagi
setelah itu, bmereka bertanya kepada rombongan kafilah lain tentang unta yang terjerambap.

“Kami memang terkejut mendengar sesuatu seperti ada yang bergerak cepat dilangit.
Sesuatu itu membuat seekor unta kami terkejud dan terjerambab.”

Demikianlah, Adik – adik tersayang, bukti – bukti kebenaran Isra dan mi’raj sudah begitu
kuat. Namun, apakah orang – orang seperti Abu Jahal bisa berubah menjadi orang yang beriman?

Kebiasaan Kafilah Arab

Sudah jadi kebiasaan kafilah arab untuk menyediakan guci minum yang bisa dinikmati oleh siapapun
tanpa perlu izin lagi. Bahkan biasanya yang di sediakan adalah susu.
Rintangan Dari Abu Lahab
Adik – adik tersayang, selain terus – menerus berdakwah kepada orang – porang mekah,
Rasulullah juga menyampaikan ajaran islam kepada orang – orang yang yang datang ke mekah.
Bangsa arab berkumpul ke mekah pada pekan - pekan tertentu beberapa kali dalam setahun.
Misalnya pada Ukazh, yang di adakan pada bulan Syawal. Kemudian pasar Mujannah, yang
berlangsung sesudah bulan syawal selama dua puluh hari.

Jika Rasulullah tahu ada rombongan yang akan datang, beliau akan segera mendatangi.
Beliau mengunjungi mereka sambil berkata, “ Wahai sekalian semua, sesungguhnya Allah
memerintahkan kamu sekalian sup[aya menyembay kepada-Nya dan janganlah kamu menyekutukan
dia dengan sesuatu.

“wahai sekalian manusia, ucapkanlah olehmu. Tiada tuhan selain Allah , supaya kamu
bahagia.”

Namun, dimanapun Rasulullah datang pasti di belakan beliau Abu Lahab datang mengikuti
sambil berseru keras – keras, “Hai sekalian manusia, sesungguhnya orang ini memerintahkan kamu
sekalian supaya meninggalkan agama orang – orang tuamu terdahulu! Hai sekalian manusia,
janganlah kamu dengarkan perkataan orang ini karena dia itu pendusta!.”

Bahkan sesekali jika marahnya sudah memuncak, Abu Lahab melempar kepala Rasulullah
dari belakang dengan Batu!

Adik – adik tersayang, akibat tindakan Abu Lahab ini, sangatlah sedikit orang yang mau
menerima seruan islam. Orang – orang islampun belum berani menunjukkan keislamanya secara
terang – terangan. Kebanyakan orang mencaci, mencemo’oh, mengusir dan mendustakan
Rasulullah. Namun, beliau tidak pernag berputus asa . beliau terus berda’wah, semakin gencar dan
semakin bersemangat. Berkat kegigihan yang luar biasa inilah, Allah mulai menunjukkan tanda –
tanda kemenangan dari sebuah kota bernama Yastrib.

Utbah bin Rabi’ah

Selain Abu Lahab, salah seorang yang memusuhi rasulullah adalah Utbah bin Rabi’ah. Namun, Utbah
lebih lembut. Utbah memberi Rasulullah anggur ketika beliau di usir Dari Tha’if. Dalam perang badar
Utbah mati dalam duel dengan Hamzah. Salah seorang putanya bernama Abu Hudzaifah berkata
kepada Rasulullah, “Tapi meskipun begitu, aku tetap berharap Allah memberi ayahku hidayah Islam.
Ketika aku melihat apa yang menimpanya dan aku ingat bagaimana ia mati dalam kekufuran, hal ini
membuatku sangat sedih.”
Orang – orang madinah

Adik-adik tersayang, orang-orang yatsrib termasuk rombongan orang arab yang sering datang ke
mekkah. Suatu saat kelak, rasulullah mengubah nama yatsrib menjadi madinah. Orang-orang arab
yatsrib terpecah menjadi dua golongan; orang aus dan orang khazraj. Kedua suku ini saling
berperang satu sama lain selama 120 tahun. Suatu saat, kaum aus yang menang. Pada saat lain,
orang khazraj yang mengalahkan aus.

Suatu malam di bukit aqabah, mina, rasulullah bertemu dengan enam orang khazraj. Mula-mula
beliau mengajukan pertanyaan, kemudian orang-orang itu menjawab dengan sopan. Kemudian
rasulullah memperkenalkan diri dan bertanya, ‘’bagaimana keadaan kalian di yatsrib’’

Sesudah itu, beliau mengajak mereka duduk bersama dan mereka memenuhi ajakan itu dengan
penuh rasa ingin tahu. Sesudah saling bertanya, rasulullah mengajak mereka pergi ke tempat sunyi,
sedikit jauh dari penglihatan orang. Di tempat itu, rasulullah membacakan ayat-ayat al qur’an.
Keenam orang khazraj itu mengerti dan tertarik dengan segala apa yang beliau serukan.

Setelah rasulullah yakin dengan kesungguhan orang-orang ini, beliau mengajak mereka
berpindah tempat lagi ke bawah bukit aqabah. Tempat itu benar-benar terlindung dari penglihatan
orang. Di tempat aman itulah, rasulullah mengajak mereka mendukung kenabian beliau. Rasulullah
minta agar mereka ikut menyebarkan ajaran islam di kota asal mereka, yatsrib.

Orang-orang itu minta waktu untuk berunding.

‘’ rupanya ini adalah jalan yang di berikan tuhan,’’ demikian salah satu dari mereka berkata. ‘’aku
sudah bosan berperang dengan aus, mudah-mudahan ajaran islam ini akan menyatukan kita dan aus
dalam pertandingan .’’

Setelah selesai, mereka menyatakan percaya dan sungguh-sungguh mendukung penyebaran


islam di yatsrib . rasulullah kemudian menasihati agar mereka seiya sekata, tolong-menolong, dan
bantu-membantu dalam menjalankan tugas mulia ini.

Adik-adik tersayang, berhasilkah tugas mereka

Baiat wanita

Bai’at aqabah yang pertama di kenal dengan nama baiat wanita sebab rasulullah belum meminta
mereka membela beliau dengan berperang. Lagi pula, rasulullah tidak menjabat tangan, sama
seperti jika membaiat seorang wanita.

Baiat aqabah pertama

Keenam orang itu kembali ke yatsrib dan menyerukan islam kepada seluruh penduduknya.

‘’muhammad adalah nabi terakhir utusan tuhan yang di dustakan kaumnya sendiri,’’ demikian
kata mereka.
Adik-adik tersayang, segera saja nama rasulullah menjadi terkenal di kalangan penduduk yatsrib.

Pada musim haji berikutnya, lima dari enam orang itu kembali ke mekkah bersama tujuh orang
rekan mereka.dua berasal dari aus dan sepuluh orang dari khazraj. Mereka menemui rasulullah di
kaki bukit aqabah. Saat itu, sudah dua belas tahun lamanya rasulullah menyebarkan ajaran islam.

Setelah rasulullah membacakan ayat-ayat al qur’an , mereka menyatakan percaya akan seruan
beliau. Rasulullah pun kemudian membaiat [sumpah setia] mereka. Inilah yang terkenal sebagai
baiat aqabah pertama.

Dalam baiat ini, rasulullah mengajak mereka bersumpah untuk.

1. Menyembah allah dan tidak menyekutukan-nya;


2. Tidak mencuri;
3. Tidak bergaul dengan wanita yang belum dinikahi;
4. Tidak membunuh anak-anak, seperti yang saat itu banyak terjadi;
5. Tidak berdusta dan membuat kedustaan;
6. Tidak menolak perkara yang baik;
7. Hendaknya selalu mengikuti rasulullah , baik saat senang maupun susah;
8. Hendaknya selalu mengikuti rasulullah, baik terpaksa maupun sukarela;
9. Jangan begitu saja merebut suatu perkara, kecuali allah memberikan bukti tanda-tanda
kekafiran kepada orang yang mengerjakannya;
10. Hendaknya mengatakan kebenaran di mana pun berada dan tidak takut akan celaan orang

Sebagai penutup, rasulullah bersabda, ‘’hendaklah kalianmenepati janji-janji ini, kelak kalian
akan menerima balasan allah berupa surga. Namun, jika ada yang menyalahi janji ini, aku serahkan
urusannya kepada allah semata’’.

Upacara baiat

Upacara baiat atau sumpah setia ini sebenarnya adalah menjulurkan tangan kanan ke depan, telapak
menghadap ke atas, sedangkan pembaiat menjabat dengan posisi tangan di sebelah atas.

Pengiriman mush’ab bin umair

Setelah baiat terlaksana dengan sempurna, semua orang kembali ke perkemahan masing-masing
sambil menyimpan kejadian itu baik-baik di dalam hati.

Musim haji pun segera selesai. Ketika rombongan muslim yatsrib berangkat pulang, rasulullah
menyertakan seorang duta pertama. Tugas duta ini adalah mengajarkan syariat islam dan
pengetahuan agama kepada kaum muslimin. Selain itu, ia juga berkewajiban menyebarkan ajaran
islam kepada orang-orang yang masih menyembah berhala.
Rasulullah memilih mush’ab bin umair untuk melaksanakan tugas ini. Mush’ab termasuk
pemeluk islam pertama dan tepercaya dalam pengetahuan tentang hukum-hukum allah, bacaan al
qur’an, serta ketaatannya.

Adik-adik tersayang, setelah sahabat rasulullah itu datang, semakin banyak orang yatsrib
memeluk islam.seiring dengan itu, persatuan aus dan khazraj semakin kuat sampai akhirnya
hilanglah rasa permusuhan di hati masing-masing.

Melihat islam berkembang demikian pesat, orang-orang yahudi yatsrib amat khawatir. Mereka
takut agama mereka sendiri lenyap terdesak oleh islam. Oleh karena itu, setiap hari sabtu, mereka
berkumpul di suatu tempat dan mengadakan keramaian untuk menunjukan keagungan agama
mereka.

Abdurrahman bin auf

Rasulullah juga pernah memerintahkan abdurrahman bin auf secara diam-diam pergi ke daerah
dumatul jandal untuk berdakwah. Selama tiga hari, abdurrahman berdakwah sampai akhirnya
pemimpin mereka, al ashbag, pun masuk islam.

Ketika mendengar hal ini, rasulullah memerintahkan mush’ab bin umair untuk
mengumpulkan kaum muslimin setiap hari jumat untuk mengerjakan shalat dua rakaat berjamaah.
Mush’ab segera mengumpulkan kaum muslimin di hazmun-nabit. Itulah shalat jumat pertama dalam
sejarah islam. Shalat pertama itu di ikuti oleh empat puluh orang.

Baiat aqabah kedua

Adik-adik tersayang, satu tahun berikutnya, jumlah jamaah haji dari yatsrib lebih banyak daripada
biasannya, termasuk dalam rombongan itu tujuh puluh lima orang muslim. Dua di antarannya kaum
perempuan. Saat itu tahun 622 masehi, tiga belas tahun sadah rasulullah berdakwah dengan lemah
lembut, mengalah terhadap segala siksaan, serta menanggung semua kesakitan dengan kesabaran
dan pengorbanan.

Tidak selamanya allah mengajarkan umat-nya untuk terus mengalah. Suatu saat, pukulan harus di
balas pukulan, serangan pun harus berbalas serangan. Dengan tujuan inilah rasulullah mengadakan
pertemuan dengan ke tujuh puluh lima muslim itu.

Mereka bersepakat bertemu tengah malam di bukit aqabah pada hari-hari tasyriq. Hari tasyriq
adalah tiga hari berturut-turut setelah hari raya kurban [idul adha].

Kali ini, mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di puncaknya. Semua orang mendaki lereng-
lereng aqabah yang curam termasuk kedua muslimah tersebut. Saat itu, rasulullah di sertai
pamannya, abbas bin abdul muthalib. Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat berakibat
perang terhadap orang yang memusuhi keponakannya.

‘’saudara-saudara dari khazraj,’’ demikian abbas berkata, ‘ ‘posisi muhammad di tengah-tengah


kami sudah diketahui bersama. Kami dan mereka yang sepaham denganya telah melindunginya dari
gangguan masyarakat kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di kalangan masyarakat nya
dan mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Namun, dia ingin bergabung dengan tuan-tuan juga.
Jadi, kalau memang tuan-tuan merasa dapat menepati janji seperti yang tuan-tuan berikan
kepadanya itu dan dapat melindunginya dari mereka yang menentangnya, silakan tuan-tuan
laksanakan. Akan tetapi, kalau tuan-tuan akan menyerahkan dia dan membiarkannya terlantar
sesudah berada di tempat tuan-tuan, dari sekarang lebih baik tinggalkan saja.’’

Orang yatsrib pun menjawab, ‘’ sudah kami dengar apa yang tuhan katakan, sekarang silahkan
rasulullah bicara. Kemukakanlah apa yang tuan senangi dan di senangi allah.’’

Adik-adik tersayang, setelah membaca ayat al qur’an dan memberi semangat islam, rasulullah
bersabda, ‘’saya minta ikrar tuan-tuan untuk membela saya seperti membela istri-istri dan anak-
anak tuan-tuan sendiri.’’

Kesetiaan kaum anshar

Sa’ad bin ubadah, seorang pemimpin anshar berkata kepada rasulullah,’’hanya kepada kamilah
rasulullah menghendaki sesuatu. Demi jiwaku yang ada di tangannya, andaikan egkau menyuruh
agar kami menceburkan diri ke dalam samudra, tentulah kami akan melakukannya.’’

Dialog sebelum ikrar

Seorang pemuka masyarakat yang tertua di situ, al bara’ bin ma’rur, berkata, ‘’ rasulullah,kami
sudah berikrar.kami adalah orang peperangan dan ahli bertempur yang sudah kami warisi dari
leluhur kami.’’

Namun, sebelum al bara’ selesai bicara, abu haitham bintayyihan menyela, ‘’rasulullah,kami
sudah memutuskan perjanjian dengan orang-orang yahudi. Namun,apa jadinya kalau yang kami
lakukan ini lalu kelak allah memberikan kemenangan pada tuan, apakah tuan akan kembali kepada
masyarakat tuan dan meninggalkan kami.’’

Rasulullah tersenyum dan berkata,’’tidak, saya sehidup-semati dengan tuan-tuan. Tuan-tuan


adalah saya dan saya adalah tuan-tuan. Saya akan memerangi siapa saja yang tuan-tuan perangi dan
saya akan berdamai dengan siapa saja yang tuan-tuan ajak berdamai.’’

Tatkala mereka siap berikrar,abbas bin ubadah menyela, ‘’saudara-saudara dari khazraj, untuk
apakah kalian memberikan ikrar kepada orang ini, kamu menyatakan ikrar dengan dia untuk
melakukan perang terhadap yang hitam dan yang merah [perang habis-habisan melawan siapa pun].
Kalau tuan-tuan merasa bahwa jika harta benda tuan-tuan binasa dan para pemuka tuan-tuan
terbunuh, tuan-tuan hendak menyerahkan dia kepada musuh,maka lebih baik dari sekarang
tinngalkan saja dia. Kalaupun itu juga yang tuan-tuan lakukan, ini adalah perbuatan hina dunia dan
akhirat. Sebaliknya, jaika tuan-tuan memang dapat menepati seperti yang tuan-tuan berikan
kepadanya itu, sekalipun harta benda tuan-tuan habis dan para pemimpin tuan-tuan terbunuh,
maka silakan saja tuan-tuan terima dia. Itulah suatu perbuatan yang baik, dunia dan akhirat.’’
Kepribadian yang mengagumkan

Kesetiaan kaum anshar pada saat berbaiat menunjukan begitu dalamnya kepercayaan yang
tertanam dalam hati mereka kepada rasulullah. Rasulullah memiliki kepribadian yang daya
pesonanya tidak dapat di jangkau kedalamannya. Siapapun yang bergaul dengan beliau, pasti akan
luluh dalam pesona itu.

Orang ramai pun menjawab, ‘’akan kami terima, sekalipun harta benda kami habis dan
bangsawan kami terbunuh. Namun, rasulullah, kalau dapat kami tepati semua ini, apa yang akan
kami peroleh.’’

Adik-adik tersayang, rasulullah menjawab dengan tenang dan pasti, ‘ ‘surga’’

IKRAR

Mereka mengulurkan tangan kepada rasulullah dan berikrar. Inilah yang tercatat dalam sejarah
sebagai baiat aqabah kedua. Dalam ikrar kedua ini, mereka berkata, ‘’ kami berikrar mendengar dan
setia pada waktu suka dan duka, pada waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang
benar di mana saja kami berada, dan kami tidak takut kritik siapa pun atas jalan allah ini.’’

Rasulullah menjabat tangan para lelaki, tetapi tidak menyentuh tangan wanita.

Setelah itu, beliau berjkata, ‘’pilihlah dua belas orang prmimpin dari kalangan tuan-tuan yang
akan menjadi penanggung jawab masyarakatnya.’’

Mereka lalu memilih sembilan orang khazraj dan tiga orang aus. Kepada para pemimpin itu,
rasulullah berkata, ‘’tuan-tuan adalah penanggung jawaban pengikut-pengikut isa bin maryam.
Terhadap masyarakat saya, sayalah yang bertanggung jawab.’’

Peristiwa ini selesai tengah malam di celah gunung aqabah, jauh dari masyarakat ramai. Saat itu,
mereka berharap hanya allah saja yang mengetahui urusan mereka. Namun, ternyata ada orang lain
yang kebetulan sedang lewat dan merasa curiga dengan suara-suara dari puncak bukit. Orang itu
memanjati lereng gunung dan menyaksikan baiat menentang rasulullah.

KETENTUAN PERANG

Salah satu isi penting ikrar aqabah kedua ini adalah di cantumkannya ketentuan tentang perang.
Pihak anshar berjanji akan membela rasulullah sekalipun harus berperang dan mengorbankan jiwa.
Semua itu dilakukan kaum anshar tanpa pamrih, sama sekali tidak mengharapkan apa pun dari
rasulullah kecuali keridhaan allah.

QURAISY TERKEJUT
Orang itu berteriak memberi tahu penduduk Quraisy yang tinggal di mina, tidak jauh dari situ,
‘’muhammad dan orang-orang yang pindah agama itu sudah berkumpul, mereka akan memerangi
kamu,’’

Walau Cuma mendengar selintas, orang itu mengetahui maksud kaum muslimin. Dengan
berteriak keras-keras, ia bermaksud mengacaukan baiat kaum muslimin. Orang itu berharap kaum
muslimin jadi takut, gelisah, dan membatalkan perjanjian mereka dengan rasulullah.

Namun, tekad kaum muslimin sudah tidak lagi tergoyahkan. Bahkan, dengan semangat menyala,
abbas bin ubbadah berkata kepada rasulullah, ‘’demi allah yang telah mengutus tuan atas dasar
kebenaran, kalau sekiranya tuan berkenan, penduduk mina itu besok akan kami habiskan dengan
pedang kami,’’

Adik-adik tersayang,rasulullah menjawab, ‘’kami tidak di perintahkan untuk itu. Kembalilah ke


teman tuan-tuan.’’

Dengan cepat dan diam-diam, kaum muslimin kembali ke kemah mereka dan tidur sampai pagi,
seolah-olah tidak pernah terjadi apa pun.

Akan tetapi, pagi itu, orang Quraisy telah mengetahui berita adanya ikrar. Mereka benar-benar
sangat terkejut. Para pemuka Quraisy berkumpul dengan cepat dan segera bertindak. Mereka
mendatangi para pemimpin rombongan Aus dan Khazraj.

‘’ apa yang terjadi, kami dengar tadi malam kalian menjanjikan sesuatu kepada muhammad,’’
ujar pemimpin Quraisy setengah menuduh.

Adik-adik tersayang,tidak semua rombongan Aus dan Khazraj adalah muslim. Kebetulan para
pemimpin rombongan adalah mereka yang belum beriman.

‘’tidak, kalian pasti salah, tidak seorang pun dari rombongan kami keluar perkemahan tadi
malam,’’ bantah para pemimpin rombongan dari yatsrib itu.

Tadi malam,kaum muslimin memang bergerak diam-diam. Mereka tidak memberi tahu
anggota rombongan yang belum beriman tentang perjanjian mereka dengan rasulullah. Akhirnya,
orang-orang Quraisy kembali dengan hati ragu. Sementara itu, dengan tenang, anggota rombongan
Kota Yatsrib berkemas dan berangkat pulang.

Kekhawatiran Quraisy

Sangat wajar jika orang Quraisy sangat khawatir mendengar adanya isu baiat ini. Baiat
menempatkan posisi rasulullah yang tadinya lemah ke dalam kedudukan yang sangat kuat. Betapa
tidak, penduduk yatsrib dikenal sebagai prajurit sejak lahir. Apalagi jalur perdagangan Quraisy ke
utara melalui kota yatsrib ini.
HIJRAH

Kaum anshar atau ‘para penolong’, demikianlah rasulullah menjuluki para sahabat barunya dari
kota yatsrib. Sebelum kaum anhar datang, rasanya dakwah islam akan berputar di sekitar mekah
saja. Padahal, seluruh penduduk mekah sudah diteror habis-habisan oleh para pemimpin Quraisy
agar tidak menjadi pengikut rasulullah. Dimata orang Quraisy, tiba-tiba saja islam sudah menjadi
kuat nun jauh di yatsrib sana dan itu di luar jangkauan mereka.

Tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya menyusul kaum anshar
ke yatsrib. Dengan sangat cerdik, beliau memerintahkan kaum muslimin hijrah dengan berpencar-
pencar dan diam-diam agar tidak menimbulkan kepanikan Quraisy.

Mulailah mereka berhijrah sendiri-sendiri dalam kelompok-kelompok kecil. Cara seperti ini
berbeda dengan yang dilakukan Nabi Musa as, yang membawa kaumnya berhijrah dalam kelompok
besar sekaligus.ketika orang Quraisy tahu, mereka mulai panik.

‘’Tahan mereka yang mencoba mengungsi itu, kurung orang yang mencoba pergi,’’ perintah
seorang pemimpin.

‘’Mengapa tidak kita bunuh saja,’’ seru yang lain.

‘’ Apa kamu sudah tidak waras, kalau kita bunuh, kabilahnya akan menuntut balas, Quraisy akan
dipecah dalam perang saudara, itu sudah pasti akan menguntungkan muhammad,Tidak, tidak ada
yang dibunuh. Bujuk saja supaya mereka kembali pada sesembahan lama. Iming-imingi dengan harta
kalau perlu. Jika tidak mau juga, siksa dengan keras,’’

Adik-adik tersayang, demikian keras orang Quraisy bertindak, sampai-sampai ada istri yang
dipisahkan dari suaminya. Kalau istrinya orang Quraisy, ia tidak boleh ikut suaminya hijrah. Kalau
tidak menurut, wanita itu akan mereka kurung.

Semua itu rela dijalani kaum muslimin. Mereka rela berpisah dari keluarga bahkan meninggalkan
semua harta untuk berhijrah demi kebebasan menyembah Allah.

Hisyam bin Ash bin wail

Hisyam bin Ash bersama misannya, ayyasy mengadakan persetujuan sembunyi-sembunyi dengan
umar bin khatab untuk berhijrah. Hutan kecil semak berduri dekat pemukiman Bani Ghiffar adalah
tempat pertemuan mereka. Namun, Hisyam tidak muncul, ia menyerah pada ancaman keluarganya.
UMAR DAN HAMZAH HIJRAH

Adik-adik tersayang, akhirnya berangkatlah kaum muslimin secara berangsur-angsur. Yang


tinngal di mekah saat itu hanyalah rasulullah, abu bakar, ali bin abu thalib, hamzah, umar bin
khattab, dan beberapa gelintir orang yang tidak menemukan cara untuk meloloskan diri. Ketika abu
bakar meminta izin untuk berhijrah, Rasulullah menjawab, ‘’jangan tergesa-gesa, mungkin saja Allah
memerintahkan aku berhijrah dengan di sertai seorang kawan.’’

Akhirnya, hamzah pun berangkat bersama beberapa orang. Namun, beda dengan saudara-
saudara muslimnya yang berangkat dengan sembunyi-sembunyi, hamzah bin abdul muthalib
berangkat terang-terangan sambil menyandang pedang. Sorot matanya seolah-olah berkata, ‘’siapa
pun yang berani mencegahku pergi , akan menghadapi tebasan pedang,’’

Melihat sorot mata itu, tidak seorang Quraisy pun yang berani bertanya-tanya.

Setelah itu, umar bin khattab pun menyusul. Ia pergi bersama beberapa orang lemah dan miskin
yang tidak mungkin di biarkan pergi jika tidak di kawal seorang pelindung yang di segani Quraisy.

Sambil menyandang pedang, meletakkan busurnya di pinggang, umar bin khattab pergi melewati
ka’bah. Tangannya menggengam anan-anak panah. Di hadapan para pembesar Quraisy yang sedang
duduk di situ, ia berkata lantang, ‘’siapa di antara kalian yang ingin ibunya merasakan kematian
anaknya, yang ingin anaknya menjadi yatim, dan istrinya menjadi janda, temuilah aku di belakang
lembab ini.’’

Namun, tidak seorang pun beranjak mememuhi tantangan itu. Melihat tantangannya tidak
terjawab, umar bin khattab melompat ke atas kuda dan pergi memimpin rombongan hijrah.
Kepergiannya diikuti tatapan penuh rasa takut sekaligus benci orang-orang yang memusuhi islam.

Kini, tinggalah Rasulullah, abu bakar, dan ali bin abu thalib yang belum berhijrah. Melihat
rasulullah kini sendirian, para pemuka Quraisy pun segera merencanakan sesuatu yang jahat untuk
mencelakakan beliau.

AYYASY

Ayyasy adalah keponakan abu jahal. Ia ikut hijrah bersama umar bin khattab sampai di selatan
yatsrib. Lalu, muncul abu jahal dan seorang saudara ayyasy, mereka mengatakan ibi ayyasy
bersumpah tidak bersisir sampai anaknya kembali. Umar mengatakan bahwa itu tipuan. Namun,
ayyasy kembali ke mekah dan disana ia di tangkap serta disiksa
QURAISY MENGINCAR RASULULLAH

Di sebuah tempat pertemuan bernama darun nadwah, para pemimpin Quraisy berkumpul untuk
menentukan sikap terhadap Rasulullah. ‘’sudah berkali-kali kita membicarakan kepergian
muhammad dan pengikutnya ke yatsrib, tetapi saat ini tidak ada satu pun tindakan yang bisa kita
lakukan,’’ ujar seseorang.

‘’betul, padahal persoalan ini begitu gawat buat kita. Sadarilah oleh kalian, jika muhammad dan
pengikutnya berkumpul di yatsrib, suatu saat bisa saja mereka datang ke sini dan menyerang kita.’’

‘’Dan kafilah-kafilah dagang kita,’’ jerit yang lain. ‘’kafilah-kafilah dagang kita harus melalui
daerah pinggiran yatsrib untuk bisa sampai ke syam, apa jadinya kita perdagangan kita mereka
tutup, kita akan kelaparan dan menderita, persis seperti kita mengurung muhammad dan
keluarganya selama beberapa tahun di syi’ib abu thalib,’’

Semua orang bergidik ngeri membayangkan kemungkinan itu. Sejenak tidak seorang pun tahu
harus berkata apa. Sampai akhirnya, seseorang memecahkan keheningan, ‘’kita harus segera
bertindak, kemukakan usul kalian tentang apa yang harus kita lakukan,’’

‘’ masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya rapat-rapat, kemudian kita awasi biar
dia mengalami nasib seperti penyair-penyair semacamnya sebelum dia, seperti zuhair dan
nabighah,’’

Namun pendapat ini tidak mendapat dukungan yang lain.

‘’Kita usir dia, Buang saja dia ke luar mekah,’’

‘’namun, nanti dia bisa bergabung dengan pengikutnya di yatsrib,’’

Adik-adik tersayang, akhirnya mereka menyetijui usul Abu jahal yang sangat kejam, ‘’kita ambil
seorang anak muda yang tangguh dan terpandang dari setiap suku. Kemudian, suruh mereka
menusuk muhammad secara bersama-sama dengan pedang-pedang yang telah diasah setajam
mungkin. Bani Abdul Manaf dan Bani Hasyim tidak akan bisa membalas kematian muhammad
karena seluruh suku disini terlibat dalam pembunuhan itu, paling-paling kita hanya harus membayar
ganti rugi yang bisa kita tanggung bersama-sama,’’

Menjadi fakir

Kebanyakan kaum muslimin yang hijrah ke madinah menjadi fakir karena mereka meninggalkan
tanah air, rumah, dan harta benda yang mereka cintai. Mereka tinggalkan semua itu semata karena
cinta kepada allah dan rasul-nya. Mengerti akan hal ini, kaum anshar di madinah sebisa mungkin
menyediakan keperluan saudara-saudaranya dari mekah.
PERSIAPAN HIJRAH RASULULLAH

Adik-adik tersayang, padahari dilaksanakannya rapat untuk membunuh Rasulullah, jibril turun dan
menyampaikan firman allah yang membongkar rencana Quraisy tersebut. Setelah itu, jibril berkata,
‘’Ya Rasulullah, Janganlah Anda tidur malam ini di atas tempat tidur yang biasa, sesungguhnya Allah
menyuruh Anda agar berangkat hijrah ke madinah.’’

Jibril juga menyampaikan bahwa kawan hijrah rasulullah adalah abu bakar. Setelah mendengar
perintah tersebut, tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah pergi ke rumah Abu Bakar. Saat itu di
tengah hari. Panas matahari terasa membakar kepala. Rasulullah berjalan sambil menutup muka dan
kepala. Begitu tiba didepan rumah Abu Bakar, beliau segera memanggil-mangil sahabatnya itu.

Abu Bakar terkejut, ‘’Rasulullah sampai memerlukan datang di tengah panas yang amat
menyengat begini, pasti ada sesuatu yang penting.’’

Tergesa-gesa Abu Bakar keluar menyambut Rasulullah dan menyilakan beliau masuk. Rasulullah
duduk dan berkata, ‘’Allah telah mengizinkan aku keluar dan hijrah.’’

Dengan hati berdebar penuh harap, Abu Bakar bertanya, ‘’Berkawan dengan... saya... ya
Rasulullah.’’

Rasulullah tersenyum, ‘’Ya, dengan izin allah.’’

Saat itu juga, Abu Bakar menangis karena begitu bahagia. Sudah berbulan-bulan lamanya ia
berharap agar Allah memberinya kehormatan untuk menemani hijrah Rasulullah. Saat ini, impiannya
itu menjadi kenyataan.

Abu Bakar bangkit dan menunjukan dua ekor unta yang sangat bagus, ‘’Ya Rasulullah, ambillah
salah satu dari kedua ekor unta ini untuk menjadi kendaraan tuan.’’

Rasulullah kemudian memilih seekor unta dan beliau namakan Al Quswah. Abu Bakar segera
berkemas. Beliau memerintahkan kedua putrinya, yaitu Aisyah dan Asma. Untuk membantu
menyiapkan bekal.

Rasulullah cepat-cepat kembali ke rumah dan memanggil Ali bin Abu Thalib. Beliau berpesan
agar Ali mengembalikan semua barang yang tadinya dititipkan orang-orang kepada Rasulullah.

Pemandu

Rasulullah dan abu bakar menyewa seorang pemandu atau penunjuk jalan bernama Abdullah bin
Uraiqith. Ia termasuk orang Quraisy yang tinggal di luar kota mekah. Ia hafal benar jalan-jalan dan
situasi di daerah itu. Ia masih seorang musyrik tetapi dapat di percaya.
DIKEPUNG

Abu Bakar berpesan kepada putranya, Adullah, agar setiap hari mendengarkan rencana-rencana
Quraisy saat mereka tahu Rasulullah telah berangkat hijrah, ‘’Abdullah, setiap petang datanglah kr
gua Tsur tempat Rasulullah dan aku bersembunyi. Ajaklah adikmu, Asma. Suruh ia membawa
makanan untuk kami.’’

Abu bakar juga menugasi pembantunya, amir bin fuhairah, agar menggembalakan kambing-
kambingnya di dekat Gua Tsur selama Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi di situ. Amir bertugas
memerah susu kambing untuk minum Rasulullah dan Abu Bakar, sekaligus memberi peringatan jika
orang-orang Quraisy itu mendekat.

Malam pun tiba. Rasulullah telah bersiap-siap. Beliau meminta Ali bin Abu Thalib untuk tidur di
atas tempat tidur beliau dan menggunakan selimut yang biasa beliau kenakan. Kemudian, Adik-Adik
Tersayang, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah . mereka adalah para pemuda kekar yg
berasal dari berbagai kabilah. Pembunuh-pembunuh itu bersenjata lengkap dan mengepung rumah
Rasulullah dari segala penjuru; depan, belakang, dan samping. Disertai para ketua kabilah, jumlah
semuannya hampir seratus orang. Tampaknya tidak ada celah sedikit pun untuk meloloskan diri.

Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka mengintai ke dalam rumah Rasulullah
dengan cara memanjat. Konon, setiap kali ia memanjat,terdengarlah suara tangis seorang anak
perempuan. Orang itu punsegera turun. Begitulah yang terjadi berkali-kali. Menurut adat kesopanan
Quraisy, hinalah seorang ksatria yang memasuki rumah orang yang akan di bunuhnya dan hinalah
seorang ksatria yang sampai merusak keamanan seorang perempuan. Anak perempuan tadi adalah
seorang keluarga Rasulullah yang terbangun dari tidurnya.

Demikianlah, para pembunuh terus berusaha mengintai untuk memastikan apakah Rasulullah
masih berada di dalam rumah atau tidak. Ketika melihat Ali bin Abu Thalib yang tidur dengan
berselimut, mereka menyangka itu adalah Rasulullah. Dengan demikian, tenanglah mereka.

Adik-adik Tersayang, bagaimana cara Rasulullah meloloskan diri dari kepungan yang sangat rapat
ini,

Daya Tahan Rasulullah

Hijrah menandai berakhirnya periode mekah dalam dakwah Rasulullah. Selama 13 tahun berdakwah
di mekah, Rasulullah telah menunjukan daya tahan, kesabaran, dan ketabahan luar biasa. Beliau
menerima semua perlakukan buruk orang kafir selama bertahun-tahun tanpa amarah, apalagi
hingga patah semangat. Beliau berdiri sendiri menentang kekafiran tanpa bantuan apa pun dari
luar. Selama itu, beliau di tekan, di tentang, dihina, dan diburu sampai akhirnya beliaulah yang keluar
menjadi pemenang.
RASULULLAH MELOLOSKAN DIRI

Ketika saatnya tiba, Rasulullah keluar rumah dengan sangat perlahan. Beliau mengambil
segenggam pasir dan menaburkannya ke kepala para pengepung sambil membaca doa. Dengan
pertolongan Allah, para pengepung itu tidak dapat melihat Rasulullah keluar rumah. Bahkan
semuanya jadi mengantuk dantertidur. Rasulullah pun pergi.

Tidak lama kemudian, abu bakar datang. Setelah itu apa yang terjadi, Abu Bakar segera
menyusul Rasulullah dan berhasil menemui beliau di tengah perjalanan menuju Gua Tsur. Pagi
hampir tiba ketika tiba-tiba muncul seorang laki-laki tua yang tidak seorang pun pernah melihatnya.
Orang tua itu berseru nyaring untuk membangunkan para pengepung, “ Hai orang banyak! Kamu
semua di sini sedang menunggu apa? Mengapa kalian tertidur demikian pulas?”

“ Kami sedang menunggu Muhammad! Bukankah ia masih tidur di dalam?”

Orang tua itu menggeleng-geleng, “Kasihan... kasihan... kasihan sekali kalian! Muhammad
sudah pergi dari tadi setelah menaburkan pasir di kepala kalian!”

Para pemuda gagah itu bangkit sambil membersihkan pasir di kepala mereka, “Aduh, pasir di
kepala kita! Sungguh keterlaluan! Keterlaluan!”

Salah seorang dengan gemas mengedor-gedor pintu rumah Rasulullah, “ Muhammad!


Muhammad! Muhammad!”

Adik-adik tersayang, mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus. Hanya
dalam waktu beberapa detik, mereka mengelilingi tempat tidur Rasulullah. Dengan kasar, selimut di
tarik dan pedang-pedang terangkat siap untuk di hunjamkan. Namun, Ali bin Abu Thalib yang tidur di
tempat Rasulullah itu segera melompat bangun dan siap menghadapi maut.

Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan Rasulullah yang barusan berbaring.

“Mana Muhammad?” hardik mereka kasar.

“Aku tidak tahu!” jawab Ali bin Abu Thalib.

Para pemuda itu kemudian menggiring Ali bin Abu Thalib ke dekat ka’bah. Di sana mereka
memukuli, menendang, dan menampar wajah beliau. Namun, Ali lebih baik mati daripada
mengatakan di mana Rasulullah berada. Dengan putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin Abu
Thalib yang telah bertahan demikian berani.

VERSI LAIN

Menurut versi lain, pembicaraan rahasia tentang pengepungan itu dibocorkan orang ke telinga
Rasulullah. Beliau lalu meloloskan diri sebelum para pengepung itu datang. Ketika mereka datang,
mereka melihat Ali bin Abu Thalib mengenakan mantel hijau Rasulullah sedang berbaring dan
menyangka itulah Rasulullah. Seseorang lewat dan memberitahukan bahwa Rasulullah sudah pergi.
Mereka pun menyerbu masuk ke rumah dan sadar telah kecolongan.
DI GUA TSUR

Adik-adik tersayang, saat itu Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Gua Tsur. Selama berjalan, Abu
Bakar sebentar-sebentar melangkah di muka Rasulullah, lalu di samping, kemudian pindah ke
belakang. Demikian berulang-ulang.

“ Abu Bakar, saya tidak mengerti perbuatanmu ini,” ucap Rasulullah.

“Ya Rasulullah, saya takut kuta diikuti pengintai. Untuk mengelabui mereka, saya berpindah-
pindah berjalan di dekat anda.”

Saat itu, Rasulullah berjalan dengan kaki telanjang. Padahal, beliau tidak biasa berjalan tanpa
alas kaki. Akibatnya, kaki Rasulullah dipenuhi luka di sana-sini. Tiba di Gua Tsur. Abu Bakar meminta
Rasulullah menunggu sebentar di luar. Abu Bakar tahu Gua Tsur banyak dihuni banatang-binatang
liar, buas, dan berbisa seperti ular dan kalajengking. Tidak seorang manusia pun berani masuk ke
dalamnya.

Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam. Ia
merobek pakaiannya secarik demi secarik untuk menyumpal semua lubang yang terlihat. Setelah itu,
dengan pakaian terkoyak-koyak, ia menyingkirkan batu-batu. Mendadak seekor ular yang
bersembunyi di balik berbatuan itu menggigit kakinya dengan keras. Sakit bekas gigitan itu seperti
hendak meledakkan kepala. Namun, Abu Bakar menahan rasa sakit itu dan terus bekerja tanpa
bersuara.

Setelah selesai, Rasulullah pun masuk. Demikian lelahnya beliau hingga tertidur dengan
meletakkan kepala di pangkuan Abu Bakar. Saat itu, rasa sakit bekas gigitan ular semakin terasa
menyengat sampai-sampai air mata Abu Bakar menetes-netes. Setitik air mata itu menetes ke muka
Rasulullah. Beliau bangun dengan terkejut.

“Mengapa engkau menangis, wahai Abu Bakar?”

“Saya digigit ular, ya Rasulullah.”

“Oh, mengapa tidak engkau katakan dari tadi?”

“Saya takut membangunkan engkau.”

Rasulullah memeriksa luka Abu Bakar dan mengusapnya. Seketika itu juga, bengkak dan rasa
sakitnya lenyap. Kemudian, Rasulullah bertanya, “Ke mana pakaianmu?”

Abu Bakar menceritakan semua yang terjadi. Rasulullah terharu. Beliau pun berdoa, “Ya Allah,
letakkan Abu Bakar kelak pada Hari Kiamat pada derajatku!”

Barang-Barang Amanat

Rasulullah menugaskan Ali bin Abu Thalib mengembalikan barang-barang titipan setelah beliau
hijrah. Pada masa itu, banyak oorang mekah yang khawatir terhadap barang berharga milik mereka.
Kemudian, mereka menitipkan barang-barang itu kepada Rasulullah. Hal itu karena mereka
mengetahui kejujuran dan kesetiaan Rasulullah dalam menjaga amanat.
MEMBURU RASULULLAH

Di mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para pembesar berkumpul sepagi mungkin. Dengan
segera, pasukan berkuda disebar ke beberapa perkampungan seputar mekah untuk mencari
Rasulullah.

“Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah mengepungnya begitu rapat sampai tidak
seekor ular gurun dapat lolos?” jerit seorang pembesar.

Semua orang terdiam. Mereka berusaha mencari jawabannya. Namun, tidak seorang pun bisa
menjelaskan apa yang terjadi.

“Sudahlah, itu tidak penting!” akhirnya seseorang berseru.

“Sekarang yang paling mendesak adalah menemukan Muhammad secepat mungkin! Ada yang
punya usul?”

“Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak jejak Muhammad!”

Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat ahli itu mengikuti jejak yang ditinggalkan
Rasulullah. Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya dengan wajah yang tidak sabar.
Sebagian besar dari mereka adalah para pemuda yang semalam ditugaskan menyergap Rasulullah.

Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu menarik napas sambil menggeleng, “Jejaknya sudah
terhapus oleh orang yang lalu-lalang tadi pagi!”

“Gawat!” gemas seseorang “Apa kau punya usul lain, pencari jejak?”

“Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat Muhammad yang paling dekat!”

Orang Quraisy saling pandang dan serempak bergumam, “Abu Bakar!”

Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah Abu Bakar. Asma binti Abu Bakarlah yang
keluar membukakan pintu.

“Dimana ayahmu?” bentak abu jahal.

“Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya,” jawab Asma dengan berani.

“Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya?”

“Saya tidak tahu! Dirumah hanya ada ibu dan saudari saya.”

“Ah, terlalu!” sambil bersungut begitu, Abu Jahal menampar wajah Asma keras-keras.

Menenteramkan Kakek

Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah mendatangi
Asma. Sang kakek khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan uang sepeser pun untuk putrinya.
Memang demikian karena Abu Bakar membawa semua uangnya untuk perjuangan islam di madinah.
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah meninggalkan banyak uang untuk kami. Abu
Quhafah meraba batu itu dan hatinya tenteram karena ia menyangka Abu Bakar memang
meninggalkan uang yang banyak
Sarang Laba-Laba

Adik-adik tersayang, ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak
menemukan jejak mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda mengikuti jejak itu
sampai tiba di kaki Gunung Tsur. Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.

“Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?” tanya komandan pasukan. “Apakah Muhammad
masuk ke dalam Gua itu atau terus mendaki ke puncak?”

“Aku tidak tahu,” geleng si pencari jejak. Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka
menanyainya. “Mungkin saja mereka ke dalam goa itu,” jawab sang gembala. “Tapi aku tidak melihat
ada orang yang menuju ke sana.”

Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar mengalir mendengarnya, “Bagaimana kalau mereka
sampai masuk ke sini? Bukan keselamatanku yang kukhawatirkan, melainkan keselamatan
Rasulullah!” kata Abu Bakar dalam hati.

Beberapa pemuda naik dan melongok longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia
berbisik, “Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti kita akan terlihat.”

Rasulullah menjawab mantap, “Jangan takut Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita.”

Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya.

“Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?” tanya komandan mereka dingin.

“Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk dalam tanpa
merusaknya!”

“Lagi pula ada dua ekor burung merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!” lapor yang lain.
“Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu pasti akan rusak.”

Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain sambil menghela napas, “Baiklah, naik
kudamu! Kita cari ke arah lain!”

Pasukan pun menjauh. Adik-Adik tersayang, sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi
gua adalah pertolongan yang diberikan Allah. Padahal sebelum Rasulullah. Dan Abu Bakar masuk, tak
ada laba-laba dan burung merpati yang bersarang. Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua
juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk. Di dalam, Abu
Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya semakin bertambah kuat.

Perjuangan Anak Muda

Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika mereka
membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas mencari berita di tengah kaum
Quraisy, sedankan Asma mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para pemuda muslim
sepanjang zaman. Mereka tidak hanya tekun beribadah ritual, tetapibjuga mengerahkan seluruh
kesanggupannya untuk berjuang.
MENUJU YATSRIB

Tiga hari tiga malam lamanya Rasulullah dan Abu Bakar tinggal di Gua Tsur. Selama tiga hari itu
pula, musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar menjalankan tugasnya dengan sangat
baik. Setiap hari, ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan menyampaikannya ke Gua Tsur
ketika petang tiba. Asma binti Abu Bakar setipa sore selalu mengantarkan makanan bersama
Abdullah. Sementara itu, Amir bin fuhairah yang mengembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu
memerah susu kambing agar Rasulullah dan Abu Bakar tidak kehausan sekaligus memberi tahu jika
ada orang yang mendekat. Ketiga orang itu menjalankan tugasnya dengan tenang sehingga tidak
satu pun orang Quraisy yang mencurigai gerak-gerik mereka.

Setelah tiga hari, kepanikan di mekah sudah agak mereda. Saat itulah Rasulullah dan Abu Bakar
berangkat ke madinah. Mereka diiringi Abdullah bin Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu
masih kafir. Ketika akan berangkat, ternyata tidak ada tali yang dapat di gunakan untuk
menggantungkan makanan dan minuman ke pelana unta. Asma memecahkan masalah itu. Dengan
sigap, ia merobek sabuknya menjadi dua helai kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal sebagai
Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).

Dengan cerdik, Rasulullah memilih jalan yang sulit dan tidak biasa dilalui orang. Beliau memilih
jalan memutar ke tepi laut. Mereka berjalan sepanjang malam dan siang tanpa mengenal lelah.
Mereka berusaha secepatnya menjauhi mekah dan menghindari daerah permukiman.

Perbedaan Cara Hijrah Rasulullah dan Umar bin Khattab

Mengapa Rasulullah tidak berhijrah terang-terangan seperti umar bin khattab? Karena Rasulullah
ingin menunjukkan kepada umatnya bahwa tindakan hati-hati dan penuh perhitungan harus di ambil
saat berhadapan dengan bahaya. Jika Rasulullah mengambil cara seperti Umar, bisa jadi umat
muslim akan menghilangkan sikap hati-hati saat bahaya datang.

Adik-Adik tersayang, di mekah orang ribut mendengar sebuah pengumuman yang sangat
menarik, “Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad dan membawanya sampai ke mekah, akan
mendapat hadiah 100 ekor unta.”

Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-dusun yang jauh. Suraqah bin malik, kepala
kabilah Bani Mudlij, turut mendengar berita itu. Suatu saat, ia didatangi seorang anggota kabilah
yang datang tergopoh-gopoh, “Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta lewat di tepi
pantai. Mungkin itulah Muhammad!”

“Bukan, itu orang lain!” kata suraqah.

Namun, setelah berkata begitu, suraqah cepat-cepat pulang dan mengambil senjata lengkap. Ia
pacu kudannya ke arah yang ditunjuknya orang tadi. Adik-Adik tersayang,ternyata yang di buru
suraqah memang benar rombongan Rasulullah.
SURAQAH BIN MALIK

Dengan cepat, suraqah telah berada di belakang rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang selalu
waspada menoleh dan melihat musuh mendekat, “Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu
akan tertangkap!”

Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa menoleh ke belakang, beliau bersabda, “Tenanglah
sahabatku, jangan bersusah hati. Sesungguhnya Allah beserta kita.”

Kemudian, Rasulullah berdoa, “Ya Allah, cukupkanlah kami akan dia (suraqah) sekehendak
engkau.”

Saat itu juga, kuda suraqah tergelincir dan penunggangnya terpelanting. Suraqah terdiam
sejenak. Ia merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa kudanya bangkit dan mengejar lagi.
Namun, kejadian tadi kembali terulang: suraqah dan kudanya terpelanting. Bahkan lebih keras dari
pada sebelumnya.

Namun, dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya yang hampir tidak mampu
bangkit. Ia lalu kembali mengejar. Untuk ketiga kalinya, Suraqah terjatuh . saat itu, hilanglah niat
jahat dalam hatinya. Ia memanggil –manggil Rasulullah.

Beliau pun berhenti dan membiarkan Suraqah mendekat.

“Maafkan saya, beribu-ribu maaf!” kata Suraqah. “Jangan engkau balas perbuatan saya, Wahai
Muhammad! Berilah saya sebuah surat jaminan bahwa engkau tidak akan membalas saya saat
engkau dan agamamu kelak telah menguasai seluruh jazirah Arab.”

Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.

“Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan 100 ekor unta bagi siapa pun yang
dapat membawa anda kembali?” tanya suraqah.

Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan hati. Dengan penuh semangat, Suraqah


menawarkan bekal dan peralatan untuk perjalanan jauh. Namun, Rasulullah menolaknya dengan
halus. Beliau hanya berpesan agar Suraqah merahasiakan pertemuan ini.

Sebelum kembali berangkat, Rasulullah bersabda, “Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan
berpakaian dan memakai perhiasan, gelang, serta emas seperti yang biasa di pakai raja-raja persia.”

Denganhati dipenuhi rasa bahagia, Suraqah memandang Rasulullah yang pergi menjauh.

Berjumpa Lagi

Kelak setelah menaklukkan mekah, Rasulullah dan pasukan muslim berusaha membebaskan Tha’if.
Saat itulah Suraqah datang. “pergi menjauh!” seru para sahabat anshar kepadanya. Mengetahui
Suraqah yang datang, Rasulullah berkata, “Ini hari balas budi dan kebaikan.” Kemudian, keduanya
pun bercakap-cakap.

Anda mungkin juga menyukai