Anda di halaman 1dari 9

NAMA : Ainun Dhifa Nisa

KELAS:XII.IPA

Kisah Teladan Nabi Muhammad Sang Motivator


Berkaca pada zaman dahulu dengan pijakan yang penuh dengan
kegelapan, seiring berputarnya rotasi kehidupan kini telah penuh
dengan terang benderang. Sebagai umat muslim, lantas kita harus
memiliki motivator dan panutan kelak menginspirasi rona kehidupan
sehingga mewarnai jalan dakwah kita.

Salah satu inspirator seluruh umat muslim ialah kisah teladan


Nabi Muhammad SAW sang motivator handal yang patut untuk
dijadikan role model. Terdapat banyak nilai kehidupan, kebaikan, dan
kisah tauladan yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan
sehari-hari untuk menjadi pribadi lebih baik.

Allah SWT berfirman,

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفي َرُس وِل ِهَّللا ُأْس َو ٌة َح َس َنٌة ِلَم ْن َك اَن‬
‫َيْر ُج و َهَّللا َو اْلَيْو َم اآْل ِخ َر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثيًر ا‬
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.“
(QS Al Ahzab : 21)

Nabi Muhammad SAW telah diutus oleh Allah SWT sebagai


seorang rasul dan pemimpin bagi umat islam. Rasulullah memiliki
segala keistimewaan dan berbagai rahmat untuk menuntun umat
menuju jalan lurus yang diberkahi oleh Allah SWT. Kebaikannya
yang mengharukan diiringi dengan akhlak yang mulia, sehingga
menjadi suri tauladan bagi umat di dunia.
1. Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW tentang Pengemis
Yahudi yang Masuk Islam

Pada suatu hari terdapat seorang pengemis Yahudi buta yang selalu
berteriak dan menghina Nabi Muhammad SAW. Pengemis tersebut
selalu ditemani oleh seseorang yang senantiasa menyuapi dengan
penuh lembut dan kasih sayang. Suatu waktu, seseorang tersebut tidak
datang kembali untuk menyuapi dan tergantikan oleh sahabat
Rasulullah yaitu Abu Bakar As-Shidiq. Seketika sang pengemis hanya
ingin disuapi oleh seseorang sebelumnya dan rasa nyaman dan sayang
mengisi hatinya.

Kemudian satu sahabat terbaik Nabi Muhammad SAW itupun


berkata,

“Memang, benar, Aku bukan orang yang biasa datang membawa


makanan dan memberimu suapan atas makanan itu. Aku
memang tidak bisa selemah lembut orang itu.”

“Ketahuilah bahwa Aku adalah salah satu sahabat orang yang


setiap hari menyuapimu tersebut. Orang yang dulu biasa ke sini
dan memberimu makan dan menyuapimu telah wafat. Aku hanya
ingin melanjutkan amalan yang ditinggalkan orang tersebut,
karena Aku tidak ingin melewatkan satu pun amalannya setelah
kepergiannya.”

Lalu si pengemis buta Yahudi tersebut terdiam sejenak dan bertanya


kepada Abu Bakar siapa orang yang selama ini memberinya makan
dan juga menyuapinya.

“Ketahuilah, bahwa Ia adalah Muhammad, Rasulullah


Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang setiap hari kau
hinakan dan kau rendahkan di depan orang banyak di pasar ini.
(Jawab Abu Bakar kepada pengemis buta itu).”

Awal Kisah Pengemis Yahudi Memeluk Agama Islam


Seketika pengemis Yahudi yang buta itu tertegun dan kaget terngiang,
tak ada kata yang keluar dari mulutnya namun tampak bibirnya
bergetar. Air mata pengemis buta itu perlahan membasahi pipinya
yang mulai berkeriput tua. Si pengemis buta tersadar, betapa orang
yang selama ini ia hinakan justru memperlakukannya dengan lemah
lembut dan penuh kasih sayang. Lantas pengemis tersebut merasa
lebih hina dari apapun yang ada di dunia ini.

Ia seraya berkata

“Selama ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan saat


Muhammad ada di sampingku sedang menyuapi aku. Tapi dia
tidak pernah memarahiku. Dia malah dengan sabar
melembutkan makanan yang di masukkan ke dalam mulutku.
Dia begitu mulia. (Kata pengemis buta dalam isakannya).”

Lantas seketika saat itu juga, Si Pengemis Yahudi buta segera


bersaksi di hadapan Abu Bakar Ash Shiddiq. Ia mengucapkan dua
kalimat syahadat ‘La ilaha illallah Muhammadar Rasulullah.’

Pengemis buta memilih untuk memeluk Islam setelah sumpah


serapahnya kepada Muhammad SAW dibalas dengan kasih sayang
oleh motivator handal tersebut. Selayaknya kita harus selalu
mendo’akan dan tetap berbuat baik kepada seseorang yang
menghina/menyakiti hati kita kelak kebaikan akan mengalir.

Allah SWT berfirman,

ۛ‫َو َأْنِفُقوا ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َو اَل ُتْلُقوا ِبَأْيِد يُك ْم ِإَلى الَّتْه ُلَك ِة‬
‫َو َأْح ِس ُنواۛ ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِس ِنيَن‬
Artinya:

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan


janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

(QS. Al-Baqarah: 195)

2. Kisah Hamba Sahaya Seorang Nasrani yang Sangat Mencintai


Rasulullah SAW

Kisah seorang budak yang paling beruntung dan menjadi warisan


bagi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam . Setelah menikah dengan
Khodijah radhiallahu’anha, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
memerdekakannya. Dialah yang telah merawat Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wa sallam sewaktu kecil, sehingga beliau
menganggapnya seperti ibu sendiri. Dan bertambah pula keutamaan
Ummu Aiman dengan adanya Usamah bin Zaid, putra mereka yang
menjadi kesayangan Rasulullah SAW.

Sebelumnya dalam perjalanan pulang dari mengunjungi saudara-


saudara suaminya dari Bani Najjar di Yatsrib (Madinah), ajal
menjemput Aminah binti Wahab. Beliau meninggalkan putranya yang
telah yatim dan baru berumur empat tahun bersama seorang hamba
sahaya. Hamba sahaya tersebutlah yang merawat dan menemaninya
dalam kesedihan ditinggal sang ibunda. Ia juga menemani melintasi
perjalanan menuju ke Mekah dalam terik matahari serta panasnya
batu dan pasir gurun.

Anak tersebut ialah Muhammad bin Abdullah (Rasulullah shalallahu


‘alaihi wa sallam) dan budak itu adalah Ummu Aiman Al-
Habasyiyyah radhiallahu’anha. Sebelum memeluk Islam, seorang
hamba sahaya Zaid dilahirkan sebagai seorang Nasrani. Saat ia masih
kecil, ia ikut bepergian dengan ibunya dalam suatu kafilah namun
segerombolan perampok menghadang mereka dan menculik Zaid. Ia
kemudian dijual dan jatuh ditangan Hakim dan ia menghadiahkan
Zaid kepada Khadijah, isteri nabi Muhammad SAW.
Setelah menikah dengan Rasul, Khadijah menghadiahkan Zaid
kepada beliau dan beberapa orang dari salah satu rombongan haji
melihat Zaid. Saat itu beliau berada di Mekah, kemudian mereka
memberitahukan hal tersebut kepada ayah Zaid. Sang ayah yang
sudah mencari anaknya dan hampir putus asa kemudian pergi ke
Mekah untuk menjemput anaknya meskipun ia harus menebusnya.

Hambah Sahaya Itu Sangat Mencintai Rasulullah SAW


Pada saat tiba di Mekah, Rasul bertemu dengan ayah Zaid dan di mata
sang ayah yang terlihat berduka menyentuh hati Rasulullah.
Kemudian ia memerdekakan Zaid tanpa syarat apapun. Meskipun
demikian, Zaid menolak untuk pergi. Seraya ia berkata

“Aku tidak akan pergi, aku lebih mencintai engkau daripada


ayah dan ibu kandungku sendiri.”

Ketulusan hati Rasulullah dengan memerdekakan budak dan


mempermudah urusan orang lain patut untuk di implementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

Pada Hadits Riwayat Muslim,

“Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan


(kesusahan) dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin
ketika didunia maka Allah akan menghilangkan satu kesusahan
(kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari
kiamat kelak. Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan
(membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Allah akan
membantu memudahkan urusannya didunia dan di akhirat. Dan
barangsiapa yang menutup aib orang muslim , niscaya Allah
akan menutup aibnya dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah
akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong
saudaranya.”
3. Kisah Ketegasan Nabi Muhammad SAW Kepada Seorang
Penyair yang Mendapatkan Hidayah

Nabi Muhammad SAW dapat berperilaku tegas dan tetap dengan


kelembutan, sehingga tidak menyakiti hati umatnya. Beliau tidak
pernah berkata maupun berlaku kasar kepada mereka yang
menghinanya. Adapun terdapat suatu kisah teladan nabi yang
menceritakan tentang bagaimana Rasulullah memotong lidah
seseorang sehingga menyadarkan hati seseorang tersebut. Beliau
memperlakukan umatnya dengan penuh kelembutan hati dan tulus
mewarnai kehidupan disekelilingnya.

Pada saat Perang Hunain berkecamuk, Nabi Muhammad SAW


mengangkat senjata melawan Suku Hawazin dan Quraisy yang
dipimpin oleh Alabak. Kemudian kedua pasukan tersebut bertempur
di medan Hunain, yang jaraknya sekitar tiga mil dari Mekah. Nabi
Muhammad SAW dan pasukannya berhasil mengalahkan kaum
Quraisy dan mendapatkan banyak harta rampasan perang. Rasulullah
sedang membagi-bagikan empat perlima dari harta rampasan perang
yang diperoleh kepada orang-orang ikut berperang seperti biasa yang
ia lakukan.

Rasulullah SAW Bertindak Tegas Kepada Seorang Penyair


Kemudian bagian seperlimanya untuk Rasulullah sendiri dan
dibagikannya kepada anggota keluarga yang beliau kehendaki. Dari
salah seorang penerima yakni, Abbas seorang penyair merasa tidak
puas atas apa yang ia peroleh. Kemudian ia mengumpat Rasulullah
SAW dengan cara membacakan syair yang tidak mengenakkan
hati. Rasulullah SAW pun mendengar syair tersebut kemudian
tersenyum dan seraya berkata

“Bawa orang itu pergi dari sini dan potong saja lidahnya!”
Pada saat itu Umar sedang marah melihat perbuatan Abbas yang
hampir saja melaksanakan perintah Rasulullah untuk memotong
lidahnya. Seketika Ali tiba-tiba menyeret Abbas dan membawanya ke
lapangan dimana binatang ternak rampasan dikumpulkan.

“Ambillah sebanyak yang kau mau”

“Apa? (Tanya Abbas kepada Ali dengan rasa tak percaya).”

“Beginikah cara Nabi memotong lidahku? Demi Allah, aku tidak


akan mengambil sedikitpun harta ini. (kata Abbas sambil
menahan malu).”

Sejak saat itu ia pun menyusun dan membacakan syair kecuali yang
berisi pujian kepada Rasulullah SAW. Hidayah menyelimuti hati
Abbas menjadi umat yang berperilaku terpuji dan bertutur kata
dengan baik atas karena ketegasan Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT berfirman,

‫ُم َح َّم ٌد َرُس وُل ِهَّللاۚ َو اَّلِذ يَن َم َعُه َأِش َّداُء َع َلى اْلُك َّفاِر‬
‫ُرَح َم اُء َبْيَنُهْم ۖ َتَر اُهْم ُر َّك ًعا ُسَّج ًد ا َيْبَتُغوَن َفْض اًل ِم َن‬
‫ِهَّللا َو ِرْض َو اًناۖ ِس يَم اُهْم ِفي ُو ُج وِهِهْم ِم ْن َأَثِر الُّسُج وِد‬

Artinya:

“Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang


bersama dengan dia adalah keras terhadap orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka.”

(Al-Fath : 29)
4. Sifat Nabi Muhammad SAW yang Senantiasa Memberi
Meskipun Dalam Keadaan Sakit

Roda berputar mengayuhkan kehidupan Rasulullah yang penuh


dengan nilai kehidupan suri tauladan. Pada saat kondisi kesehatan
Rasulullah semakin memburuk karena sakit yang beliau derita. Beliau
bertanya pada Aisyah Ra tentang uang yang ia titipkan padanya
sebelum ia menderita sakit. Beliau lupa bahwa ia pernah menitipkan
uang dan teringat saat penyakit ada pada dirinya.

Kemudian Nabi Muhammad bertanya dengan suara parau,

“Aisyah, dimana uang yang pernah kutitipkan padamu sebelum


sakit?”

Lalu Rasulullah berkata kembali

“Tolong kau bagikan uang itu di jalan Allah. Karena aku akan
malu bertemu Allah SWT yang dicintai, sedangkan dirumahnya
masih ada timbunan dan simpanan uang.”

Nabi Muhammad SAW selalu bersedekah dan memudahkan urusan


umat disekitarnya, bahkan ia selalu mengajak umatnya menuju jalan
kebaikan.

Allah SWT berfirman,

‫َم َثُل اَّلِذ يَن ُيْنِفُقوَن َأْم َو اَلُهْم ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َك َم َثِل َح َّبٍة‬
‫َأْنَبَتْت َس ْبَع َس َناِبَل ِفي ُك ِّل ُس ْنُبَلٍة ِم اَئُة َح َّبٍةۗ َوُهَّللا‬
‫ُيَض اِع ُف ِلَم ْن َيَش اُء ۗ َوُهَّللا َو اِس ٌع َع ِليٌم‬
Artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.”

(QS. Al-Baqarah 2:261)

Demikianlah empat kisah teladan Nabi Muhammad SAW sang


motivator handal yang patut untuk dijadikan kunci kesuksesan dalam
kehidupan kita. Rangkailah jemari kehidupan dengan
mengimplementasikan perilaku dan budi pekerti yang baik seperti
Rasulullah dalam berjuang di jalan Allah. Resonansikanlah untuk
menggetarkan kebaikan dan manfaat kepada sesama seperti Beliau.
Kobarkan semangat untuk berdakwah menjadi penerus Nabi
Muhammad SAW untuk mencapai rahmat dan ridho Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai