Anda di halaman 1dari 4

Nabi SAW adalah sebaik-baik Nabi dalam membina umatnya.

Beliau
sebaik-baik ayah bagi anak-anaknya. Sebaik-baik suami bagi para
istrinya. Sebaik-baik kakek bagi cucu-cunya. Dan sebaik-baik sahabat
bagi para sahabatnya.

Dalam pergaulan, beliau mewariskan kesan mendalam kepada para


sahabatnya. Beliau selalu mendahului mengucapkan salam kepada
orang yang dijumpainya lalu menyodorkan tangannya lebih dahulu
untuk bersalaman. Beliau tidak akan melepas tangannya sebelum
orang itu melepas tangannya sendiri.

Jika beliau dipanggil, beliau akan menengok dengan seluruh anggota


tubuhnya. Apabila bercakap-cakap dengan seseorang, beliau tidak
memalingkan wajahnya sampai orang itu pergi. Wajahnya selalu
diarahkan kepada orang yang semajelis dengan beliau. Sehingga,
orang-orang yang bersama beliau merasakan bahwa mereka sangat
dihargai dan dihormati.

Rasulullah SAW tidak memotong pembicaraan seseorang hingga ia


selesai berbicara. Kecuali jika orang itu keterlaluan, maka beliau
memutuskan pembicaraannya dengan melarangnya berbicara, atau
dengan berdiri berpaling meninggalkannya.

Nabi kita yang mulia ini menghormati tamu yang masuk ke rumahnya.
Kadang-kadang tamu beliau dipersilakan duduk di atas bajunya serta
diberi bantal. Jika tamunya menolak, beliau terus menawarkan hal itu
hingga ia berkenan duduk di atasnya.

Ketika Jabir bin Abdillah al-Bajali hadir di majelis Nabi SAW, ia tidak
mendapati tempat maka ia duduk di dekat pintu.
Lalu Rasulullah melipat bajunya dan memberikan kepadanya seraya
berkata, "Silakan duduk di atasnya!"

Diambillah baju itu oleh Jabir dan diletakkan di wajahnya lalu diciumnya
seraya menangis serta dikembalikannya kepada Nabi yang mulia.
"Semoga anda dimuliakan oleh Allah sebagaimana engkau
memuliakanku," katanya.
Tatkala seseorang datang ke rumah beliau karena suatu keperluan,
sedangkan beliau sedang menunaikan shalat, beliau meringankan
shalatnya untuk segera menemui tamunya. "Apakah engkau memiliki
keperluan?" kata beliau. Apabila keperluannya telah terpenuhi, beliau
lalu kembali menunaikan shalatnya.

Kekasih Allah ini selalu menasihati para sahabatnya dengan bahasa


yang santun, lemah lembut, dan penuh kasih sayang. Beliau tidak
bercakap-cakap dengan sesuatu yang menyinggung perasaan dan
menyakiti hati para sahabatnya.

Jika tidak bertemu dengan salah seorang dari para sahabatnya selama
sekian hari, Nabi SAW selalu menanyakannya. Bila sahabatnya itu pergi,
beliau mendoakannya. Jika sakit, beliau menjenguknya. Bila sudah
wafat dan beliau belum menshalatinya, beliau datang ke kuburannya.

Bergaul itu ada seninya. Seninya adalah menjaga etika. Etika pergaulan
yang ditanamkan Nabi SAW akan turun kepada kita, jika akhlak beliau
ada pada diri kita. Tanpa meneladani beliau, kemuliaan belum pantas
disematkan pada diri kita.

Contoh etika

pertama, peka tehadap ketimpangan sosial dan berusaha menolong subjek yang terdampak. Nabi
Musa as. memperlihatkan bahwa dirinya adalah seseorang yang peka dengan adanya ketimpangan
sosial.
Saat tiba di negeri Madyan, Musa menjumpai mata air dan ia pun menuju kesana. Ia pun menjumpai
banyak orang disana yang tengah memberikan minum binatang ternaknya. Masih di tempat yang
sama namun dibelakang keramaian orang, ia juga menjumpai dua orang gadis yang menambat hewan
ternaknya.

Musa yang merasa heran dan kasihan pun menanyakan kepada keduanya maksud dari sikap
ْ َ‫“ َما خ‬apa maksud kalian berdua (menambatkan hewan ternak)?. Dua gadis itu
keduanya. ‫طبُ ُك َما‬
pun menjawab ‫“ اَل نَ ْسقِي َحتَّى يُصْ ِد َر الرِّ عَا ُء َوَأبُونَا َش ْي ٌخ َكبِي ٌر‬Kami tidak bisa memberi minum (ternak
kami), sampai para pengembala yang lain mengembalikan (hewan ternaknya) sedangkan
ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia”.
Selanjutnya pada ayat ke-24, dijelaskan bahwa Musa membantu kedua gadis itu.

Dalam Tafsir al-Munir karya Wahabah al-Zuhaili dijelaskan jika Musa menyadari bahwa di


sana terjadi ketimpangan dimana yang kuat akan mendapatkan air yang jernih sedangkan
yang lemah akan mendapatkan sisa-sisa air yang ada. Inilah yang menjadi alasan bagi Musa
untuk segera membantu kedua gadis dan ayahnya itu. Karena memang keadaan ayahnya
sudah tidak memungkinkan lagi untuk melakukan hal yang demikian dan ini yang semakin
membuat Musa berempati.

Kepekaan Musa as. pada ketimpangan sosial menunjukkan bahwa Musa as. memiliki rasa
keadilan sosial yang tinggi dan sikap mengayomi terhadap subjek yang tertindas. Keadilan
serta jiwa sosial seyogyanya dimiliki oleh seluruh anak muda dan diupayakan untuk diajarkan
sejak dini. Sebab dewasa ini keduanya seakan mulai dilupakan, dengan banyaknya kasus-
kasus bullying  yang terjadi terutama di media sosial.

Kisah Nabi Muhammad dengan Pengemis Buta Tunjukan


Kemuliaan Akhlak Rasul
Kemuliaan akhlak rasul sendiri bisa tergambar lewat kisah Nabi
Muhammad ketika beliau berhadapan dengan seorang pengemis yang buta.
Dikisahkan saat nabi Muhammad tengah menyebarkan ajaran agama
islam, terdapat seorang pengemis buta yang selalu menghina dan
membenci Rasulullah, bahkan ia tidak segan-segan untuk menghasut orang
lain agar membenci rasul. Jika ada seseorang yang mendekatinya,
pengemis buta tersebut akan berkata "Wahai saudaraku, jangan dekati
Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, tukang sihir. Apabila kalian
mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya!".
Hal itu sendiri terus menerus dikatakan oleh si pengemis buta kepada
seseorang yang setiap hari memberikannya makanan bahkan
menyuapinya. Kemudian pada suatu hari, ia merasa sangat kelaparan
karena seseorang yang biasa memberikannya makanan dan mendengar
ujaran kebenciannya kepada nabi Muhammad tidak kunjung menemuinya.
Pada hari berikutnya, ada seseorang yang kembali mendatangi pengemis
buta tersebut dan menyuapinya. Namun si pengemis tersebut sadar bahwa
orang yang menyuapinya kali ini sangat berbeda dengan seseorang yang
sering menyuapinya selama ini. Lalu ia pun berkata "Siapakah kamu?
Kamu bukanlah orang yang biasa mendatangiku".
Singkat cerita, seseorang yang datang hari ini menjawab Aku memang
bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang
sahabatnya. Namaku Abu Bakar. Orang mulia yang biasa memberimu
makan itu telah meninggal dunia. Dia adalah nabi Muhammad SAW".
Jawaban tersebut sontak membuat si pengemis buta tersebut kaget dan
merasa sangat menyesal telah memperolok nabi Muhammad, seseorang
ang jelas-jelas selalu ia caci maki namun tetap memberikannya perhatian
selama ini. Kemudian iapun tersadar bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah sosok yang memiliki akhlak sangat mulia. Beliau adalah pribadi
yahg selalu bersabar dan ikhlas dalam menebar kebaikan bagi banyak
orang.
Berdasarkan kisah nabi Muhammad tadi, semoga kita bisa senantiasa
mengambil hikmah dan bisa mencontoh akhlak mulia nabi saat
menebarkan kebaikan. Meski kadang menerima perlakukan yang kurang
mengenakan, namun kita harus tetap ikhlas dan bersabar dalam
menegakan kebaikan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai