Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kisah Teladan Nabi Muhammad SAW

Nama : Nurika Fauziah


Kelas : 3A
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang kisah hidupnya
menjadi suri teladan umat Islam di seluruh dunia. Di mana semua
perkataan dan perbuatan beliau merupakan kebaikan yang membawa
petunjuk bagi umat Islam.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat
21 sebagai berikut.
َ َ‫ه ُْ َ ٌ َ َ ٌَ َ ْ َ َ َْ ُ هَ َ َْْ َ ْ َ َ َ ََ ه‬ ُ ‫ان َل ُك ْم ف َر‬
َ َ ْ ََ
‫اَّلل ك ِث ر ًيا‬ ‫اَّلل أسوة حسنة ِلمن كان يرجو اَّلل واليوم اْل ِخر وذكر‬
ِ ‫ول‬ ِ ‫س‬ ‫ِي‬ ‫لق د ك‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS Al Ahzab :
21).
Ada begitu banyak kisah inspiratif dari hidup Rasulullah SAW yang bisa
diteladani umat muslim. Nah, berikut ini adalah 3 kisah pilihan yang bisa
diteladani dan diambil pelajarannya.
Lemah Lembut
Nabi Muhammad SAW adalah seorang berhati mulia yang senantiasa
lemah lembut pada sesama, bahkan pada seorang yang selalu
menghinanya. Dikisahkan dalam sebuah cerita, suatu hari pernah ada
seorang pengemis Yahudi buta yang menetap di sebuah pasar di Madinah.
Bukan hanya mengemis, ia juga selalu berseru sumpah serapah dan
menghina nabi di hadapan orang-orang yang lewat di pasar tersebut.
“Jangan dekati Muhammad! Jauhi dia! Jauhi dia! Dia orang gila. Dia itu
penyihir. Jika kalian mendekatinya maka kalian akan terpengaruh
olehnya.”
Pengemis itu hampir setiap hari ditemani oleh seorang di sisinya. Orang
tersebut dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang menyuapinya.
Mendengar hinaan tersebut, orang yang menyuapi si pengemis hanya
terdiam dan terus menyuapinya makanan ke hingga habis.
Sampai suatu hari si pengemis buta Yahudi itu tidak lagi ditemani oleh
orang yang biasa menyuapinya. Kemudian datanglah seorang yang lain dan
menyuapinya.
Orang lain tersebut ialah Abu Bakar Ash Shiddiq sahabat Rasulullah SAW.
Ketika mendengar sumpah serapah pengemis tersebut kepada nabi, hati
dan kepala Abu Bakar mendidih mendengarnya, nahun ia menahan
amarahnya.
Kemudian si pengemis berkata “Kau bukan orang yang biasa memberiku
makanan,” hardik si pengemis buta.
“Aku orang yang biasa,” kata Abu Bakar.
“Tidak. Kau bukan orang yang biasa ke sini untuk memberiku makanan.
Apabila dia yang datang, maka tak susah tangan ini memegang dan tak
susah mulutku mengunyah. Dia selalu menghaluskan terlebih dahulu
makanan yang akan disuapinya ke mulutku," sangkal si pengemis buta
kepada Abu Bakar.
Mendengar perkataan pengemis buta tersebut, Abu Bakar tak kuasa
membendung rasa harunya. Air matanya tumpah tak tertahankan, beliau
menangis sampai terisak-isak.
“Memang benar, aku bukan orang yang biasa datang membawa makanan
dan memberimu suapan atas makanan itu. Aku memang tidak bisa
selemah lembut orang itu.”
“Ketahuilah bahwa Aku adalah salah satu sahabat orang yang setiap hari
menyuapimu tersebut. Orang yang dulu biasa ke sini dan memberimu
makan dan menyuapimu telah wafat. Aku hanya ingin melanjutkan
amalan yang ditinggalkan orang tersebut, karena Aku tidak ingin
melewatkan satu pun amalannya setelah kepergiannya,” lanjut Abu Bakar.
Kemudian si pengemis buta tersebut terdiam sejenak dan bertanya siapa
orang yang selama ini memberinya makan dan juga menyuapinya.
Kemudian Abu Bakar menjawab, “Ketahuilah, bahwa Ia adalah
Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang yang setiap
hari kau hinakan dan kau rendahkan di depan orang banyak di pasar ini.”
Mendengarnya, si pengemis buta itu tertegun. Kemudian bibirnya bergetar
dan air matanya tumpah membahasi pipinya yang mulai keriput.
Si pengemis buta tersadar, betapa orang yang selama ini ia hinakan justru
memperlakukannya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Ia
justru malah merasa lebih hina dari apapun yang ada di dunia ini.
“Selama ini aku telah menghinanya, memfitnahnya, bahkan saat
Muhammad ada di sampingku sedang menyuapi aku. Tapi dia tidak
pernah memarahiku. Dia malah dengan sabar melembutkan makanan
yang di masukkan ke dalam mulutku. Dia begitu mulia.” Kata pengemis
buta dalam tangisnya.
Seketika itu juga, pengemis Yahudi buta itu kemudian masuk Islam. Ia
bersaksi di hadapan Abu Bakar Ash Shiddiq, mengucapkan dua kalimat
syahadat ‘La ilaha illallah. Muhammadar Rasulullah.’ Si pengemis buta
memilih memeluk Islam setelah cacian dan sumpah serapahnya kepada
nabi Muhammad SAW dibalas dengan kasih sayang yang tulus.
Tidak Suka Menyimpan Uang
Nabi Muhammad SAW adalah seorang ahli sedekah yang tidak pernah
tamak dan serakah pada harta. Bahkan ia hidup sederhana dan tidak suka
menimbun harta atau uang di rumahnya.
Sebagaimana dikisahkan dalam kisah berikut. Saat kondisi kesehatan
Rasulullah SAW semakin memburuk karena sakit yang beliau derita, Beliau
bertanya pada Aisyah Ra tentang uang yang ia titipkan padanya sebelum ia
sakit.
Beliau lupa pernah menitipkan uang dan teringat saat sakit. Rasul bertanya
dengan suara parau, “Aisyah, dimana uang yang pernah kutitipkan
padamu sebelum sakit?” tolong kau bagikan uang itu di jalan Allah. Karena
aku akan malu bertemu Allah SWT yang dicintai,sedangkan dirumahnya
masih ada timbunan dan simpanan uang.”
Dari kisah tersebut dapat terlihat betapa Rasulullah SAW adalah seorang
yang rendah hati dan tuma'ninah. Meski sedang sakit dan hidup
sederhana, Nabi Muhammad SAW tak pernah ingin menimbun harta atau
memakannya hartanya sendiri. Ia senantiasa selalu berbagi dan mengingat
orang lain.
Waspada dan Taat
Nabi Muhammad SAW adalah manusia di muka bumi yang paling taat
kepada Allah SWT. Meski telah dijamin surga, beliau tetap khusu dalam
beribadah dan takut pada Allah SWT. Beliau juga sangat berhati-hati dan
waspada pada apa yang beliau lakukan, termasuk pada apa yang beliau
makan dan minum.
Pernah dikisahkan dalam sebuah cerita, pada suatu malam Aisyah RA
mendapati Rasulullah SAW tidak bisa tidur dan hanya membolak-balik
tubuhnya diatas ranjang penuh dengan kegelisahan.
Ia pun bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa tidak tidur semalaman?”
Rasulullah lalu menjawab, “Hari ini aku menemukan sebuah kurma di
tengah jalan, kemudian aku ambil buah itu dan memakannya karena aku
pikir lebih baik dimakan daripada busuk dan terbuang sia-sia, sekarang
aku merasa gelisah karena siapa tahu jika kurma yang kumakan itu
termasuk harta sedekah.”
Dari kisah tersebut kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah SAW memiliki
sifat yang hati-hati dan waspada akan sesuatu yang bukan menjadi
miliknya. Ia sangat teliti dan tegas dalam menerapkan hukum, bahkan
hanya untuk sebiji kurma yang ditemukannya di jalan.
Nah, itulah tiga kisah hidup Rasulullah yang bisa dijadikan suri teladan bagi
semua umat Islam. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah-kisah
Rasulullah tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai