Anda di halaman 1dari 2

Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada

kita semua sehingga dapat berkumpul dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
karena dengan ajaran Islam kita dapat membedakan mana yang Haq dan Batil.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menyampaikan sebuah pidato singkat
yang bertemakan "Meneladani Akhlak Rasulullah SAW".

Rasulullah SAW merupakan seorang yang memiliki sikap pemaaf terhadap sesama.
Hendaknya kita sebagai umat Islam meneladani sikap dan akhlak terpuji beliau.

Dari sikapnya inilah yang membuka serta memberi petunjuk bagi orang kafir sehingga
tergerak hatinya untuk mengikuti ajaran Islam.

Perlu kita ketahui bahwa sikap pemaaf merupakan sikap mulia yang menjadi bagian dari
umat Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-A'raf ayat 199,

َ ‫ُخ ِذ ْال َع ْف َو َوْأمُرْ ِب ْالعُرْ فِ َوَأعْ ِرضْ َع ِن ْال َجا ِهل‬


‫ِين‬

Artinya, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."

Ketika terjadinya peristiwa Fathu Mekkah, di sinilah Rasulullah SAW menunjukkan sisi
mulianya.

Seperti yang diketahui, bahwa peristiwa Fathu Mekkah atau pembebasan kota Mekkah
terjadi karena kaum kafir Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah.

Isi perjanjian Hudaibiyah berisi gencatan senjata antara kaum muslimin dengan kafir
Quraisy.

Kala itu suasana kota Mekkah sangat mencekam ketika sepuluh ribu pasukan Muslim
datang dari Madinah yang tak mungkin ditandingi kaum kafir.

Kaum kafir pun takut, terutama Abu Sufyan yang kala itu sebagai pemimpin tertinggi. Abu
Sufyan merasa dirinya akan dibinasakan oleh orang yang selama ini dia aniaya.

Namun alangkah mulianya hati Baginda Nabi, tidak ada pertumpahan darah. Patung-patung
di sekitar Ka'bah pun dihancurkan.
Rasulullah SAW pun berpidato, barangsiapa masuk ke Masjidil Haram, maka dia akan
dilindungi. Barangsiapa masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia akan dilindungi.
Hati Abu Sufyan pun menjerit melihat alangkah mulianya akhlak orang yang selama ini
dimusuhinya.
Akhirnya Abu Sufyan pun masuk Islam yang disusul oleh keluarga serta kerabatnya.
Bahkan sang putra, Muawiyah bin Abu Sufyan diangkat Rasul sebagai salah seorang
pencatat wahyu.

Rasulullah bukanlah orang yang pendendam, beliau merupakan sosok yang sangat pemaaf
dan patut untuk kita teladani. Dengan sikap yang pemaaf inilah membuat agama Islam
berjaya sampai saat ini.
Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan. Apabila ada kesalahan dalam kata saya
mohon maaf sebesar-besarnya.

Anda mungkin juga menyukai