Anda di halaman 1dari 4

Biografi muadz bin jabal

Dia adalah putra Amr, seorang pemimpin dan imam, Abu Abdurrahman Al
Anshari, Al Khazraji, Al Madani, Al Badri.

Ia merupakan salah satu sahabat yang mengikuti baiat Aqabah dalam


usia yang sangat muda.

Muadz masuk Islam pada usia 28 tahun.

Beliau merupakan seorang sahabat nabi yang memiliki banyak


keutamaan, beliau termasuk salah satu yang orang yang mengumpulkan
Al-Qur'an di masa Rasulullah, salah satu yang pernah memberi fatwa di
zaman Nabi. Beliau merupakan hamba shalih yang tunduk kepada

Allah dan menyeru kepada manusia. Beliau juga termasuk Immamu


Fuqaha, pemimpin para fakih, kanzul Ulama gudangnya Ilmu. Seorang
pemuda yang penyabar, dermawan, murah hati, lapang dada, dan tingi
budi pekertinya.

kelebihannya yang paling menonjol dan keitstimewaannnya yang utama


ialah fiqih atau keahliannya dalam soal hukum. Keahliannya dalam fiqih
dan ilmu pengetahuan ini mencapai taraf yang menyebabkannya berhak
menerima pujian dari Rasulullah SAW.

Diriwayatkan dari Al Harits bin Amr Ats-Tsaqafi, dia berkata:


Sahabat-sahabat kami menceritakan kepada kami tentang Muadz,
mereka berkata, Ketika Nabi SAW mengutusku ke Yaman, dia berkata
kepadaku, Bagaimana kamu menetapkan hukum jika ada suatu perkara
yang kamu hadapi? Muadz menjawab, Aku akan menetapkan hukum
berdasarkan Kitabullah. Jika tidak ada dalam Kitabullah maka aku akan
menetapkan dengan hadits Rasulullah. Rasulullah SAW bertanya lagi,
Bagaimana jika tidak ada dalam Sunnah Rasulullah? Muadz menjawab,
Aku akan berijtihad dengan pendapatku dan tidak berlebihan. Setelah itu
Rasulullah SAW memukul dadanya dan bersabda, Segala puji bagi Allah
yang telah menyelaraskan utusan Rasulullah dengannya, sebagaimana
yang diridhai oleh Rasulullah.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, dia berkata: Rasulullah SAW


bersabda,

Belajarlah Al Qur`an kepada empat orang, yaitu Ibnu Masud, Ubai,


Muadz bin Jabal, dan Abu Hudzaifah.
Diriwayatkan dari Anas secara marfu, dia berkata, Umatku yang paling
penuh cinta kasih kepada umatku adalah Abu Bakar, yang paling keras
dalam memegang agama Allah adalah Umar, yang paling malu adalah
Utsman, yang paling mengetahui masalah halal dan haram adalah
Muadz, dan yang paling taat adalah Zaid. Setiap umat memiliki
kepercayaan, dan kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah.

Diriwayatkan dari Ashim bin Humaid As-Sakuni, bahwa ketika Nabi


mengutus Muadz bin

Jabal ke Yaman, beliau berwasiat kepadanya. Muadz pada saat itu sedang
menaiki tunggangannya, sementara Rasulullah SAW berjalan di bawah
tunggangannya. Ketika selesai, Rasulullah SAW bersabda, Wahai Muadz,
mungkin engkau tidak bisa lagi bertemu denganku setelah tahun ini, dan
mungkin engkau akan melewati masjid dan kuburanku. Mendengar itu,
Muadz menangis tersedu-sedu karena harus berpisah dengan Rasulullah
SAW. , kemudian beliau memalingkan wajah kearah Madinah, lalu berkata:
"Sesungguhnya orang yang paling utama disisiku adalah orang yang
bertakwa dimanapun tempat dan waktunya". Dalam sebuah redaksi
Rasulallah bersabda: "Janganlah menangis wahai Mu'adz, sesungguhnya
menangis termasuk dari setan".

Diriwayatkan dari Said bin Abu Burdah, dari ayahnya, dari Abu Musa,
bahwa ketika Nabi SAW mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda
kepada keduanya,

Permudahlah jangan dipersulit dan bersikap lembutlah dan jangan


bersikap kasar.

Abu Musa berkata lalu kepadanya, Sesungguhnya di negeri kami ada


minuman dari madu yang dikenal dengan nama Bitu dan dari gandum
yang dikenal dengan nama Mizr. Ditanya seperti itu, Muadz berkata,
Setiap minuman yang memabukkan adalah haram. Setelah itu Muadz
berkata kepadaku, Bagaimana kamu membaca Al Qur`an? Aku
menjawab, Aku membacanya ketika shalat, ketika di atas tunggangan,
ketika berdiri, dan ketika duduk. Aku akan membacanya sedikit demi
sedikit.

Said berkata: Muadz kemudian berkata, Tetapi aku tidur kemudian


bangun, dan lamanya tidurku sama dengan lamanya bangunku. Seakan-
akan Muadz lebih diutamakan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,


Sebaik-baik orang adalah Abu Bakar, Umar, dan Muadz bin Jabal.
Diriwayatkan dari Muadz, dia berkata: Nabi SAW menemuiku seraya
berkata,

Wahai Muadz, aku mencintaimu karena Allah. Aku lalu menjawab,


Begitu juga denganku wahai Rasulullah, aku mencintaimu karena Allah.
Rasulullah SAW lalu bersabda,

Aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang dibaca pada setiap selesai
shalat, Rabbi ainni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatika (ya
Tuhanku, tolonglah aku agar bisa mengingat-Mu, berterima kasih kepada-
Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik ).

Diriwayatkan dari Muhammad bin Sahal bin Abu Hatsmah, dari ayahnya,
dia berkata, Orang-orang yang berfatwa pada masa Rasulullah SAW
masih hidup itu ada tiga dari kalangan Muhajirin, yaitu Umar, Utsman, dan
Ali, serta tiga dari kalangan Anshar, yaitu Ubai bin Kaab, Muadz, dan
Zaid.

Musa bin Ulai bin Rabah meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata, Umar
pernah berkhutbah di hadapan orang-orang di Jabiyah, Barangsiapa
menginginkan pemaha man maka dia hendaknya mendatangi Muadz bin
Jabal.

Diriwayatkan dari Nafi, dia berkata, Umar pernah menulis kepada Abu
Ubaidah dan Muadz, Lihatlah orang-orang shalih dan angkatlah mereka
untuk menjadi qadhi serta berilah mereka rezeki.

Diriwayatkan dari Abu Qilabah dan yang lain, mereka mengatakan bahwa
suatu ketika ada seorang pria melewati para sahabat Nabi SAW, lalu dia
berkata, Berwasiatlah kepadaku! Mereka semua lalu menasihatinya dan
Muadz bin Jabal berada pada akhir kaum. Pria itu berkata, Berwasiatlah
kepadaku niscaya Allah akan merahmatimu! Muadz berkata, Mereka
semua telah menasihatimu dan mereka tidak sembarangan. Aku hanya
akan menyimpulkannya kepadamu. Ketahuilah bahwa kamu tidak
membutuhkan dunia jika kamu lebih membutuhkan akhirat, maka
mulailah mencari nasibmu dari akhirat, karena hal itu akan mengalir
menuju dunia lalu mengaturnya, lalu hilang bersamamu di manapun kamu
menghilang.

Diriwayatkan dari Muadz, dia berkata, Aku tidak pernah melanggar


sumpahku sejak masuk Islam.

Diriwayatkan dari Said bin Al Musayyib, dia berkata, Muadz meninggal


dunia dalam usia 33 atau 34 tahun.
Kematian Mu'adz bin Jabal akibat terkena serangan penyakit tha'un, yaitu
penyakit kusta pada jari telunjuknya. Beliau terkena penyakit ini justru
bahagia bahkan m endo'akan agar seluruh keluarganya mendapat
penyakit ini, beliau berkata," Ya Allah, jadikanlah bagian keluarga Mu'adz
yang banyak (dari penyakit tha'un tersebut). Akhirnya dua putrinya
meninggal dan dikuburkan dalam satu lahat. Kemudian putranya
Abdurrahman juga tertimpa tha'un juga. Keluarga Mu'adz akhirnya
meninggal semua dan pada pekan tersebut juga Mu'adz meninggal.

Kenapa Mu'adz bisa seperti itu ? Karena beliau pernah mendengar dari
riwayat Rasulullah bahwa penyakit thau'un sesungguhnya adalah rahmat
dari Allah dan do'a Nabi serta wafatnya orang-orang shalih sebelumnya.
Beginilah tanda keikhlasan manusia terbaik umat ini.

Usia meninggalnya Mu'adz 33 tahun, atau ada yang mengatakan 34 usia


yang masih sangat muda pada tahun 18 Hijriyah pada pemerintahan
Umar bin Khatab.Dia meninggal pada tahun 18 Hijriyah. Semoga Allah
meridhainya

Anda mungkin juga menyukai