Anda di halaman 1dari 1

Abu Abdurahman, Sahabat Nabi yang Cerdas

Sahabat Arba-Arbi yang selalu ceria. pada edisi kali ini, kita akan mengeneal satu
kisah sahabat Rasulullah Muhammad Saw. Siapa diantara sobat Arba-Arbi yang ingin jadi
anak yang cerdas? jadi anak yang sholih dan sholihah? tentua semuanya ingin menjadi anak-
anak yang cerdas. nah, sahabat yang kita akan kenal ini termasuk salah satu sahabat Rasul
yang sangat cerdas. yuk kita simak Bersama kisah sahabat berikut ini.
Sahabat Rasul kali ini bernama Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji. Di
daerah Irbid, utara Yordania yang berbatasan dengan Palestina, terdapat sebuah makam
sahabat Nabi yaitu Muadz bin Jabal. Sobat Arba-Arbi harus menyempatkan untuk berkunjung
ke lokasi ini agar mengatahui secara mendalam bukti-bukti sejarah Islam.
Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji diberi julukan "Abu Abdurahman"
adalah salah seorang sahabat golongan Anshar yang pertama masuk Islam (as-Sabiqun al-
Awwalun), yang dikenal sangat diteladani oleh orang-orang di sekitarnya. Muadz terkenal
sebagai cendekiawan dengan wawasannya yang luas dan pemahaman yang mendalam dalam
ilmu fiqih, bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai sahabat yang paling mengerti yang mana
halal dan yang haram. Mu'adz juga merupakan Duta Besar Islam pertama kali yang dikirim
Rasulullah dan juga merupakan seseorang periwayat hadist. Allah SWT mengkaruniakan
kepada Muadz bin Jabal kepandaian berbahasa serta tutur kata yang indah.
Muadz, sebagai sahabat Rasul ini pernah diminta Rasulullah untuk membantu
mengajarkan agama Islam di Makkah. Ajakan Rasulullah ini karena permintaan masyarakat
Makkah yang ingin memperdalam agama Allah. Oleh karenanya Muadz bin Jabal diminta
Rasulullah untuk menetap bersama masyarakat di Mekkah untuk mengajar Alquran dan
memberikan pemahaman kepada mereka mengenai agama Allah.
Tauladan dari Muadz bin Jabal
Pada suatu hari Rasulullah SAW bersabda, "Hai Muadz!... Demi Allah, aku sungguh
sayang kepadamu. Maka jangan lupa setiap habis salat mengucapkan: "Ya Allah, bantulah
aku untuk selalu ingat dan syukur serta beribadat dengan ikhlas kepada-Mu." Mu'adz
mengerti dan memahami ajaran tersebut dan telah menerapkannya secara tepat. Pada suatu
waktu Muadz pernah berdialog dengan Rasulullah, beliau menyampaikan "Setiap berada di
pagi hari, aku menyangka tidak akan menemui lagi waktu sore. Dan setiap berada di waktu
sore, aku menyangka tidak akan mencapai lagi waktu pagi." Untuk itu marilah kita untuk
tetap bersyukur dan isilah hidup ini dengan berbuat kebajikan, karena kita tidak tahu kapan
dipanggil Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai