Anda di halaman 1dari 3

Nama : Raihan Shidqi Ra’uf

Prodi : KPI Semester V

Mata Kuliah : Akhlak

Judul Kisah : Mush’ab bin Umair

SANG DUTA PERTAMA ISLAM


Nama saya Raihan Shidqi Rauf biasa dipanggil dengan Raihan kadang juga Rauf. Saya
sangat tertarik dengan kisah dari Mush’ab bin Umair ini karena dia sangat berkesan bagi
saya karena beliau adalah sosok seorang pemuda yang kaya raya, hidup dalam kemewahan,
penuh kenikmatan, gook looking, dan kalau dipikir-pikir tidak ada kekurangan pada
kehidupannya.

Misalkan dibawakan pada zaman sekarang, makan ia ibarat seorang yang terpadang
di masyarakat atau juga artis karena keistimewaan yang dimilikinya.

Ia merupakan pemuda yang tampan dan sangat kaya. Dia besar di keluarga yang
menyembah berhala. Lahir pada tahun 585 H (Empat belas tahun setelah kelahiran
Rasulullah), hidupnya sudah terbiasa dengan kekayaan. Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin
Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi merupakan pemuda
keturunan Quraisy. Sampai Rasulullah bersabda tentang beliau, “Aku tidak pernah melihat
seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling
banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair”

Dirinya memiliki jiwa yang sangat bersih, bisa dilihat dari cara ia menyikapi kebiasaan
dari kaum Quraisy yang menurutnya ada kesalahan, ini adalah salah satu nikmat dari Allah
kepada beliau ini. Dimulai dari ia mengetahui ada dakwah islam secara sembunyi-sembunyi,
dan ia langsung yang menjumpai Rasulullah ‫ ﷺ‬tanpa ada paksaan, sungguh sangat mulia
hati beliau ini.

Iman Mush’ab bin Umair ini juga bisa dibilang sangat teguh, dimana ketika
keluarganya mengetahui ke-islamnya, tak gentar sedikitpun hatinya untuk keluar dari ajalan
islam. Walaupun ibunya sendiri yang tersiksa gara keislam beliau, ia tetap teguh diatas
pendiriannya yang tidak mau keluar dari ajaran islam. Bayangkan saja itu jika ibu kita yang
berbuat begitu terhadap kita, belum tentu kita akan tetap diatas pendirian kita karena
melihat ibu yang sedang tersiksa. Ibunya sangat sayang terhadapanya dan sangat
memanjakannya, begitu besar jasa ibunya terhadap Mush’ab bin Umair. Tentu saja sang
kakak, Abu Azis bin Umair tidak tega melihat sang ibu tersiksa atas kelakukan sang adik.
Hingga pada suatu ketika, Abu Azis berucap. “Ibu, biarkanlah ia. Pada dasarnya ia adalah
pemuda yang sudah terbiasa dengan kenikmatan dan kekayaan. Semisal ia dibiarkan dalam
keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya.” Atas usul dari kakaknya tersebut.
Mush’ab bin Umair ditangkap dan dikurung oleh keluarganya sendiri. Dia terus diberi
perlakuan buruk oleh keluarganya sendiri. Keluarganya tidak akan berhenti sampai dia
meninggalkan keislamannya dan kembali ke jalan hidup lama saat dia dilahirkan.

Hari demi hari berlalu, namun Mush’ab bin Umair tidak menunjukkan tanda-tanda
akan meninggalkan keislamannya. Keluarga yang kesal pun mulai melakukan siksaan fisik
kepada Mush’ab. Bahkan sang ibu yang sangat menyayanginya pun ikut menyiksa Mush’ab
sampai terdapat banyak sekali luka di tubuhnya.

Hingga sampailah masa dimana Mush’ab bin Umair yang dulunya kaya raya, berubah
drastis 180 derajat menjadi orang miskin yang tidak punya apa-apa. Yang dahulunya
berpakain mewah berubah menjadi pakaian yang kasar dan jelek atau yang biasa disebut
dengan burdah.

Hingga Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda terhadap beliau “Sungguh aku melihat Mush’ab


tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya
berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal
dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan
menolong Rasul-Nya.” (HR. Hakim No. 6640).

Dan sampai saat dimana ia menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam islam
karena kelilmuan yang dimiliki, maka Mush’ab bin Umair dipercaya oleh Rasulullah ‫ﷺ‬
sebuah amanah yang begitu besar kepadanya yaitu untuk menjadi ‘Duta Pertama’ dalam
islam yang diutus ke Negeri Yastrib atau yang dikenal sekarang dengan nama Madinah Al-
Munawwarah dalam rangka menyebarkan ajaran islam di Negeri tersebut.

Tatkala berdakwah di Madinah tidak memerlukan waktu yang lama hingga


masyarakat Madinah menerima ajaran islam dengan lapang dada, hal ini tidak lain karena
kepandaian Mush’ab bin Umair dalam menyampaikan risalah islam.

Mush’ab juga mendatangi seorang tokoh yang ada di sana, yaitu Saad Bin Muaz.
Dengan bermodal ajaran yang telah diajarkan Rasulullah ‫ﷺ‬, Mush’ab bin Umair pun berniat
mendakwahkannya kepada Saad Bin Muaz. Saad bin Muaz merupakan tokoh yang terkenal
dan memiliki pengaruh besar di daerahnya.

Mush’ab bin Umair berkata kepadanya “Bagaimana kiranya kalau engkau duduk dan
mendengarkan aku? Jika engkau ridha dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah.
Seandainya engkau membencinya, maka aku akan pergi” kata Mush’ab ketika bertemu
dengan Saad. Saad pun menjawab, “Ya, yang demikian itu lebih bijak”.

Mush’ab bin Umair menjelaskan kepada Saad apa itu islam, lalu di kesempatan itu
pula Mush’ab bin Umair membacakan Al-quran kepadanya. Lalu Saad memiliki kesan yang
sangat dalam pada pertemuan pertamnya kepada Mush’ab saat itu. Karena mengetahui
ketulusan hati Mush’ab dan keindahan Islam. Saad pun menjadi Mualaf. Bahkan, karena
pengaruhnya yang besar di zaman itu. Dia mengajak seluruh pengikut dan orang yang ia
kenali untuk ikut memahami ajaran islam.

Tidak sampai satu hari hingga seluruh penduduk daerah tersebut masuk Islam.
Karena penerimaan yang terbuka dan perjuangan meyakinkan dari Mus’ab Bin Umair
tersebutlah yang mendasari Rasulullah ‫ ﷺ‬Hijrah ke Madinah beberapa waktu kemudian.

Seandainya Mus’ab Bin Umair tidak cukup meyakinkan penduduk Yastrib untuk
menerima ajaran Islam, pasti perlakuan mereka akan sama dengan perlakuan kaum Kafir
Quraisy yang ada di Makkah saat Rasulullah ‫ ﷺ‬datang. Itulah salah satu kisah perjuangan
dakwah dari Mush’ab bin Umair dari diantara sekian banyaknya jasa beliau dalam
perkembangan islam. Semoga Allah membalas semua kebaikan dari Mush’ab bin Umair.
Aamiin yaa Rabba’alamin

Demikian, Kisah Mus’ab Bin Umair, pemuda yang menjual kekayaan dunia demi
Akhirat. Sang ‘Duta Pertama’ dalam sejarah islam.

Begitulah saya ingin meniru seseorang yang bernama Mush’ab bin Umair, bisa
menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang, bisa menjadi orang yang penting dalam
kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara, bisa menjadi seorang duta bagi agama dan
negara saya. Bayangkan berapa banyak pahala yang akan kita dapatkan jika kita bisa
menjadi orang penting dan dengan kedudukan kita tersebut, kita bisa mempengaruhi
banyak orang. Dan dengan kita memiliki banyak rizki yang banyak kita bisa memperoleh
pahala jariyah dengan banyak bersedekah di jalan Allah, begitu banyak jalan menuju
kebaikan jika kita bisa kedudukan sebagai orang penting dalam kehidupan di dunia ini.

Sosok yang begitu rendah hati, dari masa mudanya hatinya sudah terpaut dengan
islam, inilah salah satu tanda seorang pemuda yang akan dinaungi di hari akhirat kelak. Saya
ingin juga menjadi seperti beliau, menjadi pemuda yang tumbuh dalam ketaatan , sehingga
dihari akhirat kelak akan mendapat naungan dari Allah dimana tidak ada naungan di hari
tersebut.

Semoga Allah bisa menjumpakan kita dengan Mush’ab bin Umair di surganya kelak,
Aamiin ya Rabba’alamiin.

Sekian dari tulisan pendek saya, kalau ada kesalahan kata dan kalimat mohon dimaafkan

Barakallahufiikum.....

Anda mungkin juga menyukai